Being the youngest - End - TE...

By pipinkeren

355K 38.6K 1.5K

[ Beberapa part di hapus ] "Kenapa harus menjadi sulung." "kenapa sulung Harus terus mengalah." Pictures by... More

Part 1.
Part 2.
Part 3
Part 4.
Part 5.
Part 6.
Part 7.
Part 8.
Part 9.
Part 10.
Part 11.
Part 12.
Part 13.
Part 14.
Part 16.
Part 17.
Part 18.
Part 19.
Part 20.
Part 21.
Part 22.
Part 23.
Part 24.
Part 25.
PENGUMUMAN.
lagi..

Part 15.

12.2K 1.4K 64
By pipinkeren










Nathan melihat keluar jendela kaca mobil. Pikirannya melayang ke beberapa waktu yang lalu. Mendengarkan Rafael menceritakan dirinya. Lalu menghela nafas setelahnya. Menangkup dagu dengan tangan yang di sandarkan, Nathan tampak seperti orang depresi.

"Kenapa dia mengatakan sesuatu seperti itu terhadap saudaranya yang telah mati." dia bergumam untuk dirinya sendiri. Sikap Rafael yang alih-alih sedih kehilangannya, malah menyayangkan kematian dirinya karena tak lagi bermanfaat bagi Rafael.

"Baginya.. Ikatan saudara itu apa?" Apakah untuk saling menguntungkan. Nathan kembali di buat berpikir. Tingkah Rafael  seakan tak senang dia ada di kehidupannya namun disisi lain menerima karena bisa di manfaatkan.

"Aku tidak percaya ada manusia sepertinya." manusia yang tidak tau diri dan berterima kasih. Setelah semua yang Nathan pertaruhkan hanya untuk Rafael, anak itu malah bersikap demikian. Definisi di kasih hati tapi tidak di pakai.

"Sedih sekali menjadi saudaranya. Aku senang terlahir di dalam keluarga yang menyayangi satu sama lain." Nathan melamun dan bergumam. Meratapi nasibnya. Jika Rafael seperti ini, apalagi dengan ibu dan ayahnya. Apa mereka berpesta setelah kematiannya? Nathan terkekeh miris.

Angin dari kendaraan lain yang melewati menerpa wajah. Dia sengaja membuka pintu kaca. Merubah posisi menjadi bersandar. Menciptakan suasana melankolis.

"Persetan dengan bajingan itu Niel. Kau tidak perlu memikirkan orang tidak jelas sepertinya," ucap Delvin. Rupanya ia telah lelah bersikap kalem jika nyatanya ia tak bisa diam.

Brak!

Nathan langsung terlonjak kaget. Begitu pula Catra di belakang. Dalam hati Nathan berucap ada apa dengan manusia di sampingnya.

Memukul setir Delvin pun melanjutkan perkataannya. " Sial! Padahal itu semua tidak ada  hubungannya dengan kita. Tapi si kurang ajar itu membuat adikku sedih!" Delvin marah. Karena sikap baik, adiknya merasa sedih karena orang lain. Shit! Dia tak suka!

"Mau kakaknya mati, mau kakaknya kayang.. Itu bukan urusan kita. Siapa dia berani-beraninya membuat adikku sedih. Lihat saja besok! Aku akan membuat dia membayar apa yang telah dia lakukan hari ini!" Lelaki itu menggerutu tak suka. Dalam benaknya memikirkan rencana yang cocok untuk memberi pelajaran kepada Rafael.

Nathan menampilkan mimik lelah. Mengapa dia lupa jika Delvin sama gilanya. Matanya mendongak menatap pantulan kaca dimana Catra memandang Delvin. Dalam hati dia berkata.. Semoga Catra tidak ketular gilanya keluarga Barrack.

*

Banyaknya murid yang berdatangan masuk ke SHR Scholl. Entah mengapa Nathan merasa dejavu. Biasanya, Nathan datang sebagai guru. Tetapi sekarang dia datang sebagai murid. Tidak bisa di pungkiri bahwa dia sangat rindu suasana sekolah. Rindu pada murid yang dia ajar dan didik.

Mengingat kehidupan dulu, Nathan dibuat merasakan perasaan nostalgia. Dirinya sedang berada di parkiran bersama Delvin. Pemuda itu terlihat misuh-misuh. Abang ketiga Niel itu sedang menunggu teman-temannya yang belum datang.

Nathan hanya diam saja. Ia menatap gerbang sekolah, menyaksikan seluruh siswa maupun siswi berdatangan. Hingga derungan motor yang membuat heboh. Pekikan para siswi yang tadinya kalem berubah mereog karena kedatangan 3 siswa tersebut.

Nathan menggeleng pelan. Sudah biasa baginya melihat hal ini. Para pemuda itu merupakan teman Delvin dan merupakan sekawanan yang populer. Mereka begitu di puja oleh banyaknya siswi si sekolah. Wajah tampan serta penampilan urak-urakan  menambah ketampanan mereka.

Mereka memarkirkan motor di dekat motor Delvin. Melepas helm lalu turun. Mereka bertiga mendekati Delvin dan Nathan. "Kusut amat muka lo?" tanya pemuda memiliki tinggi di atas Delvin, Celion yang biasa di panggil Lion.

Delvin hanya menatap tajam. "Kalian ngebuat kita nunggu kek orang bodoh disini." Lion hanya terkekeh, ia pun merangkul Delvin.

"Sabar dong bro, tadi macet."

Delvin berdecak.. "Lo pikir gw ga tau kalau kalian tukang nyerobot!" sewotnya. Ia menepis tangan Lion yang berada di pundaknya. Sementara lainnya hanya menggelengkan kepala.

Abian, pemuda jangkung berada di dekat Nathan. Menoel pipi gembul milik Nathan dan berkata. "Adik manis, lama menunggu?" ujar Abi di sertai senyuman.

Nathan mengeram dalam hati. Astaga, apakah dia harus bersikap manis sekarang? Tapi di ingat-ingat jika di luar mansion atau jauh dari anggota keluarga, Niel menjadi pribadi berbeda. Maka tanpa ragu, Nathan mengambil jari telunjuk Abi yang di gunakan untuk menoel pipinya.

"Jari kakak bau dosa!" Sengitnya memandang garang Abian. Wajahnya ia buat seseram mungkin.

"Pftt.. " Pemuda di sebelah Abi tertawa lepas. Dia Marvel tertawa melihat penolakan Nathan serta wajah merengut Abian.

Abian menepuk 'pelan' pundak Marvel agar temannya itu berhenti tertawa. "Jangan seperti itu adik manis. Hati kakak tampanmu ini sakit sekali, " ujar Abi mendramatisir yang jatuhnya alay di mata Nathan.

"Memang kakak tampan?"

Jder!

"Wajah mirip kodok kebelet kawin aja bangga." Oke, itu bukan Nathan. Mulutnya saja yang gatal ingin mengatakan itu.

Tentu saja perkataan itu mengundang tawa dari mereka bertiga minus Abian tentu saja, pemuda itu pundung.

"Apa yang kalian tertawakan?" sapa seseorang. Mereka pun menghentikan tawa mereka kala Rafael menyapa dengan senyuman.

Nathan sedikit terbiasa dengan ini. Mungkin kedepannya, ia akan sering bertemu dengan Rafael.

"Oh Rafael.. Kami menertawakan kekonyolan Abian, " jawab Marvel. Dia menyeka sudut matanya yang terdapat air mata.

"Kenapa dengan kak Abi? " tanyanya. Dia berjalan melangkah lebih dekat.

"Kepo amat lo, " sungut Abian. Dia yang pundung sedikit judes membalas Rafael.

"Jangan judes gitu dong tampan." Marvel mencolok dagu Abian. Menggoda temannya yang wajahnya sekarang memerah karena kesal.

"Anjir Vel.. Lo kayak si Rudi bencong hahaha! Bagus lo kumpul sama si Rudi. Udah cocok jadi cewe jadi-jadian, " celetuk Lion.

"Sialan lo!"

Terjadilah aksi kejar kejaran antara Marvel dan Lion. Mereka berlari duluan masuk kedalam meninggalkan teman-temannya.

***

Nathan melangkah lebar, di dalam mansion terdengar ricuh. Suara tangis dari seseorang membuat Nathan semakin cepat berjalan. Langkahnya berhenti ketika melihat anggota keluarga Barrack berada di tengah ruangan.

Alisnya mengernyit ketika melihat Catra dengan penampilan kacau, di peluk oleh Sania begitu erat. Wanita itu enggan melepaskan putranya yang terluka.

Matanya tak sengaja bersitubruk dengan Nathan. Sania langsung menatap tajam. "Kau!! Kau kan yang melakukan ini pada Catra?!" Teriaknya menuduh Nathan. Sontak beberapa pasang mata melihat kearahnya.

"Hah?" Nathan speechless di tempat. Melakukan apa?  Kenapa Sania mengatakan sesuatu seperti sedang menuduhnya.

"Sania, letak sekolah Catra dengan Niel saja sudah berbeda." Darma berceletuk lelah. Dia memijit pelipisnya. Tadi, putranya datang dibopoh oleh teman sekelasnya. Keadaannya lemas. Teman Catra mengatakan jika Catra mengalami perundungan.

Catra tak sadarkan diri ketika hendak di bawa ke kamar. Sania yang mengetahuinya langsung berteriak histeris memeluk Catra. Darma yang sigap ingin membawa putranya ke atas untuk mendapatkan perawatan. Tetapi istrinya menolak dan mengacuhkan ucapannya. Menangis memeluk Catra yang tak sadarkan diri.

"Siapa tau bukan, dia menyuruh seseorang untuk melukai putraku." Sania menuduh Nathan tak mendasar. Dia mengatakan hal itu berdasarkan spekulasinya saja.

Dominic maupun Berlyn tentu tak senang mendengarnya. Sean dan Kairo pun mendatarkan wajah. Rasa kasihan maupun iba mereka hilang ketika Sania malah menyudutkan adik mereka.  Sean melangkah ke dekat Nathan, kemudian mengajak Nathan untuk pergi diikuti Kairo.

"Kita pergi."

Nathan yang di landa bingung pun hanya bisa mengikuti langkah Sean. Sebenarnya dia penasaran apa yang telah di alami Catra. Tetapi kedua abang Niel lebih dulu menyeretnya pergi.

Melihat kepergian ketiga putranya Berlyn berkata pada Bennedict. "Kami akan pergi ke Mansion kami." lalu pergi. Sebelum itu, dia melirik Sania dengan ekor matanya. Jika saja ini bukan di Mansion, jikalau pula Sania bukan iparnya.. Maka dengan senang hati Berlyn membuat Sania tersiksa.

"Tidak Berlyn.. Kalian tetap disini. Jangan bawa cucuku." Marry tidak setuju.

Berlyn tidak peduli, dia acuh dan melanjutkan langkahnya. Dominic mengikuti sang istri tanpa berkata apapun. Menepuk pundak Darma sebelum dia pergi. Bukan tepukan penyemangat, melainkan ancaman.

Jika itu adiknya.. Maka dia pasti akan paham.










Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

230K 22K 22
[ SUDAH END TINGGAL NUNGGU BONCHAP KALO NIAT ] WARNING!! MENGANDUNG SEDIKIT BL DAN BROMACE tentang Kenzio yang bertransmigrasi ke dalam tubuh bocah 5...
342K 31.8K 32
'Karma' itu yang sedang Xenon dapatkan sekarang. Xenon Aditya Nugraha, cowok badboy yang harus rela jiwanya bertransmigrasi ke tubuh seorang protago...
202K 22.9K 12
Erkan tidak tahu kenapa dia tiba-tiba terbangun di sebuah ruangan asing. Namun perlahan-lahan sebuah ingatan datang, menghantam kepalanya dengan kuat...
1.4M 127K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...