Pesantren Unlimited Edition

By SaturnusMini

3K 353 55

Awalnya coba coba eh malah keterusan deh sampai sekarang. Leona yang awalnya tinggal di kota harus pergi ke p... More

00
01
02
03
04
05
06
07
08
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
info
21
22

09

87 17 2
By SaturnusMini

Emlo watashi kombek dari dunia isekai, baru selesai ngunjungin ayang🦆❤

Sebelum membaca alangkah baiknya pencet bintang dulu biar watashi tambah semangat oke?

Maaf keun watashi karena jarang up maaf banget coba dah komen/dm watashi mau up berapa kali dalam 1 bulan kan watashi bisa mempertimbangkan nyahahaha.

Kalau ada typo mohon komen, bukannya gimana tapi agak gimana ya gitu kepleset dikit gak ngaruh🦆

Oke mohon doanya biar mimin tambah semangat buat lanjutin ceritanya✌

Selamat membaca 🦆

Jangan lupa vote woi🗿🗿✨

...............






"Sampai kapan gue harus cium ciuman sama kambing? " Bisik Leona dibalik rumput yang menutupi tubuhnya.

Kalian tidak akan mengira rencana strategi Leona untuk kabur dari pesantren yaitu lewat mobil pick up yang isinya kambing semua, karena hanya kendaraan pick up 1 bulan sekali ini yang selalu lewat kota mau tidak mau Leona harus berani tahan dengan bau kambing. Kyai Hasim memelihara beberapa hewan ternak di pesantren seperti ayam, kambing, bebek, sapi dan hewan ternak lainnya. Hasim mempercayai Iril untuk mengelola bagian ternak mulai dari memberinya makanan hingga menjualnya, entah bagaimana Iril memeliharanya banyak orang luar ingin membeli hewan ternak yang dipelihara olehnya setiap 1 bulan sekali bisa menjual 30 ekor sekaligus. Kalau ada yang ingin membeli ternak di pesantren, Iril selalu membuat kesepakatan agar melakukannya saat sesudah sholat Subuh, karena menurutnya sesudah subuh itu sangat pas untuk saling bertukar simbiosis mutualisme.
Hasim memang tidak keberatan atas sepenuhnya apa yang akan dilakukan Iril dengan ternaknya, dan Iril juga tidak keberatan karena dirinya memang suka beternak.

"Terima kasih Mas Iril sudah berbisnis dengan saya" Ucap seorang laki laki bertubuh tinggi mengulurkan tangannya.

Iril membalas jabat tangan laki laki itu. "Saya juga terima kasih Om karena sudah membeli kambing kami"

Selesai saling berjabatan tangan, laki laki itu izin untuk pamit membawa kambingnya keluar dari pesantren.

"Nah, sekarang gue tanya ngapain lo disini Rel? " Tanya Iril setelah melihat pick up yang membawa kambing itu pergi.

Farel memutar otak darurat untuk berfikir secepat mungkin. "Tadi selesai sholah subuh gue niatnya mau jalan jalan eh ketemu pick up yang bawa kambing, gue kira maling yang bawa eh ternyata dijual hehe" Dalam hati Farel berdoa semoga Iril tidak curiga dengan alasan yang tidak masuk akal ini.

Iril mengangguk mengerti dengan alasan Farel karena bukan hanya Farel saja yang memberi alasan itu, banyak santri yang selalu beranggapan kambing atau hewan ternak lainnya naik ke pick up ada yang mencuri, dan orang yang membawa mobil pick up itu hampir menjadi babak belur untung Iril langsung gercep memisahkan kesalah pahaman.

Iril baru ingat sesuatu hal yang penting. "Tadi gue liat Leona, kemana dia? " Tanya Iril lagi.

Farel bingung, tapi sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan nya memutar otak darurat sekali lagi. "Tadi gue sempat ketemu Leona sempat berbincang, gue jalan terus kan tadi ke arah mobil pick up, pas gue noleh ke belakang dia gak ada"

Mungkin alasan yang pertama bisa dimaklumi tapi yang ini kayaknya Farel gak yakin Iril akan percaya.

Maaf Lele gue gak bisa mendukung terlalu jauh, gue udah berusaha tapi otak gue cuma pas pasan.

"Oh" Jawaban Iril walaupun singkat Farel tidak percaya ternyata alasan keduanya yang tidak masuk akal dipercaya.

"Yaudah siap siap kita ke Madrasah bersama, hari ini lo setoran hafalan kan" Seringai Iril mengingatkan Farel sambil berjalan.

Farel mengikuti langkah Irik dari belakang sambil menarik sudut bibirnya keatas membentuk senyuman. "Haha gampang, gue udah hafal"

Iril mengangguk mengerti, Iril melihat latihan keras Farel yang selalu menghafalkan dan bertanya beberapa kalimat yang ia tidak mengerti.
Sebenarnya Farel bisa hafalan cepat tapi yang membuat ia lambat adalah malas.

"Lele maafin gue, bukannya gue gak mau ikut ke kota temenin lo, tapi tadi pas gue mau naik juga tiba tiba Iril datang ke arah sini" Batin Farel.


.

.

.

.

.


Leona mengintip sedikit dari celah kain yang menutupi pick up, mobil pick up memasuki kota sejak beberapa menit yang lalu, karena masih pagi banyak mobil pick ul yang mondar mandir sana sini dengan beberapa alasan. Leona baru teringat akan sesuatu yang penting, tapi... Apa?

"Astaghfirullah Farel?! " Leona langsung menutup mulutnya karena suaranya agak keras dan juga berhenti di lampu merah beberapa orang yang ada di dekat mobil pick up itu menoleh curiga tapi tak lama, mereka kembali fokus ke jalanan setelah lampu merah berubah jadi hijau.

"Si lontong El kemana sih? Salah gue juga sih baru nyadar, tapi gak gini juga astagfirullah, gimana ya? Masa iya gue balik lagi? Tapi kalo gue balik, gue naik apa ke pesantren? " Setelah berdebat dengan fikirannya yang susah diajak kompromi, akhirnya Leona memutuskan untuk lanjut dengan tujuan awal juga berdoa semoga Farel baik baik saja dan bisa menjaga rahasia.

.

.

.

.

.

Leona tiba di rumahnya, kebetulan takdir bisa diajak kompromi mobil pick up yang dinaiki Leona berhenti tepat di rumah sebelah, tanpa menunggu One Piece tamat Leona langsung turun menuju rumahnya. Leona membuka gerbang depan dengan sangat hati hati ternyata berhasil orang-orang yang bekerja fi rumah Leona masih belum datang jadi amanlah. Berusaha sebisa mungkin menjadi seperti maling agar tidak ketahuan ternyata eh ternyata Leona ingin lewat pintu dibelakang eh ada Abangnya yang lagi siram tanaman.

Leona membeku saat melihat ekspresi Abangnya yang datar dan tidak lupa nyengir kuda tanpa bersalah. "Ehehehe ada Abang, Abang pilih yang mana perawan atau janda" Disaat situasi tidak mendukung Leona masih sempat sempatnya bernyanyi.

Leon melepaskan alat menyiram bunga lalu menatap datar kembarannya yang terlihat seperti orang gembel dengan bau kambing yang menyengat. "Ngapain lo disini? "

Pertanyaan dari Leon terdengar dingin, Leona merapikan rambutnya dan mengibas debu yang menempel di pakaiannya, entah kenapa dirinya mulai takut. "Leona gak betah di pesantren"

Jawaban jujur yang didengar membuat Leon mendengkus kesal, entah apa yang ada di fikiran adiknya ini, kenapa dia tidak bisa berfikir dewasa?

"Lo kabur dari pesantren dan alasannya karena gak betah? " Tanya Leon sekali lagi dan dijawab anggukan oleh sang adik.

Farel mulai emosi dan mendekat kearah Leona mencengkram kedua bahu adiknya. "KITA BERDUA LAHIR BERSAMA, TAPJ KENAPA LO GAK PERNAH MIKIR LEBIH DEWASA LEONA?! "Bentak Leon emosi, tidak ada jawaban dari Leona justru, dirinya semakin takut kalau dibentak.

Bahu yang dicengkram terasa sakit bagi Leona tapi sebisa mungkin dirinya tidak mengeluarkan suara, karena yang dipikirannya saat ini hanyalah satu yaitu takut. Leon beralih memegang kedua pipi mungil Leona untuk menatapnya, sekarang kedua bola mata yang sama itu bertemu perasaan takut dan emosi terlarut. "KALAU BUNDA TAU---"

"KALAU BUNDA TAU KENAPA? " Teriak Bunda dari pintu belakang yang menjadi pusat perhatian kedua anak tersebut.

Bunda tidak terlihat emosi atau kecewa Leona ingin tau apa yang sedang difikirkan Bundanya melihat anaknya kabur dari pesantren. "Masuk ke kamarmu dan mandi, setelah itu temui Bunda di ruang tamu Leona" Setelah menyelesaikan kalimatnya Bunda langsung pergi masuk kedalam rumah untuk menelpon seseorang.

Kedua anak yang sedang ada dihalaman bunga tersebut kini nampak terlihat redup, Leon yang awalnya memegang kedua pipi Leona sekarang ia lepaskan dan menuju ke dalam mengikuti Bunda yang disusul dengan Leona.

Tidak ada yang mengeluarkan suara, hanya terdengar suara pisau yang memotong beberapa bahan dan alat masakan lainnya yang dimasak oleh Bunda tanpa perasaan apapun.

Setelah beberapa menit Leona turun dengan pakaian biasanya, di ruang tamu sudah ditunggu oleh Leon dan Bunda.


Saat Leona sudah duduk Bunda langsung to the point. "Leona bisa jelasin ke Bunda kenapa kamu bisa gak betah? Kan disana kamu dapat banyak teman baru, apa lagi mereka baik"

Leona yang awalnya menunduk tidak bisa melihat wajah Bundanya, dia berusaha menatap mata Bundanya walaupun perasaan yang sedang dialaminya takut tapi ia mencoba untuk menjawab pertanyaan dari Bundanya. "Apakah salah jika Leona mengatakan tidak betah pada tempat yang nyaman tapi asing bagi Leona? Apa Leona tidak mempunyai hak untuk mengungkapkan perasaan yang Leona alami walaupun tempat itu aman bagi Leona? " Jawab Leona getir lalu kembali menunduk.

Bunda yang awalnya berwajah datar kini mengukir senyum, ia sangat menyukai putri kecilnya yang jujur itu walaupun dirinya tau kalau putrinya itu sedang takut ia tetap berani menjawab dengan pertanyaan jujurnya. "Gak ada yang salah Leona, dan kamu mempunyai hak untuk mengatakan itu, tapi ingat satu hal ini. Bunda memasukkan Leona ke pesantren itu untuk dirimu sendiri, Bunda ngak mau putri kesayangan Bunda bergaul dengan orang yang gak bener diluar sana, apa lagi Bunda pengen banget liat anak Bunda pake pakaian shar'i terus nasehatin Bunda dengan ilmu yang sudah diperoleh di pesantren, mungkin Leona gak ngerasain apa yang dirasain Bunda tapi saat kamu melakukan itu, beeuuhhh Bunda pengen tenggelam dilaut tanpa dasar karena saking adem liat putri kecilnya Bunda sudah menasehati Bundanya yang penuh dosa ini"

Yang awalnya Leon hanya ingin mendengar apa yang ingin diucapkan Bundanya pada kembarannya yang bandel satu ini, Leon menatap keatas agar air matanya tidak terjatuh dari pelupuknya, mengingat nasib Bundanya yang janda anak 3 sekarang, Bunda hanya tidak ingin Leona satu satunya putri kesayangannya bernasib sama seperti nasib Bundanya sekarang.

Sama seperti Leon tapi Leona langsung merengek sejadi-jadinya dan memeluk tubuh kecil bundanya untuk menguatkan dinding yang dibangun selama beberapa tahun tanpa kehadiran suami. Bunda menepuk-nepuk bahu Leona, melirik Leon ternyata air matanya yang ditahan lolos dari pelupuknya dan langsung menyeka kasar dari tangannya. Bunda juga menghapus air matanya diiringi dengn senyuman, walaupun tanpa suami yang tidak ada disisinya tapi ia cukup bahagia dengan kehadiran mereka.

"Assalamu'alaikum Bundanya Leo" Ucap seorang anak berseragam SMP yang sedang berlari ke arah sofa dan menemukan 3 orang menangis bersama.

"Eh 2 Abang kalian apain Bundanya Leo hah? Kalian bikin Bundanya Leo nangis sini kalian maju atu-atu, tenang aja Bunda, Leo bakal ngasih pelajaran ke Abang durhaka ini" Ucap Leo yang sudah menapatkan sikap kuda kuda untuk bertarung melawan monster.

Tentu saja 2 kebaran itu yang awalnya nangis sekarang berdiri dan menghampiri Leo pelan pelan, tidak terima dikatain durhaka oleh bocah SMP apa lagi sampe nyebut Bundanya Leo, emang Bundanya cuma milik dia apa?. "Ini bocah harus dikasih pelajaran biar mulutnya dijaga" Ucap Leon dan Leona bersama dengan tangan dengan kuda kuda petinju.

Leo menelan ludah susah payah walaupun tau hasilnya, tapi selama tidak mencobanya tidak akan ada yang berubah.

.............



.........

Terima kasih sudah membaca dan setia menunggu, ingin cepat up? Silahkan comen dan vote✌🥲

Vote weh vote terus share ke teman teman kalian watashi maksa😘

Oke sampai jumpa di abad selanjutnya babay.

....

Continue Reading

You'll Also Like

257 104 6
Sebuah kisah perjalanan seorang mantan ketua geng motor, yang terpaksa masuk kedalam dunia pesantren, dunia baru baginya dan mendapatkan arti sesungg...
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
3.2K 209 5
bagaimana jadi kamu gadis makassar di jodoh kan sama gus yang terkenal di bandung? mungkin beberapa orang pasti senang sekali secara kita tau kota b...