KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)

By reading4healing

109K 685 30

Cerita Dewasa More

(21+) Suami Yang Digilir Cowok Macho Spanyol
(21+) Si Pemuas Satu Kos
(21+) Si Pemuas Satu Kos 2
(21+) Pemuas Suami Si Bos Bule
(21+) Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
(21+) Driver Ojol Arab Plus - Plus
(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (1)
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
(21+) TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
(21+) PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
(21+) Memperawani Suami Muda Tetanggaku
(21+) Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri
(21+) Gigolo Biseks Simpanan Mama
(21+) Pesta Bujang Liar Sang Pengantin Pria
(21+) Skandal Besar Menjelang Pernikahan
(21+) Disewa Lionel
(21+) Malam Liar Sang Budak Korporat
(21+) Takdir Seorang C*mdump
(21+) Service Plus-Plus Barber Straight Turki
(21+) Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
(21+) NAPAS BUATAN DARI PAPA SAHABATKU
(21+) MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
(21+) MENJEBAK SOPIR STRAIGHT BAD BOY
(21+) Menjajal Kejantanan Masseur Impor Rusia
(21+) Legenda Si Otong Monster
(21+) Mesin Pemuas Mantan Dan Gebetan
(21+) PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
(21+) SI PEMUAS SEKAMPUNG
(21+) Pemilik Tubuh Indah Si Pembantu Ganteng
(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH
(21+) PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU
4 PEREMPUAN DI RUMAHKU BISA DIP4K4I SEMU4

(21+) Bule Online, Perebut Keperjakaanku

975 11 0
By reading4healing


BULE ONLINE, PEREBUT KEPERJAKAANKU

by Jeremy Murakami




Eduardo, 31

Model and personal trainer

20,543 km away

Spanish gym freak. Looking for fun & companionship.

Hit me up! I don’t bite! I only give love bites! :)



Akun itu tiba-tiba muncul di pencarian Tinder-ku. 20,543 km? WHAT?! Bukannya kalau di Tinder, kalau posisinya jauh-jauh itu, berarti dia sudah swipe kanan kita duluan, ya? Berarti, nih cowok bule ganteng swipe kanan aku dulu, dong?

Tapi, posisinya jauh, apa mungkin kami bisa ketemu, ya?

Swipe kanan… Match! Ya Tuhan! Ada cowok seganteng ini match sama aku! Lalu, membaca perkenalannya sungguh membuatku deg-degan. Sepertinya pria ini punya selera humor yang tinggi.

Mari berkenalan! Aku tidak menggigit (bite)! Aku hanya mencupang (love bite)!

Dari candaannya, pria ini tampak cerdas dan lucu…

Ternyata aku tidak diberi kesempatan untuk berpikir tenang. Beberapa detik kemudian, jantungku berdetak kencang! Dia mulai mengirimi aku pesan!

Eduardo : Hi!

Me : Hi… Do you speak English?

Eduardo : Yes

Eduardo : For sure!

Akhirnya, kami mulai bicara. Namanya Eduardo Garcia. Usia 31 tahun. Dia bekerja sebagai seorang personal trainer dan model. Bahasa Inggris-nya bagus. Dia bermain Tinder dan memakai Tinder Passport. Itu adalah sebuah program berbayar agar dia bisa berbicara dengan pengguna Tinder di seluruh dunia dengan lokasi yang dia pilih sendiri. Jadi, dia bisa berkenalan dengan pengguna dari Indonesia sepertiku.

Eduardo : Bisa kita berbicara dengan video call?

Eduardo : Mungkin menggunakan What’sApp Video Call?

Eduardo langsung memberikan aku nomor teleponnya. Aku deg-degan sekali. Segera saja dadaku berdegup kencang sekali. Ada ketakutan juga… Jangan-jangan dia catfish aku? Catfish adalah sebutan bagi pria yang menggunakan foto orang lain di profile mereka.

Me : Saya telepon sekarang, ya!

Aku pun menyimpan nomor yang dia berikan di contact. Setelah itu, aku pun segera menghubungi Eduardo.


Ilustrasi: Eduardo Garcia


“Hai!” ucapnya riang dengan Bahasa Inggris logat Latin yang kental. “Akhirnya aku bisa melihat wajahmu, sayang…”

Wajahku segera bersemu merah. Dadaku berdegup kencang. Aku tidak bisa berpikir jernih lagi. Dia tidak sedang catfish aku! Eduardo benar-benar setampan foto yang dia kirim! Mimpi apa aku semalam? Dia sedang memakai pakaian rapi dan tampak sedang bekerja.

“Halo!” ucapnya sambil menggerak-gerakkan tangannya di depan kamera.

“Oh, maaf,” ucapku menyadari kebodohanku yang cuma terperangah menatapnya. “Senang berkenalan denganmu, Eduardo!”

“Kamu imut sekali, Anthony!” ucapnya terang-terangan. “Kita harus segera bertemu! Aku sangat ingin pergi ke Indonesia!”


[ … ]


Ilustrasi: Anthony Sanjaya

Namaku Anthony Sanjaya. Aku bekerja sebagai seorang personal trainer, sama seperti Eduardo. Katanya hal itu juga yang membuatnya pertama kali tertarik untuk swipe kanan untuk profile-ku. Selain itu, dia bilang wajahku cute. Bukannya aku sombong, tetapi memang aku tidak pernah dibilang jelek selama hidupku. Aku adalah personal trainer paling sibuk di tempat gym kami karena para klien, baik pria dan wanita, berebut memilihku. Katanya, tidak hanya aku ini paling tampan di antara semua personal trainer yang ada, aku juga paling sabar dan baik.

Pada dasarnya, aku ini pemalu. Sesama personal trainer di tempat aku bekerja sering mengira aku memiliki kehidupan seksual yang menyenangkan karena aku banyak digandrungi wanita. Mereka tidak tahu kalau aku ini penyuka sesama jenis. Dan pada dasarnya, aku juga pemalu. Aku tidak pernah jujur kepada semua orang yang aku kenal bahwa aku ini masih perjaka. Iya, aku masih perjaka… Aku tidak pernah berhubungan seksual dengan seseorang pun. Selama lebih dari 24 tahun ini aku hidup, aku juga tidak pernah berciuman. Hidupku selama ini hanya bangun, makan, olahraga, makan, dan tidur. Hanya begitu saja terus…


 

Selama ini aku sering bermain Tinder. Aku juga punya banyak sekali match yang tampan dan berbadan seksi. Tetapi, aku sama sekali tidak ada gairah untuk mengenal mereka. Sampai si Eduardo datang dalam hidupku. Kami pun hampir setiap hari setiap hari melakukan video call. Aku nyaman sekali dengan si Eduardo. 

Sama seperti perkenalan di akunnya, Eduardo adalah seorang model lokal dan personal trainer di Madrid. Seumur hidupnya, Eduardo selalu tinggal di Madrid. Dia sering melakukan perjalanan ke luar negeri. Tetapi, seringnya di sekitaran Uni Eropa saja. Dia baru pertama kali ke Jepang di Asia. Namun, di sana dia berkenalan dengan pria Indonesia yang sama-sama turis. Setelah itu, dia jadi tertarik untuk mengenal para pria Indonesia.

Aku tidak mau munafik. Selain dia berwajah tampan dan seksi, hal yang membuat aku nyaman dengan Eduardo adalah karena dia itu sangat sopan padaku. Dia tahu aku pemalu dan tidak pernah memaksakan aku untuk melakukan hal-hal yang aku tidak nyaman lakukan. Dia tidak pernah memintaku melakukan Video Call Sex (VCS). Kebanyakan, para pria Indonesia yang aku kenal dari Tinder akan meminta melakukan VCS setelah mengenalku cukup lama. Bila posisi kami dekat, mereka akan meminta aku berhubungan seks dengan mereka secara gamblang.

Tidak bisa kupungkiri, aku juga menginginkan seks. Aku penasaran dengan seks. Bayangkan, selama 24 tahun aku menutup diri. Aku ingin sekali merasakan pria yang baik dan tampan yang mau melakukan hubungan badan denganku. Tetapi, aku memang lebih sulit membuka dari. Aku terlalu introvert. Jadi, ketika ada seorang pria yang mengajak aku melakukan hubungan seks secara langsung, aku biasanya merasa canggung dan mulai ghosting mereka.

Namun, entah mengapa, aku malah berharap si Eduardo mau mengajakku berhubungan badan. Aku ingin dia menjadi pria pertama yang menyentuh tubuhku. Aku ingin Eduardo menjadi pria pertama yang mencium bibirku dan melihat tubuh telanjangku secara polos dan tanpa dihalangi apa pun. Tetapi, aku sadar hal ini tidak mungkin terjadi. Eduardo kan tinggal di Spanyol. Aku sendiri di Jakarta. Ini hal yang tidak mungkin terjadi. Apakah aku menginginkannya karena hal ini tidak mungkin terjadi? Aku pun tidak yakin. Tetapi, semua ini mulai terasa mungkin terjadi karena sebuah percakapan yang tidak terhindarkan.

Hampir setiap hari aku selalu berbicara melalui video call dengan Eduardo. Perbedaan waktu Jakarta dan Madrid tidak terlalu jauh. Bila di Indonesia pukul 5 sore, di Madrid sedang pukul 12 siang. Eduardo sering menelponku saat dia memiliki waktu senggang dalam mengajari kliennya. Biasanya, dia akan menanyakan apakah aku sibuk. Bila tidak sibuk, kami akan bercakap-cakap melalui Video Call. Selain itu, hampir setiap saat, kami selalu bertukar pesan singkat di What’sApp. Di titik ini, aku sudah sangat nyaman pada pria Spanyol tampan itu.

Setelah kami saling mengenal kurang lebih enam bulan, Eduardo memberanikan diri untuk mengajakku bertemu secara fisik.

“Sebentar lagi musim panas datang, Anthony,” ucapnya memulai pembicaraan. “Di musim panas, aku sering mengambil satu bulan off untuk berpergian… Aku berpikiran ingin pergi ke Indonesia…”

“Benarkah?” tanyaku tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanku. “Ini pasti sangat menyenangkan!”

“Ya ini semua tergantung padamu, Anthony…”

“Tergantung denganku?” tanyaku kebingungan. “Maksudnya?”

“Kamu tahu kan pergi ke Asia dari Spanyol bukan perjalanan yang murah,” jelasnya sambil tersenyum. “Aku mau datang kalau kamu berjanji satu hal…”

“Apa itu?” tanyaku dengan dada yang berdegup kencang.

“Syaratnya kamu harus mau tinggal bersamaku selama aku di Jakarta,” ucapnya dengan santai. “Aku akan menyewa sebuah apartemen di tengah kota. Diam-diam aku sudah melakukan riset. Budget juga sudah masuk. Aku bisa tinggal sebulan dan kita bisa tinggal bersama di sana. Kamu mau?”

Belum sempat aku menjawab penawarannya. Tetapi, Eduardo sudah mulai mengucapkan kata-katanya lagi.

“Aku tidak tahu apa ini normal bicara terus terang begini di Indonesia,” katanya terdengar ragu. “Tetapi, bila aku bertemu, aku ingin bercinta denganmu…”

“APAAAA??” tanyaku kaget dengan ucapan terus terang Eduardo kali ini.


Ilustrasi: Eduardo Garcia


“Ya aku mau kita berhubungan badan denganmu selama di Indonesia,” ucapnya santai sekali. “Aku ingin keintiman itu denganmu… Aku sudah terang-terangan berkata padamu kalau kamu adalah tipeku. Pria Asia adalah kesukaanku. Dan lagi, kamu sangat imut… Pemalu… Kulitmu benar-benar indah. Wajahmu tampan. Tubuhmu juga seksi. Setiap kamu berbicara, aku tidak bisa menahan diri untuk memandang bibirmu yang tipis dan berwarna pink itu. Aku ingin melumatnya… Aku ingin menikmati tubuhmu selama ini… Aku ingin memujamu…”

Jantungku berdegup semakin kencang. Permintaan si Eduardo memang hal yang selama ini kuinginkan. Tetapi, aku paling tidak bisa diajak bicara seterang-terangan ini. Apakah aku harus menutup panggilan dan tidak berbicara dengannya seperti sebelum-sebelumnya? Tetapi, entah kenapa kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti sihir… Aku terhipnotis dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya.

“Apakah kamu tidak menyukaiku seperti itu, Anthony?” tanya Eduardo terus terang. “Apakah kamu pernah membayangkan aku dan dirimu seperti itu? Apakah kamu pernah mengingini tubuhku?”

Keringat dingin langsung memenuhi sekujur tubuhku. Rasanya aku ingin ditelan bumi saja.

“Kamu tidak menyukaiku seperti itu, ya?” ucapnya penuh kekecewaan. “Apa kita perlu mengakhiri pertemanan kita?”

“Tentu saja bukan begitu!” jawabku cepat-cepat. “Aku…menyukaimu seperti itu juga…”

“Tetapi?” tanyanya dengan hati-hati.

“Ada hal yang cukup rumit…”

“Apa itu?” tegas si Eduardo ingin tahu. “Apa yang cukup rumit itu?”

Aku tidak tahu harus berkata apa lagi pada Eduardo. Aku malu… Tetapi, aku rasa aku harus jujur.

“Sebenarnya… Aku…” ucapku memberanikan diri membuka diri. “Aku…”

“Kamu kenapa, Anthony?” tanya si Eduardo tidak sabar. “Apa ada hal serius yang terjadi?”

“Tidak…” jawabku sambil mendesah pelan. “Sebenarnya, aku seorang perjaka…”

“Perjaka?” ucap Eduardo melotot kaget. “Maksudnya, kamu belum pernah berhubungan seks dengan siapa pun?”


Ilustrasi: Anthony Sanjaya


Aku cuma mengangguk sambil tersenyum malu.

 

“KENAPA?” tanya Eduardo kaget.

“Karena aku tidak siap saja selama ini,” jawabku dengan muka merah seperti tomat. “Oleh karena itu, aku ragu kalau kamu datang…”

“Karena kamu merasa tidak siap melakukannya denganku?” desak Eduardo.

“Karena aku takut aku tidak bisa memuaskanmu!” jawabku cepat-cepat. “Karena aku takut aku tidak cukup berpengalaman untuk membuatmu keenakan… Aku ini pria yang membosankan… Aku ini kolot… Aku takut kamu kecewa setelah mengenalku dan tinggal bersamaku…”

“WHAAATTTT?!” Eduardo berteriak histeris. “APA KAMU SUDAH GILA?”

“Ada apa, Eduardo?” tanyaku kebingungan.

“APA KAMU TIDAK WARAS?” ucapnya lagi dengan girang. “SEKARANG, YANG ADA KEMALUANKU MENEGANG KERAS TIDAK TERKONTROL, MEMBAYANGKAN BETAPA KETATNYA LUBANG PERJAKAMU ITU AKAN MENJEPIT KEMALUANKU!”

Aku terdiam sejenak, lalu tertawa mendengar ucapan ceplas ceplos Eduardo.

“Kamu ini bisa saja, Eduardo!”

“Aku serius, Anthony!” ucapnya lagi dengan bersemangat. “Masalahnya, apakah kamu rela memberikan keperjakaanmu padaku?”

Aku cuma tersenyum-senyum malu, tidak berani menjawab pertanyaan Eduardo yang sungguh terang-terang itu.

“Jawab aku, Anthony!” ucapnya lagi tidak sabar. “Apakah kamu mau memberikan keperjakaanmu padaku?”

“Apakah kamu mau bercinta dengan seorang pria tidak berpengalaman sepertiku?” tanyaku balik.

“TENTU SAJA AKU MAU, ANTHONY!” ucap Eduardo histeris. “INI IMPIAN SETIAP PRIA GAY UNTUK BISA MENJEBOL PANTAT SEORANG PERJAKA SEPERTIMU! KAMU TAHU KENAPA AKU SUKA PRIA ASIA? KARENA PANTAT MEREKA SEMUA SEMPIT! BERBEDA DENGAN PRIA-PRIA BOTTOM EROPA YANG SUDAH TERBIASA DISETUBUHI KONTOL BESAR ORANG EROPA!”

Aku cuma tertawa terbahak-bahak menimpali ucapan terus terang si Eduardo. Mulut ceplas ceplosnya membuatku tertawa terbahak-bahak.

“APALAGI, KAMU BELUM PERNAH DISETUBUHI SEORANG PRIA PUN!” ucapnya semakin bersemangat. “AKU BISA MEMBAYANGKAN SEBERAPA KETATNYA PANTATMU AKAN MENJEPIT KEMALUANKU! INI AKAN MENJADI PENGALAMAN YANG SANGAT MENYENANGKAN BUATKU!”

Aku cuma tersenyum-senyum malu mendengar pikiran-pikiran liar Eduardo. Diam-diam, mendengar ucapan Eduardo, kemaluanku mengeras tanpa pemberitahuan. Dadaku berdegup kencang.

“Kamu tidak mengetahuinya, tetapi aku sangat terangsang sekarang…” ucap Eduardo nakal, lalu mengarahkan kamera ke selangkangannya. Dia meremas-remas kemaluannya di depanku. “Aku sangat tegang saat ini… Membayangkan kemaluanku ini menembus lubang pantat ketatmu…”

“Kamu membuatku takut…” godaku sambil tertawa kepadanya.

“Tenang saja, Anthony,” bisiknya kini lembut. “Aku tidak mau memaksamu… Tetapi, apabila kamu memang mau memberi aku kesempatan, aku ingin memujamu… Aku akan melakukannya dengan sangat lembut… Aku akan membuatmu tidak bisa melupakan hari itu, Anthony…”

Dadaku berdegup-degup kencang.

“Apakah kamu pernah berciuman sebelumnya?” tanyanya lagi menggodaku.

Aku cuma menggeleng-geleng, malu dengan seberapa kurang berpengalamannya diriku.

“Aku akan mencumbumu lembut dan penuh perasaan, Anthony…” janjinya padaku. “Aku akan membuatmu menjadi pria yang merasa paling dipuja di dunia…”


[ … ]


Hari itu datang… Penerbangan Eduardo dari Madrid menggunakan Turkish Airlines. Dia transit di Istanbul dulu. Pukul 17.50 dia terbang dari Madrid International Airport. Dia sampai di Madrid pukul 00.05 waktu setempat. Lalu, pukul 02.30, dia terbang ke Soekarno-Hatta International Airport di Jakarta. Dia datang sekitar pukul 18.00. Aku sudah bersiap di Soekarno-Hatta sejak pukul 17.00. Aku gugup bukan main…

Penerbangan dari Istanbul membawa banyak warga Turki yang ke Indonesia. Tiba-tiba saja ada banyak sekali pria-pria tampan yang tampak macho dan berbulu turun dari pesawat. Pada dasarnya, aku suka melihat betapa tampan dan jantannya pria-pria Turki dari social media. Tetapi, semua itu hilang ketika aku melihat sosok pria yang selama ini kulihat di screen-ku. Sosok pria Spanyol berambut tebal dan indah, dengan kumis dan jenggot yang lebat nan tertata rapi. Kulitnya yang terbiasa terbakar matahari Mediterania tampak bersinar cerah. Dia tersenyum padaku, memamerkan senyumnya yang dihiasi gigi putih yang indah. Matanya menatapku dalam-dalam, sangat meneduhkan.


Ilustrasi: Eduardo Garcia


¡Hola! ¡Encantado de conocerte por fin, Anthony!” ucapnya lalu memeluk tubuhku.

Jantungku berdetak kencang. Eduardo baru saja melalui sebuah penerbangan yang panjang. Beserta transit di Turki, dia baru saja menempuh perjalanan 18 jam 10 menit dari Spanyol menuju Indonesia. Tetapi, saat dia memelukku, tubuhnya masih memancarkan bau harum yang menyegarkan hidungku. Aku tahu itu bau Terre d’Hermes. Seleranya bagus… Belum sempat aku memujinya, dia mengecup pipiku dalam-dalam. Aku melotot… Kecupannya hangat dan sangat dalam…

“Eduardo!” ucapku melotot, segera melepaskan pelukannya. “Jangan menciumku di depan umum! Di Indonesia, kami tidak biasa begini!"

Si Eduardo terkekeh pelan. Dia memandang mataku dengan lembut.

“Aku tahu aku harus bagaimana, sayang…” ucapnya menggodaku. “Aku hanya mencium pipimu… Lagipula, aku kan jelas sekali terlihat seperti pria Latin…. Pasti mereka mengerti ini kebudayaanku… Apa mereka tidak pernah menonton Money Heist atau Elite?”

“Tetap saja ah!” ucapku malu-malu, lalu mengambil koper di tangannya.

“Lagipula, aku tidak mencium bibirmu… Ini hal lumrah,” ucap Eduardo santai. "Dan lagi, aku akan mencuri ciuman pertamamu di tempat yang lebih memberikan privasi. Aku ingin membuatmu terkesan…"

“Hanya satu koper ini saja?” tanyaku sambil menarik koper besarnya itu ke bagasi mobil.

“Iya…" jawabnya sambil tersenyum, mengikuti langkah kakiku ke arah mobil. "Untuk apa membawa banyak pakaian? Aku juga akan lebih banyak telanjang bersamamu sepanjang hari…menikmati kulit indahmu… Merasakan kehangatan tubuhmu… Dan memuja otot-otot di tubuhmu itu…"

Aku menoleh ke arahnya sambil melotot.

"Sudah kubilang jangan bicara hal tidak senonoh begitu di sini, Eduardo!” ucapku malu-malu.

Padahal, diajak bicara kotor seperti itu, dadaku berdegup kencang. Aku benar-benar merasa bergairah mendengar seorang pria Latin tampan dan seksi seperti dirinya mengucapkan kata-kata sensual mengenai tubuhku seperti itu.

“Kamu benar-benar imut ketika tersipu malu seperti itu, Anthony…” katanya kini berjalan di sebelahku sambil memegangi pipiku. “Lucu sekali…”

“Ayo cepat ke mobil!” kataku malu-malu dan berjalan lebih cepat.

Dalam waktu kurang dari lima menit, kami sampai di mobilku. Kumasukkan koper besar Eduardo di bagian bagasi Honda Mobilio warna putihku. Eduardo sendiri sudah masuk ke bagian depan.

“Wah, kaca mobilmu gelap sekali,” ucap Eduardo mengamati.

Setelah menutup bagasi, aku segera bergegas masuk ke kursi pengemudi.

“Eduardo, kamu ingin makan a…?”

Belum sempat aku menuntaskan kalimatku, Eduardo segera meraih wajahku dengan kedua tangannya dan mengecup bibirku… Lembut sekali… Penuh perasaan… Matanya terpejam… Wajah tampannya yang begitu dekat denganku itu kini bisa kunikmati dengan jelas menggunakan indra penglihatanku. Ciuman pertamaku… Dengan seorang pria Latin yang seksi bukan main… Seorang pria yang berbicara dengan intens denganku melalui video call dalam tiga bulan terakhir. Seorang pria tampan yang diam-diam aku merasa aku rela memberikan semuanya kepadanya…

Aku pun segera melepas ciuman Eduardo sebelum aku lupa daratan.

“Eduardo…” kataku panik. “Kita di parkiran! Ini tempat umum lho!”

“Biarkan aku memiliki momen ini, Anthony…” ucapnya dengan napas memburu dan masih memegangi pipiku dengan tangannya. “Tolong biarkan aku menikmati saat-saat ini… Kaca mobilmu gelap… Tidak akan ada yang bisa melihat kita… Aku duduk di pesawat hampir 20 jam untuk ini… Biarkan aku menikmatinya…”

Hatiku meleleh rasanya… Tidak ada pria gay yang berpikiran normal yang akan menolak dicium seorang pria tampan dan seksi seperti Eduardo.

“Aku tahu ini ciuman pertamamu… Jadi, biarkan aku memberikan pengalaman itu… Biarkan aku memberimu sebuah ciuman pertama yang bisa kamu ingat selamanya…”

Mendengarnya, aku cuma bisa bertekuk lutut. Aku menyerah pada ini semua… Aku sudah menyerah pada kemauan Eduardo sekarang… Aku cuma mengangguk…

Eduardo kembali meraih wajahku dengan tangannya yang kokoh itu. Dia kecup bibirku lembut sekali. Setelah itu, dia agak menjauhkan bibirnya dari mulutku. Dia pandang wajahku sambil tersenyum. Kini, saat mataku sedang memandangnya, dia kembali melumat lembut bibirku.

Bagian bawah bibirku dia lumat lembut dengan segenap mulutnya. Saat bibirku berada di dalam mulutnya, lidahnya dia mainkan di sekitar bagian bawah bibirku. Dari yang awalnya lidahnya menyentuh lembut bibirku, kini lidah itu naik ke atas dan bersentuhan dengan lidahku. Seketika itu juga aku merasakan rasa liurnya yang segar itu di dalam indra pengecapku. Mulut dan lidah kami menari-nari, seakan-akan merayakan persatuan mulut kami untuk pertama kalinya…dan tentunya bukan terakhir kalinya dalam satu bulan ke depan.

Desahan napas Eduardo kini mengeras di telingaku.  Tiba-tiba, tangannya yang kekar itu memeluk diriku. Selain bibirku disergap dengan lumatan-lumatan nikmat, Eduardo kini juga menyergapku dengan sebuah pelukan hangat. Kurasakan putingnya mengeras dan bergesekan dengan dadaku. Aroma napasnya yang jantan nan menggairahkan itu memenuhi indra penciumanku. Lidahnya semakin liar menginvasi mulutku… Kemaluanku terus berkedut-kedut, tidak sanggup menahan kenikmatan yang ditawarkan pria Spanyol di depanku… Hanya dipeluk dan dicumbu olehnya saja aku hampir orgasme!

“Eduardo…” ucapku berusaha melepas diri dari cumbuan Eduardo meskipun hatiku sebenarnya tidak mau. “Ayo kita segera berangkat! Aku merasa tidak nyaman di sini… Di Indonesia, kita bisa di-viral-kan lho…”

Eduardo pun terkekeh. Tangan nakalnya tiba-tiba meraih jendolan kemaluanku yang menggunung itu. Dia bersiul kecil.

“Padahal, aku belum masuk ke menu utamanya…” katanya kini dengan nakalnya meloco kemaluanku yang masih tersimpan aman di dalam celana dalam dan celanaku. “Apa aku perlu menghisap kemaluanmu di sini sekarang? Sepertinya, kemaluanmu cukup tense…

Aku segera menampel tangan Eduardo yang lancang memainkan batang penisku yang hendak meledak itu. Wajahku memerah seperti kepiting rebus karena malu.

“Jangan berbuat nakal di tempat seperti ini, Eduardo!” kataku mengomel malu-malu. “Aku bisa dalam masalah kalau kita ketahuan melakukan hal tidak senonoh seperti itu!”

Eduardo lalu tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Bibirnya mengecup bibirku lembut. Sambil bibir kami masih bertemu, dia tersenyum sambil terus menghujani bibirku dengan kecupan-kecupan kecil dari bibirnya.

“Boleh aku memanggilmu Antonio?” tanyanya tiba-tiba.

“Kenapa?” tanyaku kebingungan.

Antonio masih mendekatkan wajahnya ke wajahku. Matanya yang berwarna hazel indah itu terus memandang mataku dari dekat. Aroma napasnya yang menyegarkan itu terus membombardir indra penciumanku. Aku yang malu dipandangi seperti itu cuma bisa memejamkan mataku, tidak mau menunjukkan kegugupanku.

“Aku ingin memanggilmu Antonio karena itu terdengar lebih Latin dari Anthony… Aku ingin punya nama panggilan khusus… Sebuah nama yang tidak ada pria lain memanggilmu dengan nama itu,” ucapnya tenang. “Lalu, aku ingin kamu menjadi orang yang berbeda untukku… Jangan malu-malu padaku… Jadilah Antonio, sesosok pria yang ekspresif… Katakan apa yang kamu mau dariku… Nikmatilah passion dan kenikmatan yang akan kita miliki bersama sebulan ke depan… Aku ingin kita memiliki waktu yang menyenangkan bersama… Waktu yang seksi dan menggugah gairahmu…”

Aku cuma terperangah dengan kata-katanya…

“Aku berjanji, satu bulan ke depan akan menjadi satu bulan yang tidak akan pernah bisa kamu lupakan, Antonio…” ucapnya lagi. “Aku akan membuatmu mendapatkan orgasme terhebat di hidupmu… Jauh lebih nikmat dari apa yang kamu dapatkan dari masturbasi… Aku juga akan membuat mulutmu terus meminta lebih dari apa yang tubuhku tawarkan…”


Ilustrasi: Anthony Sanjaya


Aku benar-benar merinding mendengar visi dan misi Eduardo di sini… Eduardo kembali melumat bibirku, bibir pria yang belum pernah dikecup pria lain itu. Mulutnya terus melumat bibirku seperti matahari yang merindukan bulan. Lidahnya menyusup masuk dan terus menjelajahi isi mulutku. Air liur kami menyatu dan bercampur di dalam mulut kami masing-masing. Testisku pun terasa semakin meradang…

“Sudah cukup untuk sekarang, Eduardo…” ucapku merasa orgasmeku juga kian mendekat. “Ayo kita pulang! Apabila semakin malam, takutnya ini semakin macet…”

“Baiklah!” ucap Eduardo sambil memasang sabuk pengamannya sekarang.

“Kamu mau makan apa, Eduardo?” kataku berdeham, lalu bersiap-siap menyalakan mesin.

“Aku ingin kita pulang dulu sekarang…” ucap Eduardo santai. “Aku ingin check-in, menaruh koperku dulu di apartemen, lalu menikmati ini, Antonio…”

Eduardo sekonyong-konyongnya segera meraih batang kontolku yang masih menegang itu. Dia lalu kembali memainkan kontolku.

“EDUARDO!” teriakku histeris. “BAGAIMANA AKU BISA MENYETIR BILA KAMU MENGGODAKU SEPERTI INI?”

“Kamu harus mencari tahu bagaimana!” ucapnya sambil mengedipkan satu matanya padaku untuk menggodaku.

“KITA MAKAN DULU SAJA!” ucapku berkilah karena tidak siap. “KAMU PASTI KELAPARAN, KAN? KAMU BARU SAJA TERBANG BELASAN JAM!”

“Aku tentu mendapatkan makan siang di penerbangan tadi, sayang,” ucapnya santai. “Aku belum lapar… Lagipula, we don’t have to fuck right away… Aku hanya ingin menikmati tubuhmu dulu… Merasakan tubuh telanjangmu… Itu saja, sayang…”

Aku pun bingung harus bereaksi apa lagi… Eduardo kini terus mempermainkan kemaluanku… Dadaku bergemuruh dan jantungku berdetak kencang. Kini, Eduardo menggunakan satu tangannya yang lain untuk memainkan putingku. Putingku langsung mengeras. Bibirku juga mengerang keenakan menanggapi rangsangan dari permainan nakal tangan Eduardo.

“EDUARDO!” ucapku memprotes sambil memukul tangan Eduardo yang terus bergerilya memainkan puting dan kemaluanku.

“Sudah, kalau kamu tidak tahan menanggapi rangsanganku, segera saja injak gasnya dan bawa aku ke apartemen secepatnya!” ucap Eduardo sambil terkekeh.

“INI SANGAT BERBAHAYA!” ucapku membela diri. “SETIDAKNYA, LEPASKAN PUTINGKU! AKU TIDAK BISA BERGERAK BEBAS!”

Eduardo setuju dan terkekeh. Setelah itu, aku segera membawa mobil kami pergi dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju apartemen yang disewa Eduardo di daerah Thamrin.


[ … ]


Setelah menutup pintu apartemen, Eduardo langsung menarik tanganku dan kembali melumat habis bibirku. Dia biarkan koperku dan kopernya tergeletak di tanah. Dia langsung menyergap tubuhku ke tembok. Sambil menyandarkan tubuhku agar nyaman, lidahnya terus bergerilya menginvasi mulutku. Kedua tangannya kini mengarah ke dadaku. Dengan jari-jari di tangannya, dia menggelitik nakal kedua puting kecil malangku yang melenting karena menanggapi cumbuan mulut Eduardo.

“Ahhh… Ohhhh… Ahhhh…” erangku karena rasa nikmat yang diberikan mulut dan jari-jari nakal Eduardo kepadaku.

Bibirku masih ditawan di dalam mulut Eduardo. Aku mengerang-erang di dalam mulut Eduardo. Tiba-tiba, Eduardo melepas bungkaman mulutnya dari mulutku sejenak. Tak kusadari, wajahku ikut maju, tidak rela kesatuan mulut kami terlepas. Eduardo terkekeh melihat tubuhku yang jelas bernafsu dengan rangsangan-rangsangan dari tubuhnya. Segera dia lepas kaos yang melekat di tubuhnya. Setelah itu, terpampang sudah dada bidangnya dan perut six pack-nya yang telah terbentuk setelah bertahun-tahun latihan. Kini aku juga bisa melihat keindahan otot bisep dan trisepnya yang begitu menggoda untuk kusentuh.

Ilustrasi: Eduardo Garcia

Saat tanganku hendak menyentuh tubuh indahnya itu, Eduardo malah mendorong aku ke tembok dengan agresif. Tanpa basa-basi, dia lepas kaos yang melekat di tubuhku. Rupanya, dia tidak sabar untuk melakukan unboxing terhadap tubuhku…

Secepat kilat, dia angkat tanganku dan tarik paksa kaos yang melekat di tubuh bagian atasku. Ketika badanku terpampang nyata di depannya, dia tampak menggeleng-geleng gemas. Tanpa ragu-ragu, dia segera memajukan wajahnya dan menghirup ketiakku dengan hidungnya. Aku tertawa geli dengan perlakuannya.

“Hentikan, Eduardo,” ucapku berusaha memintanya berhenti. “Geli sekali, Eduardo…”

Eduardo tidak peduli lagi… Dia kini dengan nakalnya menjulurkan lidahnya dan menjilati ketiakku satu per satu. Aku cuma berpasrah dan mengerang-erang keenakan dengan serangan-serangannya. Setelah puas menjilati ketiakku, Eduardo menjilati leherku dengan lembut. Dia memainkan lidahnya untuk menelusuri setiap titik-titik sensitif di leherku. Aku cuma bisa merengek keenakan. Dari leher, dia menjilati dadaku. Hingga akhirnya, dia mulai menjilati puting malangku yang melenting itu. Dia jilat dan hisap pelan-pelan putingku satu per satu.

Tangannya pun tidak tinggal diam. Dengan cekatan, dia segera membuka resleting celanaku. Tangannya meraih kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam dengan nyaman dan memainkannya lembut. Mulutku tidak henti-hentinya mengerang karena rasa nikmat yang ada. Sampai suatu ketika, Eduardo melepaskan pengait celana jeans yang kupakai sambil lidahnya masih memanjakan puting kecilku. Aku pun dibuatnya pasrah dengan apa yang terjadi. Celana jeans ketat yang kupakai kini terlepas sempurna dari celanaku. Eduardo tidak membuang-buang waktu untuk memelorotkan celana dalam brief yang kupakai. Kontolku kini mengacung bebas, berkedut-kedut dan mengenai dada si Eduardo. Eduardo pun memainkan kontolku dengan satu tangannya.

Kecupan dan jilatan nakalnya turun dari puting ke pusarku. Dia ambil waktu untuk menjilati pusarku cukup lama. Eduardo sempat meludahi tangannya sendiri dan membalurkan liurnya ke kontolku agar batang kemaluanku itu licin dan mudah dipijah. Dia pun berdiri berhadapan dengan wajahku dan melumat bibirku basah. Sungguh nikmat rasa ludahnya yang menyatu di dalam mulutku… Aku pun sudah lupa daratan lagi. Kupaksa masuk lidahnya di dalam mulutku dan kusedot air liurnya masuk ke dalam mulutku. Sambil sibuk meminum liur Eduardo, tangan nakal Eduardo terus meloco kemaluanku. Aku tidak berdaya menghadapi ini semua…


{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

 

“Eduardo, hentikan!” ucapku tidak berdaya. “Aku sudah dekat!”

“Biyar…khan a…khu meneh…lannyah!” ucap Eduardo sambil terus mendorong tenggorokannya untuk menelan habis kemaluanku.

“Aku…tidak tahan… lagi!” ucapku sudah tidak bisa basa-basi lagi.

Bukannya jijik kalau aku memuntahkan air maniku di mulutnya, Eduardo malah semakin getol menghisap kemaluanku. Kurasakan pipinya mengempot, seperti berusaha mempercepat orgasme. Aku sendiri merasakan dadaku bergemuruh dan penuh. Sepertinya tubuhku ingin meledak.

Eduardo pun menggerak-gerakkan kedua testisku di dekat bibirnya dengan satu tangannya. Ini memberi efek yang membuat tubuhku semakin menggila. Tubuhku bergetar-getar, dan mulutku tidak henti-hentinya mengerang keenakan.

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

 

“Kenapa?” tanyaku dengan kebingungan. “Kamu tidak mau dikeluarkan, Eduardo?”

“Nanti bisa kita lanjutkan lagi, sayang,” ucap Eduardo sambil mengecup salah satu pipiku dalam-dalam. “Kamu baru saja orgasme hebat… Kamu butuh istirahat…”

Aku pun tidak bisa menjawab apa-apa. Alhasil, aku cuma menurut saja. Sekarang, aku sepenuhnya mempercayakan hidupku pada Eduardo. Kalau sekarang dia ingin menusuk perutku dengan pisau, aku juga akan menurut. Tetapi, untungnya Eduardo bukan orang begitu. Kini, Eduardo melepas celana dan celana dalam yang dia pakai. Kontolnya masih berdiri dan berkedut-kedut, mencari pelampiasan. Kami berdua sama-sama dalam ketelanjangan sekarang. Bedanya, aku lemas setelah menerima puncak orgasmeku dari Eduardo. Namun, Eduardo masih punya tenaga besar karena dia belum dipuaskan. Kukira dia berubah pikiran dan ingin menyetubuhiku sekarang. Ternyata, tubuh telanjangnya yang kuat dan kekar itu menggendong tubuhku.

Seperti seorang suami yang menggendong istrinya, Eduardo mengangkat tubuh telanjangku dan membawaku ke kamar mandi. Dia mendudukkan tubuhku di atas kloset. Dirinya sendiri berjalan ke arah shower box. Di sana, dia menyalakan air hangat dan memegang air dengan tangannya, berusaha mengontrol suhu air yang pas untuk tubuhku. Setelah menemukan suhu yang pas, Eduardo kembali mendatangiku. Dia mengangkat tubuhku dengan mudahnya, membawaku ke bawah pancuran air hangat itu dan memandikanku.


[ … ]


Ilustrasi: Eduardo Garcia


Kami berdua berbaring di kasur dalam keadaan bersih dan telanjang tanpa sehelai benang pun. Eduardo baru saja membaringkan tubuhku setelah memandikan diriku. Aku sendiri yang sudah lemas tidak sanggup membantunya menggosok-gosok tubuhnya. Setelah memandikanku, dia mandi sendiri. Setelah kami berdua beres, tubuhku dikeringkan dan ditidurkan di atas kasur. Eduardo menyelimutiku dengan selimut dan mulai menciumi bibirku lagi.

"Bagaimana rasanya?" ucap Eduardo sambil tersenyum dan menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidungku. "Kamu menyukainya?"

"Aku masih lemas, Eduardo…" ucapku malu-malu. "Ini semuanya benar-benar gila buatku…"

"Masih ada 29 hari lagi," ucap Eduardo terkekeh. "Kamu harus menyiapkan dirimu untuk pengalaman-pengalaman menyenangkan lainnya…"

"Oh, tunggu sebentar!" ucapku kaget dan segera bangun dari pembaringanku. "Aku sampai lupa! Kamu belum makan! Kamu pasti lapar! Ayo kita pergi keluar!"

"Apakah ada layanan semacam UberEats di sini, sayang?" ucap Eduardo malah membaringkan kepalanya di dua telapak tangannya, memamerkan ketiaknya yang terekspos begitu indah dan menggairahkan di depanku. "Aku sedang tidak mood untuk makan di luar… Hari ini, aku berencana ingin tiduran di kasur dan menikmati malam ini bersamamu… Cuddling dan berciuman…"

"Oh, ada layanan GoFood, Grabfood, dan Shopeefood," jawabku cekatan sambil menyalakan ponselku. "Kamu mau makan apa? Apa tidak lebih menyenangkan kalau kita makan enak di luar dan menikmati suasana kota?"

"Kita masih punya 29 hari, sayang!" ucap Eduardo gemas, lalu meraih tubuhku. Dia sengaja membuat tubuhku terjatuh di pelukannya. "Aku datang ke Jakarta bukan untuk makanan enak seperti yang kamu pikirkan… Aku datang untuk 'memakan'-mu…"

Eduardo kembali memasukkan lidahnya yang nakal ke dalam mulutku dan berpura-pura menggigit bibir bagian bawahku. Aku pun tertawa geli melihat permainan nakal yang dia lakukan padaku.

"Sudah! Hentikan!" ucapku sambil tertawa. "Sebaiknya kita makan sekarang… Apa kamu tahu apa yang kamu mau?"

"Aku mau kamu, sayang…" ucap Eduardo sambil menggelitik tubuhku.

"Maksudku, makanan!"

"Kamu adalah makanan Indonesia yang paling nikmat, Antonio!" ucap Eduardo sambil menciumi telingaku dan menjilati leherku dengan nakal.

“Hentikan!” ucapku menahan geli. “Biar cepat, segera pilih makanan seperti apa yang kamu mau! Biar aku bisa pesan segera…”

"Di Madrid, ada sebuah restoran bernama Sabor Nusantara… Di sana menjual berbagai macam makanan Indonesia… Sate Kambing adalah makanan favoritku," ucap Eduardo sambil tersenyum. "Tolong pesankan aku Sate Kambing. Mungkin nasi juga cocok untuk karbohidratnya. Apa kamu tahu restoran yang bagus untuk memesan Nasi Kambing?"

Aku pun tahu apa yang aku lakukan sekarang…


[ … ]


Aku tidak pernah keluar dari Asia. Selama hidupku, aku beberapa kali berkunjung ke luar negeri. Namun, biasanya sih dekat-dekat saja, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Standar ketampanan yang kumiliki adalah pria-pria Kaukasia. Mungkin karena aku jarang sekali melihat pria Kaukasia di Indonesia, sehingga saat melihat seorang pria Kaukasia, aku biasanya terpesona. Namun, ini seperti mimpi saja. Di depanku sekarang ada seorang pria tampan bermata hazel, berkulit tanned, berhidung mancung, dan jelmaan pria tampan Kaukasia yang sungguh menawan. Dan dia telah mencuri begitu banyak hal dalam hidupku: ciuman pertama, blowjob pertama, serta sosok pria pertama yang melihat tubuh telanjangku dan memperbolehkan aku melihat tubuh telanjangnya. Selain itu, dia juga tidak berhenti mencium bibirku sekarang…

Kami memesan sebuah kios menjual Sate Kambing yang kebetulan menyediakan produknya di Grabfood. Kami memesan Sate Kambing dan Nasi Putih serta Es Teh Manis. Kata orang, Sate Kambing itu bisa menambah libido. Sepertinya benar… Setelah makan dan mengobrol sebentar, yang Eduardo lakukan adalah menyeret aku di kasur. Wajah tampannya langsung menyerangku dan mengajakku bercumbu tanpa kenalku. Dia pun menelanjangiku, saling berhimpitan denganku di dalam selimut sambil menikmati dinginnya AC. Kemaluan kami bergesek-gesekkan dan lidah kami saling menyatu. Tubuh Eduardo menindihku dan terus mengecup setiap jengkal tubuhku.


Ilustrasi: Eduardo Garcia


You are so cute…” bisik Eduardo di depanku sekarang. “Dahulu, aku hanya bisa melihatmu melalui layar kaca. Sekarang, aku bisa menyentuhmu… Mengecup bibirmu… Mendekapmu… Rasanya sungguh menggairahkan…

Aku memandang wajahnya dan tersenyum malu. Aneh sekali… Kupikir, harusnya aku yang berpikir begitu…


[ … ]


Ilustrasi: Anthony Sanjaya


Aku tidak berbohong bahwa ini semua adalah yang pertama untukku. Di usiaku yang hendak mendekati 30 tahun ini, aku tidak pernah memikirkan seks terlalu dalam. Tetapi, ketika rangsangan-rangsangan dari tubuh Eduardo menguasai diriku, tubuhku pun mengkhianati diriku sendiri. 

Sungguh menyenangkan ketika nafsu dalam tubuhku yang mengambil kendali gara-gara perbuatan Eduardo. Eduardo sungguh seksi dan membangkitkan gairahku. Dia sungguh mahir membaca dan membuat tubuhku keenakan. Kini, sambil berciuman dengan penuh gairah, Eduardo pun mulai berani mempermainkan jari-jarinya di lubang pembuanganku. Tubuhku semakin bergetar ketika kecupan Eduardo turun ke bawah, menjilati putingku, dadaku, perutku, hingga mampir sebentar di kontolku. Selama itu semua, dia tidak berhenti memainkan jari-jarinya di lubang pembuanganku. Setelah puas bermain-main dengan tubuhku bagian atas, Eduardo menjamah tubuh bagian bawahku.


Ilustrasi: Eduardo Garcia


“Aku tahu betapa beruntungnya diriku hingga bisa me-rimming pantatmu ini, sayang…” ucap Eduardo dengan napas memburu sebelum menanam lidahnya ke dalam lubang pantatku yang hangat itu.

Tubuhku bergetar hebat. Dengan sangat berhati-hati dan sensual, Eduardo memperkenalkan lidahnya yang basah ke dalam pantatku.



{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Please, pelan-pelan,” ucapku lirih, masih dalam lumatan lembut bibir Eduardo. “Ini yang pertama kali buatku…”

“Aku akan bercinta denganmu lembut, sayang…” ucapnya sambil terus melumat bibirku dalam-dalam. “Aku akan memastikan kamu mendapatkan pengalaman pertama yang terindah…”

Tubuhku lemas setelah mendengar rayuan-rayuan manis dari mulut pria Latin tampan itu… Sungguh, kata-katanya membuat aku bertekuk lutut. Sebagai seorang pria yang belum pernah berkutat dengan game percintaan dan nafsu seperti, kata-kata Eduardo membuatku lemas dan ingin memasrahkan tubuhku kepadanya seutuhnya…

Wajah tampan Eduardo kembali tersenyum padaku. Setelah itu, dia menjilati telinga dan leherku dengan lembut, berusaha membangkitkan libidoku serta merenggangkan otot-otot pembuanganku. Jilatannya turun ke dadaku. Dia kecup kedua putingku dan hisap kedua putingku. Eranganku sudah tidak bisa kutahan lagi. 

Tiba-tiba, Eduardo meludahi telapak tangannya hingga basah. Tanpa aba-aba lagi, dia langsung mengoleskan liurnya itu ke bibir pantatku.

“Aku mau ini semua organik, Antonio,” ucapnya mengecup bibirku dan mengobok-obok lubang pantatku. “Segala sesuatu yang turut serta dalam persenggamaan perdana ini harus organik… Semua dari tubuhku dan tubuhmu… Biar pelicinnya pun alami dari tubuh kita… Aku tidak akan membiarkan ada benda asing ikut campur dalam penyatuan pertama kita…”


Ilustrasi: Eduardo Garcia


Aku cuma bisa memandangi Eduardo dengan tatapan tolol. Pria ini benar-benar seksi… Ucapan-ucapan dari mulutnya juga sangat nyentrik dan sensual. Tetapi, sesuatu yang aku tahu, aku yakin aku mau ini… Aku mau memberikan kesucian tubuhku ini padanya… Berbulan-bulan kami melakukan chatting. Aku percaya pada Eduardo… Meskipun dia agak pervert dan sangat seksual, aku mau memberikan yang pertama pada dirinya. Karena aku tahu Eduardo orang baik… Dan karena aku diam-diam jatuh hati padanya.

Eduardo kini berada di atas tubuh terlentangku, bertumpu dengan hati-hati pada dengkulnya agar tidak menindihku. Sambil kupandang wajah tampannya di atas tubuhku, aku berbisik.

“Eduardo, ludahi mulutku…”

Aku pun membuka mulutku lebar-lebar di bawah wajah tampan si Eduardo. Eduardo memandangku takjub, tidak percaya aku meminta hal senakal itu. Namun, tidak perlu menunggu lama, dia kumpulkan liur di dalam mulut dan meludahkannya ke mulutku. Dadaku berdetak kencang merasakan sensasi nakal yang ada. Setelah meludahi mulutku, Eduardo melumat mulutku ganas sekali lagi. Diam-diam, Eduardo meloco kemaluannya sendiri. Diarahkannya ujung kemaluannya ke bibir pantatku yang sudah becek ludah dan berkedut-kedut karena sensasi yang diberikan oleh Eduardo.

“Aku akan menjadi pria pertama yang menikmati tubuhmu, Antonio-ku…” bisiknya di depan wajahku sambil menempelkan hidung kami untuk menyentuh. “Aku adalah pria itu…

Sambil lidahnya menari-nari di dalam mulutku, Eduardo memilin putingku dengan kedua tangannya. Lalu, di bawah sana, dia dorong kemaluannya yang sudah tegak itu masuk ke dalam liang senggamaku. 

“Antonio… Sudah siapkah kamu menerima kontolku masuk ke lubang perawanmu?” tanya Eduardo dengan tatapan tajam seperti siap menerkamku.

Aku pun mengangguk lemah. Eduardo pun menyempatkan diri menggelitik-gelitikan jarinya ke kedua putingku lagi. Sambil memberi rangsangan ke kedua puting mungilku, Eduardo mendesah tertahan, membuat aroma napas jantannya menyembur ke sepenjuru indra penciumanku. Dia pun memasang sebuah bantal untuk mengganjal pantatku agar lebih tinggi. Segera saja kutarik kedua kakiku agar menjepit pinggangnya yang langsing namun berotot itu. Eduardo mengarahkan ujung kontolnya ke pantatku yang perawan itu. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]
 

CUPLIKAN SELANJUTNYA

Entah aku tidur sudah berapa jam di kala itu. Aku bangun dengan kecupan lembut di bibirku. Bukan hanya kecupan, ini sebuah pagutan. Kubuka mataku dan mendekati bibir Eduardo sedang melumati lembut bibirku. Kurasakan segarnya ludahnya yang langsung bercampur dengan mulutku yang terbuka. Lidahnya menjalar ke dalam mulutku dan menari-nari bersama lidahku, berharap membangunkanku. Ketika matanya dan mataku bertemu, aku menyadari Eduardo sedang menindih tubuhku dengan tubuh kekarnya dan menikmati bibirku. Dia tersenyum padaku. Kontolnya kini menegang dan berbenturan dengan kontolku yang seketika menegang diperlakukan begini oleh cowok seseksi dirinya.

Ilustrasi: Eduardo Garcia


"Bangun, sayang," katanya tersenyum lalu kembali melumat bibirku.

Setelah berpagutan dan berpelukan selama lima belas menit, aku pasrah kalau sekarang aku harus disetubuhi pria Latin seksi ini. Meskipun pantatku masih sakit, aku rela… Tetapi, tiba-tiba dia melepas cumbuannya dari bibirku. Dia mengecup keningku.

"Kita benar-benar baru saja melakukan hal gila, Eduardo…" kataku lalu tersenyum masam.

"Kenapa?" tanyanya sedih. "Apakah kamu menyesal, Antonio? Apakah kamu merasa kesakitan? Maafkan aku bila aku jadi membuatmu melakukan hal yang kamu sesali begini…"

"Aku tidak menyesal, Eduardo…" bisikku pelan, berusaha menjelaskan.

"Lalu kenapa?" tanyanya lagi sambil menyelidik.

"Aku tidak menyesal…" ucapku lagi, kembali mengajak Eduardo bercumbu selama kurang lebih lima menit sebelum kembali berbicara. "Tolong mengerti… Ini hal besar buatku… Ini pertama kalinya aku melakukan hubungan seksual dengan orang lain…"

“Apa kamu menyesal karena melakukannya denganku?” tanya Eduardo pelan-pelan.

“Tentu saja tidak,” jawabku sambil memegang tangan Eduardo dan mengusap-usapkannya padaku. “Aku sangat bersyukur bisa melakukannya dengan pria yang sebaik dan selembut kamu… Maksudku, ini bisa berakhir lebih buruk lagi dari ini semua, bukan? Bisa saja pantatku robek atau semacamnya…”

Setelah mengakhiri kalimatku, Eduardo mencumbu mulutku lagi. Bibir kami berpagutan dengan penuh nafsu. Aku pun membalas cumbuannya dengan penuh perasaan, ingin memberinya sebuah pertanda terima kasih…

“Aku tahu ini terdengar gila, tetapi ada hal yang ingin kusampaikan… Aku tahu ini mungkin terdengar impulsif dan terlalu cepat…” sahut Eduardo lalu mengelap wajahku. “Aku rasa aku ingin menyampaikannya…"

“Ada apa, Eduardo?” tanyaku kebingungan.

“Aku rasa aku mencintaimu, Antonio…” ucapnya dengan nada santai tetapi tulus. “Ini baru pertama kali terjadi bagiku… Tetapi, sejak di Spanyol, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu… Maksudku, kalau mau bicara yang masuk akal, kamu sangat manis dan benar-benar tipeku… Tetapi, ini lebih dari nafsu… Kamu membuat hidupku lebih bahagia… Kamu memperkaya hidupku…”

Aku cuma terpaku mendengarkan ucapannya. Bahkan, untuk berkedip saja, aku tidak sanggup.

“Kenapa kamu diam saja?” tanya pria tampan di depanku itu dengan pertanyaan serius. “Apakah kamu tidak menyukaiku juga?”


( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

[ ... ]

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.

Nama file di KaryaKarsa adalah: BOPK_JM

Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.
 

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995
 

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.
 

Salam sayang,
Jeremy Murakami

Continue Reading

You'll Also Like

42K 1.3K 5
THE SHADOW ASPECT ❪ season three ❫ // the repressed or rejected part of one's personality ONGOING five hargreeves x fem!reader written by funkyend...
135K 1.5K 81
Short stories of your favourite drivers! ✰⋆🌟✪🔯Requests are open✰⋆🌟✪🔯
272K 1K 57
Kumpulan Cerita Panas buatan Roberto Gonzales. Khusus 21 tahun ke atas.
1.7M 46.4K 91
When Jasmine Cooper runs into a drunk rapist, a man saves her. It is Xavier Ravarivelo, the billionaire Mafia whose bride left him at the altar. Jas...