Ruang dan Waktu

By sirhayani

221K 17.5K 882

Dalam keluarga besar itu pun tahu bahwa Kalila hanyalah anak angkat yang ditemukan di depan rumah saat anak l... More

pratinjau
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9,5
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
Cerita Lain: Make Them Fall in Love with You
33
34
35
36
37
38
39.a
39.b|
40
41
42
43
44
45.a
45.b|
46

25

4.6K 312 15
By sirhayani


***

jiro: seriusan lo mau ke rumah gue?

me: ini udah di jalan

me: gue putar balik, nih?

jiro: jangan lah. terusin aja. gue penasaran masakan lo kayak gimana

Pipi Ashana terasa pegal karena sudah ke sekian kalinya dia tersenyum. Dia sudah di perjalanan menuju rumah Jiro. Alamat yang dikirimkan cowok itu tadi ternyata tak jauh dari rumahnya. Meski begitu, Ashana tetap memilih untuk memesan pengemudi mobil online daripada motor. Sengaja, supaya bekalnya tak terkena debu. Meski makanan di dalam sana tertutup rapat, tetapi dia harus menjaga tempat bekal yang ditutup oleh tas kain itu dengan baik-baik.

Momen langka ini terasa sangat berarti.

Entah bagaimana mereka jadi seperti dua orang yang berteman secara alami. Perlakuan Jiro terlalu santai dan tak canggung, bertolak belakang dengan Ashana. Ashana menyadari bahwa Jiro tahu dia pemalu sehingga selalu membuat Ashana nyaman di situasi apa pun.

Padahal tadinya Ashana mengirim pesan duluan kepada Jiro untuk menanyakan tugas kelompok baru yang dilakukan dengan teman semeja. Jiro membalas bahwa dia sakit. Jadi, Ashana yang tak tenang dengan tugas yang tertunda tidak memaksa untuk menyelesaikan hari ini karena masih bisa mereka kerjakan besok. Jadi, Ashana hanya menyuruh Jiro untuk istirahat dengan baik saja.

Namun, tiba-tiba Ashana berinistaif mendatangi cowo itu dan dengan bercanda ingin membawakan bekal, tetapi Jiro menganggapnya serius.

Ashana merasa gugup karena kata Jiro semua orang di rumah Jiro sedang pergi ke rumah neneknya. Padahal, mungkin saja Ashana bisa berkenalan langsung dengan adik perempuan cantik Jiro yang dia ketahui bernama Kalila.

Mungkin..., mereka bisa jadi teman. Harapan itu sepertinya sulit terealisasi. Ah, tidak. Justru dekat dengan Jiro adalah hal yang paling sulit. Apalagi berteman dengan adik Jiro yang merupakan adik kelasnya.

Ashana turun dari mobil, membawa dengan hati-hati bekal berisi makanan sehat. Setelah membayar pengemudi daring tersebut, dia membuka pagar atas arahan dari Jiro lewat sebuah pesan yang menyuruhnya untuk langsung masuk. Pintu utama Jiro sudah terbuka lebar. Ketika Ashana menginjakkan kaki di teras, dia melihat Jiro baru saja berjalan dari ruang tengah. Lambaian tangan singkat dari Jiro membuat Ashana semakin berdebar. Cewek itu membuka sandalnya, masuk dengan hati-hati sambil melirik refleks penjuru ruangan.

Jiro telah duduk di lantai dan tangannya mengetuk-etuk meja sembari menoleh pada Ashana yang berdiri dengan canggung. "Duduk di samping gue, Shan."

***

aku: bu, kalila pamit pulang duluan ke rumah karena ada urusan. jangan kasih tahu trey ya buuu. nanti dia nyusul, terus malah berisik di rumah

Kalila menatap jendela mobil. Tak terasa, driver online telah membawanya sampai di dalam kompleks perumahannya. Dia berhasil pergi dari rumah Nenek dan tanpa ketahuan Trey. Bahkan Kalila berlari ke luar perumahan untuk memesan mobil di sana. Kalila tak bisa tenang jika tidak segera menyelesaikan permasalahannya dengan Jiro hari ini juga, membuatnya nekat untuk kembali agar bisa berbicara dengan leluasa secara empat mata.

Mobil yang dia tumpangi berhenti tepat di pagar rumah yang sedikit terbuka. Kalila segera turun setelah mengatakan kepada pengemudi bahwa dia telah membayar lewat dompet digital. Langkahnya memelan ketika melihat pintu rumah yang terbuka lebar. Sandal yang dia yakini adalah sandal perempuan ada di teras rumah.

Ada seorang tamu perempuan. Entah siapa, yang pasti, perempuan itu kini hanya berdua dengan Jiro.

Kalila memegang erat tali tasnya, lalu mulai melangkah dengan berani. Dia menaiki anak tangga teras dan langsung menghentikan langkah ketika dilihatnya seorang cewek sedang duduk di kursi ruang tamu, menatap Kalila dengan sedikit terkejut. Ada Jiro yang duduk di samping cewek itu.

Jiro hanya menatapnya sekilas, lalu memalingkan wajah dan menatap cewek di sampingnya. "Gue bisa anter lo pulang. Soalnya gue udah enakan karena lo."

Pegangan Kalila di tali tasnya semakin erat saat merasakan ulu hatinya tak nyaman. Rasanya seperti dia sedang cemburu, tetapi Kalila yakin bahwa dirinya cemburu sebagai adik perempuan yang melihat kakak laki-lakinya peduli pada seorang cewek.

Ini wajar.

Dia tidak cemburu sebagai seorang perempuan karena tak masuk akal baginya untuk cemburu seperti itu.

"Bukannya itu adik lo?" Cewek itu terdengar berbisik saat menoleh pada Jiro. "Kenapa dia diem di luar aja?"

Jiro menatap Kalila sambil menaikkan. "Kenapa nggak masuk?" Hanya itu. Jiro langsung kembali menatap cewek di sampingnya sambil berdiri. "Ayo. Gue anterin sekarang."

"Nggak usah!" Cewek itu ikut berdiri dan menoleh pada Kalila sambil tersenyum canggung. "Hai...?"

"Hai." Kalila tersenyum, melupakan sejenak kecemburuan tak masuk akalnya. Dia mendekat pada cewek itu sambil mengulurkan tangannya. "Gue Kalila. Adik Kak Jiro."

"Gue Ashana, teman Jiro," balas Ashana sambil membalas uluran tangan Kalila sesaat. Mereka kembali menjauhkan tangan satu sama lain. "Teman sebangku juga, sih."

Kalila tak sadar menggigit bibir bagian dalamnya. "Misi, ya, Kak." Dia menunduk, memasang topeng senyum, lalu pergi dari ruangan itu menuju ruang tengah.

Kalila duduk di sofa dan terus menggigit bibirnya tanpa dia sadari. Entahlah, sebanyak apa sariawannya nanti. Dari tempatnya duduk itu, dia bisa mendengar Jiro dan Ashana berbincang dan membuat hati Kalila tak nyaman.

"Beneran nggak usah...." Ashana terus menolak kepedulian Jiro. "Gue bisa pulang sendiri. Mending lo istirahat. Jangan lupa habisin makanan yang gue kasih, ya?"

"Ah, ya. Nggak mungkin nggak gue habisin. Masakan lo enak banget."

Kalila menunduk. Sejauh apa pertemanan mereka?

"Ah, jemputan gue udah datang."

"Siapa?"

"Ojek online."

"Ah, kirain cowok." Meski tak melihat ekspresi Jiro, tetapi Kalila bisa membayangkan Jiro sedang tersenyum sekarang. Kentara dari intonasi suaranya. Intonasi suara yang seperti menggoda lawan bicaranya dengan membuat lawan bicaranya salah tingkah.

Kalila yakin, Ashana tak mungkin tidak menyukai Jiro. Jiro tak pernah punya teman cewek selama ini. Pasti hanya kebetulan saja mereka sebangku dan membuat mereka secara alami menjadi dekat. Ashana pasti tak akan melewatkan kesempatan untuk bisa dekat dengan Jiro. Dia cewek beruntung karena bisa dekat dengan Jiro tanpa harus bersusah payah seperti cewek-cewek lainnya.

Bayangan Jiro membuat Kalila refleks menoleh. Jiro tak mengatakan apa-apa saat melewatinya dan bahkan cowok itu langsung menuju tangga untuk ke kamar.

"Kak!" Kalila berlari kecil mengikuti Jiro yang melangkah dengan kaki panjangnya. "Gue mau ngomong sesuatu." Jiro hanya mendiamkannya. "Kak, please...."

"Gue udah bilang, kan? Kalau lo nggak terima perasaan gue, gue akan ngejauh dari lo." Jiro memasuki kamarnya dan menoleh.

Kalila mengikuti Jiro sampai ke kamarnya dan menatap Jiro dengan frustrasi. Baru beberapa jam, tetapi dia sudah tidak tahan tak dihiraukan dan membuat Kalila tak bisa menahan air matanya yang berjatuhan di pipi.

Namun, Jiro tidak mendekat untuk menghapus air matanya seperti biasa saat Kalila menangis. Cowok itu hanya menatapnya tanpa ekspresi dan membuat hati Kalila terasa tercabik-cabik.

"Coba pikirin baik-baik, Kak. Perasan Kak Jiro pasti salah. Lo salah dalam menilai—"

"Kalila." Jiro langsung memotong ucapan Kalila. Dia mendekat dan menghapus air mata Kalila dengan ibu jarinya. "Jangan nangis di depan gue karena gue akan deketin lo kayak sekarang, tapi itu nggak akan ngebuat gue berubah pikiran untuk ngejauh dari lo."

"Kak...." Kalila menggigit bibir kuat-kuat.

"Atau gue balikin saran lo? Gimana kalau lo yang salah menilai perasaan lo sendiri? Mungkin aja selama ini, meskipun lo anggap gue sebagai Kakak lo, tapi sebenarnya lo suka gue sebagai laki-laki, bukan kakak?"

"Itu nggak mungkin!"

Jiro menaikkan alis. "Mau coba buktiin?"

"Buktiin gimana?"

"Ayo ciuman sekali lagi." Kalila langsung terdiam. "Apa lo nggak ngerasa cemburu gue deket sama teman gue tadi?"

Kalila langsung berpaling. Dia memang cemburu pada Ashana dan hatinya tak nyaman melihat interaksi mereka berdua, tetapi Kalila yakin itu adalah perasaan cemburu seorang adik perempuan. Tidak mungkin dia menyukai Jiro selama ini dalam konteks yang berbeda.

Tak mungkin dia menyukai Jiro....

"Ayo lakuin!" Kalila berseru pelan saat menatap Jiro dengan penuh keyakinan. Setelah ini, dia akan tahu sendiri seperti apa perasaannya pada Jiro. "Ayo ciuman. Seperti yang Kak Jiro bilang."

Jiro menarik pinggang Kalila, memperpendek jarak di antara mereka. Cowok itu menunduk dan langsung menyambar bibir Kalila bersamaan dengan tangannya yang lain menarik tengkuk Kalila.

Kalila merasakan seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di perutnya saat Jiro menggigit kecil bibirnya hingga lidah mereka bertemu.

Kalila tak bisa berbohong. Dia menginginkan Jiro sebagai laki-laki, bukan kakak laki-laki lagi.

Ketika Jiro menjauh, Kalila merasa kehilangan dan ingin melakukannya lagi. Tatapannya itu pasti disadari oleh Jiro karena saat ini Jiro sedang tersenyum penuh kemenangan.

"Jangan pernah anggap gue sebagai kakak lo lagi." Jiro mencium puncak kepalanya. "Karena mulai hari ini lo adalah cewek gue, Kalila."

***

.

Extended Part 25 sudah dan hanya tersedia di https://karyakarsa.com/zhkansas

a.n: ada beberapa adegan ciuman. bagi yang nggak nyaman nggak usah beli. karena extended ini cuma tambahan cerita aja

Cara baca:

thanks for reading!

love,

sirhayani

Continue Reading

You'll Also Like

Violeta By Ainiileni

Teen Fiction

48.9K 3K 31
Tidak akan ada yang pernah baik-baik saja ketika pengakuan hanya di anggap kekonyolan. Tiga tahun, waktu yang Vio habiskan untuk mencintai sahabatnya...
541K 13.7K 13
Berawal dari ide gila saudara kembarnya untuk bertukar tempat selama satu hari, Bella tak menyangka akan dihadapkan oleh pertandinga basket melawan B...
349K 23.1K 36
Kisah para anak konglomerat yang disatukan dalam sebuah sekolah bernama Harton Academy. Warning!! 1. contain a lot of English 2. tidak wajib, tapi ji...
795K 54K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...