Ruang dan Waktu

By sirhayani

210K 16.8K 866

Dalam keluarga besar itu pun tahu bahwa Kalila hanyalah anak angkat yang ditemukan di depan rumah saat anak l... More

pratinjau
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9,5
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Cerita Lain: Make Them Fall in Love with You
33
34
35
36
37
38
39.a
39.b|
40
41
42
43
44
45.a
45.b|

13

4.8K 496 55
By sirhayani


haii, aku mau tanya, apa kalian tipe pembaca yang lihat cerita berdasarkan rame enggaknya?  

ngerasa sepi enggak kalau kalian baca cerita yang komennya belasan atau bahkan enggak sampai sepuluh?


selamat membaca 🖤

_____

13

Menjadi anak perempuan satu-satunya membuat Kalila tidak bebas pergi bersama teman-temannya di malam minggu. Ibu hanya akan mengizinkan jika Kalila pergi ke rumah Anggini, tetapi Anggini adalah tipikal cewek yang senang jalan-jalan sampai rela berbohong kepada kedua orang tuanya agar diizinkan untuk keluar rumah. Anggini sudah berkali-kali menyarankan Kalila untuk melakukan hal yang sama dan bahkan sudah berkali-kali membuat skenario agar mereka bisa bebas keluyuran malam, tetapi Kalila tidak berani untuk berbohong. Seumur hidup, dia tidak pernah menyembunyikan apa pun pada Ibu dan Bapak kecuali tentang liontin yang bisa menghubungkannya dengan keluarganya di masa depan.

Malam ini, Jiro keluar entah ke mana. Trey juga pergi dan pasti cowok itu sedang bersenang-senang dengan teman-temannya dalam tim basket inti sekolah. Adam sudah beberapa minggu ini tidak muncul di rumah karena sudah sibuk kuliah di kota lain. Suasana jadi sepi meskipun ada Bapak yang sedang menonton siaran bola favoritnya di ruang keluarga. Ada Ibu juga yang menemani Bapak di bawah. Kalila benar-benar bosan sampai membuatnya untuk pamit tidur pada Ibu dan Bapak.

Sayangnya, dia tidak bisa tidur dan berakhir menggulir-gulir layar ponselnya secara acak sambil telungkup memeluk bantal yang tidak dia gunakan untuk kepalanya. Dia juga tidak bisa berkomunikasi dengan Mama dan Papa karena Mama menemani Papa dalam peluncuran sebuah produk.

Kalila langsung terduduk ketika sebuah pesan masuk dari Arvin.

Arvin: Kalila, lo mau nggak jadi cewek gue?

Bagaimana dia tidak terkejut? Tiba-tiba cowok itu mengirimkannya pesan yang tak masuk di akalnya. "Pasti prank atau dipegang orang, tuh."

me: siapa ya?

Arvin: apa kontak gue nggak lo simpan?

me: lagian, tiba-tiba?

Arvin: haha...

Arvin: gue bingung mau basa-basi gimana. gue nggak punya muka buat ngomong langsung

me: pakai pembuka dulu kek!

Arvin: mau pakai pembuka atau enggak, ujungnya gue tetap nembak lo, kan?

Kalila menjatuhkan ponselnya saat menutupi seluruh wajahnya. "Astaga. Kok gue malu, sih?"

Tiba-tiba kamar ber-AC itu terasa panas. Kalila mengambil ponselnya lagi dan membaca pesan baru dari Arvin.

Arvin: tapi kalau lo sukanya gue tembak langsung, kita ketemuan besok saat istirahat, mau nggak?

me: ih! jangan!

Arvin: kenapa?

"Pakai nanya! Ya malu, lah!" seru Kalila, dengan semangat kedua ibu jarinya menekan-nekan layar ponsel.

me: gue jawab sekarang deh

Arvin: wah..

me: apa?

me: kenapa?

Arvin: gue deg-degan haha. oke gue siap

me: gue jawab sekarang, ya?

Arvin: nggak sekarang juga gapapa

Arvin: tapi gue harap lo nggak nilak sih

Arvin: nolak. ah sampai typo

me: lo lebih banyak omong di chat ya wkwk

me: pengin gue jawab sekarang! kalau nggak sekarang, malam ini gue nggak bisa tidur dengan tenang

Arvin: waduh.. kayaknya gue yang nggak bisa tidur tenang nih

Kalila menggigit bibir sambil bersandar di kepala tempat tidur. Sudah ada beberapa cowok yang menembak Kalila saat dia masih SMP, bahkan ada beberapa orang yang menembaknya, tetapi Kalila menolak dengan tegas karena dia teringat kata-kata Ibu bahwa dia tidak boleh pacaran saat SMP karena SMP adalah masa-masa labil seorang anak yang beranjak remaja dan masa itu adalah masa-masa seseorang gampang terpengaruh oleh lingkungan.

Namun, Ibu tidak pernah membiarkannya atau melarangnya berpacaran saat SMA. Ibu tidak mengatakan apa-apa dan Kalila juga tidak membahas apa pun tentang hal itu. Mungkin, karena selama SMA tidak ada cowok yang mendekati Kalila sehingga Kalila pun tak membicarakan tentang lawan jenisnya.

Kalila juga belum pernah jatuh cinta pada seseorang bahkan berpikir untuk menaruh rasa pada Arvin tidak terlintas sedikit pun di benaknya. Jika jatuh cinta terasa mudah pada cowok yang tampan, maka itu adalah jawaban mengapa Kalila belum pernah jatuh cinta. Kalila akui, Adam, Jiro, dan Trey adalah turunan dari pasangan yang cantik dan tampan, Ibu dan Bapak. Sementara jika jatuh cinta karena sifat yang menarik dari seorang cowok, maka wajar Kalila juga belum pernah jatuh cinta karena belum pernah bertemu dengan cowok baik yang sesuai dengan tipe idealnya.

Sebenarnya, Kalila merasa Arvin sedikit berbeda. Apalagi pertemuan pertama mereka yang terasa sangat membekas. Sikap Arvin yang bertindak tanpa banyak bicara membuat Kalila tiba-tiba tersenyum membayangkan momen itu. Pandangan Kalila jadi sedikit berubah pada Arvin setelah dia memikirkan cowok itu barusan.

Dia sudah kelas XI dan sudah 16 tahun beberapa bulan lalu. Apakah dia coba berpacaran saja? Rasanya, tidak akan rugi mencoba berpacaran pada cowok seperti Arvin. Dia masih bisa melihat sifat cowok itu ke depannya.

Ah, astaga! Kalila lupa. Dia pernah mengatakan kepada Jiro bahwa dia tidak akan berpacaran sebelum lulus SMA.

Kalila berguling di tempat tidurnya, frustrasi karena dilema.

me: tiba-tiba gue bingung.

Sebuah panggilan masuk dari Arvin, membuat jantung Kalila berdetak kencang dan membuat cewek itu panik. Dia langsung terduduk dan mengembuskan napas pelan saat menerima panggilan dari cowok itu.

"Ya?" balasnya dengan suara datar, mencoba untuk terdengar santai disaat jantungnya tidak bisa santai.

"Bingung kenapa?"

Kalila berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Suara bass Arvin tiba-tiba membuat perasaannya jadi tidak keruan. Apakah ini efek dari pernyataan cinta dari cowok itu?

"Gue belum mau pacaran, sih," balas Kalila di dalam selimut.

Hening sesaat di seberang sana sampai kemudian Arvin berkata, "Gimana kalau kita coba dulu?"

"Coba dulu ... gimana?"

"Coba pacaran. Kalau lo nggak nyaman buat pacaran sama gue, lo bisa putusin gue kapan pun lo mau."

"Kok gitu? Ngerugiin lo nggak, sih?"

"Enggak, kok."

"Kalau gue terima lo malam ini, terus besok gue mutusin lo emang lo mau?"

"Mau mau aja. Nanti gue tembak lo lagi."

Pipi Kalila terasa kram karena tersenyum. Dia bahkan tak sadar mengguling dirinya di dalam selimut. "Lo suka gue?"

"Iya, lah."

"Sejak kapan?"

"Sejak gue merhatiin lo sebagai adiknya Trey," balas Arvin. "Lama-lama jadi naksir."

Kalila tersenyum. Sebenarnya, bagi Kalila, wajah Arvin biasa-biasa saja. Mungkin karena di rumahnya ada tiga cowok dengan tampang di atas Arvin. Akan tetapi, Kalila lebih memilih cowok dengan wajah biasa saja, tetapi memiliki sifat yang baik dan menarik. Arvin masuk dalam kriteria cowok baik dan menarik, setidaknya untuk saat ini.

"Tapi gue nggak suka lo," kata Kalila. "Masa pacaran sama cewek yang nggak ada rasa sama lo?"

"Perasaan bisa berubah dengan cepat," balas Arvin. "Gue rasanya frustrasi karena pengin banget pacaran sama lo, Lila."

Kalila bersila di atas tempat tidurnya, lalu mengembuskan napas, mencoba untuk tenang. "Gue coba."

"Ya?"

"Gue coba pacaran sama lo. Mulai ... detik ini?"

"Serius?"

"Iya."

"YES!"

Kalila tertawa kecil, lalu menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara yang aneh. Tiba-tiba saja dia khawatir tak sadar memperlihatkan image yang jelek pada Arvin.

Saat Kalila masih kelas X, dia melihat beberapa pasangan kakak kelas dan Kalila terkadang membayangkan berada di posisi itu, berpacaran dengan seorang cowok yang berasal dari sekolah yang sama, lalu berangkat dan pulang sekolah bersama-sama.

Arvin berdeham di seberang sana. "Apa lo sibuk sekarang?"

"Gue nggak sibuk. Gue nggak bisa tidur."

"Jadi, kita sekarang pacaran, kan?"

"Iyaaa, Arvin, kita pacaran." Kedua kaki Kalila yang menggantung di luar tempat tidur bergerak-gerak tanpa dia sadari. Tatapannya mengarah ke jendela dan melihat pemandangan remang di luar sana.

TOK TOK

Suara pintu yang diketuk membuat Kalila sedikit terkejut. "Vin, udah dulu, ya. Ada yang ngetok pintu, kayaknya Ibu," bisik Kalila.

"Oh, oke. Sampai ketemu besok, Kalila."

Kalila tersenyum sambil menggigit bibir. "Sampai ketemu besok, Arvin!" serunya, berbisik, lalu dia mengakhiri panggilan itu dan segera bangkit.

Ketika membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, dia terkejut melihat Jiro berdiri dengan tatapan dingin yang tak pernah dia perlihatkan sebelumnya. "Kak ... Jiro?"

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Continue Reading

You'll Also Like

908K 9.9K 7
DON'T FORGET TO FOLLOW ME. DAN JGN COPY PASTE CERITA INI. INI REAL HASIL PEMIKIRAN SAYA SENDIRI . . . Kedatangan Airin kembali ke Indonesia hanya sat...
404 58 21
Judul awal adalah Barbie's life Bagi orang-orang yang sekedar melihat, kehidupan Barbie begitu sempurna, lahir dari keluarga terpandang, memiliki uan...
14.8K 1.3K 18
gk bisa buat deskripsi gk pintar nulis ini cerita pertama aku guys
110K 5.9K 45
Annabelle, remaja berumur empat belas tahun ini, telah menemukan buku seorang penyihir. Buku itu seakan-akan berbicara dengan Anna. Anna pun tidak ta...