The Brilliant & The Unfortuna...

By Titaniumblue_

757 245 104

[Jangan lupa Follow, Vote, Komen, and share ya. Semoga kalian suka dan nyaman di sini.] Menemukan kembali sos... More

Prolog
Bab 1: Masa Orientasi Sekolah
Bab 2: Berulah
Bab 3: Hukuman
Bab 4: Rumor Pacaran
Bab 5: Tanda Tangan
Bab 7: Pembuktian
Bab 8: Insiden
Bab 9: Kerjasama
Bab 10: Status
Bab 11: Bertemu di Markas
Bab 12: Klarifikasi
Bab 13: Lebih baik bersama
Bab 14: Jalan pikiran Rasya
Bab 15: Rasya dan kegilaannya
Bab 16: Sebuah foto
Bab 17: Kondisi Serius
Bab 18. Waiting Me
Bab 19: Secret Admirer
Bab 20: Rasya dan Baron bertengkar

Bab 6: Duduk bersama

30 12 12
By Titaniumblue_

Happy Reading

***

Zarosa menatap sinis pada Rasya dari tempatnya berpijak. Tingkah laki-laki itu memang memberikan masalah besar. Harapan Zarosa ingin hidup tenang di masa putih abu-abu, nyatanya tidak akan terwujud dengan keberadaan manusia berhati batu itu.

Dia tidak tahan lagi. Dia mendekat dan berdiri tegap menatap Rasya tajam dengan kedua mata besarnya. Rasya mengulas senyum sebagai sambutan kedatangan Zarosa dan itu menggelikan. 

"Bisa nggak, sih, lo bersikap biasa aja?"

Kening Rasya berkerut. "Bersikap biasa yang seperti apa? Memang ada hal yang nggak biasa dari sikap gue?"

"Banyak!"

"Sebutkan salah satunya?!" pinta Rasya sambil menunduk memeriksa kursi di belakangnya kemudian duduk di sana. Sesaat kemudian kembali menatap Zarosa dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk di sampingnya.

"Kenapa? Ini kedua kalinya lo menolak gue suruh duduk. Emang, bicara sambil berdiri nggak bikin otot betis lo sakit?" ujar Rasya karena Zarosa kembali menolak perlakuan baiknya.

Zarosa mendengus kesal dan menjatuhkan diri diatas kursi tepat di samping Rasya. Hal itu langsung menjadi perhatian serius semua orang yang sejak Zarosa mendatangi Rasya sudah memperhatikan mereka. Melihat keduanya duduk berdamping, terlihat mengobrol akrab, meyakinkan mereka bahwa keduanya ada hubungan serius. Padahal, kenyataan keduanya sedang berdebat.

"Nah, kalo gini kan enak. Nggak bakal bikin orang salah paham lagi kayak yang terjadi di ruang OSIS tadi," kata Rasya mengulang kejadian tadi pagi. Mengingat itu, Zarosa mendadak salah tingkah. Rasya dapat melihat kedua pipih Zarosa yang bersemu.

Zarosa mengibaskan tangannya di depan wajah Rasya. "Udahlah, jangan banyak basa-basi. Lo sengaja, kan, mau bikin orang semakin salah paham dengan maksa gue minta tanda tangan lo? Iya, kan, ngaku lo!"

Mata Rasya membulat karena dituduh. "Jangan nuduh terus bisa nggak, sih?"

"Kalo bukan itu tujuan lo, emang apa lagi? Lo pasti nggak terima, kan, karena masalah kemarin. Lagian, salah lo sendiri kenapa mukul orang sembarangan? Segala sesuatu bisa dibicarakan baik-baik sebelum tangan yang bertindak."

"Oh, mau bicara baik-baik sama gue?" sahut Rasya membuat Zarosa sebal. Seperti tidak ada gunanya berbicara dengan orang yang mau menang sendiri seperti Rasya.

Ego laki-laki di sampingnya sekarang pasti tergerus karena sikap Zarosa. Maka dari itu, Zarosa memilih beranjak, mengakhiri percakapan sia-sia ini. Namun, siapa yang akan menyangka jika Rasya langsung menahan tangannya. Membuat Zarosa kembali duduk di sampingnya secara paksa.

Gadis itu menoleh sesaat kemudian menghempaskan tangan hingga cengkraman Rasya terlepas dari pergelangan tangannya. "Kenapa? Mau ke mana? Emang urusan lo sama gue udah selesai?"

"Dengan tingkah lo yang begini emang bisa bikin masalah selesai?" sahut Zarosa mempertanyakan sikapnya.

"Tadi sikap, sekarang tingkah. Emang gue salah mulu, ya, di mata lo?!" 

Zarosa memutar tubuhnya menjadi sempurna menghadap Rasya. "Lo dan gue nggak saling kenal. Lo dan gue nggak pernah interaksi sebelumnya. Gue bahkan baru tahu nama lo pas temen gue yang ngomong. Tapi, apa yang lo lakuin setelah kejadian kemarin? Bikin orang mikir yang nggak-nggak! Apalagi lo publish foto gue tanpa alasan yang lebih logis dari sekedar lo bilang cuma 'hukuman'. Faktanya, orang nggak berpikir sejauh itu, Kak Rasya! Mana ada orang ngasih hukuman dengan nggak bikin orang yang di hukum merasa kesulitan?!"

"Emang lo nggak merasa kesulitan gara-gara gue posting foto itu?" tanya Rasya.

"Mana ada nggak kesulitan? Gendang telinga gue mau pecah rasanya setiap kali orang bilang gue ini pacar lo! Mereka kira gue marah besar sama lo gara-gara lo mukul gue kemarin. Makanya, lo posting foto gue sebagai tanda permintaan maaf."

Mata Rasya mengerjap tak percaya. "Waw! Serius mereka mikir begitu?"

"Menurut lo, yang keluar dari mulut gue sekedar membual, gitu?"

Rasya menatap Zarosa lekat. "Terus, apa mau lo? Mau gue hapus tuh foto? Sori, gue nggak bisa hapus sekarang."

"Heran. Emang lo nggak tau fans lo lari?" kata Zarosa.

"Gue nggak butuh fans. Emang gue punya fans?"

"Ck, susah ya ngomong sama orang kelewat pinter!" decak Zarosa mulai malah dengan percakapan alot antaranya dengan Rasya.

"Gue pinter kalo pas hari penting doang. Kalo urusan begini, gue bego nggak ketulungan," sahut Rasya diluar perkiraan.

"Terserah, deh. Males gue!"

Zarosa beranjak dari duduknya lagi, Rasya sampai mendongak untuk menatap wajah kesal gadis itu. Dia tersenyum tipis bersamaan ketika dia menunduk sebentar.

"Oke, iya, gue ngalah kali ini. Tapi, jangan minta gue untuk hapus foto lo!" Rasya berucap membuat Zarosa mengurungkan niatnya untuk segera mengukir langkah meninggalkan laki-laki aneh itu.

Zarosa menoleh dan menunduk menatap Rasya yang masih terduduk. "Duduk lagi, dong!" pinta Rasya ketika mendapati Zarosa hanya menatapnya sambil berdiri.

Zarosa memicing curiga pada Rasya. Gadis itu sudah mewanti-wanti takut jika Rasya melakukan hal yang tidak terduga dan membuatnya berada di masalah baru.

"Mencurigakan!" gumam Zarosa seraya duduk kembali.

Di bawah panas terik matahari yang mulai naik, mereka memperhatikan keduanya sambil sesekali berdecak. Kali ini sudah sangat yakin bahwa Zarosa adalah sosok perempuan yang selama ini Rasya sembunyikan. Laki-laki yang terkenal cerdas dan banyak diidamkan perempuan, memang sangat mengherankan selalu menolak pernyataan cinta perempuan jika tidak memiliki hubungan dengan perempuan lain.

"Apa, sih, curigaan banget jadi orang?!" dengkus Rasya.

"Apa?" tanya Zarosa menatap heran kertas yang Rasya ulurkan padanya. Tangan Rasya bahkan bergerak mendesaknya untuk menerima kertas itu.

"Tanda tangan gue," ungkap Rasya setelah Zarosa menerima kertas itu dan membukanya.

"Oke, makasih." Zarosa langsung menyimpan kertas itu ke dalam tasnya.

"Makasih doang?" tanya Rasya.

"Emang harus apa selain makasih? Sungkem?"

"Ck! Nggak se-formal itu juga kali!" kata Rasya, "minimal ya ... makasih dengan sikap baik lo ke gue. Jangan suka marah-marah lagi kalo berurusan sama gue!" lanjutnya.

"Gue nggak akan berurusan lagi sama lo setelah ini!" sahut Zarosa cepat.

"Ets, selagi gue masih bagian SMABP, suka nggak suka lo harus berurusan sama gue!"

"Ya, ya, terserah lo!" sahut Zarosa tidak peduli, "gue pamit kalo gitu!" lanjutnya segera beranjak.

"Tunggu dulu!" pinta Rasya menahan Zarosa yang sudah tiga kali melangkah. Menghalangi jalan gadis itu.

Zarosa mendongak menatapnya. Posisi keduanya seperti tangga, dengan Zarosa yang hanya setinggi dada Rasya.

"Apa lagi?"

Rasya tersenyum singkat kemudian berucap, "apapun yang bakal gue bilang, lo harus setuju!"

"Hm!"

"Gue nggak mau lo ingkar, atau—"

"Iya. Buruan bilang, lo maunya apa?" Zarosa memotong kalimat Rasya.

Zarosa memalingkan wajahnya, "heran, padahal posisi gue yang banyak dirugikan. Tapi, karena gue baik, jadi nggak papa."

"Gue tau lo memang baik,"

"Jadi?" Zarosa mendongak lagi.

"Lo...." Rasya menggantung ucapannya. Hingga setelah dia melanjutkan kalimatnya, seketika itu juga dia menerima pukulan telak di perutnya. Sedang orang-orang yang jauh di belakang mereka memperhatikan keduanya penuh tanya.

Baru saja terlihat berbaikan, sudah terjadi keributan lagi, bahkan mereka melihat kekerasan terhadap Rasya. Mereka berdecak pelan, sedikit berpikir bahwa hubungan keduanya terbilang rumit.

***

TBC

Terima kasih udah bersedia mampir. Jangan lupa vote sebelum next bab, oke?!

Oh iya, kalian boleh banget sampaikan pendapat kalian tentang cerita ini. Silahkan ramaikan kolom komentar, ya!

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 124K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.6M 171K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
5.3M 365K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
552K 20.3K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...