Haikyuu Romance

De WiMeGiMe2797

70.7K 5.8K 285

Bagaimana kalau cast Haikyuu jatuh cinta? Mai multe

Sawamura Daichi
Sugawara Koushi
Azumane Asahi
Ennoshita Chikara
Tanaka Ryunosuke
Tsukishima Kei
Nishinoya Yu
Kageyama Tobio
Hinata Shouyou
Kuroo Tetsuro
Iwaizumi Hajime
Oikawa Tooru
Haiba Lev
Bokuto Koutaro
Bokuto Koutaro Part 2
Futakuchi Kenji
Akaashi Keiji
Morisuke Yaku
Yamaguchi Tadashi
Sakusa Kiyoomi
Kozume Kenma
Miya Osamu
Miya Atsumu
Miya Bersaudara

Ushijima Wakatoshi

332 31 1
De WiMeGiMe2797

Pertandingan bola voli musim ini juga terlihat seru. Bukan berarti aku tertarik dengan olahraga itu, tapi bukannya lucu kalau aku yang punya adik suka dengan bola voli dan sepupu yang merupakan anggota inti tim bola voli ini malah tidak tahu apapun.

 Bola voli itu menarik, hanya saja aku tidak memiliki niat untuk menjadi bagian dari tim seperti sepupuku atau adikku. Yang kulakukan hanyalah melihat mereka bermain sambil sesekali berdebat dengan sepupu yang sudah tergila-gila dengan bola voli.

“Aku mengerti tentang obsesimu dengan bola voli, tapi bisakah kau tidak melihatnya dengan tatapan seperti itu?”

“Seperti itu?”

“Seolah kau yang harusnya bermain di lapangan, mungkin.”

“Nee-chan kau bercanda. Memang seharusnya aku dan tim yang ada disana dan bermain. Benar-benar menyebalkan.”

“Aku tidak ingin mendengar hal itu dari orang yang sudah kalah.”

Aku melihat Oikawa yang terlihat dongkol sambil meminum cola milik Takeru. Dia masih saja seperti anak kecil, bahkan Takeru lebih dewasa darinya.

“Nee-chan, Tooru meminum cola-ku.”

“Minta dia untuk membelikanmu yang baru setelah pertandingan selesai.”

“Ok”

Oikawa melihatku dengan ekspresi tidak percaya, kemudian mengalihkan pandangannya pada lapangan. Aku tahu dia kesal karena tidak bisa mengalahkan Akademi Shiratorizawa, apalagi orang itu selalu saja mengatakan hal-hal yang membuatnya kesal.

Yah, mereka kan tipe orang yang sama, wajar jika menunjukkan tanda-tanda penolakan dan permusuhan. Aku hanya berharap kalau dia bisa lebih sabar untuk mencapai tujuannya itu. Karena semakin kuat Oikawa, semakin banyak dia akan menemui lawan dan kawan yang kuat.

Pertandingan selesai dengan hasil yang sudah di perkirakan oleh orang-orang. Akademi Shiratorizawa memang lawan yang tangguh, apalagi salah satu pemainnya sudah direkrut menjadi pemain nasional. Level nasionalnya memang pembeda yang sangat mencolok.

Aku mengecek ponselku dan membaca pesan dari Oikawa bahwa Ibu datang untuk menjemput Takeru, jadi aku harus menunggunya untuk pulang bersama. Wah, harus berapa lama aku menunggu kali ini. Sudah seharian berada di luar rumah, sekarang aku ingin pulang dan beristirahat. Tapi, kau memintaku untuk menunggu lagi? Tidak. Lebih baik aku pulang sendiri.

 Aku sudah dekat dengan pintu keluar dan melihat Oikawa sedang bersama dengan salah satu pemain Akademi Shiratorizawa. Oh, tidak. Dia Ushijima Wakatoshi si pemain nasional. Kira-kira mereka bicara apa ya? mungkinkah kali ini juga mereka beradu mulut tentang siapa yang lebih kuat? mereka tidak akan terbawa emosi kan?

Lupakan. Mungkin pertemuan mereka bisa kujadikan alasan untuk bisa meninggalkan Oikawa. Aku melanjutkan langkah sambil menghindari kedua penggila bola voli itu hingga pandanganku bertemu dengan Ushijima.

“Senpai,”

Langkahku terhenti dan menghela nafas setelah merasakan tatapan dari Oikawa dan Ushijima. Sedikit meruntuki ketidakpekaan Ushijima, seharusnya dia tidak perlu memanggilku sekalipun dia tahu aku adalah seniornya.

“Hai. Selamat atas kemenangan kalian.”

Aku memaksakan senyum dan mendekati keduanya. Oikawa, anak ini tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak sukanya sama sekali. Seharusnya dia bisa menutupinya sedikit, tidakkah dia tahu kalau Ushijima melihatnya dengan cara yang aneh?

Aku tidak dekat dengan tim bola voli laki-laki sekolah, hanya beberapa kali menonton mereka latihan dan sempat membantu manajer mereka menyiapkan latih tanding. Jadi aku tidak berpikir kalau Ushijima akan mengenalinya.

“Dimana anggota yang lain?”

“Mereka sudah pergi.”

Aku mengangguk kemudian menarik Oikawa, melupakan kalau Ushijima akan tahu aku memiliki hubungan dengan musuh bebuyutan tim Akademi Shiratorizawa.

“Kau ingat apa yang kukatakan. Cepat atau lambat, aku pasti akan mengalahkanmu.”

Aku menggeleng, meruntukki kebodohan Oikawa yang bicara selagi ditarik menjauh. Dia benar-benar susah untuk diam, mungkin aku harus memberinya makan untuk membuatnya diam. Tidak, itu tidak akan membuatnya diam, karena matanya pasti akan bicara. Aku lupa kalau Oikawa punya beberapa cara untuk menekan orang-orang.

Di dalam mobil Oikawa tiba-tiba diam. Aku tidak tahu alasannya, tapi melihatnya menatapku yang dengan khawatir, aku bisa menebaknya. Aku tersenyum, tapi tidak ingin menenangkan Oikawa. Biar dia merasakan betapa khawatirnya aku ketika dia berhadapan dengan Ushijima.

Aku berangkat sekolah keesokkan paginya seperti biasa setelah semalaman terganggu karena Oikawa mengirimi pesan yang berisi kekhawatirannya.

“Aku tidak tahu.”

Aku menoleh ke arah suara dan menemukan Ushijima yang mengenakan pakaian latihannya. Dia pasti sedang olahraga pagi, rajin sekali dan apa yang dia tidak tahu?

“Kalian berdua terlihat dekat kemarin. Apa Senpai dan Oikawa pacaran?”

Diluar dugaan, Ushijima malah berpikir kalau aku dan Oikawa punya hubungan yang khusus. Padahal kupikir, dia akan bertanya apakah aku adalah mata-mata untuk Oikawa.

“Pacaran? Aku dan Oikawa?”

Ushijima mengangguk menyamakan jalannya denganku. Wajahnya yang dingin tanpa ekspresi itu terlihat penasaran.

“Tidak. Kami adalah sepupu.”

“Tapi kalian terlihat dekat.”

“Memangnya aku tidak boleh dekat dengan saudaraku?”

“Bukan begitu..”

Ushijima tidak melanjutkan bicaranya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Aku tidak bisa menebak apa yang dia rasakan dan pikirkan, tapi melihatnya seperti itu juga menyenangkan.

Sepertinya aku mulai tertular sifat buruk Satori-kun yang selalu tertarik pada Ushijima. Sudah kuduga, aku sudah terlalu lama membiarkan diriku terpengaruh oleh bola voli dan membuatku menjadi aneh.

“Kukira kau akan menuduhku sebagai mata-mata untuk Oikawa?”

“Mata-mata untuk apa?”

Aku mengendikkan bahu, “Mencuri strategi permainan kalian, mungkin?”

Ushijima melihatku serius, dan aku hanya tersenyum main-main membalasnya.

“Senpai tidak terlihat seperti mata-mata, dan juga tidak tertarik dengan bola voli.”

“Bukan berarti aku tidak tahu apapun.”

“Tim tidak punya strategi yang khusus karena masing-masing pemain dinilai ‘mampu’ membawa kemenangan untuk tim.”

“Kau tidak perlu mengatakan itu padaku.”

Ushijima menghentikan langkahnya dan menarikku masuk ke dalam minimarket terdekat. Dia berhenti di depan rak majalah dan memberiku majalah olahraga yang menampilkan artikel khusus tentang tim bola voli laki Akademi Shiratorizawa.

“Semua orang mengetahuinya, tapi itu tidak membuat tim kami melemah. Aku tidak sombong, aku hanya bicara fakta. Mengetahui sesuatu tidak membuat Senpai menjadi mata-mata.”

Aku mengangguk dan tersenyum. Kekhawatiran Oikawa tidak beralasan, sebenarnya aku juga  sedikit khawatir, walaupun aku tahu kalau Ushijima bukanlah orang yang mudah menuduh tanpa bukti.

“Kau benar. Soal mata-mata, itu hanya kekhawatiran Oikawa. Dia bahkan menggangguku semalaman dengan pesan kekhawatirannya. Bukankah dia berlebihan?”

“Dia memang orang yang seperti itu.”

“Bagaimana?”

“Sedikit gila dan keras kepala.”

Aku menahan tawaku karena kami sedang membayar minuman. Ushijima pasti tidak sadar, kalau terkadang bisa jadi sama gilanya dengan Oikawa. Kupikir Satori-kun pernah beberapa kali mengatakannya padanya, seperti ketika dia bermain bermain terlewat serius, atau mengatakan sesuatu kebenaran tanpa memikirkan orang lain.

“Menurutku, kau dan Oikawa adalah tipe orang yang sama. Berbeda dengan orang-orang yang dekat dan menjadi teman, kalian saling menguatkan dan menjadi rival.”

“Bagaimana kami menjadi rival sementara kami bermain di posisi yang berbeda?”

Aku meminum jus yang kubeli sedikit dan menghela nafas. Dia ini benar-benar harus diberitahu dulu baru bisa paham yah? Aku jadi mengerti bagaimana perasaan Satori-kun ketika berbicara dengannya.

“Kalian bersaing di setiap pertandingan, kalian juga selalu bertemu setelah pertandingan, baik itu dengan atau tanpa Hajime-kun,” aku memainkan jari yang kugunakan untuk menghitung frekuensi pertemuan Ushijima dan Oikawa, “Meskipun aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi kalian tampak akur. Untuk itu saja aku merasa bersyukur.”

“Aku tidak berniat untuk berkelahi dengan Oikawa. Aku hanya ingin Oikawa tahu kalau Shiratorizawa adalah tempat yang tepat untuk bakatnya. Dengan memilih Aoba Johsai, dia sudah membuang kesempatan untuk berkembang.”

Aku tidak percaya Ushijima mengatakannya, sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang dingin. Tapi mereka sudah 2 tahun di SMA, untuk apa Ushijima mengatakan hal seperti itu pada Oikawa yang tidak pernah benar-benar mendengarkan dan keras kepala.

“Aku tidak benar-benar mengerti alasanmu, tapi kupikir sebaiknya kalian berhenti bertemu setelah ataupun sebelum pertandingan. Oikawa sudah memiliki pilihannya sendiri, dan kalian tidak cukup dekat untuk saling memberi saran.”

Gawat, aku terlalu banyak bicara. Aku mencuri pandang pada Ushijima yang melihat lurus ke depan, ekspresinya tidak terbaca. Apa dia sedang memikirkan ucapanku? Atau dia sedang memikirkan hal lain?

“Aku mengerti, tapi …”

Aku menghentikan langkahku ketika Ushijima berdiri di hadapanku, membuatku mendongak karena perbedaan tubuh kami. Tentu sajaa bukan karena aku pendek, tapi Ushijima yang terlampaui tinggi.

“Kita memang sudah sampai di sekolah, tapi apa aku bisa bicara lebih lama denganmu?”

Aku mengangguk dan mengikuti Ushijima ke taman yang ada di antara gedung olahraga dan gedung klub. Tempat ini sepi karena tempatnya berada di bagian belakang sekolah.

“Senpai, apa kau mau jadi pacarku?”

Aku terkejut mendengar perkataan Ushijima setelah kami duduk di salah satu bangku yang ada di taman. Ekspresi Ushijima yang tetap tidak berubah, membuatku tidak yakin dengan pendengaranku. Mungkin kan aku salah dengar, karena Ushijima tidak mungkin mengatakan hal seperti ‘itu’, apalagi padaku.

“Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku?”

“Aku sudah mengatakannya.”

“Mengatakan apa?”

Ushijima menghela nafas dan menatapku dengan serius, “Aku tadi bertanya, apakah Senpai mau jadi pacarku?”

“Kau bercanda?”

“Aku serius.”

Wah, sepertinya Ushijima benar-benar memintaku untuk menjadi pacarnya. Seharusnya aku tahu kalau Ushijima tidak pernah bercanda, dan mungkin dia tidak bisa melakukannya. Aku ingat Satori-kun pernah memintanya mengatakan sebuah lelucon, tapi dia malah mengatakan sebuah peribahasa lucu yang ada di buku pelajaran.

Sekarang bagaimana? Ushijima yang serius dan tidak bisa bercanda ini menunggu jawabanku. Aku tidak membenci Ushijima, tapi aku juga tidak percaya diri mengatakan kalau aku menyukainya. Lagipula, apa Ushijima memintaku menjadi pacarnya karena menyukaiku atau karena hal lain.

“Kenapa kamu memintaku menjadi pacarmu? Apa kau menyukaiku?”

Ushijima melihatku dengan ekspresi heran. Sekarang aku lumayan terbiasa dengan ekspresi Ushijima dan sedikit bisa membedakannya. Aku tidak tahu banyak tentang Ushijima selain apa yang kulihat dan kudengar ketika dia berbicara dengan Satori-kun atau dengan anggota tim yang lain. Aku juga tidak terlalu penasaran dengannya sehingga dengan sengaja mencari tahu tentangnya pada orang-orang.

Bagiku, Ushijima Wakatoshi hanyalah kapten tim bola voli sekolah yang juga merupaka ace tim. Meski tidak bisa dibilang murid berprestasi, dia cukup menonjol karena menjadi pemain tim nasional Jepang, selain itu dia juga musuh bebuyutan Oikawa. Intinya dia adalah junior yang mencolok.

“Aku tidak tahu. Tapi, rasanya aku ingin memisahkan Senpai dan Oikawa ketika kalian bergandengan tangan kemarin.” Ushijima tidak fokus, dan terlihat bingung.

“Aku pernah membacanya di buku dan bertanya pada Tendo. Dia bilang kalau aku harus meminta Senpai untuk menjadi pacarku. Karena aku cemburu pada Oikawa.”

Buku? Tendo? Cemburu? Apa dia menerima semuanya, tanpa memikirkannya lebih jauh? Sebenarnya mana yang salah? Caraku bicara dengannya atau pemahamannya. Memangnya boleh seorang laki-laki sepolos ini?

 “Aku tidak setuju dengan apapun yang kau pikirkan sekarang, Ushijima. Kau seharusnya tidak memintaku menjadi pacarmu hanya karena saran dari orang lain.”

Aku bangun dari dudukku ketika merasakan tatapan dari belakangku dan benar saja. Di depan gedung olahraga aku bisa melihat beberapa anggota tim bola voli sudah datang untuk latihan pagi.

“Kamu hanya mengenalku sebagai senior yang sering membantu tim kalian, dan aku hanya mengenalmu sebagai ace tim. Jadi, bagaimana aku bisa percaya kalau kamu benar-benar ingin aku jadi pacarmu sementara kita tidak dekat.”

Aku menepuk pelan bahu Ushijima, “Mungkin saat kita sudah dekat dan kamu ternyata memiliki perasaan untukku, bertanyalah lagi. Mungkin saat itu aku akan percaya dan memikirkannya dengan serius.”

Setelah selesai ‘membenarkan’ pola pikir Ushijima, dan mengatakan kata penyemangat aku meninggalkannya. Sudah waktunya aku harus masuk kelas dan dia harus latihan, jadi tidak ada alasan untuk tetap disana dan menjadi pusat perhatian lebih banyak orang.

Aku kembali terpikir dengan ucapanku pada Ushijima. Menjadi dekat? Apakah kami benar-benar bisa melakukannya? Aku akan lulus dan sibuk dengan persiapan masuk Universitas sementara Ushijima akan sibuk dengan turnamen bola voli dan jadwal latih tanding.

Kedengarannya mustahil, tapi jika memang dia bisa mengusahakannya, aku akan percaya padanya.

Continuă lectura

O să-ți placă și

75.3K 6.7K 77
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
153K 7.4K 27
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
719K 57.8K 41
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
62.1K 3.3K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...