Princess In Distress

By nika_astuti

5.7K 827 165

Apa jadinya jika ternyata nama yang kita miliki selama ini ternyata bukanlah nama kita? Apa jadinya jika masa... More

PROLOG
1. Hope
2. Arion
3. Prof. Snape
4. Selamat Ulang Tahun, Lili
6. Luka Lili
7. Tes DNA
8. Mimpi Buruk
9. Kakak Ada Di Samping Kamu, Lili
10. Bunga Layu Di Taman
11. Kamu Adalah Pemilik Tubuhmu
12. Bunga dan Boneka
EXTRA CHAPTER
13. JALAN UNTUK BERTEMU YARA
14. SKENARIO PALING SEMPURNA
15. KETAKUTAN DAN MIMPI BURUK
16. PERJALANAN TAK MENENTU YANG MENAKUTKAN

5. Bloody Night

326 51 9
By nika_astuti

"Love isn't always pretty."

- Collen Hoover, Ugly Love

===

Chapter menegangkan >.<

TW: Verbal abuse, physical abuse, mention of blood (kekerasan verbal, kekerasan fisik, penyebutan 'darah')

Lili terbangun dengan suara HPnya yang berdering. Dengan malas dia meraih HPnya. Tanpa melihat siapa yang menelepon Lili segera mengangkatnya.

"Halo?" ucap Lili setengah sadar.

"Bangun anak kecil." suara Daren terdengar di seberang telepon.

Lili lalu melihat layar HPnya dengan mata memicing untuk mengecek. Kak Daren.

"Kenapa pagi-pagi buta telepon?" tanya Lili.

"Ini udah jam setengah enam, Lili. Ayo bangun!" perintah Daren dari seberang telepon.

Dengan malas Lili mendudukkan dirinya. "Masih ngantuk." ucapnya dengan suara serak.

Daren terkekeh. "Biasain bangun pagi ya. Nanti Kakak jemput buat ke sekolah." ucap Daren.

Hal tersebut sontak membuat Lili terjaga sepenuhnya. "Jangan!"

"Kenapa?" tanya Daren bingung.

"Papaku galak. Nanti Kakak bisa dimasak buat sarapan kalau Papa tahu aku dijemput cowok." ucap Lili mencoba terdengar seperti sedang bercanda. Seandainya Daren tahu betapa ucapannya adalah kebenaran.

Daren terkekeh mendengarnya. Seandainya Papa Lili tahu siapa Daren sebenarnya. "Yaudah buruan bangun. Nanti pulangnya Kakak jemput." ucap Daren akhirnya.

===

Benar saja. Siang itu ketika Lili keluar kelas dia sudah mendapati chat dari Daren yang mengatakan bahwa pria itu sudah berada di depan sekolahnya. Beberapa teman Lili menyorakinya ketika melihat Lili dijemput oleh seorang pria dengan mobil mewah. Beberapa juga ada yang mencibir. Tapi dasar Lili, dia tetap saja tersenyum.

"Langsung ke coffee shop?" tanya Daren saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Mmm... Masih ada 1 jam sebelum shiftku mulai. Gimana kalau kita makan dulu? Aku tahu warung seafood enak. Nanti aku traktir." jawab Lili bersemangat. Dia antusias ingin menunjukkan tempat makan favoritnya kepada Daren.

Daren tersenyum mendengar nada ceria yang selalu didengarnya dari mulut Lili. Mereka pun segera melaju menuju alamat yang diberitahu Lili.

"Enak kan, Kak?" tanya Lili di tengah acara mereka menyantap makan siang.

"Lumayan." jawab Daren. Dia sebenarnya tidak biasa makan di warung pinggir jalan seperti ini. Namun ternyata dia menemukan kenikmatan saat memakan hidangan di hadapannya sambil mendengar celotehan Lili yang tak ada habisnya.

"Cuma lumayan?" tanya Lili tak terima.

"Hehehe. Enak kok enak. Enak banget." ucap Daren menenangkan.

Lili melemparkan pandangan kesal. "Ngomong-ngomong Kakak masih lama lagi di Bali?"

"Urusan Kakak belum selesai. Nggak tahu deh kapan balik ke Jakarta. Kenapa?" tanya Daren.

"Heran aja. Katanya ada urusan. Tapi malah malah main terus sama aku." jawab Lili.

"Emang nggak boleh?"

"Boleh lah. Boleh banget. Aku jadi punya temen ngobrol terus." jawab Lili sambil nyengir.

"Nanti selesai shift Kakak anter pulang lagi ya. Kakak jemput jam 9." ucap Daren. Dia tidak menawarkan. Dia memberitahu Lili. Tak ada ruang untuk Lili mendebat.

Dan sesuai janjinya, malam itu ketika selesai shift, Daren sudah berdiri di samping mobilnya di depan coffee shop. "Dia lagi? Kamu beneran pacaran sama dia?" tanya Arya yang heran melihat Lili yang tiba-tiba begitu dekat dengan seorang pria.

"Enggak lah. Dia cuma temen. Kita tuh kayak kakak adik. Lagian dia udah tua." jawab Lili sambil terkekeh.

"Yang penting inget kataku. Ati-ati!" ucap Arya tegas mengingatkan.

"Iya aku ngerti. Bawel!" gerutu Lili. Arya mengacak rambut Lili gemas.

"Maaf ya lama." ucap Lili ketika menghampiri Daren.

"Nggak apa-apa. Yuk pulang?" ajak Daren.

===

Sesampainya di depan gang rumah Lili, Daren kembali memaksa untuk mengantar Lili hingga depan rumah. Meskipun Lili menolak, Daren yang keras kepala tetap mengikutinya dari belakang. Dia sangat berat berpisah dengan adiknya itu meskipun hanya untuk beberapa jam saja.

"Udah keliatan tuh rumahku. Sana Kakak pulang." ucap Lili yang kembali berhenti beberapa meter sebelum sampai di gerbang rumahnya.

"Bukannya ditawarin mampir malah diusir." ejek Daren sambil terus berjalan melewati Lili.

"Bukan gitu, Kak. Kan aku udah bilang papaku tuh galak. Nanti Kakak dimarahin." ucap Lili berusaha membujuk pria keras kepala itu.

"Kakak nggak takut. Orang kita nggak ngapa-ngapain kok." sahut Daren. Sebenarnya dia ingin mengenal keluarga yang sudah membesarkan Lili selama ini.

Lili menyerah dan membiarkan Daren berjalan mendahuluinya hingga tepat di depan gerbang rumahnya. "Mana orang tua kamu?" tanya Daren sambil melongok ke arah rumah.

"Nggak tahu. Udah pada tidur kali." jawab Lili.

"Lili!" sebuah suara berat terdengar dari arah belakang Daren.

"K-Kak Arion." Lili gemetar melihat ekspresi Arion yang penuh dengan amarah.

"Siapa lo?" tanya Arion ketus kepada Daren.

"Gue temen Lili. Lo siapa?" Daren balik bertanya. Dia sama sekali tak takut dengan sikap Arion yang berusaha mengintimidasinya.

"Gue kakaknya." jawab Arion sambil berdiri di sela antara Daren dan Lili, menghalangi pandangan Daren ke arah Lili.

"Kak, dia cuma temenku. Tolong jangan sakitin Kak Daren." Lili meraih lengan Arion. Namun dengan kasar Arion mengibaskan lengannya.

"Diem kamu!" bentak Arion. "Kamu lupa apa yang Kakak bilang soal laki-laki, hm?" tanya Arion pada Lili.

Gadis itu menundukkan kepalanya. Dia tak berani menatap mata Arion. "M-maaf, Kak." ucapnya lirih.

"Masuk sekarang." Arion menyeret tangan Lili dengan kasar. "Pergi dan jangan berani-berani lo deketin Lili lagi!" ucap Arion pada Daren. Nada bicaranya sangat tajam dan mengerikan. Namun sedikitpun Daren tidak takut. Yang dia takutkan sekarang hanyalah Lili.

Dengan cepat Daren menarik lengan Arion agar lelaki itu berhenti menyeret Lili. "Lepasin tangan Lili!" perintah Daren.

"Siapa lo berani nyuruh-nyuruh gue?!" Arion semakin kesal dengan keberanian Daren.

"Lepasin sekarang juga!" ucap Daren.

Lili takut melihat 2 pria itu beradu tatap dengan begitu sengit. Kalau Lili tak segera bersuara, pasti akan terjadi perkelahian. Dan Lili tak ingin Daren terluka karenanya. "Kak, aku nggak apa-apa kok. Kakak tolong pulang aja ya." ucap Lili. Meskipun dalam keadaan demikian Lili masih bisa menyunggingkan senyumnya ke arah Daren.

"Aku nggak akan pergi sebelum dia lepasin tangan kamu." tolak Daren.

"Kak, please!" pinta Lili. Sorot matanya menampakkan permintaan yang dalam.

Daren tak tega melihat Lili. Dia takut Lili akan mendapat masalah yang lebih besar kalau dia sampai ikut campur. Sedangkan saat ini dia bukan siapa-siapa. Dia masih orang asing di kehidupan Lili.

Daren menghela nafas dalam dan berbalik. Dia berjalan menjauh dari rumah Lili.

Arion kembali menyeret Lili ke dalam rumah. Dia membanting pintu depan dan menyeret Lili ke dalam kamarnya. Sekali lagi dia menutup pintu dengan cara membantingnya. Tanpa membuang waktu, Arion mendorong Lili ke atas ranjangnya.

Lili terpekik saat tubuhnya mendarat di atas kasur Arion. Dia tahu apa yang ada di dalam pikiran kakaknya itu. "Kak, jangan. Please!" pinta Lili dengan air mata yang mulai menggenang.

"Diem kamu!" Arion menindih tubuh Lili dan melumat bibir tipis gadis itu. Tangannya sibuk membuka kancing celana Lili.

Tiba-tiba, pintu kamar Arion dibuka oleh Sadewa dan Ajeng yang mendengar pintu dibanting berkali-kali. "APA-APAAN INI?!" tanya Sadewa dengan nada tinggi.

Arion segera beranjak dari atas tubuh Lili. Begitu juga dengan Lili, dia segera berdiri dan membenahi kancing celana panjangnya. Pemandangan itu tak luput dari mata Sadewa dan Ajeng.

"Astaga. Apa yang kalian lakukan?" tanya Ajeng sambil menutup mulutnya. Dia terkejut dengan kelakuan anak kandung dan anak angkatnya.

Lili menundukkan kepalanya. Dia sangat malu karena orang tuanya melihatnya dalam keadaan seperti ini. Mamanya pasti sangat kecewa padanya.

Arion diam. Dia menatap papanya dengan tatapan tajam dan berani.

"Jawab!" perintah Sadewa.

"Arion udah lama ngelakuin ini sama Lili karena Arion sayang sama Lili. Arion cinta sama Lili." tanpa ragu Arion mengakui perasaannya pada kedua orang tuanya.

Hal itu tentu saja membuat Sadewa dan Ajeng terkejut bukan main. "Kamu ini ngomong apa?" tanya Sadewa yang tak percaya apa yang baru saja didengarnya.

"Arion cinta sama Lili." jawab Arion tanpa ragu.

Sadewa mengalihkan pandangannya pada Lili yang masih saja menundukkan kepalanya. Rambutnya terurai menutupi wajah cantiknya. Reflek Arion bergeser untuk berdiri di depan Lili. Melindungi gadis yang dicintainya. Dia menatap tajam papanya, seolah memperingatkan pria itu untuk jangan mendekati Lili.

Sadewa tak menggubris tatapan Arion. Dengan beringas dia melangkah menuju ke arah mereka berdua dan berusaha menggapai Lili. Arion dengan cepat menghalangi papanya. Lili meringkuk di belakang punggung Arion. Dia begitu takut untuk bergerak. Sedangkan Ajeng berusaha menahan suaminya yang sudah kesetanan agar tak melukai anak-anaknya.

"Minggir kamu, Arion!" bentak Sadewa. Arion akhirnya terdorong ke samping. Sadewa adalah seorang instruktur di BJUP. Fisiknya sangat terlatih. Tak heran dia bisa menyingkirkan Arion dari hadapannya dengan begitu mudah.

Sadewa segera menarik lengan Lili dan menyeret ke dapur. Ajeng dan Arion berlari mengejar mereka berdua. Sesekali Ajeng dan Arion berusaha melepaskan cengkraman tangan Sadewa di lengan Lili, namun usaha mereka sia-sia. Tenaga Sadewa terlalu besar untuk tandingan mereka.

Sadewa mengambil pisau dapur dan meletakkannya di leher Lili. Dia menghimpit tubuh Lili dengan tembok. "Kamu ngerayu Arion, kan? Ngaku kamu!" ucapan Sadewa begitu tajam dan mengerikan. Bilah tajam pisau dapur yang dipegangnya kini menekan leher Lili. Sedikit saja Lili bergerak, maka pisau itu akan menembus kulitnya.

Air mata Lili berhamburan. "E-enggak, Pa. Sumpah Lili nggak pernah ngerayu Kak Arion." ucapnya dengan tubuh dan suara gemetaran.

"Bohong! Dasar pelacur murahan!"

"Dia nggak bohong, Pa. Arion yang selalu maksa dia buat berhubungan. Arion cinta sama dia." Arion berusaha membela Lili. Dia tidak berani mendekati Sadewa karena takut papanya akan berbuat nekat dengan pisau itu.

"Diam kamu!" bentak Sadewa. "Emang kamu nggak tau terima kasih. Udah dipungut, digedein, sekarang malah ngerayu kakak kamu sendiri. Dasar anak nggak tahu diuntung!" ucap Sadewa. Wajahnya merah padam penuh amarah.

"Mas, lepasin dulu pisaunya, Mas. Jangan sampai malah kamu yang kena masalah." pinta Ajeng yang juga sudah berlinang air mata.

"Pa, lepasin Lili, Pa." Arion ikut membujuk.

Suara-suara bujukan ajeng dan Arion yang tak henti-henti membuat Sadewa semakin muak. Amarahnya memuncak. "DIAM KALIAAANN!!!" bentak Sadewa.

Seketika itu juga Ajeng dan Arion diam. Bahkan Lili pun kini tak lagi terisak. Ajeng dan Arion memandang ke arah tangan kanan Sadewa. Tanpa sadar Sadewa telah menusukkan pisaunya di perut Lili.

Sadewa segera melepaskan tangannya dari pisau dan tubuh Lili. Dia melangkah mundur seolah menyadari kesalahan fatal yang telah diperbuatnya. Dia menatap wajah Lili. Gadis itu menatap balik Sadewa tanpa ekspresi. Tangan Sadewa kini berlumuran darah segar. Dia memandang nanar ke arah Ajeng, Arion dan Lili bergantian.

"Mas..." ucap Ajeng lirih. Dia terpaku melihat pemandangan di depannya.

Tubuh Lili limbung. Dengan cekatan Arion berlari dan menangkapnya sebelum Lili jatuh ke lantai. "Lili. Sayang. Lihat, Kakak. Lili. Tahan sebentar ya, sayang. Kakak panggil ambulans." ucap Arion dalam kepanikannya bak orang yang merapalkan mantra.

"K-kak. S-sakit." hanya itu yang mampu Lili ucapkan dengan suaranya yang lirih.

"Kita harus pergi sekarang." ucap Sadewa sambil menggandeng tangan Ajeng.

"Mas, Lili?" otak Ajeng masih belum mampu menyusun satu kalimat utuh. Dia masih shock melihat apa yang sudah diperbuat suaminya. Dia hanya mampu menunjuk ke arah Lili yang kini berada di pelukan Arion di lantai.

Sadewa menghentikan langkahnya. "Arion! Ikut papa!" perintahnya.

"Arion nggak sudi!" tolaknya. Nada bicaranya rendah namun tajam. Matanya seperti pisau tajam, menatap ke arah Sadewa.

Sadewa yang kesal merendahkan badannya untuk membalas tatapan Arion. "Kalau kamu nggak ikut, mamamu akan bernasib sama seperti itu. Kamu mau bunuh mamamu demi perempuan jalang itu, hm?" ancam Sadewa. Dia kembali berdiri dan bersiap untuk keluar dari rumah.

Arion menatap tajam Sadewa. "Bajingan!" umpat Arion.

"K-Kak..." Lili berusaha menggapai baju Arion untuk meminta pertolongan.

"Arion!" bentak Sadewa mengingatkan Arion.

"Ayo, Arion. Ayo, nak." bujuk Ajeng yang sudah sangat ketakutan. Dia takut suaminya dan anak kandungnya masuk penjara. Dia juga takut nyawanya terancam.

"Sialan!" umpat Arion lirih. "Maafin Kakak, sayang. Kakak akan penuhin janji Kakak selama ini. Kita bisa hidup bahagia kelak. Kakak cinta kamu, Lili." ucap Arion lirih lalu mengecup kening Lili lembut. Dengan berat hati dia meninggalkan Lili tergeletak di lantai dapur dengan darah menggenangi tubuhnya. Arion segera mengikuti Sadewa dan Ajeng.

Sebelum masuk mobil, diam-diam dia menelepon ambulans dan memberitahukan alamat rumahnya. Lili harus selamat. Lili harus hidup.

===

Lili bisa mendengar pintu depan rumahnya dibuka, namun tidak ditutup kembali. Ketiga orang itu pasti sangat panik hingga tak sempat menutup kembali pintu rumah.

Kini dia sendirian dan kesakitan. Pandangannya semakin kabur. Dia bahkan tidak mampu menggerakkan tangannya. Darah sudah terlalu banyak terbuang dari tubuhnya.

Terasa waktu sangat lama berputar. Entah sudah berapa menit atau berapa jam Lili tergolek tak berdaya di lantai dapur itu. Meskipun tak sepenuhnya sadar, Lili masih bisa mendengar suara-suara di sekelilingnya. Seperti saat ini. Lili mendengar suara memanggil-manggil namanya.

"Lili? Kamu dimana? Lili?" Suara Daren menggema di dalam rumah.

"K-Kak." Dengan suara yang sangat lemah Lili mencoba memanggil Daren.

Suara langkah kaki Daren semakin dekat. Lili tahu Daren akan segera menemukannya. Yang dia tak tahu adalah, berapa lama lagi dia mampu bertahan.

"Lili?!"

#####

Halo lagi guys 🥰
Udah hampir 500 views aja nih. Makasi banyak yang udah nemenin Lili. Aku usahain update tiap hari. Tapi yaaa nggak janji 🤭

Daren lagi makan:

Arion:

Lili:

Pict from pinterest

Continue Reading

You'll Also Like

10.4M 376K 76
Abby has always just been identified as stutter girl. Her high school life was a complete disaster, she lived in her sister's shadow the entire ti...
9.9M 280K 54
"I don't know who you think you are coming here, and acting like you don't care about anything. Now listen here Princess, because I'm not going to re...
2.2M 87.7K 32
How long can a mother keep the father's identity from her child? Not that long if luck isn't on her side. ****** Wattpad Originals 5th Anniversary Ev...
1.3M 41.7K 101
It Is a one-night stand for a 24 years old college girl, Annabelle. With no strings attached. When she sees her baby father on the cover page of a ma...