Pengasuh Mr. A (TAMAT)

By lennyputri25

244K 5K 103

#Karya 16 Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat... More

(Awal)
Prolog
Awal Bencana
Siapa Mr. A?
Betapa Merepotkan
Ketinggalan
Tugas Umum
Toko Buku
Pertandingan
(Pendapat)
Penderitaan Umum
Acara Keluarga
Sakit
Adam Marah
(Kelanjutan Cerita Ini Sampai Tamat)
(Tutorial Cara Membaca Karya di Aplikasi KBM)
(Bonus Ramadhan)
(Special Selama Bulan Ramadhan)
(Bonus Jumat)

Mual

4.8K 305 2
By lennyputri25

Acara makan malam keluarga Aryasatya berlangsung. Sangat tenang yang membuat Afra yang menyaksikannya malah tegang lantaran suasananya lebih seperti makan dengan rekan bisnis mereka daripada makan dengan keluarga.

Beberapa pelayan di rumah Damar sibuk mondar-mandir melayani keluarga itu di meja panjang di ruangan megah itu. Sedangkan Afra dan pelayan dari rumah Arka hanya bertugas menunggu di luar. Menyaksikan orang-orang kaya itu makan dengan perut kelaparan.

Tiba-tiba Bunga beralih ke arah pelayan yang berjaga di pintu. "Apa yang dihidangkan?"

"Kali ini temanya masakan nusantara, karena Tuan Damar sangat menyukainya, Bu."

Ekspresi Bunga seketika berubah khawatir. "Terima kasih." Dia beralih ke arah Afra. "Tuanmu tidak bisa makan makanan yang ada cabai walaupun sedikit. Dia juga tidak cocok dengan beberapa makanan tertentu. Waktu dia kecil, pernah ada anak pelayan yang memberikan makanan yang dibeli di kaki lima. Karena dia menghargai anak pelayan yang dianggapnya sebagai teman itu, dia memakan makanan itu yang membuatnya muntah-muntah dan sakit selama dua hari."

Afra cengo. "Perut gue yang spek kuli gini apa kabar? Semua bisa masuk kecuali pas lagi mules aja."

"Kamu harus waspada, Afra. Masakan nusantara itu setahu saya ciri khasnya ada cabai. Tuanmu tidak bisa menolak, karena dia sangat sungkan apalagi di depan kakeknya yang tidak menerima penolakan."

Secepat kilat Afra menatap ke depan tepat ke arah Adam yang sedang makan dengan perlahan. Seperti tak ada kesan menyukai makanannya sama sekali.

Tiba-tiba wajah pria itu memerah. Benar-benar memerah membuat Afra dan Bunga terkejut sampai berdiri.

"Uhuk ...." Adam mulai batuk.

Seorang pelayan langsung sigap menuangkan minumannya. Dia minum sedikit dengan wajah yang sudah lebih tenang.

Afra dan Bunga tetap saja berdiri di tempat dengan tegang. Seperti menunggu drama selanjutnya.

Benar saja, Adam mulai batuk-batuk beberapa kali.

"Uhuk ...."
"Uhuk ...."
"Uhuk ...."

"Apa yang salah Adam? Apa hidangannya bermasalah?" tanya Damar dengan tenang.

Adam menatap ayahnya tapi Arka tampak sedikit tegang. Tak sanggup berdiri menolong anaknya yang seperti meminta bantuannya agar membawanya pergi dari meja makan itu.

Cepat-cepat dia menatap Afra yang berdiri tak jauh di hadapannya dengan tatapan sayu.

Sontak Afra tanpa takut langsung menerobos dan masuk ke ruang makan itu.

Semua orang kaget termasuk Damar. "Siapa dia?" tanya Damar. Terlihat sangat terganggu dengan kehadiran Afra yang tiba-tiba.

"Saya mohon maaf, Tuan, saya asisten pribadi dari Tuan Adam," ucapnya dengan sopan sebelum secepat kilat mengambil tisu dan melipatnya menjadi dua bagian.

Dia berdiri di samping Adam sebelum mengusap punggung pria itu dan menaruh telapak tangannya yang dilapisi tisu di depan mulut Adam. Wajahnya turun tepat di samping wajah Adam. "Keluarkan saja di tanganku. Gak apa-apa," ujar Afra dengan suara pelan.

Adam masih menatap Damar dan seisi meja yang juga menatapnya dengan penuh tanya. Dia ragu.

Afra tetap mengusap punggung pria itu dengan lembut. "Gak apa-apa. Keluarkan saja di tanganku."

Setengah ragu Adam mengeluarkan sepotong kecil cabai dari mulutnya ke tangan Afra yang ada di depan mulutnya itu.

Afra sigap menutup kembali tisu di tangannya sebelum menyodorkan gelas berisi air putih ke arah Adam agar majikannya itu meminumnya. Begitu melihat isi piring Adam yang terdapat beberapa jenis makanan yang bercita rasa pedas, Afra yang mendadak pucat.

"Astaga ...."

Entah keberanian dari mana, dia langsung beralih menghadap Damar yang masih terpaku dengan kegiatannya itu. "Maaf Tuan, saya izin membawa Tuan Adam untuk pulang. Beliau tidak enak badan."

Ekspresi pria tua itu berubah kesal. Seisi meja makan pun terkejut mendengar perkataan Afra bahkan ada yang sampai menutup mulut lantaran kaget.

"Tidak ada yang boleh meninggalkan meja makan ini sebelum acara selesai!" tegas Damar dengan nada tak ingin dibantah. "Apa asisten baru sepertimu tidak diberitahu oleh kepala pelayan tentang aturan di rumah saya?!"

"Uhuk ...."
"Uhuk ...."

Afra sekilas melirik Adam yang sudah batuk-batuk tak nyaman dengan wajah memerah di belakangnya. Dia dilema.

"Maaf Tuan, tapi saya harus menjaga cucu Tuan. Tuan Adam tidak baik-baik saja."

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke ruangan ini dan berani melanggar aturan kami?!" Nada Damar terdengar ketus.

Afra menarik napas. "Mohon maaf Tuan, saya tidak bermaksud melawan orang yang lebih tua. Saya sangat menghargai Tuan, tapi saya bekerja untuk Tuan Adam. Saya harus melindungi Tuan Adam. Saya permisi."

Tanpa menunggu lama, dia menarik lengan Adam agar melingkar di lehernnya dan satu tangannya melingkar di pinggang Adam sebelum membawa pria itu pergi begitu saja, membuat seisi meja makan lebih terkejut kecuali Arka dan Adly yang malah merasa lega.

"Itu tidak diperbolehkan."
"Adam mungkin hanya tersedak. Kenapa sampai harus dibawa pulang?"
"Kurang ajar sekali pembantu itu!"

Bisik-bisik riuh mulai terdengar di meja makan. Wajah Damar pun memerah menahan amarah sebelum beralih menatap Arka.

"Kamu memilih pembantu pembangkang seperti itu untuk anakmu?! Di mana akal sehatmu?!"

Sejenak Arka terdiam untuk memilih kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada ayahnya.

"Maaf Ayah, tapi Adam memang tidak bisa memakan makanan yang ada cabai atau memiliki cita rasa pedas walaupun sedikit."

"Lemah sekali anakmu!" ucap Damar tanpa rasa bersalah.

***

Sepanjang perjalanan pulang, Adam sesekali batuk-batuk tak nyaman membuat Afra khawatir dengan keadaannya.

"Apa kamu makan cukup banyak?"

Pria itu mengangguk pelan. "Hm."

"Sebaiknya kita ke dokter."

Adam menggeleng lemah. "Gak perlu. Aku cuma mau pulang dan istirahat."

Afra kesal sendiri. "Lagian kenapa kamu harus makan makanan itu sih? Sudah tahu akan sakit kalau kamu memaksa."

Adam yang terkulai lemas di tempat duduknya sambil terpejam itu memilih diam saja.

Saat sampai di rumah, susah payah Afra membantunya menaiki tangga kamarnya. Pria itu benar-benar lemas akibat makanan yang jika diberikan kepada Afra akan disikat habis sampai tuntas.

"Memang susah jadi orang kaya," gumam Afra sambil sibuk menuntun tubuh Adam ke kamar. "Punya uang banyak untuk beli makanan enak, tapi gak bisa dimakan. Apa bagusnya?"

Perlahan dia membantu Adam untuk berbaring begitu mereka sampai di ranjang pria itu. Dia membantu membuka sepatu dan jas pria itu dengan sigap.

Tiba-tiba dia mondar-mandir tak jelas. "Aduh ... aku harus bagaimana lagi, ya?"

Wajah Adam benar-benar pucat dan mulai muncul keringat dingin membuatnya panik.

Secepat kilat dia menelepon Bunga yang masih di rumah Damar untuk bertanya.

"Panggil dokter."

"Dia gak mau, Bu. Dia nolak. Dia bilang, dia cuma butuh istirahat katanya ...."

Afra belum menyelesaikan perkataannya, Adam sudah bangkit di belakangnya.

"Aku mual ...."

Afra langsung mengakhiri panggilannya setelah mengucapkan perkataan yang sopan kepada Bunga. Dia beralih ke arah Adam dan duduk di samping pria itu.

"Apa kamu mual?" tanyanya sambil menatap pria itu dengan khawatir.

"Hm."

"Kalau kamu mau muntah, muntah saja."

"Aku belum mau muntah, tapi rasa mualnya sangat menyiksa."

Keringat dingin semakin banyak membasahi kemeja putih yang dikenakan pria itu.

"Adam ... aku akan panggil dokter. Aku gak peduli, kamu setuju atau gak!"

Tak membalas perkataan Afra, pria itu malah bangkit dan berjalan cepat ke toilet sebelum memuntahkan isi perutnya.

Afra sigap menerobos toilet dan berjongkok di sebelah pria itu sebelum mengusap pelan punggungnya. Menemaninya muntah tanpa rasa jijik sama sekali.

"Gue harus bersyukur memiliki perut yang bisa memakan semua hal kecuali yang dilarang agama aja sih," batin Afra sebelum geleng-geleng pelan.

Continue Reading

You'll Also Like

182K 6.8K 24
(CERITA LENGKAP DAN SEDANG DALAM TAHAP REVISI) "Ketika lo punya bini yang sifat bawaannya kayak bocah, ditambah lagi ngidam. Cinta, sih, tapi kesal...
2.1K 98 45
Aisha Valerie yang menyukai dalam diam, dan malah berkesempatan dekat dengan atlet volly most wanted, Reyes Delvin Anderson. Gara-gara nilai matemati...
1K 72 42
" Kenyataan? Apa itu, aku sangat membencinya, satu kata yang membuat hidupku hancur " Lalu bagaimana dengan hidup seorang gadis yang penuh dengan ke...
761K 72.1K 37
[Completed] (FOR RAYDEN & FOR SHANUM ditulis di dalam satu work yang sama. Silakan baca dengan teliti setiap judul part). BOOK I : FOR RAYDEN "You ar...