Amerta

By decin_scorpio

2.9K 184 15

[Follow dulu sebelum membaca] ⚠️ Dapat membuat baper tak berujung⚠️ *** -He fall first, he fall harder- Jika... More

P R O L O G
1. Sogokan?
2. Gadik Unik
4. Pojok Perpustakaan
5. Perihal Rasa
6. 5 Detik
7. Pernyataan Tak Terduga
8. Menjauh
9. 911
10. Roman Picisan
11. Saksi Senja
12. Langit Favorit
13. Payung di Kala Hujan
14. Jatuh Yang Menyenangkan

3. Berangkat Bersama

203 16 0
By decin_scorpio

Tentang Laura dan segala sikap disiplinnya, nyatanya semua itu tertanam sejak dini dari kedua orang tuanya. Tumbuh dengan latar belakang orang tua yang sibuk di dunia perkantoran nyatanya sebuah keuntungan untuk Laura, sehingga dia akan bangun lebih awal. Jam 5:20 WIB, terlalu pagi memang. Tapi mengingat kemacetan kota, jam seperti ini memang sangat pas untuk memulai aktivitas agar tak terlambat nantinya.

Masih ada 10 menit sebelum jam 6 dan Laura sudah siap dengan seragamnya, juga polesan make-up tipis di wajahnya. Anyway, dirinya masih tipikal gadis yang mementingkan penampilan, sehingga polesan lip tint pada bibir jelas tak akan terlewatkan. Lagi pula beruntungnya aturan sekolah mengenai make-up tak begitu ketat.

"Kak.. buruan makan!"

Teriakan dari luar kamarnya dengan cepat di sahuti Laura, "iya ma.." sebelum mengais kaos kaki juga tas sekolahnya.

Semangkuk sereal yang di campur susu, juga segelas susu vanila-kesukaan Laura-sudah tersaji rapih di atas meja. Tak lupa kedua orang tuanya yang sudah siap dengan seragam mereka. Sedikit info, mama Laura kerja sebagai seorang PNS di polda, sedangkan ayahnya seorang HRD di sebuah perusahaan.

"Motornya udah di isi bensin kan kak?"

"Iya, udah pa, kemarin pas pulang dari sekolah,"

"Jangan ngebut-ngebut bawa motornya kak, kemarin banyak banget kasus kecelakaan anak sekolah,"

"Iya ma,"

Nasihat yang selalu sama. Mengingat Laura hanya seorang anak tunggal dan perempuan, kedua orang tuanya memang jauh lebih protektif pada dirinya. Sebenarnya Laura punya adik, hanya saja dia hanya bertahan selama 1 tahun di dunia ini.

"Hati-hati ya kak, inget nasihat mama tadi,"

Dan perpisahan kecil itu di awali dengan kepergian motor Laura, di susul mobil papa, dan mamanya yang keluar dari pekarangan rumah.

Jam 6:16 dan Laura sudah berbaur dengan kendaraan lain di jalan raya. Seperti biasa, jalanan belum begitu macet, hanya ada para ojek-ojek online yang sibuk lalu lalang dan nangkring di pinggir jalan-suasana yang cukup menghibur dan sudah di hafal Laura.

Baru saja dia berbelok di sebuah perempatan lampu merah, tiba-tiba saja Laura merasa motor yang di tungganginya sedikit oleng. Dengan cepat dia meminggirkan motornya, melepas helm, dan segera turun dari motor matic kuningnya.

"Yahh... malah bocor," desahnya begitu mendapati ternyata ban belakang motornya kempis.

Menatap sekitarnya, Laura semakin berdecak kala mendapati tak ada bengkel di sana, hanya ada toko-toko yang masih tutup. Di tambah jalanan yang mulai ramai dengan kendaraan lain.

"Huft! Semoga aja mama belum pergi jauh," monolognya sembari membuka ponsel, menghubungi sang mama yang semoga bisa sesuai harapannya.

Masih mencoba menghubungi mamanya sembari mengabari kedua sahabatnya, tiba-tiba Laura di kejutkan akan kehadiran seseorang bersama motornya yang ikut berhenti di belakang motor Laura, bahkan suara knalpotnya sudah berhasil mengundang perhatian.

"Kenapa berhenti?"

"Bumi?"

Jika Bumi menatap penuh tanda tanya ke arah Laura dari balik helm full facenya, maka Laura menatap cowok dengan tampilan urakan itu--padahal masih pagi--dengan tatapan bingung.

"Motornya kenapa?"

Kembali Bumi memecah kebisuan di antara mereka dengan pertanyaannya.

"Oh.. ini bannya kempis," tunjuk Laura pada ban motornya yang ikut di tatap Bumi.

"Ya udah bareng gue aja," ucap Bumi sembari menunjuk jok belakangnya menggunakan dagunya.

"Terus motor gue di tinggal di sini? Entar kalau ada yang ambil gimana?"

Seakan paham akan keresahan Laura, Bumi lantas turun dari atas motornya, membuka helm dan segera berjalan ke arah gadis dengan headband di kepalanya itu. "Mana kunci motornya?"

Tak menjawab, Laura hanya menjawab dengan menunjuk kunci motornya yang memang masih menggantung di lubang kunci. Iris cokelat terangnya tetap mengikut tiap pergerakan Bumi, bagaimana cowok itu mendorong motornya ke pelantaran mini market, memastikannya terkunci sempurna, dan berbicara pada seorang tukang parkir di sana.

"Udah. Ayok! Motor lo akan aman," ucap Bumi setelah kembali ke hadapan Laura setelah berlari dari seberang jalan.

Dan seakan masih menangkap binar keraguan di manik cokelat Laura, Bumi kembali meyakinkan gadis itu, "nanti gue bareng Putra izin buat anter motor lo ke bengkel, tenang aja motornya akan aman di jagain, ada CCTV juga di sana,"

Setelah terdiam 2 detik, akhirnya Laura mengangguk-mengiyakan ajakan Bumi untuk ikut dengannya. Lagi pula Laura sudah tak punya pilihan lain, mana sekarang udah jam 06:37.

***

Sampai di parkiran sekolah, Laura turun lebih dulu dan melepas helmnya. Beruntungnya mereka datang tepat waktu, 1 menit sebelum gerbang utama di tutup. Sangat lucky bukan?

"Thanks ya, untung aja ada lo, jadi gue gak telat," ucap Laura setelah merapihkan tatanan rambutnya. Irisnya ikut menatap Bumi yang ternyata juga menaruh atensi padanya.

"Berarti pulang nanti bareng gue kan?"

Wait! Laura bahkan nyaris tersedak salivanya sendiri karena pertanyaan to the point Bumi, "gak usah, nanti gue bareng Melda aja, kasian ngerepotin lo-"

"Gak ngerepotin Lauuu... udah, bareng gue aja. Kan entar gue juga yang bawa motor lo ke bengkel," sela Bumi langsung.

"Beneran? Tapi kayaknya-"

"Gak ada tolak menolak. Ya udah, entar pulang sekolah gue ke kelas lo, bye cantik!"

Sialan! Jika Laura bukan lah tipe gadis yang apatis akan persoalan cinta, mungkin sekarang dia sudah cosplay menjadi Zellyn karena tindakan Bumi yang menepuk puncak kepalanya dua kali bersama senyum manisnya yang tersungging tepat di depan wajah Laura.

***

Ada 2 hal yang selalu berhasil membuat anak-anak kelas 11 ingin rasanya cepat-cepat melalui 2 semester ini dengan cepat, yaitu bertemu Frau Erna-guru mata pelajaran Jerman-dan pak Kasno-guru mata pelajaran sejarah peminatan. Pertama karena peminatan Jerman jelas bukan lah hal yang terlalu menyenangkan untuk sekumpulan anak-anak yang belajar bahasa Inggris aja masih ogah-ogahan, mana di tambah selalu ada sesi ulangan setiap pergantian materi. Dan yang kedua karena pak Kasno yang selalu memeriksa catatan materi setiap pulang dan selalu memberikan tugas di akhir pembelajaran, sangat menyebalkan bukan?

Dan karena dua alasan itu lah kalian akan dengan mudah menebak setiap kali melihat ada anak-anak kelas 11 yang hanya sebagian berada di luar kelas, sedangkan sisanya sedang berjuang di dalam kelas, entah untuk menyalin catatan atau sedang mengisi lembar-lembaran ulangan.

Tapi sepertinya nasib yang sedang terjadi di kelas 11A-4 adalah opsi yang kedua, terbukti dari kesibukan yang tengah di lakukan murid-murid yang berada di luar kelas-masih mencoba belajar di tengah kepanikan dan kericuhan yang sedang terjadi di sisa-sisa jam terakhir sebelum bel pulang sekolah.

"Udah lah, gue nyerah sama Jerman!" racau Melda membanting buku catatan juga buku paketnya.

"Frau gak capek apa ngasih ulangan dua minggu sekali? Udah kayak jadwal minum obat aja," dengkus Zellyn. Gadis yang masih mencoba fokus dengan buku catatan bersampul pink juga pulpen berwarna pinknya itu ikut merutuk, walau pada akhirnya dia kembali mencoba fokus membaca materi-materi terakhir.

"Udah, gak usah di bawa beban, kerjain aja kayak biasa," ucap Laura tenang.

"Heran gue, kok lo bisa santai aja sih Lau tiap ujian gini?" tanya Melda resah. Gadis dengan rambut yang di gulung dengan model messy bun itu sepertinya sudah tak tertarik dengan buku paket bersampul merah di depannya, membiarkan takdir yang menentukan nasibnya di dalam kelas nanti.

"Ya mau gimana lagi, marah-marah cuma bikin otak makin stress, jadinya gak akan fokus nanti. Jadi... dari pada pusing, lebih baik baca-baca materi sebelumnya, kalau keinget syukur, kalau gak, berarti emang udah takdir,"

"Kampret! Sama aja itu mah kayak pasrah," dengkus Melda sembari tertawa kecil.

Masih dengan bacaan di tangannya, Laura dan Zellyn ikut tertawa akan ucapan Melda.

"Bu wakil... bu wakil... ada yang mau ngapel nih!"

Suara-suara yang berasal dari ujung koridor berhasil menarik atensi semua siswa-siswi yang berada di luar kelas. Menatap penuh heran pada sekelompok pemuda yang sudah menenteng tas sembari berjalan heboh menuju kelas mereka-padahal masih ada 1 jam sebelum jam pulang, tapi mereka sudah bersiap untuk pulang.

"Bumi? Ngapain tuh anak ke sini?" tanya Melda kembali bersuara. Karena selain kelas mereka yang berada di gedung yang berbeda, Bumi dan perintilannya itu jelas tak punya teman akrab di kelas mereka.

"Ribut Put, orang lagi ulangan di dalem," tegur Laura. Iris cokelatnya melirik sekilas ke dalam kelas, memastikan bahwa Frau tidak terusik akan keributan yang baru saja di buat Putra.

"Hehehehee... maap bu wakil, kan gue gak tau, kirain kalian pada free makanya di luar kelas,"

Mengabaikan Putra, kini atensi Laura berputar ke arah Bumi, menatap cowok jangkung itu penuh kebingungan, "ini belum jam pulang perasaan, kok udah pada gendong tas?"

"Apalagi kalau bukan bolos Lau," sela Melda dengan nada mengejek.

"Enak aja mulut lo Mel!" gerutu Tria galak.

"Bu Ria cuma curhat di dalam kelas, jadinya kita mutusin buat balik aja. Lagian kita bukan guru bk yang buka jasa curhat," jelas Kafka yang langsung mendapatkan seruan penuh setuju dari ketiga temannya yang lain.

"Lagian hak kita buat nerima materi, bukan nerima curhatan bu Ria,"

Mendengkus malas, ketiga gadis yang berada di hadapan kelima pemuda itu hanya memutar mata mereka malas, seakan sudah sangat hafal akan tabiat mereka.

"Belum giliran kalian?" tanya Bumi yang di jawab Laura dengan satu anggukan kecil.

"Pulang duluan aja, nanti gue bareng Melda, lagian-"

"Waduh! Apa nih pulang bareng? Kalian jadian kah?"

"Atau mau nge-date?" sela Melda dan Zellyn cukup heboh, bahkan reaksi mereka sukses mengundang perhatian yang lain.

"Ngawur! Mau ngambil motor gue,"

"Oalah... ngomong dong neng," angguk Melda.

"Tapi habis ambil motor lanjut nge-date ya Lau?" goda Putra sembari menaik-turunkan alisnya.

Sungguh, ingin rasanya Laura menampol muka ngeselin Putra, karena demi apapun ekspresinya ngeselin banget!

"Mana kuncinya? Entar kirim aja lokasinya, biar gue-"

"Enggak, bareng gue aja, entar gue tungguin. Gue juga udah janji tadi," sela Bumi tegas, alisnya bahkan ikut tertekuk.

"Tapi-"

"Gue tungguin Lau... udah gak usah khawatir,"

"Wadaw! Udah effort nih Lau, jangan di tolak dong sahabat gue,"

Sumpah! Ingin rasanya Laura menenggelamkan Putra ke dasar palung mariana. Nih cowok suka aja tiba-tiba nyambung sambil godain Laura.

"Bener gak papa?" tanya Laura kembali meyakinkan. Dirinya jelas merasa sungkan sudah merepotkan Bumi sejak pagi tadi, mana sekarang Bumi harus ikutan nungguin dia.

"Iya. Kasih aja nomor lo, bair nanti chat gue kalau udah pulang,"

Menerima sodoran ponsel Bumi, Laura lantas mengetikkan nomornya sebelum menghubunginya sendiri hingga membuat getaran pada benda pipih yang berada dalam genggamannya.

"Udah. Nanti gue kabarin kalau gue udah kelar,"

"Ini nih yang namanya sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Udah pulang bareng, segala modus minta nomor hp," kelakar Pati yang langsung mendapatkan jitakan dari Bumi.

"Gilaa.. stress gue ulangan kali ini!"

"Sesi selanjutnya masuk!"

"Selamat bertemu kertas kematian kawan-kawan, bisa di jamin keluar-keluar otak kalian mengepul!"

"Udah sana masuk, semangat ulangannya cantik," ucap Bumi bersama tepukan kecilnya di atas puncak kepala Laura.

"Woilah... jasa pindah planet dong!"

"Adegan macam apa ini!"

#To Be Continued

Continue Reading

You'll Also Like

1M 19.4K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
160K 129 27
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...
481K 36.4K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
1M 32.3K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...