The Origin Of King Kaan

By Thingsgotlouder

625 174 94

[Fantasy, Action, Drama] Seorang bangsawan mendapati adiknya terpotong menjadi 2 bagian. Sebuah bencana terja... More

01. The First Daugther
02. The First Crown Prince
03. Red
04. After All
05. The Twin Princes
06. a Ballroom That Squealed The Pride
07. Sparkling Royal Stones of Yeaston
08. Mixed Blood Prince
09. Da Vienè
10. The Days Before
11. White Day
12. Brothers From Nowhere
13. The Queen's Son
14. Havoc
15. Run Away
16. The Softest Touch
17. Rodrigues
18. Post-Yeaston
19. Just Because Fate Forces It
21. Basinscar
22. Blue Bird, Labradorite and The First Daughter
23. Dirty Jawel and The Dungeon
24. For Traitors
25. Earl Rose Pouchong

20. Kaan

13 3 2
By Thingsgotlouder

Yeaston sepertinya tidak sehancur itu. Yseult cukup terkejut dengan apa yang dia lihat di pasar, orang-orang seolah hidup dengan normal tanpa ada visual keruntuhan pemerintahan maupun pembicaraan yang mengarah ke kejadian tempo itu. Tetapi kematian Raja, Ratu bahkan putra mahkota seharusnya sudah cukup membuat Yeaston porak poranda.

Setelah beberapa waktu berjalan, yseult tidak mendapatkan pangeran Soren dimanapun. Pemuda itu seolah memiliki kaki bersayap yang membuatnya gesit berjalan kesana kemari tanpa tertangkap mata Yseult.

Sebenarnya alasan lain adalah Yseult mulai merasakan efek lemas setelah tidur berbulan-bulan. Hanya sesaat setelah amarahnya mereda, dia mulai merasakan otot-ototnya berubah menjadi tahu dan tulangnya melunak.

Yseult yang mulai sadar jika dia sedang kurang berdaya memilih duduk diantara air mancur di tengah alun-alun. Perlahan ia merogoh makanan hangat yang ayahnya berikan sebelumnya dan menatap nanar olahan tepung almond dan susu yang di kukus itu. Rasanya ingin sekali menangis ketika satu gigitan tercipta. Yseult tiba-tiba ingin kembali pulang dan benar-benar bersujud meminta maaf pada semua orang.

Dia tidak bermasalah dengan jarak atau pertemuan yang jarang, tetapi dia paling tidak bisa pergi dalam keadaan marah seperti itu. Dia pasti akan sangat menyesal jika sesuatu terjadi pada keluarganya ,kemudian hal terakhir yang dia lakukan pada mereka adalah memalingkan wajah.

Yseult memakan rakus makanan yang juga disebut Balmo itu. Adonanya melembek ketika digigit dan menjadi padat, benda yang disebut makanan ini tidak kembali ke keadaannya yang semula, tidak seperti Balmo yang Yseult kenali. Selain itu ada rasa debu yang kentara didalam isiannya, ketan merah padat yang lengket dan tengik.

Sepertinya ada penjual yang tega memberi ayahnya makanan basi yang dikukus kembali. Bukannya sebal Yseult merasa tambah sedih lagi mengingat masih ada sisa Balmo yang akan dibuat makan malam oleh keluarganya.

"Huh.. sial"

Tak perlu waktu lama untuk Yseult diam dan menengok kearah sampingnya. Seseorang berbicara bersamaan dengannya, ia tampaknya memiliki keluhan dan mengatakan serapah juga.

Kedua mata mereka membeku dalam tiga detik yang panjang sebelum keduanya berdiri dan melangkah kearah yang berbeda. Masing-masing dari mereka langsung berniat untuk melarikan diri.

Namun keduanya kembali tertarik pada arah satu sama lain dan saling menabrak punggung. Ternyata syal rajut panjang yang gadis itu miliki menempel dan terikat pada sabuk Yseult. Keduanya tampak terburu melepaskan diri tanpa saling berbicara.

Yseult tidak bisa bertemu siapapun dari kerajaan, apalagi istri pangeran yang sedang memburu penyihir rakyat. Rue.

Sedangkan Rue memiliki alasannya tersendiri untuk tidak berbasa-basi atau memikirkan sebuah penangkapan untuk Yseult.

".. Tidak, ini, lepaaas" Rue semakin panik dan menarik paksa syalnya.

Tanpa diduga mereka benar-benar terlepas, namun justru sabuk Yseult lah yang robek. Sejujurnya Yseult tidak peduli akan sabuknya tetapi ia terkejut dengan seberapa rapuhnya sabuk kulit itu, sabuknya mungkin murahan tetapi apakah merobeknya adalah semudah itu.

Rue yang panik segera meraih sabuk robek itu dan berkata lantang "ASTAGA MAAFKAN AKU NONA YSEULT. AKU TIDAK SENGAJA!"

"Anda disana ternyata, yang mulia" suara perempuan yang kaku dan serius tiba-tiba menginterupsi kepanikan Rue.

Seorang wanita berpakaian ksatria tampak tidak begitu jauh dari arah mereka. Dia memakai baju besi dan membawa pedang, dengan segera tubuhnya condong kearah mereka dan mulai berlari.

Yseult segera pergi kearah berlawanan dengan Rue namun gadis itu malah menarik tangan Yseult dan berlari dengannya.

"Czar ada di arah itu, percayalah padaku. Kau ingin lari, kan? Sama, aku juga" ucap Rue dalam kepanikannya.

Yseult ingin mengindahkan tarikan itu tetapi jujur saja tenaganya belum pulih, jika Rue tidak menariknya dia mungkin akan melambat dan menabrak orang-orang yang lalu lalang.

"Baiklah, tapi jika kau berbohong, sadarlah aku bisa membunuhmu kapan saja dan aku tidak akan ragu sedikitpun-"

"Dimengerti!"

Rue tak hanya menariknya, dengan cepat gadis mungil yang gemulai ini langsung membawa Yseult ke punggungnya dan berlari terbirit-birit.

Yseult merasa sangat dongkol dengan apa yang terjadi, gadis ini bahkan tak sedikitpun bergetar. Dia benar-benar membawa Yseult seolah dia hanya sebuah bantal kapuk.

Merasa tidak beres, Yseult memutuskan untuk memberontak dan pergi dengan kemampuannya sendiri saja. Tetapi tidak semudah itu.

"Henti-hentikan! Aku akan pergi sendiri saja!" Baru saja Yseult akan turun, Rue semakin menggendongnya erat dengan dirinya, namun karena tangan Yseult terlepas dan kehilangan dayanya ia tidak bisa berpegangan saat Rue berbelok tajam dan malah tak sengaja membenturkan tubuh Yseult ke kereta kuda.

Hal terakhir yang Yseult ingat adalah matanya menggelap dan kereta kuda itu terguncang dan hampir jatuh miring.

° ° °

"Maafkan aku!"

Yseult bangun dengan terkejut karena mimpi buruk saat ia kembali kerumah dan semua orang menatapnya marah.

"Tidak apa-apa nona Yseult! Ini salahku! Ini semua salahku! Tolong jangan bunuh aku sekarang!" Rue disampingnya yang sedang minum sesuatu di dalam ember kayu segera berbalik dan menundukkan kepalanya berkali-kali.

Yseult benar-benar merasa konyol dengan gadis cantik ini. Kenapa kelakuannya aneh sekali. Tetapi tak lama ia segera sadar dan berdiri untuk pergi. Rue memegang tangannya dan berbisik jika masih ada penjaga diluar sana. Yseult yang merasa sudah cukup dengan gadis ini menarik tangannya kasar tanpa bicara apapun dan melengos pergi bergitu saja.

Namun saat tirai kain terbuka kemudian tirai manik-manik juga terbuka, tak jauh darinya pangeran Czar berdiri membelakanginya dan hendak berbalik, pergerakannya cukup cepat tetapi Yseult yang panik jauh lebih cepat darinya.

Yseult segera memasuki kembali tenda dengan berbagai aksesoris aneh itu dan masuk kedalam sebuah bilik dengan simbol astronomi. Jika Czar ada didepan tenda mereka, bukankah dia cukup tuli jika tidak bisa mendengar teriakan Rue meminta maaf dengan heboh padanya. Pada beberapa kesempatan Yseult merasa bahwa jodoh memang tak berbeda jauh. Mereka memiliki kebodohan yang sama-sama sulit didefinisi.

Saat tahu Rue malah masuk mengikutinya, Yseult berusaha mendorongnya keluar dari biliknya. Manik-manik pada pintu utama terdengar riuh ketika seseorang tampaknya perlahan memasuki tenda. Mendengar itu dengan kekuatan yang memang Yseult curigai sedari tadi, Rue balik mendorongnya dan menutup mulut Yseult. Dia cukup kuat sampai Yseult benar-benar tidak bisa berkutik. Padahal tubuh Yseult jauh lebih tinggi dan besar darinya.

Rasanya sebuah penghinaan jika gadis mungil ini bisa menguncinya dalam pelukan dan membungkam mulutnya sekaligus.

Rue awalnya berekspresi pucat ketika melakukan itu, namun perlahan ekspresinya berubah terkejut dan perlahan matanya turun melihat sesuatu mengganjal menekan pipinya dan berada di antara pelukan paksa mereka.

Mulutnya menganga dan matanya membulat saat ia berbisik "Bagaimana mungkin bisa menjadi sebesar ini? Nona Yseult tolong beri aku saran untuk menumbuhkannya!" Rue menaikkan tangan dan menyimpan telapak tangannya di atas dada Yseult.

Dengan pasti Yseult menendang Rue keluar dari biliknya, kekesalannya mampu memecah belenggu Rue darinya. Tidak sopan dan tidak beradab.

"Ehh? Pelanggan? Astaga, sudah datang pelanggan lagi?! Cepatnya!!"

Sebuah suara memecah perhatian keduanya. Yseult tahu dia juga terlihat, itu karena ketika menendang Rue kakinya juga ikut keluar dari bilik.

"Ayo masuk masuk.." seorang wanita paruh baya dengan rambut ikal, pakaian hitam dan beraroma seperti gorong-gorong ini membawa Rue dan memandu paksa dia pada bilik sempit Yseult, sedang wanita itu masuk dari arah lain dan duduk di belakang meja dihadapan mereka.

Yseult yang merasa kesempitan hendak kabur, sesaat sebelum suara pangeran Czar mulai terdengar dari balik tenda kain di belakang wanita paruh baya tadi.

"Cobalah cari di sekitar sini, tadi kurasa aku mencium aroma lumut lagi. Penyihir-penyihir sesat itu.. awas saja kalian"

Urung hati membuat Yseult kembali duduk dengan wajah jengkel. Sedang di sisi lain Rue yang masih merasa tidak enak berada dalam rasa penasaran yang tinggi untuk mencuri lihat 'milik' Yseult. Masalahnya dia tidak ingat Yseult memiliki tubuh yang indah seperti itu sebelumnya.

Dalam hati Yseult mulai memikirkan akan mencari kain lilit untuk mengikat erat dadanya lagi.

"Selamat datang di kantor ramalan dewa langit, para perempuan peta-"

"Petang? Perempuan petang? Gadis petang? Terdengar romantis dan.. dan seperti pecinta puisi, bukan begitu Nona Yseult? Hahahaa" Rue memotong ucapan wanita paruh baya itu dan tertawa kaku. Sama seperti kekonyolan yang Yseult ingat tentang dirinya.

Namun si wanita yang tampak tak terganggu itu tetap melanjutkan kalimatnya. "Aku tahu apa yang kalian bawa secara sembunyi-sembunyi itu. Pergolakan hati pada yang tercinta! Kalian pasti sedang bingung memilih setia pada siapa, kan? ingin tahu siapa jodoh kalian, kan? Aku tahu! Aku sudah tahu!" Wanita yang juga bermulut nuansa gorong-gorong ini menaikkan tangan keatas langit dan memejamkan matanya bangga.

Yseult yang malas hanya mengalihkan pandangannya pada sisi bilik yang jauh lebih menarik. Sementara bahu Rue dapat dia rasakan bergerak-gerak gelisah, tetapi tak terlihat ingin mengatakan isi pikirannya.

"Tak perlu bicara, tak perlu berbuat, aku sudah tahu apa yang akan terjadi! Aku hanya butuh kalian para pemain peran, untuk mendengarkan ramalanku! Para bintang sudah memberi intip takdir yang akan kalian jalani padaku. Begitu indah dan menawan, sekaligus sangat berbahaya! Salah satu akan diselamatkan oleh cinta dimasa lalunya dan lainnya akan.. hmmh.. satunya akan.." wanita itu menggantung dan mencoba menyontek tulisan-tulisan diatas buku besar di depannya.

Rue yang terbawa suasana dan penasaran dengan lanjutannya membawa diri ke depan untuk ikut melihat buku itu, tetapi segera ditutup setelah si peramal beraroma khas ini menutupnya tepat didepan wajah Rue.

"Satunya akan.. tertunda. Nasibnya tertunda.. tunggu apa ya maksudnya. Mana mungkin nasib bisa ditunda"

Dia membuat pernyataan, bertanya dan menjawabnya sendiri. Yseult menghela nafas tidak tertarik, sementara Rue terus bertanya.

"Apakah ada informasi lain? Bagaimana dengan.. umm, tidak, lupakan" Rue menutup mulutnya setelah memikirkan sesuatu. Ia urung dengan ramalan mendadak ini.

"Hmmh.. tidak perlu khawatir, takdirmu baik-baik saja, bahkan terlalu baik sampai-sampai kau mendapatkan hal bagus yang sebenarnya tidak pantas kau dapatkan" Wanita paruh baya itu menatap Rue dan menghadiahkan sebuah seringai bau.

Rue yang sepertinya percaya-percaya saya mengangguk ".. Begitu, ya? Eh, tunggu, apa?"

"Sedangkan anda, nona. Takdir anda parah sekali, satu-satunya keberuntungan anda sudah pergi. Keberuntungan anda adalah memiliki takdir yang terikat dengan orang-orang paling beruntung, yang kelahirannya saja dirayakan penduduk langit. Namun sekarang tidak ada lagi yang tersisa"

Yseult menaikkan alisnya, berani sekali mulut itu berbicara semaunya. Dengan ketus Yseult hanya menjawab "Huh? Tau apa kau soal aku?"

"Pengetahuanku tentangmu adalah aku tahu bahwa kau sedang mencari seseorang, kan? Bahkan bukan hanya itu, kau sangat membutuhkan sesuatu. Sesuatu yang akan meredakan rasa bertanggung jawabmu akan sebuah takdir buruk, yang bahkan sudah tercatat dan akan tetap terjadi meski kau tidak terlibat sekalipun"

Jantung Yseult seolah berhenti sesaat, ia merasakan aura aneh yang sama dari peramal ini dan juga Sufis Bethutia sebelumnya.

"Tapi melihatmu disini sekarang, kurasa kau tidak perlu khawatir lagi nona. Akhirnya, rasa bertanggung jawab pada segalanya itulah yang akan membawamu menuju jalan yang benar. Dan beruntungnya kau memang terlibat dengan seorang pembawa keberuntungan. Meski hidupmu hancur, nona. Takdirmu menjadi lebih baik karena bertemu denganmu, adalah salah satu keberuntungannya"

Yseult mulai melunak, dia tidak sepenuhnya percaya tetapi visual yang peramal itu gambarkan, secara tidak langsung membuatnya mengingat seseorang.

"Dan dia kebetulan datang kemari juga tadi" kalimat final itu membuat Yseult yakin.

Tetapi alih-alih ingin pergi karena dia mulai percaya peramal gadungan ini, Yseult lebih ingin memastikan bahwa siapa yang datang sebelum dirinya adalah orang itu. Dia memang sudah berjanji pada dirinya sendiri, dan siapapun tidak boleh membuatnya melanggar.

Yseult berdiri dengan tergesa dan berlari keluar bilik. Si peramal tersenyum dan kembali membaca mantra dengan gila, menerawang sesuatu yang entah apa. Rue yang bingung memilih pergi setelah Yseult.

Dijalanan Yseult mulai melihat ke sekitar, menangkap setiap seragam maupun orang mencurigakan yang mungkin saja bagian dari antek-antek Czar. Tetapi akan tetap kesulitan untuk mencari Soren, apalagi jika ternyata dia juga sedang bersembunyi dari Czar.

Dengan pasti Yseult memacu keras kepalanya yang baru pulih itu. Dimana sekiranya Soren akan bersembunyi.

Dia memiliki rumah kaca yang bisa berubah menjadi kalung, tetapi jika Soren memasukinya lantas siapa yang akan memegang kalung tersebut atau sebatas apakah bisa dan apakah aman.

Disisi lain Yseult juga tidak mengetahui tujuan Soren setelah ini, sehingga tidak bisa memastikan jalan mana yang akan dia ambil setelah keluar dari desa Idosea. Namun bisa saja dia sebenarnya tidak memiliki tujuan juga.

Apa? Apa yang bisa dia lakukan?

Setelah berfikir beberapa saat, Yseult mendapatkan sebuah ide gila yang brilian.

Dengan cepat, ia bergerak ke arah alun-alun dan menaiki air mancur di tengahnya. Jubah basah dan dingin angin permulaan musim dingin juga menusuk-nusuk seperti ribuan jerami.

Yseult awalnya mengira jika sihir rakyat nya benar-benar sudah musnah. Namun, setelah beberapa saat dia menyadari bahwa ada sebagian kecil yang tertinggal di ujung-ujung sisa nadi sihirnya.

Tangan mengacung ke atas dan sebuah bunga api sihir keluar dari telapaknya. Yseult merasa sangat sakit ketika sihir itu keluar dari tubuhnya, benar-benar jenis yang bisa membuatnya terduduk ngilu.

Bunga api itu terlihat mencolok di antara kumpulan orang-orang. Mereka mulai berteriak dan berlarian, sementara beberapa orang berlari sebaliknya dan mengacungkan tombak serta pedang. Salah satu diantara mereka adalah perempuan yang mengejar Rue tadi, Yseult pernah melihatnya beberapa kali, dia mungkin salah satu prajurit atau bahkan ksatria Rue.

Yseult benar-benar bertaruh, ia sudah tidak mampu melawan. Secara fisik maupun menggunakan sihir. Namun, Soren baru saja ia ketahui memiliki kekuatan lain, tetapi disisi lain dia juga masih terlihat peduli padanya. Maka, seharusnya jika Yseult melakukan ini, dia akan datang.

Yseult turun dari puncak air mancur dan berdiri di pinggir dindingnya. Tak lama seseorang datang dengan gagah dan memecah lautan prajurit.

Czar memiliki pandangan mata yang tajam dan murka. Ia seolah tak memiliki sifat konyol yang selama ini Yseult ingat. Tetapi Czar tetap tidak semenakutkan Rodrigues, setidaknya Yseult tidak gentar didepan wajah itu.

"Yseult, tak kusangka kau akan datang sendiri padaku. Apa kau tahu betapa hancurnya aku saat mengetahui jika kau salah satu pengguna sihir rakyat. Bahkan kau mencuci otak adikku yang polos itu" Czar mengatakan kalimat itu dengan serius, matanya menyiratkan kekecewaan yang dalam padanya.

Yseult sebenarnya yakin mereka tidak sedekat itu. Menurutnya reaksi pangeran Czar berlebihan. Ia lebih bisa terima jika Soren lah yang mengatakan itu padanya. Tetapi jika Czar, siapa dia untuknya.

Czar mendekat dan mengangkat pedangnya. "Sekarang aku bisa bertarung denganmu tanpa khawatir, kan? Bahkan jika aku gunakan sihirku? Kita.. setara kan? Yseult"

Biasanya Czar tetap memanggilnya nona, namun sekarang sudah tidak ada rasa hormat yang tersisa untuknya.

Rona kemerahan mulai meliputi Pangeran Kelima itu, pedang lain muncul dari kedua sampingnya, semua itu menghunus kearah Yseult. Diperlakukan begitu, Yseult mau tak mau harus menjaga dirinya sendiri, ia mulai menarik pedang Soren dari balik jubahnya.

Melihat pedang itu membuat mata Czar berubah nyalang "Beraninya!"

Sesaat sebelum Yseult menahan pedang itu darinya, seseorang menangkis pedang itu hingga terlempar ke arah langit. Seseorang yang bertubuh pendek ini memiliki sebuah pedang kayu dengan rona magenta. Dia dengan cepat menendang tubuh Czar, kekuatannya secara mengejutkan mampu untuk melakukan itu. Kemudian orang kecil ini memeluk Yseult dan membawanya seperti karung beras.

Yseult mencium aroma yang sebelumnya berubah menjadi lebih familiar. Bukankah dia si konyol Rue?

Rue dibalik jubah gembelnya membawa Yseult menjauhi kerumunan. Para prajurit dan Czar dengan cepat menyusulnya, pedang dengan rona kemerahan mulai muncul kembali dan semuanya melesat kearah Yseult dan Rue.

Namun sesaat mereka melewati jembatan dan sesosok berjubah gembel lain, sebuah dinding Labradorite muncul dari dalam tanah dan menahan sihir Pangeran Czar.

Yseult tertegun melihat punggung dari sosok berjubah gembel yang sama dengan Rue itu. Pakaian sederhana yang dia kenali itu begitu dekat dengannya, jubahnya juga berkibar terbawa angin.

Seolah berada dalam ruang yang berbeda, Yseult merasa waktu berhenti untuk mereka.

Sosok itu. Soren. Berbalik dan berlari kearahnya. Sesaat kemudian jembatan yang berada diatas ujung air terjun itu runtuh oleh dinding Labradorite lain dan mereka terjatuh keatas air terjun. Namun sebuah perahu Labradorite kembali terbentuk, melingkupi dan seolah terlindungi dari air dan benturan.

Yseult dapat mendengar bagaimana Pangeran Czar memaksa untuk turun dan itulah yang mereka lihat.

Rue melihat sejenak kearah Soren dan Yseult.

"Keluarkan aku, aku bisa menahannya sebentar"

Yseult berbalik menatap Rue yang dia tidak sangka berada di pihak mereka.

Rue malah menyalah artikan tatapan itu dengan tatapan kecurigaan. "Keluargaku dekat dengan silsilah darah raja, tentu aku bisa menggunakan sihir putih. Meski tidak sekuat itu sih"

Tanpa basa-basi Soren langsung membuka sedikit celah agar Rue bisa keluar. Yseult masih tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka sehingga bisa bekerjasama semulus ini.

Sementara di dalam dinding Labradorite itu, Yseult dapat melihat sihir magenta Rue dan sihir merah Czar beresonansi dan menciptakan ledakan yang hebat.

Setelah terlempar lebih jauh ke dalam air, Yseult tidak bisa menahan dirinya untuk tetap stabil, namun Soren ada disana untuk mengerti kondisinya dan memeluk Yseult menghindarkannya dari efek benturan.

Beberapa waktu berlalu sampai Soren membuka kapsul Labradorite-nya, keduanya mengambil nafas yang diperlukan karena ruang sempit dan minim oksigen.

Yseult yang selesai lebih dulu berdiri dan menghampiri Soren yang masih berusaha keras atas kelangsungan hidupnya.

Dengan suara parau yang bergetar Yseult berkata "Maafkan aku.. maaf atas segalanya, kau adalah seseorang yang paling tidak berhak mendapatkan kemarahanku"

Soren masih berusaha mengambil nafas, ia tidak bermaksud mengabaikan Yseult. Tetapi, ia tetap mengadah dan memperlihatkan wajahnya.

Namun, Yseult lebih cepat darinya. Ia berlutut kemudian menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Maafkan aku!"

Soren merasa sangat bersalah melihat itu "Nona, anda tidak bersalah sama sekali. Tidak apa-apa, aku menger-maksudku aku tidak apa-apa dengan itu"

Soren benar-benar mendengarkannya. Dia bahkan meralat ucapannya sesuai dengan keinginan Yseult sebelumnya. Bahwa ia tidak akan mengerti keadaannya.

"Aku.." Yseult memutar otaknya, apa yang sekiranya orang kecewa inginkan, apa yang sekiranya seorang suami inginkan dari istrinya, apa yang Soren inginkan darinya.

"Ini.. ini sudah musim dingin, kan? Apa kau mau sesuatu yang lebih pribadi dariku? Seperti-"

"Nona, maaf aku tidak apa-apa, sungguh. Anda terlalu berlebihan soal itu, aku baik-baik saja, aku sudah sangat senang saat tahu nona mencariku" telinganya merah membara, matanya gelisah, Soren benar-benar sangat gugup, malu dan acak disaat yang sama.

Baiklah sekarang Yseult yang bingung "Kau tahu aku mencarimu?"

"Itu.. sebenarnya aku masih ada di dalam salah satu bilik peramal, tepat disamping milikmu"

"Tapi aku kan tidak membicarakan apapun tentang mencarimu atau kaulah yang kucari"

Telinga sampai pipi dibawah pelipis Soren semakin merah, kali ini Yseult penasaran dengannya. Kenapa bisa tubuhnya berubah warna dalam waktu sesingkat itu, Yseult mengangkat tangannya dan menyentuh telinga Soren yang ternyata juga memanas.

".. itu .. peramalnya bilang nona akan datang untukku, jadi aku diminta untuk menunggumu disana dan melihatnya sendiri.. maaf nona, aku terlalu percaya diri" ucapnya terbata dengan kedua tangan memegang erat satu sama lain.

Soren Yang malu tetap tidak berani menghalau tangan Yseult darinya. Sepertinya jika Yseult menggelitiknya sampai mati juga Soren tidak akan berpaling.

Sebuah senyum tipis terulas. Yseult mendudukan diri di samping Soren dan menunggunya hingga tenang.

Setelah beberapa saat baik Yseult maupun Soren tidak ada yang berbicara lebih dulu. Pikiran Yseult mengudara kemana-mana, ia memikirkan kelakuannya akhir-akhir ini.

Pada akhirnya ia hanya seorang egois. Sudah tahu bahwa sisi terkuat yang dimilikinya pun tidak ada apa-apanya bagi Rodrigues, ditambah dia melakukan sesuatu yang bahkan tidak Keegan sendiri inginkan. Lalu sebenarnya pasti dia tidak lagi membawa beban keluarganya, Soren salah tentang itu. Dia justru beban keegoisan dan harapannya sendiri. Yseult merasa dengan terlalu jelas ketidakmampuannya, semua yang dia lakukan hanya omong kosong.

Bahkan setelah melarikan diri, dia tidak tahu harus bagaimana. Setelah sihirnya memudar Yseult tidak tahu bisa mendapatkannya dengan cara apa.

Kosong. Hampa. Sia-sia. Tetapi ia tidak mau lari lagi. Tidak mau.

"Nona, terimakasih banyak karena tidak menyerah. Jika boleh aku juga ingin membantumu. Meski aku hanya bisa melakukan satu hal kecil untukmu"

Yseult yang tadi mungkin akan langsung memarahinya. Yseult sebenarnya tidak suka dibantu dan tidak mau menggantungkan peran penting bersama orang lain. Namun, kali ini..

"Apa kau juga merasa bahwa apa yang sudah terjadi adalah sia-sia? Atau mungkin seperti, aku sudah berada di ujung takdir dan seharusnya aku tetap diam dengan keluargaku. Pergi ke tanah terasing dan tetap disana sampai mati"

Soren terkejut mendengar itu, matanya mengerjap beberapa kali dan ia akhirnya ikut melihat ke arah sungai bersama Yseult.

"Tidak, sama sekali. Aku merasa ini justru sebuah awal baru. Setelah selama ini nona diperlihatkan sehebat apa tantangan yang ada, sumber kekuatan nona yang dihancurkan, juga bagaimana nona tetap berdiri untuk menolak menyerah bahkan setelah harapan terakhir sudah hilang. Setelah melakukan semua itu, bagaimana mungkin sang pemberi takdir tidak tertarik"

Yseult berbalik untuk melihat profil samping dari wajah Soren. Mata teduh yang menenangkan dan kepercayaan padanya membuat hati Yseult menghangat.

"Kau ingin membantuku, kan? Bantulah aku, Soren. Tetapi, setelah memutuskan untuk bersamaku, jangan coba-coba berpikir untuk pergi. Aku mungkin akan memeras seluruh dayamu hingga kering"

Yseult tidak tahu mengapa ia berubah niat dari 'aku akan membantunya pergi ke tanah kelahiran ibunya kemudian mencari keluarganya yang ada menjadi tolong bantu aku menghadapi semua ini', bagi Yseult itu adalah kalimat yang mustahil ia ucapkan pada siapapun. Namun sekarang ia mengucapkan itu pada pemuda yang bahkan masih takut melihat matanya.

Soren mengangguk "Akan kulakukan semua yang bahkan belum mampu kulakukan. Aku percaya padamu, nona. Aku tidak akan menyembunyikan apapun lagi. Kau bisa memiliki seluruh milikku"

Matanya sama sekali tidak berpaling dari bibir yang mengucapkan kata 'aku percaya padamu'. Yseult sadar sekarang, betapa dia sangat membutuhkan pengakuan itu, setelah merasa sangat hampa, pada akhirnya yang Yseult perlukan adalah dukungan. Bahkan meski ia tidak mampu menghadapi apapun lagi, ia sadar ia juga masih ingin dipercaya.

"Terimakasih" bisik Yseult.

Soren diam sebentar untuk memastikan kata apa itu, tetapi ia tentu tidak akan bertanya tentang apa yang baru saja Yseult katakan.

Tanpa aba-aba, Soren merasakan bahunya dibalik kearah samping dan sepasang tangan menelusup serta mengapit lehernya erat.

"Terimakasih" kata itu kali ini mengepul hangat tepat didepan telinganya. Soren merasa jantungnya berdegup kencang, dunianya menghitam sementara.

Disisi lain Yseult juga merasakan degup jantung Soren yang menempel dengan dadanya. Membayangkan Semerah apa pemuda ini sekarang Yseult terkekeh dan menggoyangkan tubuhnya yang memeluk Soren ke kanan dan kekiri. Ia tidak yakin memiliki perasaan seperti itu pada Soren. Tetapi, hatinya tetap menghangat padanya.

"Baiklah, baiklah, sudah cukup. Aku akan mendengarkanmu sekarang. Jadi rahasia apa lagi yang belum aku ketahui itu" Yseult sebenarnya tidak begitu peduli dengan konteksnya, tetapi ia akan tetap menghargai Soren.

Soren yang tadinya hilang akal sesaat itu, kembali sadar dan mengundurkan diri setelah Yseult melepaskannya.

"Itu.. nona, tolong ikut aku" Soren yang sedikit gemetaran berdiri dan melangkah ke arah hutan.

Dalam perjalanan Yseult baru mengingat tentang batu Labradorite yang bisa Soren keluarkan.

"Kekuatanmu itu.. darimana sumbernya? Sihir putih tidak seharusnya dapat membentuk benda padat seperti itu, kan?"

Soren Yang berjalan di depannya menjelaskan. "Basinscar, kerajaan asal ibuku menyembah Tyche, mereka mendapatkan kekuatan dari berkah nya atas sebuah kelahiran. Aku tidak tahu pasti mengapa, tapi Ratu pernah berkata bahwa kelahiranku menyenangkannya dan dia memberiku berkah ini"

Yseult tidak begitu mengetahui budaya atau dewa tanah lain. Tetapi apa yang Soren katakan rasanya tidak asing, Yseult seolah pernah mendengarkannya dari ingatan acak dikepalanya.

"Lalu mengapa kau sembunyikan sampai saat ini? Apa ada maksud khusus?" sebenarnya Yseult curiga akan posisi Soren sebagai pangeran Yeaston tetapi ia bisa menggunakan berkah kekuatan dari negara lain. Bukankah dia jadi patut diwaspadai.

Soren menendang beberapa ranting kering dari jalan dan membuka lebih lebar semak belukar untuk Yseult.

"Ratu menyegelnya selama ini, aku hanya bisa mempelajarinya dalam mimpiku yang juga diberikan olehnya. Tetapi saat Ratu meninggal, kedua segelku terbuka. Bukan hanya berkah Tyche yang bebas tetapi segel sihir putihku juga"

Sekarang Yseult teringat akan bentuk garis yang mengurung tanda kepemilikan sihir putih Soren.

"Jadi selama ini kau tidak menggunakan seluruh kekuatanmu?"

Soren terdiam dan dia berbalik "Kalimat itu membuat kesan seolah aku kuat, tapi tidak, nona. Aku tetaplah aku, bahkan sihir putihku sudah mau habis lagi sekarang"

Soren kembali melanjutkan perjalanan dan memasuki tanah yang lumayan lapang.

Jika dipikirkan kembali, efek sihir Rodrigues teramat menyakitkan. Kematian bahkan lebih baik, tetapi selama tidurnya yang terakhir, Yseult tidak lagi merasakan sakit. Padahal saat itu sihirnya ditekan habis dan nadi sihirnya juga rusak.

Mungkinkah Pangeran Soren..

"Sepertinya disini cocok"

Yseult tidak begitu memperhatikan bagaimana Soren mengubah kalungnya menjadi rumah kacanya lagi, tetapi ia tetap bertanya.

"Sihir putihmu disegel, tetapi kau masih bisa menggunakannya?"

Soren mengangguk dan membuka pintu, mempersilahkan Yseult memasuki rumah kaca "Bisa tetapi terbatas, aku hanya bisa melakukan sihir yang dikehendaki Ratu dan untuk sesuatu yang dikehendaki Ratu juga. Detail tentang bagaimana Ratu mengetahuinya dan mengontrolnya, aku juga tidak mengeerti sampai sekarang"

Mereka memasuki rumah kaca itu.

Lagi. Yseult mencium aroma Jasmine yang lembut menyapanya dari pintu masuk.

Ada satu hal lagi yang masih mengganjal untuk Yseult. Yaitu keberpihakan Rue pada mereka. Namun sebelum sempat bertanya, Soren berhenti melangkah dan melihat kearahnya.

Yseult menyadari jika Soren berhenti tepat di depan sebuah bunga bangkai besar.

Tak lama, batu Labradorite mulai muncul dan melindungi rumah kaca itu, melingkupinya.

Yseult didalam hati masih terkesan dengan keindahan Labradorite itu. Sangat Soren, pun sangat menenangkan untuk melihatnya.

"Nona, aku benar-benar percaya padamu. Sekarang akan ku buktikan betapa percayanya aku padamu"

Soren berbalik menatap bunga bangkai itu, perlahan ia menyentuh tanah dan menelusupkan tangannya ke dalam tanah.

"Aku disini.. bangunlah"

Seketika bunga besar itu menutup kemudian aroma Jasmine yang kuat menyebar dengan semerbak. Sihir keperakan melingkupi kelopaknya yang merah muda. Noktah perak itu membentuk bola gelembung yang indah kemudian berubah menjadi kupu-kupu dan meletup kecil seperti bunga api.

Yseult terkesima, ia mengenal sihir putih ini. Milik Ratu Seraphina.

Bunga yang merah muda itu perlahan berubah memutih dan perlahan terbuka.

Yseult memegang lembut bahu Soren ketika perlahan seorang anak laki-laki yang meringkuk muncul dari kelopak yang terbuka.

Perlahan lututnya merendah ketika anak laki-laki itu menoleh dan merentangkan tangannya.

"Kak Soren? Kau kembali.."

Ruby. Matanya bersinar seperti Ruby murni. Rambutnya yang hitam dan halus berjatuhan ke sisi lain ketika Anak itu mulai terduduk. Yseult tidak bisa mengalihkan pandangannya terutama ketika mata mereka akhirnya bertemu.

"Ini.. nona istrinya Kak Soren?" Anak itu tersenyum. Sangat halus, lugu dan polos. Ia juga tidak mengalihkan pandangannya pada Yseult.

Lutut Yseult jatuh di lantai. Matanya membulat, dan bibirnya sedikit terbuka lagi bergetar. Sejurus kemudian Yseult memeluk erat anak laki-laki itu. Erat sekali.

Matanya yang membulat perlahan memanas dan membendung. Yseult tidak bisa menahan lolosan air mata di pelupuknya. Bibirnya terengah menahan lolongan tangis dari dalam tenggorokannya.

Dia ada. Dia masih hidup. Dia..

Anak laki-laki itu berumur sekitar lima tahun, ia yang kebingungan membalas pelukan Yseult dan menempelkan pipinya pada bahu Yseult yang hangat.

"Nona istri, kau kenapa?" Tanyanya halus.

Soren mengerti Yseult langsung mengetahui dia siapa, di sisi lain ia rasa anak itu agak salah memahami bagaimana seharusnya panggilan itu tidak bisa digunakan olehnya "Kau bisa memanggilnya Kakak ipar atau nona Yseult saja"

Anak itu mengangguk dan kembali memeluk erat Yseult, menelusupkan hidungnya menyerap aroma hutan yang menenangkan darinya. "Kakakku berbicara banyak hal tentangmu, katanya aromamu wangi sekali, kurasa memang begitu"

Hanya perlu waktu beberapa saat sampai anak itu membuka kartu pangeran Soren. Anak itu memakai pakaian putih polos yang jahitannya lembut dan berjauhan.

Yseult baru menyadari bahwa ia keterlaluan. Dia menolak pelukan dari Keegan, tetapi saat ini ia langsung memeluk anak lain tanpa permisi. Dengan pikiran itu, Yseult menjauhkan tubuh mereka dan berlutut dengan benar.

Yseult melirik sebentar kearah Soren yang tersenyum lembut dan mengangguk, seolah mereka memiliki komunikasi tersendiri melalui mata mereka.

Diusapnya sisa air mata yang mengalir tanpa kontrol itu dan Yseult menunduk dalam.

"Mohon terima salam dariku, Putra Mahkota, Kaan"









Note :

Salam, sudah 20 chapter dan belum ada lagi catatan. Terimakasih untuk kamu yang sudah sudi membaca hingga sampai disini. Akhirnya sampai pada scene dimana seseorang dalam judul muncul wkwkwkwk

cerita ini saya publish sebagai ajang belajar menulis, tetapi saya tetap akan lakukan yang terbaik untuk segala aspeknya, hanya saja mungkin belum sempurna. Saya memutuskan untuk revisi plot hole, tanda baca dsb diakhir saya menyelesaikannya.

Jika boleh, kamu bisa mengungkapkan apapun tentang cerita ini. Bagaimana kesan dan pesan atau kritikan.

Walau sebenarnya saya penasaran mengenai karakter yang sudah muncul hingga sekarang, adakah hal yang ingin disampaikan untuk mereka? Atau siapa yang paling disukai? Feel free buat komen, saya seneng mampus bacanya ಥ⁠‿⁠ಥ

Terimakasih semuanya, saya akan segera kembali ⁽⁠⁽⁠ଘ⁠(⁠ ⁠ˊ⁠ᵕ⁠ˋ⁠ ⁠)⁠ଓ⁠⁾⁠⁾





Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 57.2K 34
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
27K 1.9K 4
Cover by @aimeeAlvaro SEQUEL I'M NOT RAPUNZEL√ AFTER MARRIAGE√ Meski pernah mengungkapkan perasaanya pada sang istri tentang cintanya, nyatanya sika...
8.1K 1.1K 14
He is Mystery. He is Bastard. and i've found myself falling for him. and i promise he will never find someone like me. #### Aku merasa jijik mengetah...
5.7K 477 24
"Setelah memanfaatkanku, kau mau pergi begitu saja dan mencari mangsa baru?" Wanita itu memejamkan matanya sebentar, kemudian menatap lurus pria ting...