(²) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞...

By qinazxaa

72.5K 3.8K 710

Season 2 dari ZIONNE "𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪�... More

𝐇𝐢!
𝐏𝐫𝐨𝐥𝐨𝐠𝐮𝐞
𝟎𝟏. 𝐆𝐨 𝐨𝐧 𝐕𝐚𝐜𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧
𝟎𝟐. 𝐀𝐜𝐜𝐢𝐝𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐌𝐞𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠
𝟎𝟑. 𝐈𝐭'𝐬 𝐍𝐨𝐭 𝐚 𝐑𝐮𝐦𝐨𝐮𝐫
𝟎𝟒. 𝐀𝐫𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐋𝐨𝐨𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐨𝐫 𝐌𝐞?
𝟎𝟓. 𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐀𝐭𝐭𝐞𝐧𝐭𝐢𝐨𝐧
𝟎𝟔. 𝐘𝐨𝐮 𝐚𝐧𝐝 𝐈
𝟎𝟕. 𝐌𝐢𝐧𝐝 𝐁𝐮𝐫𝐝𝐞𝐧
𝟎𝟖. 𝐁𝐞𝐚𝐜𝐡
𝟎𝟗. 𝐉𝐞𝐚𝐥𝐨𝐮𝐬
𝟏𝟎. 𝐆𝐥𝐨𝐨𝐦𝐲 𝐓𝐢𝐦𝐞𝐬
𝟏𝟏. 𝐀 𝐂𝐨𝐧𝐝𝐢𝐭𝐢𝐨𝐧
𝟏𝟐. 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐮𝐚𝐝𝐞
𝟏𝟑. 𝐅𝐞𝐞𝐥 𝐔𝐧𝐟𝐚𝐢𝐫
𝟏𝟒. 𝐃𝐞𝐭𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫𝐚𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐢𝐧𝐚𝐧𝐜𝐞𝐬
𝟏𝟓. 𝟏𝟎𝟔
𝟏𝟔. 𝐁𝐞𝐭𝐭𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐝 𝐖𝐨𝐫𝐬𝐞
𝟏𝟕. 𝐀𝐫𝐫𝐞𝐬𝐭𝐞𝐝
𝟏𝟖. 𝐈 𝐌𝐢𝐬𝐬 𝐇𝐢𝐦
𝟏𝟗. 𝐇𝐞𝐚𝐯𝐲 𝐑𝐚𝐢𝐧
𝟐𝟎. 𝐁𝐚𝐝𝐦𝐨𝐮𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠
𝟐𝟏. 𝐒𝐨𝐦𝐞 𝐌𝐨𝐯𝐢𝐞𝐬
𝟐𝟐. 𝐌𝐨𝐫𝐞 𝐑𝐞𝐜𝐤𝐥𝐞𝐬𝐬
𝟐𝟑. 𝐇𝐞𝐫 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐫
𝟐𝟒. 𝐀 𝐒𝐮𝐠𝐠𝐞𝐬𝐭𝐢𝐨𝐧
𝟐𝟓. 𝐏𝐫𝐢𝐬𝐨𝐧
𝟐𝟔. 𝐍𝐞𝐰 𝐅𝐚𝐜𝐭
𝟐𝟕. 𝐆𝐫𝐚𝐝𝐮𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧
𝟐𝟗. 𝐔𝐧𝐤𝐧𝐨𝐰𝐧
𝟑𝟎. 𝐇𝐚𝐫𝐛𝐨𝐫
𝟑𝟏. 𝐅𝐮𝐥𝐥 𝐨𝐟 𝐋𝐢𝐞𝐬
𝟑𝟐. 𝐇𝐨𝐧𝐞𝐬𝐭𝐲
𝟑𝟑. 𝐒𝐭𝐚𝐲 𝐎𝐯𝐞𝐫𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭
𝟑𝟒. 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭𝐦𝐚𝐫𝐞
𝟑𝟓. 𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐓𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬
𝟑𝟔. 𝐓𝐫𝐮𝐬𝐭 𝐈𝐬𝐬𝐮𝐞𝐬
𝟑𝟕. 𝐂𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭 𝐈𝐧 𝐓𝐡𝐞 𝐀𝐜𝐭
𝟑𝟖. 𝐍𝐞𝐰𝐬𝐩𝐚𝐩𝐞𝐫
𝟑𝟗. 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐚 𝐏𝐚𝐫𝐭𝐧𝐞𝐫
𝟒𝟎. 𝐌𝐞𝐞𝐭 𝐚 𝐓𝐡𝐫𝐞𝐚𝐭
𝟒𝟏. 𝐂𝐨𝐧𝐣𝐞𝐜𝐭𝐮𝐫𝐞
𝟒𝟐. 𝐁𝐞𝐚𝐭𝐞𝐧
𝟒𝟑. 𝐓𝐫𝐞𝐚𝐭 𝐖𝐨𝐮𝐧𝐝𝐬
𝟒𝟒. 𝐂𝐨𝐦𝐟𝐨𝐫𝐭𝐚𝐛𝐥𝐞
𝟒𝟓. 𝐀𝐩𝐩𝐨𝐢𝐧𝐭𝐦𝐞𝐧𝐭
𝟒𝟔. 𝐄𝐬𝐜𝐚𝐩𝐞
𝟒𝟕. 𝐃𝐞𝐞𝐩 𝐋𝐨𝐯𝐞
𝟒𝟖. 𝐃𝐢𝐬𝐭𝐚𝐧𝐜𝐞
𝟒𝟗. 𝐇𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐲
𝟓𝟎. 𝐑𝐞𝐜𝐤𝐥𝐞𝐬𝐬𝐧𝐞𝐬𝐬
𝟓𝟏. 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐅𝐮𝐦𝐞𝐬
𝟓𝟐. 𝐒𝐚𝐯𝐞𝐝
𝟓𝟑. 𝐐𝐮𝐞𝐬𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬
𝟓𝟒. 𝐌𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧
𝟓𝟓. 𝐀𝐩𝐨𝐥𝐨𝐠𝐢𝐳𝐞
𝟓𝟔. 𝐕𝐢𝐜𝐭𝐢𝐦
𝟓𝟕. 𝐆𝐞𝐭 𝐓𝐨 𝐊𝐧𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮
𝟓𝟖. 𝐓𝐞𝐥𝐥 𝐓𝐡𝐞 𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡
𝟓𝟗. 𝐈 𝐀𝐝𝐦𝐢𝐫𝐞 𝐘𝐨𝐮
𝟔𝟎. 𝐄𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧𝐜𝐞
𝟔𝟏. 𝐑𝐞𝐜𝐢𝐩𝐫𝐨𝐜𝐚𝐥
𝟔𝟐. 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐫
𝟔𝟑. 𝐏𝐢𝐧𝐤 𝐓𝐮𝐥𝐢𝐩𝐬
𝟔𝟒. 𝐓𝐡𝐫𝐢𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠
𝟔𝟓. 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐬
𝟔𝟔. 𝐈𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧
𝟔𝟕. 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐡𝐢𝐩
𝟔𝟖. 𝐎𝐮𝐫 𝐟𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐬
𝟔𝟗. 𝐎𝐮𝐫 𝐍𝐚𝐦𝐞
𝟕𝟎. 𝐈'𝐦 𝐖𝐚𝐢𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮
𝟕𝟏. 𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐔𝐬
𝐄𝐩𝐢𝐥𝐨𝐠

𝟐𝟖. 𝐏𝐫𝐞𝐯𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐏𝐫𝐨𝐛𝐥𝐞𝐦

917 54 8
By qinazxaa

_

■■■

Satu Minggu berlalu. Kondisi Anne semakin membaik, dan dia mulai memiliki selera untuk makan lebih banyak.

Di ruang rawat inapnya, perawat Ellisa sedang berada di sana, memeriksa kondisi Anne sambil menghiburnya.

Sementara itu, Anne sedang memakan makanannya sendiri, tanpa disuapi seperti awal ia sadarkan diri, saat itu pun ia tidak ingin disuapi, tetapi perawat Ellisa tetap ingin menyuapinya.

"Anne, ayo cepat sembuh. Kita harus pergi berbelanja bersama, itu janjimu dulu, bukan?"

"Dan anehnya kau malah menghilang, padahal aku telah memberikan nomor teleponku, kenapa kau tidak menelepon?"

Anne tersenyum tipis, ia sengaja membuang nomor perawat Ellisa dan nomor dokter Joya karena berpikir ia tidak ingin terus merepotkan mereka.

"Perawat Ellisa, terima kasih..."

Perawat Ellisa tersenyum. "Terima kasih untuk apa? Dan cukup panggil aku Ellisa saja."

"Karena telah merawatku dengan baik."

"Hey, aku kan seorang perawat, itu tugasku." Perawat Ellisa tertawa kecil, begitu pun dengan Anne.

Perlahan tawanya memudar, Anne memutuskan akan bertanya banyak hal yang ingin ia ketahui sejak sadarkan diri, tetapi perawat Ellisa ataupun dokter Joya selalu saja mengalihkan pembicaraan.

"Apa ayahku benar baik-baik saja? Selama ini kita sudah berusaha meneleponnya, tetapi dia tidak menjawab teleponku."

Perawat Ellisa menelan ludahnya, haruskah ia memberitahu tentang ayah wanita itu sekarang?

"Anne, janji dulu padaku kalau kau harus bertahan untuk hidup bahagia, berbahagialah demi dirimu sendiri."

"Maksudmu?..." Anne khawatir, ia menebak-nebak maksud perkataan perawat Ellisa.

"Ayahmu telah meninggal."

Anne menggeleng tak percaya, tatapannya mulai kosong dan berkaca-kaca, hatinya terasa sangat sakit, seakan ada yang mengoyaknya di sana.

"Anne... Ayahmu tiada karena memperjuangkan keadilan, kau jangan sedih..." Perawat Ellisa berusaha menenangkan.

Jangan sedih? Siapa yang tidak sedih jika seorang ayah meninggalkan untuk selamanya, apalagi tidak tahu apa saja yang dilaluinya di akhir-akhir kehidupannya.

Anne terisak, terbayang sang ayah berjuang sendirian, tanpa bantuan siapa pun.

"Ini gara-gara aku! Aku membenci diriku! Kenapa aku mengalami koma??! Dan di mana penembak itu!!" Anne menjerit dan memukul-mukul kepalanya, tidak peduli dengan jarum infus yang masih terpasang di tangannya.

Perawat Ellisa menggeleng keras dan berhasil menghentikan Anne yang terus memukul kepalanya sendiri, ia mengerti kesehatan mentalnya sedang terguncang. Sejak sadarkan diri, bukan satu atau dua kali ia mendengar Anne menyalahkan dirinya sendiri.

"Berhenti menyalahkan dirimu, itu bukan kesalahanmu, Anne..."

"Apa penyebab kematian ayah??"

"Dia ditemukan tewas di hotel Las Vegas, dan dinyatakan meninggal karena kelelahan."

Anne terisak, ia tidak percaya begitu saja, sejak dari kecil ia mengenal ayahnya adalah tipe orang yang sangat menjaga kesehatannya, dan tidak memiliki riwayat penyakit yang serius.

"Anne, kumohon tenanglah..." Mata perawat Ellisa berkaca-kaca, ia menahan diri untuk tidak ikut menangis, ia tidak tega dengan kondisi Anne yang telah dua kali bertemu dengannya ini, lagi-lagi dalam kondisi yang tidak baik.

"Di mana ibu?? Dia juga tidak mengangkat teleponku."

"Ibumu meninggal karena kecelakaan..."

Anne menggeleng tak percaya, mengapa dua orang yang ia sayangi itu meninggalkannya untuk selamanya tanpa pamit.

"Cindy pasti sangat terpukul, di mana dia? Dia baik-baik saja, kan?" Dengan air mata beruraian, Anne ingin mengetahui segalanya saat ini juga.

Hati perawat Ellisa tersentuh, di saat dirinya sendiri menderita, ternyata Anne masih memikirkan keadaan orang lain.

"Cindy itu saudaramu, bukan? Kudengar dari berita dia menghilang di hari yang sama saat Ibumu mengalami kecelakaan."

"Menghilang?? Polisi pasti sedang mencarinya, kan?"

"Kudengar iya, mereka sedang berusaha mencarinya."

Meskipun sering bertengkar dengan saudara tirinya, Anne tidak memiliki dendam apa pun, dan selalu berharap kebaikan untuknya.

Anne menyeka air matanya, melirik pada infusan yang masih terpasang di tangannya. "Aku ingin pergi, kumohon lepaskan ini untukku." Ia mengangkat salah satu tangannya.

"Tidak bisa, kondisimu masih belum pulih secara total, kau masih harus menjalani perawatann—"

"Kumohon... aku ingin pulang, dan mencari tahu apa yang terjadi selama lima bulan ini..."

"Aku sudah mengatakan segalanya, kau ingin tahu apa lagi? Aku bisa memberitahumu." Perawat Ellisa bertanya dengan lirih.

"Dan juga nanti, para penyidik akan datang kemari untuk membicarakan tentang penembakkan yang terjadi padamu, kematian kedua orang tuamu, dan menghilangnya saudaramu."

"Jadi, kau harus pulih total terlebih dahulu."

"Aku ingin pulang." Anne mengabaikan ucapan perawat Ellisa, dan menegaskan ucapannya.

"Aku akan meminta izin terlebih dahulu pada dokter Joya."

Anne perlahan menganggukkan kepalanya, perawat Ellisa pun melangkah pergi dari ruangan tersebut.

***

Dari dalam ruangan kerjanya, seorang pria berusia 27 tahun berdiri memandang gedung-gedung pencakar langit di depannya, helaan napasnya terdengar gusar, dibarengi kepalanya yang perlahan tertunduk, salah satu tangannya yang sebelumnya berada di saku celananya pun berpindah, menyentuh kaca besar di depannya, dalam bentuk pertahanan dirinya yang merasa gundah gulana.

Lima bulan terasa begitu singkat, meskipun di hari-hari sebelum itu dia banyak menghabiskan waktunya di balik jeruji besi.

Secara bertahap kehidupannya menjadi lebih baik atas bantuan sang ayah, tetapi pria itu masih merasa bersalah karena layaknya pengecut yang membiarkan masalah sebelumnya begitu saja.

Ketika berlarut dalam lamunannya, suara ketukan pintu dibarengi suara seseorang yang meminta izin untuk masuk terdengar, pria itu berbalik, mendapati seorang sekretaris di tempat kerjanya.

"Permisi Mr. Zion, saya ingin mengingatkan, pukul satu siang nanti akan ada rapat dengan Mr. Teddy."

Pria yang memiliki nama asli Zion Sebastian, tetapi tumbuh dengan nama Darkan itu perlahan menganggukkan kepalanya, sejak ditolong oleh sang ayah, panggilan itu pun tak terdengar asing lagi di telinganya, meskipun sebelumnya ia sering sekali marah saat orang-orang memanggilnya dengan panggilan tersebut.

Karena panggilan Zion memiliki rasa sakit tersembunyi yang hanya diketahui olehnya sendiri.

Namun, Darkan berpikir seiring berjalannya waktu mau tak mau, ia harus terbiasa dan menerima nama tersebut.

Sekretaris lelaki itu melangkah mundur dengan sopan, lalu keluar dari ruangan kerjanya.

Darkan membenarkan posisi dasi serta memastikan kedua kancing lengan kemejanya tidak terbuka, dari dulu penampilan rapi menurutnya adalah hal penting, sehingga ia selalu memastikan penampilannya.

Kini Darkan pun adalah seorang CEO di perusahaan milik ayahnya, ia dipilih langsung oleh sang ayah untuk menduduki jabatan tersebut.

Namun, kehidupan sahabatnya... yang tak lain adalah Jeff, dia tidak memiliki pekerjaan sampai sekarang, meskipun telah melamar bekerja di mana-mana, tetapi banyak yang menolaknya, dan kebanyakan tempat kerja yang menerimanya adalah pekerjaan berat dengan risiko bahaya yang tinggi, dan gaji tidak memadai.

Enzo pun sama, di Italia pria itu menjadi pengangguran, dia memilih menjadi penjudi, dan masih bersembunyi dari para polisi yang masih mencarinya. Darkan pun sudah melaporkan kediamannya pada polisi, tetapi pria itu pandai bersembunyi.

Darkan duduk di kursinya dengan kepala yang menyandar pada penyangga kursi, mengingat tentang Enzo, apalagi ketika ayahnya Anne yang menjadi pengacara Matteo, ingatan tentang wanita itu selalu lantas muncul di kepalanya.

Suaranya, senyuman manisnya, dia yang begitu ekspresif, wajahnya ketika bahagia, kesal, sedih, dan sikapnya yang menggemaskan tanpa dibuat-buat, itu semua tersimpan dengan baik dalam ingatannya.

Namun, semenjak Darkan mengetahui bahwa ayahnya Anne membantu Matteo, ia tak ingin lagi berurusan dengan wanita itu.

Darkan mengerti, itu tidak ada hubungannya dengan perasaannya, tetapi entah mengapa ia merasa kecewa.

Bagaimana kabar Anne selama ini? Berita meninggal ayahnya karena sakit serta ibunya yang mengalami kecelakaan pun Darkan mengetahuinya, tetapi ia tetap dalam keputusannya, tidak akan lagi menemui wanita itu, dan tidak ingin mencari tahu apa pun tentangnya lagi.

Dan mengenai kakeknya, nyawa Mr. Geo tidak dapat diselamatkan saat ia masih belum bebas. Pada saat itu, Darkan tentu sangat terpukul, tetapi ia dapat segera bangkit saat sang ayah mengunjunginya.

Pada awalnya Darkan pun merasa tidak percaya ayahnya tiba-tiba mendatanginya, jauh-jauh dari New York ke Las Vegas hanya untuk membantunya.

Namun, merasa sang ayah tulus membantunya, kekesalannya terhadapnya perlahan memudar.

Kasus penembakan terhadap Mr. Geo pun telah diinvestigasi, hasil menyatakan bahwa pelaku tak lain adalah Mr. Ciso.

Darkan kecewa, sangat kecewa dengan fakta tersebut, dan sayangnya Mr. Ciso masih belum ditemukan sampai sekarang.

Arciano pun tidak ada kabar hingga saat ini, entah kemana pria itu pergi.

"Zion."

Darkan menoleh ke arah suara, mendapati sang ayah yang sedang melangkah ke arahnya dengan semangat, dengan segera ia bangkit dari duduknya.

"Apa kau tahu, aku mendapatkan bocoran bahwa perusahaan kita akan mendapatkan penghargaan! Dan ini berkat kau!" Sebastian menepuk pundak Darkan dengan bangga.

Darkan tersenyum tipis, ia sangat senang kini sang ayah menganggapnya sebagai anaknya, dan selalu memujinya dengan bangga, meskipun banyak hal yang sebelumnya tidak dapat ia atasi, sehingga hatinya selalu dipenuhi kegelisahan.

"Aku memang tidak salah memilihmu sebagai CEO di perusahaanku! Baru saja lima bulan kau yang bekerja di sini, kau telah membuat banyak perubahan, perusahaan kita berkembang pesat! Dan ini menjadi kesempatan yang bagus untuk memperluas produk kita sampai ke luar negeri!"

Darkan tersenyum. "Terima kasih telah mempercayaiku." Lagi, kata itulah selalu terucap, ketika ayahnya memujinya tanpa henti.

Sebastian kembali menepuk pundak Darkan. "Kau juga dulu yang diam-diam membantuku dalam menutupi kasus korupsi, bukan?"

Dengan berat, Darkan menganggukkan kepalanya. Sungguh, ia tidak ingin membahas tentang bantuan buruk yang dilakukannya itu.

"Dan aku memilihmu sebagai CEO di perusahaanku karena kau tahu sendiri, adikmu itu dia masih kekanak-kanakkan, sampai saat ini dia masih asik dengan game di ponsel ataupun komputernya, dan berpesta bersama temannya."

Perlahan senyuman di bibir Darkan memudar, seharusnya dari sejak saat itu ia tidak menyangkal pikirannya bahwa sang ayah sepertinya memang hanya memanfaatkannya, tidak benar-benar menganggap dirinya sebagai anaknya.

Pada intinya Sebastian tidak percaya bisnisnya di kelola oleh orang lain, dan lebih percaya pada anaknya.

Setelah berucap panjang lebar, Sebastian menghela napas sambil menepuk pundak Darkan. "Jangan lupa, sebentar lagi kau ada rapat dengan orang yang ingin berinvestasi dengan perusahaan kita." Sang Ayah mengingatkan, lalu melangkah pergi.

TBC

Aku tadinya mau buat Darkan jadi jahat, tapi gak rela!:(

Soalnya udah melekat di awal cerita kalau dia berusaha jadi sosok yang baik☺✌🏻

Jangan lupa follow akun aku
🦋qinazxaa🦋, makasih!


Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 9K 2
Karena kesalahan yang di lakukan oleh Riana membuat dirinya mau tidak mau harus menanggung akibat dari perbuatannya. Menyeret Riana masuk ke dalam d...
3.8K 184 24
FOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Semua ini dimulai pada saat ayahnya menjual Elva kepada seseorang yang bahkan Elva tidak kenal. Gadis dengan paras cantik n...
7.8K 114 5
R 15+ *Judul sebelumnya, NEJ* ⚠️ WARNING! ⛔ Dapat menimbulkan ledakan emosi tiba-tiba Cool boy series #2 #Spin Off Hinder ~Tentang Pemilik Tameng Ta...
917K 67.3K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...