You Always In My Mind ~||^ (T...

By Yatihasyim

2.7K 1.4K 4K

Berkisah tentang seorang dokter bedah cantik yang bernama Aidhira. Dia harus menerima takdir cinta yang tak s... More

Prakata ~ You Always In My Mind
Prolog ~ You Always In My Mind
Part 1 - Aksi Penyelamatan ~ You always in my mind
Part 2 - Pertemuan Yang Tidak Disengaja ~ You always in my mind
Part 3 - Terjebak Di Jurang ~ You always in my mind
Part 4 - Lintah ~ You always in my mind
Part 5 - Gigitan Ular ~ You always in my mind
Part 6 - Teringat Masa Lalu ~ You always in my mind
Part 7 - Tontonan Menakjubkan ~ You always in my mind
Part 8 - Operasi Dadakan ~ You always in my mind
Part 9 - Kunjungan ~ You always in my mind
Part 10 - Rumah Sakit Jiwa ~ You Always In My Mind
Part 11 - Pertengkaran ~ You Always In My Mind
Part 12 - Awal Pertemuan ~ You Always In My Mind
Part 13 - Sekilas Bayangan ~ You Always In My Mind
Part 14 - Ancaman ~ You Always In My Mind
Part 15 - Memulai Kedekatan ~ You Always In My Mind
Part 17 - Melumpuhkan Target ~ You Always In My Mind
Part 18 - Pengalaman Yang Sama ~ You Always In My Mind
Part 19 - Gagal Membawa Nindy ~ You Always In My Mind
Part 20 - Keychain ~ You Always In My Mind
Part 21 - Kembali kerumah lama - You always in my mind
Part 22 - Berita masa lalu - You always in my mind

Part 16 - Misi Penangkapan ~ You Always In My Mind

100 49 172
By Yatihasyim

.
.
.


Rio masih bersembunyi di balik pintu kayu bangunan dan mengintip lewat lubang. Dia melihat seorang pria berpostur setengah jangkung tengah berbicara dengan seorang pria bertopi hitam serta berpakaian warna senada yang dikenakannya. Rio tersenyum simpul melihatnya karena pria bertopi itulah yang menuntunnya sampai ke bangunan ini. Rio mulai bisa mendengar samar pembicaraan mereka melalui lubang tersebut, ia segera memasang telinga.

"Lalu, bagaimana situasinya sekarang?" tanya si pria jangkung yang sepertinya adalah bos di tempat itu.

"Rumit. Firasatku mengatakan kalau para polisi itu akan segera mengetahui keberadaan kita di sini" ujar si pria bertopi menebak situasi tanpa tahu Rio dan timnya sudah berada dikawasan mereka.

"Tadi saat kau kemari, apa kau yakin tidak ada yang menguntitmu?"

Pria bertopi itu terdiam sesaat sebelum kemudian menjawab,

"Entahlah, aku juga tidak yakin. Tapi sepertinya, tidak" jawabannya begitu meyakinkan namun terkesan tidak akurat yang hampir memiliki banyak keraguan disana. Pria bertopi itu sempat diputar kembali pada ingatannya sejak dirinya melarikan diri hingga berhasil membuat para polisi itu berhenti mengejarnya. Namun bodohnya, dia baru menyadari karena kesalahannya yang hanya berfokus pada pengejaran tersebut sampai melupakan sesuatu yang begitu penting. Dia kurang awas terhadap setiap jalan terlebihnya melewatkan cctv yang seharusnya ada di jalan saat melintasinya. Kini dia seperti merasakan keanehan yang tiba-tiba muncul di bangunan tersebut,

"Maaf, jika perkataanku salah, karena aku tidak jujur padamu untuk menjelaskan semua setelah aku berhasil kabur, tempat ini menurutku sudah tidak aman lagi" imbuhnya lagi sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang tertutup rapat tersebut.

Menyadari ketidakpastian itu pria jangkung sontak membulat.

"Ini gawat!"

Bersamaan dengan ucapan pria jangkung tersebut, beberapa anggota polisi yang sejak tadi mengintai pun, langsung menerobos masuk melalui pintu belakang usai diberi isyarat oleh Rio selaku kepala tim. Sedang Rio sendiri yang akan memblokir dari pintu depan.

"Sial!"

Pria berjangkung sudah terlambat menyadari situasinya yang kini sudah terlanjur dikepung. Melihat para polisi mengepung mereka sambil menodongkan senjata masing-masing, kelihatannya sudah tidak ada celah lagi untuk kabur. Pria jangkung kini justru malah terlihat putus asa.

"Angkat tangan!" teriak Rio dengan senjata yang ditodongkan ke arah dua pria itu. Sedang beberapa anak buah kedua pria tadi kini telah terpojok dengan beberapa diantaranya yang sudah terikat borgol.

Para anggota polisi yang lain pun juga sigap memborgol mereka yang ingin berencana kabur. Sementara, kedua pria yang terlibat pembicaraan serius tadi hanya bisa pasrah. Mereka tidak mengira bahwa gerak-geriknya selama ini sudah berada dalam pengawasan polisi.

Setelah melihat kedua pria tadi menuruti perintah mengangkat kedua tangannya, Rio pun dengan langkah pelan mulai berjalan menghampiri mereka dengan todongan senjata.

Namun, saat Rio hendak mengambil borgol dalam saku celananya, pria bertopi itu seketika meraup bubuk putih yang sejak tadi teronggok di meja. Dengan gerakan cepat langsung melemparkan bubuk putih itu ke arah Rio.

"Arghh!"

Na'asnya Rio yang tidak tahu-menahu atas aksi yang dilakukan si pria bertopi membuatnya tak bisa menghindari serangan yang berhasil mengenainya tersebut, terlebih adalah matanya. Teriakan Rio sontak mengundang para anggota timnya beralih perhatian mengarahnya, mereka jelas panik begitupun dengan Sanca, dia langsung bergegas menghampiri Rio yang sudah menjatuhkan senjatanya.

Bahkan bubuk putih itu telah membuat sebagain besar pandangan Rio melabur, dia sama sekali tidak bisa melihat sesuatu didepannya. Rio menyentuh matanya pelan seraya berusaha untuk mengusapnya dengan pakaian yang dikenakannya untuk mengurangi penghalang dari pengaburan pandangannya.

Sayangnya, bubuk putih itu terlanjur masuk dan menimbulkan rasa perih yang luar biasa. Rio setengah mengaduh oleh rasa sakit itu. Mengetahui posisi Rio sedang lemah. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh kedua pria tersebut. Mereka berniat menghabisi Rio disaat itu juga.

Beruntung, di saat-saat genting seperti itu, Sanca selaku dari anggota timnya tiba dengan cepat dan segera mengambil tindakan menghalangi serangan mereka yang nyaris mengenai Rio tepat setelah dia datang menahan.

Kini Sanca yang akan menggantikannya ambil posisi melawan serangan untuk menghentikan aksi licik mereka. Pistol kembali di todongkan untuk memberi peringatan kepada dua pria ini yang sepertinya merupakan pimpinan kelompok tersebut. Sanca juga tak segan menggertak mereka semua dengan sedikit dalih.

"Yang berani macam-macam! Akan kena tembakan!"

Gertakan itu lantas membuat kedua pria itu berhenti beraksi. Namun tak dia sangka, kelicikan lain juga sudah terpikirkan di benak mereka. Pria berjangkung dan pria bertopi itu saling pandang, memberikan isyarat untuk cara membereskan kuman dan kabur.

Hingga sedetik kemudian pria bertopi berhasil melancarkan tendangan kearah Sanca, tujuannya adalah pistol itu hingga membuat pistol milik Sanca terlepas jatuh. Situasi kembali dibuat pecah saat pria bertopi itu sukses menumbangkan Sanca dalam lima detik. Setelah itu pria bertopi bersama dengan pria berjangkung ambil kesempatan untuk melarikan diri.

"Haishhh!"

Sanca berumpat, sementara Rio masih berjuang keras menyeimbangkan penglihatannya yang masih saja buram. Namun, dia masih bisa melihat samar-samar saat pria bertopi sudah berlari jauh sedang pria jangkung berhasil ditangkap oleh anggota tim mereka.

Sanca yang akan berniat mengejarnya langsung ditahan oleh Rio,

"Biar aku saja!"

"Tapi Rio, kau... "

"Kau awasi si jangkung!" setelah memberi perintah tanpa memperdulikan kekhawatiran Sanca terhadapnya, Rio langsung berlari dan berlalu dari hadapannya. Selama pengejaran Rio terus menahan rasa sakit di kedua matanya dan berusaha menyesuaikan pandangannya pada jalan di depannya.

***

Rio masih tidak menyerah dan terus berusaha mengejar si pria bertopi meskipun tersiksa oleh rasa sakit di matanya. Pengejaran itu terus berlangsung hingga tibalah di sebuah perbatasan area pabrik yang dipenuhi ilalang dan semak belukar liar. Suasana yang begitu suram. Pandangan Rio menyapu area tersebut disetiap sudut. Tak ada apapun yang dia temukan, targetnya juga sudah tak kelihatan, tapi Rio meyakinkan pria bertopi itu mungkin masih berada tak juga disekitar ini.

Rio melangkah lagi dan tanpa sengaja pandangannya menemukan sebuah gelang karet yang terputus tepat di semak-semak dekat pria bertopi itu bersembunyi, Rio berhenti lalu memungutnya. Rio ingat pria bertopi sebelumnya juga menggunakan benda yang sama persis seperti ini. Bersamaan dengan itu, tetesan hujan mendadak jatuh dan perlahan-lahan turun.

Setiap rintikan hujan yang jatuh seolah mendorong Rio melalui situasi buruknya sekarang, bahkan kini dia merasakan penglihatannya kembali sempurna saat beberapa tetesan jatuh mengenai matanya.

Rio mengucek matanya pelan dan berjuang menstabilkan pandangannya menggunakan air hujan tersebut. Ya! Ini yang dia butuhkan! Air hujan itu dapat membantunya membersihkan bubuk putih yang sempat membebaninya. Rio bahkan kini nyaris menengadahkan sebagian wajahnya dibawah rintiknya hujan, membiarkannya leluasa membasahi seluruh tubuhnya, hingga perlahan-lahan hujan semakin deras, Rio baru menunduk menstabilkan pandangannya lagi. Dia merasa sakit dan perih yang dia rasakan sebelumnya juga mulai menghilang. Rio tersenyum bangga merasa kini tuhan berada dipihaknya.

Tanpa sepengetahuan Rio. Pria bertopi yang merasa awas dengan penuh kewaspadaannya, diam-diam turut mengamati Rio di balik semak-semak yang menjadi tempat persembunyiannya sekarang. Dia merasa sedikit heran, apa yang sedang dilakukan Rio di tengah derasnya hujan didepan sana. Bahkan dirinya terpikir melihat Rio yang tidak panik kehilangan jejak targetnya, mungkinkah Rio sudah mengetahui keberadaannya sekarang? Tidak. Dia harus segera pergi dari tempat ini..

Lantas saat pria bertopi itu berniat untuk berpindah dari tempat persembunyiannya dan pergi,,

Krekk'

Sialnya. Dia tanpa tahu menginjak rating kayu yang berserakan di semak-semak tersebut dan..

"Kau tidak bisa kabur lagi! Keluar saja dari sana!"

Benar juga tebakannya. Polisi muda ini memang sedikit jenius dan strategis. Ternyata keberadaannya sudah diketahui sedari awal.

"Haiss-sial"

Pria bertopi itu berumpat kasar dan menendang rating kecil itu di sembarang arah sembari keluar dari tempat persembunyiannya, kemudian melontar,

"Lagipula cuma kau seorang. Selain itu kau sendiri tidak membawa senjata, bagaimana kau bisa menagkapku, hah?!" dengan percaya dirinya, lengkap dengan sikap pongahnya yang bahkan terkesan meledek tersebut, bisa dibilang pria bertopi ini meremehkan Rio. Karena melihat Rio yang hanya datang seorang diri dan tidak terlihat membawa senjata apapun ditangannya, ditambah kondisi matanya yang kurang stabil. Situasi yang jelas menguntungkan bagi si pria bertopi bukan.

"Aku tidak memerlukan itu. Tanpa senjata pun, aku masih bisa melumpuhkan bedebah sepertimu" ujar Rio dengan nada tenang tanpa rasa takut sedikit pun.

Mendengar perkataan Rio, pria bertopi itu tertawa,

"Besar mulut juga kau ini ya! Aku tidak percaya kau bisa menghabisiku. Coba saja" seru si pria bertopi dengan nada yang masih sanggup meremehkan. Detik setelah itu dia langsung melancarkan pukulan. Rio dengan mudah menghindari pukulan itu, kemudian menangkisnya dengan cepat, lalu membalas pukulannya dengan meluncurkan tendangan keras ke arah lawan, memutar tubuhnya dan menambahkan tendangan kedua membuat pria bertopi itu tersungkur ke tanah yang gambus hingga meringis kesakitan.

Namun, dia berusaha bangkit secepat mungkin dan menggunakan kedua tangannya sebagai tameng saat Rio kembali menyerangnya dengan gerakan cepat. Namun tanpa tahu Rio mendapati tendangan keras yang tiba-tiba meluncur berhasil mengenainya.

"Seharusnya kau tidak fokus pada satu arah"

Ucapan pria bertopi itu sok bagaikan seorang pelatih yang mengajari Rio bagaimana cara menyerang lawan. Jelas hal itu membuat Rio risih dan merasa sangat kotor, gertakan gigi terdengar keras begitu Rio terluap amarah. Ini tidak bisa ditahan lagi, rasanya Rio ingin mencabiknya.

Dan atas nasehat konyol itu, kini Rio mulai serius dan tidak main-main lagi tanpa harus menghabiskan 80% dari tenaganya untuk menghadapi pria bertopi satu ini.

Rio mulai menyerang lagi, kali ini sedikit brutal.. dan pria itu balas menyerang. Adu lengan terus beradu terdengar samar menyaingi bisingnya derasnya hujan di tengah lapang yang cukup terdukung luas suasananya. Rio tidak peduli bagaimanapun pria bertopi ini bisa dengan mudah menghindari serangannya, sedikit pun Rio tidak akan memberi kesempatan untuknya menyerang balik.

Hampir setengah jam berlalu, pria bertopi itu terus mengalihkan serangan dan hanya mampu menghindar tanpa memberi dirinya celah untuk menyerang Rio bahkan pria bertopi itu nyaris kewalahan menghadapi serangan bertubi-tubi dari Rio. Dia tidak mengira Rio akan segesit dan selincah ini memberi perlawanan sempurna terhadapnya dalam kondisi mata yang terluka.

"Menarik!"

Disela-sela pertarungan itu, suara pria bertopi terdengar melucut sedikit mengesan, dan bersamaan dengan itu, pukulan Rio berhasil mengenai wajah si pria bertopi tersebut.

"Wah serius juga kau rupanya ya" sambil menyeka darah segar yang mengalir di sudut bibirnya pria bertopi itu berimbuh lagi, "Baiklah, aku juga akan serius kali ini"

Pria bertopi kembali memasang kesiapan kedua tangannya untuk bersiap menyerang Rio lagi dan keduanya pun terlibat pertarungan sengit. Kali ini terdengar cukup keras bahkan desiran hujan pun juga tak kunjung berhenti untuk menyaingi kegadungan yang diciptakan kedua pria itu dan menemani mereka bertarung.

Rio melayangkan tendangan keatas hingga berhasil mengenai ubun-ubun kepala si pria bertopi tidak ingin berhenti sampai situ Rio masih ingin memberi hadiah tambahan dengan tendangan tepat di perutnya membuat pria bertopi itu tersungkur hingga tubuhnya terhantam tumpukan kayu di area tersebut, lantas tumpukan kayu yang semula tertata rapi kini jadi berantakan jatuh dan menggelinding kemana-mana.

Sayang sekali, kemampuan bertarung si pria bertopi itu tidak sebanding dengan Rio yang jauh lebih lincah dan handal melancarkan serangannya dibandingkan dengannya. Seharusnya dia juga harus menyadari sedari awal sebelum kelepasan dan menyesal.

Dan berakhir disini pria bertopi itu benar-benar kewalahan menghadapi serangan Rio yang selalu tepat sasaran. Rio bahkan tidak memberinya kesempatan untuk balas memukulnya, hingga akhirnya pria bertopi itu tidak sanggup lagi memberikan perlawanan lagi.

Rio tidak membuang kesempatan itu dan langsung melumpuhkannya. Pria bertopi itu jatuh terduduk lemah setelah lutut belakangnya disengku oleh kaki Rio, lantas hanya bisa pasrah saat Rio menghampirinya. Dia masih sanggup tertawa sinis dihadapan Rio sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Begitu Rio tiba di hadapannya dan bersiap untuk memborgol. Lagi-lagi pria itu dengan liciknya yang tanpa diduga mengeluarkan sebuah pisau lipat kecil yang disembunyikan di saku jaket kulitnya. Mungkin itu adalah senjata terakhirnya untuk melawan Rio. Lantas dia langsung menyerang Rio dengan sisa kekuatan yang dimilikinya menggunakan senjata tajam itu.

Beruntung, Rio yang meski sudah lengah masih sanggup dengan gesit menghindari serangan mendadak itu dengan upayanya. Pertarungan sengit pun kembali terjadi. Kali ini, pertarungan berganti tidak seimbang karena si pria bertopi menggunakan senjata tersebut, sedangkan Rio masih bertahan menggunakan tangan kosong.

Pria bertopi itu menyerang Rio dengan membabi buta. Dia terus mengayunkan pisau tajamnya ke arah Rio tanpa memberinya celah untuk menyerang seperti yang dilakukannya tadi. Rio sendiri hanya bisa menghindar menghadapi serangannya itu.

Sepertinya pria bertopi ini punya dendam dan serius ingin menghabisi dirinya. Perlahan-lahan Rio kewalahan saat rasa perih di matanya kembali terasa sakit dan....

Crasssh!

Pisau kecil itu berhasil mengenai pinggang sebelah kanannya. Rio hanya bisa merintih sambil memegangi pinggangnya yang sepertinya sudah tergores sedikit dalam.

Rupanya, pisau lipat milik pria bertopi itu sangat tajam sehingga berhasil merobek jaket kulit yang dikenakan Rio dan melukai pinggangnya padahal hanya sebuah goresan.

Kini Rio mulai merasakan sesuatu yang basah dan amat begitu sakit luar biasa dipinggangnya saat dirasakan ketika dia mulai bergerak lagi. Dia pun mencoba meraba luka goresan itu. Sebuah darah segar mengalir cukup banyak dari sana. Rio tidak tahu sedalam apa luka di pinggangnya ini. Yang jelas, pasti itu cukup dalam.

Si pria bertopi yang menyadari itu tersenyum senang, dia yang sangat tahu Rio yang kini tengah kesakitan mulai berusaha kembali menyerangnya. Dia tidak peduli Rio yang sudah terluka, yang jelas Dia sangat ingin Rio benar-benar tumbang ditangannya saat itu juga. Kali ini sasarannya adalah dada dan perut Rio. Dia berniat ingin menusukkan pisaunya tersebut ke tubuh Rio yang untungnya masih sanggup dihindari oleh Rio.

Saat pria itu mengayunkan pisaunya tepat kearah perutnya, dengan cepat Rio menahan pisau dengan kedua tangannya, kemudian jari tangannya berjuang merambat ke pergelangan tangan pria itu untuk bisa mencapai nadinya. Setelah hampir diujung batas runcing kepala pisau yang nyaris mengenai perutnya. Rio berjuang dengan seluruh kekuatannya untuk menahan sekaligus mencari kesempatan hingga pada akhirnya berhasil menekan nadinya sekuat mungkin dan seketika, pisau di tangan pria bertopi itu pun terlepas begitu saja dari genggamannya beserta teriakan pria bertopi tersebut.

Rio segera menendang pisau itu sejauh mungkin dari jangkauan si pria bertopi ini, sedang pria bertopi itu sudah merintih kesakitan saat kekuatan ototnya ditekan begitu kuat. Lalu karena Rio merasa iba dia lalu sedikit melonggarkan cengkeramannya hingga membuat si pria bertopi terbebas.

Rio masih ditempatnya dan hanya berdiri sedang pria bertopi itu sudah jatuh terlutut sambil terengah-engah memegangi pergelangan tangannya yang sepertinya itu amat sakit, dia berusaha mengatur napasnya sambil menatap tajam kearah Rio, tahu-tahu berpikir untuk mengambil pisaunya kembali bahkan tanpa punya rasa ampun malah bersiap ingin menyerang Rio lagi.

Pria itu masih sanggup berlari, demi mengambil pisaunya lagi, tetapi Rio lebih sigap. Dia melayangkan sebuah tendangan ke arah lawannya sebelum dia berhasil mengambil pisau itu.

Seketika, pria itu kembali tersungkur dan malah tertawa terbahak-bahak. Rio sempat dibuat geram karena pria bertopi ini malah kembali menyerang, padahal sudah diberi kesempatan untuk lepas. Tapi tidak tahu diri. Karena rasa geramnya sudah mencapai puncak Rio melepaskan sebuah tendangan telak yang mengenai pelipis pria bertopi itu. Tendangan terakhirnya itu sukses  membuat si pria bertopi terkapar tidak sadarkan diri.

***






~TO BE CONTINUED~


Continue Reading

You'll Also Like

164K 15.7K 57
gatau 🗿 nikmati saja.
116K 10K 84
Ini hanya kisah Boboiboy dan (Name) yang dinikahkan pada umur 17 tahun dengan dalih perjodohan. Lantas bagaimana kisah mereka kedepannya? Warning...
15.5K 2.8K 27
Bagaimana ceritanya ketika kalian yang sedang menikmati hidup dengan senang, tenang dan tanpa gangguan. Namun tiba tiba datang entah virus darimana...
12.7K 1.2K 24
WARNING!!! bxb ⚠️ Caine Chana salah satu anggota kepolisian sekaligus mantan detektif namun posisi nya kali ini menjadi mata² kepolisian atau yang bi...