KKN 110

Galing kay Elsabet09

115K 10.9K 4.2K

Sebenernya KKN itu apa sih? Kuliah Kerja Nyata? Kenalan Ketemuan Ngilang? Kisah Kasih Nyata? atau Kejebak Ken... Higit pa

0.0 UDARA⭐
1.1 Pengumuman
1.2 Kesan Pertama
1.3 Survei
1.4 KKN, is begin?
1.5 Kekuatan Doa
1.6 Hari Pertama Kerja
1.7 Traktiran Januar
1.8 Kedatangan Tamu
1.9 Cerita Malam
2.0 Posyandu
2.1 Free Day
2.1.1 Asing
2.2 Hari Sendu
2.2.1 Haidar dan Dhisti
2.3 FGD
2.4 Dejavu
2.5 Rukun Tetangga
2.6 Nervous
2.6.1 Sosialisasi
2.6.2 Who dis?
2.7 Hari Raya
2.8 TTS
2.9 Accident
2.9.1 Girls Talk
2.9.2 Rapat
3.0 Posbindu
3.1 Guest Star
3.1.1 Cilok or Cinlok
3.2 Sakit
3.3 Minggu Kerja
3.4 Ada apa?
3.4.1 Makan Siang
3.4.2 The Truth Untold
3.5 Invisible
3.6 Yang Tak Terucap
3.7 Calon Mantu
3.8 Pasar Malam
3.9 K-Fest
4.0 Sepenggal Cerita Hari Ini
4.1 Diskusi & KRS
4.2 Grocery Shopping

2.4.1 Agenda Malam

2.1K 230 84
Galing kay Elsabet09

Bintang-bintang bersinar terang bersama sang bulan menghiasi malam ini. Namun angin berhembus sedikit kencang membuat udara malam juga semakin dingin. Apalagi tinggal di kawasan dekat pegunungan membuat suhu malam semakin dingin dibuatnya.

Malam ini sehabis isya' rencananya keduabelas mahasiswa KKN itu akan menonton pertandingan bulu tangkis yang diselenggarakan di kelurahan. 

Tadi siang mereka di undang secara langsung oleh salah satu panitia yang kebetulan juga sedang berada di kelurahan saat para mahasiswa KKN itu bermain bulu tangkis bersama anak-anak dukuh Sukadana. Jadi mereka memutuskan untuk memenuhi undangan tersebut, sungkan juga kalau menolak.

Katanya itu agenda bulanan yang biasa di gelar. Tetapi kebanyakan pesertanya dari RT 1-3 dan luar desa Sukacita. Katanya juga setiap malam rabu dan sabtu di kelurahan juga selalu ada latihan bulu tangkis disana. Biasanya bapak-bapak juga yang bermain.

"Dhisti cepetan, udah mau berangkat ini woy!" seru Gauri yang menggema di posko.

Oknum yang diteriaki itu sedang buang hajat sendiri di kamar mandi. Memang tidak ada takut-takutnya itu anak. Sekarang sudah pukul 8 malam padahal.

Tetapi sayang banget habis makan enak tapi baru hitungan jam sudah di keluarkan lagi.

"Tuh anak boker apa tidur dah? Udah 15 menit lebih kagak keluar-keluar" gerutu Kirana. Dia sendiri sudah siap dari tadi.

"Samperin sana, Sam. Gedor pintunya. Takutnya di gondol mbak kun tuh anak." ucap Raihan yang menunjuk sang ketua berpipi bolong itu.

Sang ketua mendelik, "Kok gue? Lo aja sana," suruhnya. Tidak tahu apa dia kan takut kalau harus ke kamar mandi malam-malam begini sendiri.

"Lah lu kan ketua? Tugasnya memastikan anggotanya aman sentosa" lanjut Raihan sengit.

"Lo berdua aja sana," usul Lita.

"Ogah" jawab sang ketua & bendahara itu serempak.

"Halah bilang aja lu berdua takut." sahut Kirana.

"Ya itu tau." ucap Samuel tanpa berkilah.

Anggota yang lain sudah berada di teras dan siap berangkat. Tinggal menunggu teman-temannya yang masih rempong itu.

Tak lama sang empu yang menjadi buah bibir memperlihatkan batang hidungnya. Wajahnya basah sepertinya habis cuci muka.

"Lah udah siap aja kalian?" ucapnya setelah melihat kelima temannya yang sudah siap di ruang TV.

"Ya iyalah. Tinggal nunggu lo doang ini" kata Kirana beranjak dari duduknya untuk keluar ke teras bergabung dengan yang lain.

"Lu berak apa lagi buka podcast sama mbak kun dah Dhis? Lama banget" gerutu Samuel pada anggotanya itu. 

"Ya maaf dah. Banyak soalnya yang keluar. Udah kosong lagi dah nih perut" kata Dhisti seraya mengelus perut buncitnya itu.

"Malah curhat. Cepet siap-siap tinggal lo doang ini." titah Raihan dengan tatapan tajamnya. Lalu bangkit untuk keluar posko juga.

Dhisti menurut dengan segera memakai hoodienya dan menyemprotkan parfum setelahnya. 

"Gauri minta body lotion!" Teriaknya dari dalam kamar. Kebetulan body lotion Gauri tidak di masukan tas.

"Ya! Balikin ke tas lagi entar. Gue lupa tadi" balas Gauri yang juga berteriak. Padahal jarak mereka tak jauh. Dasar toa masjid.

Sementara yang sudah berada di luar posko juga nampak asyik mengobrol sendiri. Dari bahas velg ban motor sampai perang dunia juga di bahas.

"Atau kalau mau ke jogja keluarga gue ada kenalan yang punya semacam penginapan gitu, entar gue yang bantu booking. Gampang dah" kata Nadhif. Pokoknya gampang kalau ada koneksi.

"Mending ngecamp ke pantai lah" ucap Haidar memberi usul. Mereka lagi membahas mengenai rencana setelah KKN usai.

"Eh iya boleh tuh, kalo ke gunung kayaknya aku enggak di bolehin," ujar Naura. 

Tadinya Yeshika mengusulkan untuk mendaki gunung bersama gitu. 

"KKN aja belum kelar udah mikir mau liburan kemana," celetuk Aji.

"Ya makannya belum kelar itu harus dipikirin dari sekarang. Nanti kalo udah kelar pasti susah diajak ketemu" sahut Yeshika. 

"Yaudalah bahas nanti bareng-bareng aja pas longgar" kata Januar yang sudah duduk di motornya.

Teman-temannya yang masih di dalam posko sudah keluar satu persatu. Dan yang terakhir yaitu Dhisti. Setelah gadis itu mengunci pintu posko mereka segera on the way menuju kelurahan.

Mereka berboncengan satu sama lain karena motor mereka ya memang pas hanya enam. Keduabelas mahasiswa itu mulai konvoi meninggalkan area posko.

Di depan sendiri ada Aji yang berboncengan dengan Haidar, lalu Yeshika dan Kirana, Januar dan Naura, Nadhif dan Lita, Gauri dan Raihan, serta motor terakhir Samuel dengan Dhisti. 

"KKN RA MUTU!!" teriak seorang bapak-bapak dari pos ronda setelah para mahasiswa itu lewat tadi. Setelah itu terdengar suara ketawa dari sekumpulan bapak-bapak disana.

Dhisti dan Samuel yang berada di barisan terakhir tentunya mendengar teriakan itu. Apalagi Samuel melajukan motornya juga dengan pelan.

Jujur mereka kaget tiba-tiba saja diteriaki oleh seorang yang tak dikenal. Padahal saat lewat di depan mereka tadi mereka semua sudah sesopan mungkin dan tidak lupa menyapa. 

"Anjirr, lo denger kagak Sam tadi?" kaget Dhisti. Berasa dikatain, walaupun aslinya memang iya.

Samuel yang menyetir di depan sama seperti Dhisti, sedikit terkejut dengan apa yang ia dengar tadi, "Denger lah. Lo sempet liat orangnya kagak tadi?" tanya Samuel.

"Bapak-bapak yang kepalanya botak tadi kalo enggak salah, tapi enggak terlalu merhatiin mukanya gue" jawab Dhisti. Soalnya tadi dia langsung menoleh saat di teriaki.

Dhisti jadi memikirkan omongan pak Kadir dulu, bahwasanya memang ada beberapa warga yang berwatak kurang baik di dukuh sana. Dan sepertinya orang tadi adalah salah satunya. 

"Emang kita salah kah lewat di depan mereka? Kok tiba-tiba dikatain begitu?" kesal Dhisti. Baru kali ini soalnya dikatain di depan langsung.

"Orang mabok kali, mereka lagi main kartu kan tadi?" balas Samuel. Dia juga mendengar bahwa masih banyak warga disana yang suka berjudi dan meminum alkohol. Bahkan di pos ronda mereka sendiri.

"Orang mabok kan jujur? Emang dasarnya enggak suka aja sama kita." sungut Dhisti masih tak terima. 

Padahal mereka tidak ada salah apa-apa tapi tiba-tiba diperlakukan seperti itu. 

"Udahlah, gausah dipikirin. Anggep angin lalu aja." ucap Samuel menenangkan. 

"Awas aja bapak-bapak itu, kalo liat enggak bakal gue sapa lagi!" ucap Dhisti masih berapi-api.

"Kita sebagai mahasiswa KKN disini mungkin enggak semua orang bisa suka sama keberadaan kita Dhis, dan mungkin bapak-bapak tadi yang termasuk enggak suka. Selama yang enggak suka lebih sedikit rasionya dari yang suka sama keberadaan kita gausah dipikirin. Kita disini tujuannya mengabdi kepada warga masyarakat disini. Jelas tujuannya ke warga yang mau diajak kerja sama juga. Kalau enggak mau yaudah kita tinggal aja. Gausah repot" kata Samuel bijak. 

Samuel sendiri paham posisinya sebagai ketua memang harus bisa mengayomi para anggotanya. Kalau ada yang lagi marah ataupun kesal harus bisa memberi pengertian, kalau ada yang lagi berantem juga harus bisa menengahi. Memang jiwa seorang pemimpin tidak bisa jauh dari seorang Samuel.

Sesampainya di kelurahan sudah nampak ramai karena pertandingan sudah dimulai. Penonton di dominasi dari bapak-bapak dan beberapa ibu-ibu yang menjadi istri para peserta. Ada juga anak-anak muda namun tak banyak. 

Tidak ada tribun, tapi hanya ada kursi-kursi hajatan. Tapi keduabelas mahasiswa KKN itu diarahkan untuk duduk di tikar samping garis lapangan badminton karena kursi-kursi sudah penuh. 

Malam ini mereka tidak memakai atribut KKN seperti almameter, kaos ataupun ID Card. Tapi mereka hanya berpakaian casual seperti hanya memakai hoodie atau jaket dan celana panjang biasa saja. Jadi mereka bisa berbaur dengan yang lain.

Bukannya fokus melihat pertandingan, Dhisti malah mengajak teman-teman perempuannya bercerita. Apalagi yang dibahas kalau bukan masalah tadi. Dia masih dongkol banget soalnya.

"Udah weh ghibah mulu. Lagi nonton pertandingan juga," ucap Aji mengingatkan.

"Kita bukan lagi ghibah ya. Kita cuma lagi mempraktikkan studi kualitatif tentang perilaku manusia dengan menggunakan metode focussed group discussion" kata Dhisti mengelak. Orang dia lagi mempraktikkan ilmu yang sudah di pelajari di semester empat kemarin. 

"Sama aja sarmili," sahut Haidar. Dia selain fokus melihat pertandingan juga fokus mendengarkan para ciwi-ciwi yang didepannya itu bergunjing. Haidar kan orangnya multitalent.

Matanya bisa fokus pada suatu objek, tapi telinganya bisa mendengarkan hal yang lain.

"Apasih, lo tuh gak diajak!" kata Dhisti meledek.

Nadhif dan Januar tiba-tiba berdiri, "mau kemana?" tanya Samuel pada kedua rekannya itu.

"Mau ngopi di HIK depan, ikut kagak?" jawab Nadhif. Kebetulan di depan kelurahan itu ada angkringan / HIK.

"Kagak. Nanti kesini lagi kalo udah." Kata Samuel mengingatkan.

Kedua lelaki itu hanya mengangguk sebagai balasan. 

Dhisti dan Gauri segera mengambil duduk Nadhif dan Januar tadi soalnya mepet tembok bisa senderan deh mereka. 

"Akhirnya bisa senderan." ucap Dhisti si remaja jompo. 

"Pundak lo rendahin Dhis, gue mau senderan. Ngantuk banget." titah Gauri.

"Senderan sama Raihan aja noh di samping lo." tolak Dhisti.

"Ah Raihan badanya isinya tulang doang, enggak empuk." kata Gauri yang malah mendapatkan tatapan maut dari sang bendahara yang ada di sampingnya.

"Gue juga ogah lo senderin. Bisa gatel-gatel pundak gue nanti" balas lelaki Surabaya itu tajam.

Gauri cuek mendengarnya, "Enggak denger enggak denger." Dia segera merebahkan kepalanya pada pundak Dhisti. 

Dhisti juga tak mau kalah, dia malah senderan pada Haidar yang ada di sampingnya. Untungnya mereka duduk di paling belakang jadi ketutupan orang yang ada di depannya.

"Ngantuk lo?" tanya Haidar pelan.

"Laper." jawab Dhisti. Soalnya tadi kan isi yang ada diperutnya sudah dia keluarkan semua. Tinggal air doang di dalam perutnya.

"Tadi kan udah makan?"

"Ya tapi kan udah dikeluarin juga semuanya."

"Keluar gih sana ikut Nadhif sama Janu, mereka di HIK depan. Ada nasi kucing sama gorengan paling."

"Males ah. Banyak bapak-bapak paling." 

"Serah lu dah." Haidar fokus kembali melihat pertandingan.

Mereka kembali fokus ke pertandingan. Beberapa sudah ada yang mengantuk apalagi perempuan yang tidak terlalu suka juga dengan olahraga. Jadi kaya plonga plongo saja.

"Balik yuk, capek duduk terus" ajak Kirana. Pasalnya ini sudah jam 10 malam dan pertandingannya masih belum selesai.

"Iya, aku udah agak ngantuk juga," imbuh Naura yang daritadi sudah menguap. Matanya juga sudah merah.

Yeshika menoleh kepada sang ketua di belakang, "Sam, pada ngajak pulang" katanya pada lelaki jangkung itu.

"Yaudah ayo dah."

Mereka satu persatu mulai keluar dari dalam kelurahan. 

"Mau makan dulu enggak?" tanya Haidar ke Dhisti.

"Makan apa?"

"Ke HIK deket posko yang lama mau enggak? Gue sama Aji mau kesana." 

"Terus gue?"

"Ajak Samuel lah" lanjut Haidar. "Sam, ayo ke HIK deket posko yang lama" ajak Haidar.

"Ngapain?"

"Ya jajan lah sekalian ketemu Yoga." sahut Aji. Dia sudah janjian sama Yoga soalnya.

"Yaudah yuk," jawab Samuel menyetujui. Dia segera menyerahkan kunci posko kepada Raihan. 

Segera mereka meninggalkan kelurahan untuk kembali ke posko, kecuali Aji, Haidar, Samuel dan Dhisti yang akan mampir dulu. Tadi mereka juga mengajak yang lain tapi katanya para perempuan sudah mengantuk. Jadi yang laki-laki akan menemani perempuan yang di posko saja. 

"Eh anjir gue lupa kagak bawa duit" seru Dhisti seraya menggrayahi saku celananya. Gara-gara tadi buru-buru dia tidak sempat membawa dompet. Bahkan tadi dia tidak sempat memoles wajahnya sekalipun. Dia cuma pakai liptint saja tadi.

"Sans. Jajan aja terserah lo mau apa. Bills on me" ucap Aji enteng. Kalau cuma buat traktir temannya yang satu itu tidak akan membuat dia miskin.

"Anjay, baik banget temen gue. Lopyu Aji." Dhisti melemparkan flying kiss pada Aji yang malah dibalas dengan gestur pura-pura muntah. Gwenchanayo~ batin Dhisti berucap.

Samuel dan Haidar hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua temannya itu. 

HIK di dekat posko sebelah pun juga di dominasi bapak-bapak. Tapi jujur orangnya lebih ramah-ramah padahal tampilannya sangat-sangar. Makannya Aji dan Haidar sering kesini kalau malam. Mereka juga sudah lumayan kenal dengan bapak-bapak disana.

Disana ternyata juga ada anjing liar yang tak bertuan, "Hiiih," Dhisti merapat pada Samuel karena takut pada anjing yang melihatnya dengan tatapan nyalang seperti akan memangsanya.

"Ndak gigit itu mbak. Dia baik kok, dia yang jaga kampung sini juga," seru salah satu bapak-bapak yang menotice ketakutan Dhisti. 

"Tuh enggak papa, baik kok" imbuh Samuel. Dia sendiri juga sudah terbiasa karena di rumah keluarganya juga memelihara seekor anjing kecil. 

Sebenarnya di depan posko mereka sendiri setiap hari juga ada dua anjing yang berkeliaran. Dua anjing itu milik tetangga dekat posko mereka juga. Tapi anjing itu lebih kelihatan jinak walaupun berukuran besar.

Dhisti jadi kikuk sendiri. Dia mencoba tersenyum dan terlibat lebih rileks.

"Mau makan disini apa ke posko nya Yoga?" tanya Haidar.

"Di poskonya Yoga aja." 

Sekedar info saja bahwasanya posko cowok di kelompok sebelah pindah di dekat gudang yang waktu itu buat senam warga. Jadi sekarang posko cewek dan cowok di pisah. 

"Yog, bukain" ucap Aji seraya menggedor pintu posko yang sempit banget itu. Katanya itu dulu tempat buat marbot masjid namun sekarang sudah tidak terpakai.

Ceklek

"Masuk-masuk" titah Yoga.

Dengan agak segan mereka berempat masuk ke dalam ruangan yang kurang lebih besarnya sama dengan kamar mandi di posko mereka. Karena jujur sempit. Paling lebarnya 2x2 m².

"Yog numpang makan ya." ucap Haidar yang bermaksud mengizinkan Dhisti karena Dhisti sendiri belum mengenal Yoga.

"Sok lah. Santai aja. Gue juga lagi sendiri disini. Temen-temen gue belum pada balik" jawab Yoga santai.

"Emang pada kemana deh?" tanya Aji penasaran. Laki-laki di kelompok Yoga sendiri cuma 3 orang. 

"Biasa. Yang satu ngapel di desa sebelah, satunya lagi masih pacaran di posko cewek," ucap Yoga. Taulah siapa yang lagi pacaran di posko cewek. Siapa lagi kalau bukan ketua dan wakil ketua.

"Buset, ini udah jam 10 lho, kagak di usir sama temen-temen yang cewek?" tanya Dhisti ikut masuk ke dalam obrolan.

Yoga menggeleng, "Udah pada angkat tangan. Bodoamat lah intinya sama mereka berdua."

"Bukanya dibelakang ada yang punya rumah? Emang enggak pernah kepergok gitu kalau pacaran sampe malam gini?" tanya Dhisti lagi. 

Lagi-lagi Yoga menggeleng. Lagian pemilik rumah juga sudah lansia. Mana terlalu memperhatikan.

"Lo sama temen cowok-cowok lo pindah kesini kapan deh?" tanya Samuel mengalihkan pembicaraan. 

"Setelah kalian pindah, besoknya kita juga pindah. Pak bayan juga yang ngarahin sih. Soalnya kan kita deket masjid, enggak enak katanya kalau cowok cewek satu rumah." Yoga bercerita dengan santai, karena jujur Yoga lebih dekat dengan anak laki-laki dari kelompok 110 ketimbang kelompoknya sendiri. Soalnya kalau di kelompoknya sendiri malah berasa tidak punya teman.

"Lah posko kita malah depannya langsung mushola" sahut Haidar. 

"Tapi disana agamanya enggak terlalu kuat kaya warga disini. Disini agamanya kuat banget coy. Kayaknya hampir dua hari sekali ada aja pengajian." ungkap Yoga.

Karena memang di daerah posko situ mayoritas menganut agama Islam yang kuat. Sedangkan di daerah posko Dhisti kebalikannya. Banyak masyarakat yang masih menganut paham kejawen. Bahkan banyak warga yang beragama non muslim juga. Bermacam-macam pokoknya kalau di daerah posko 110.

Makannya Pak Joko dan Istrinya sebagai salah satu dari 2 tokoh agama yang di segani di daerah sana mati-matian menggalakan tentang ajaran agama Islam. Bisa dibilang mereka juga sedang berjihad menyebarkan agama Islam di dukuh sana.

Dhisti yang sedang makan nasi kucing itu diam-diam juga mendengarkan cerita antara para lelaki itu, dia sudah menghabiskan tiga bungkus nasi kucing. Dan sekarang membuka bungkus keempat nya. Tidak usah heran karena satu bungkus nasi kucing sendiri biasanya cuma berisi tiga - empat suapan saja. Kalau makan satu bungkus saja mana kenyang.

"Malah jadi ustad lo entar pulang-pulang." kekeh Aji. 

"Matamu, di coret dari KK yang ada" umpat Yoga. Yoga sendiri merupakan non muslim juga. Wajahnya saja Chindo banget.

"Eh lo namanya siapa?" tanya Yoga tiba-tiba Dhisti.

Dhisti yang sedang fokus makan malah tersedak, "uhuk..uhukk..minum woy," 

Haidar yang ada di sampingnya segera membuka talian plastik susu jahe milik Dhisti.

"Anjrit Haidar, panas bego," umpat Dhisti. Tenggorokannya sedikit panas. Sudah tersedak malah ketambahan minum susu jahe yang masih panas juga.

"Lah mana gue tau, yaudah nih minum es teh gue" Dhisti segera merebut es teh milik Haidar.

"Makanya pelan-pelan kalo makan" peringat Aji.

"Sorry-sorry. Gue kaget aja tadi. By the way nama gue Dhisti." ucapnya setelah menetralkan napasnya.

"Prodi apa?" lanjut Yoga.

"Manajemen Bisnis"

"Eh, bentar. Gue kaya enggak asing deh sama lo." ungkap Yoga tiba-tiba.

Dhisti mengernyit bingung, perasaan sebelumnya dia tidak pernah mengenal Yoga deh. Apa Dhisti punya hutang sama Yoga tapi tiba-tiba amnesia?

"Lo kenal Haris enggak?" tanya Yoga lagi. 

Samuel, Aji, dan Haidar kini malah ikutan bingung.

"Haris? Anak ManBis juga?" tanya Dhisti. 

"Bukan. Anak teknik sipil."

"Yoyo maksud lo?" celetuk Haidar. 

"Haris yang kembarannya Yeshika itu maksudnya?" tambah Aji. Dia masih mengingat percakapan mereka bersama tentang kembaran Yeshika tempo hari lalu. 

"Lah kok pada kenal?" Kini Yoga yang malah ikutan bingung.

Dhisti yang sebelumnya sudah bingung makin bingung. Dan semua orang menjadi bingung, kalau tidak mau bingung nanti di surga, begitu kata Lord Aldi Taher. 

"Ini pada ngomongin siapa deh?" Dhisti serasa plonga plongo sendiri.

"Haris anak teknik sipil, dulu pernah deket sama lo, masak lo enggak inget? Jaman masih corona kalau enggak salah" kata Yoga memperjelas. 

"Bentar bentar, gue enggak pernah deket sama siapapun deh dulu. Tapi kalau Haris-Haris ini kayaknya kita cuma pernah chatan deh. Tapi enggak intens juga dan itu cuma seminggu atau dua minggu doang." jelas Dhisti. Sedangkan teman-temannya memasang kuping lebar-lebar mendengarkan.

"Serius??? Gue kirain pernah deket. Dulu dia cerita ke anak tongkrongan katanya lagi deketin anak ManBis gitu namanya Dhisti. Tapi abis itu dia enggak cerita apa-apa lagi" beber Yoga. Dia itu satu tongkrongan sama Haris kebetulan satu jurusan dan satu kelas juga.

"Gue enggak ngerasa pernah deket sama dia, tapi kalo dia ngerasa gitu  yaudah, itu hak dia. Terus maksud Aji apaan tadi kembaran Yeshika?"

"Haris itu kembaran Yeshika" jawab Samuel.

Dhisti memasang ekspresi terkejut, "Kok pada tahu? Gue doang yang enggak tahu?" tanya Dhisti sedikit tidak terima.

"Ya waktu itu Yeshika cerita sendiri. Lo sih udah ngebo duluan" kata Haidar pada Dhisti.

"Kembarannya Haris tuh masih sama cowoknya yang itu ya?" tanya Yoga tiba-tiba.

"Lah lu tau Yeshika punya pacar?" sahut Aji agak kaget. 

"Gue kan dulu pernah mau deketin dia tapi ternyata udah ada cowok kata Haris." ungkap Yoga jujur. 

"Gatau sih, tapi kata dia pacaran sama mantan ketua mapala. Lo kenal siapa orangnya?" tanya Haidar lagi.

"Haris pernah bilang sih kalau enggak salah namanya Yasa. Anak arsitektur." kata Yoga. Ini kok malah pada ghibahin orang ya. 

Dhisti sih sudah tahu kalau soal Yeshika punya pacar karena sering memergoki dua sejoli itu telponan atau videocallan, tapi dia juga belum tahu nama dan wajahnya, karena dia sendiri juga tidak terlalu pengen tahu. Kalau diberitahu ya syukur kalau tidak yasudah, dia tidak pernah mau cari tahu juga. Hidupnya selempeng itu memang.

Yeshika memang orangnya agak tertutup soal privasi. Kalau kalian bertanya 'memang di instagramnya tidak ada foto pacarnya?' jawabannya TIDAK ADA. Dia sendiri tipe orang yang  tidak gampang cerita dengan orang lain. Hanya orang-orang yang dianggap sudah sangat dekat dengannya saja dia berani terbuka mengenai kehidupan pribadinya.

Mereka melanjutkan obrolan mengenai proker-proker mereka yang sesekali juga diselingi guyonan.

"Eh udah mau jam 11, pulang yuk. Enggak enak sama warga disini. Apalagi Dhisti cewek sendiri," ujar ketua berpipi bolong itu. Apalagi makan malam HIK di dekat posko itu semakin ramai. Dia takut ada omongan negatif tentang anak KKN. Makanya lebih baik menghindarinya saja.

"Yaudah yuk, pamit dulu ya Yog. Kapan-kapan main deh ke posko kita." Kata Haidar seraya melakukan fist bump atau tos ala laki-laki dengan Yoga

"Siap kapan-kapan deh gue kesana. Sekalian nginep. Gue disini berasa jomblo sendiri terus." Balas Yoga. Dan dilanjut dengan fist bump dengan yang lain.

Haidar mengambil alih kemudi motor milik Aji dengan membonceng Samuel dibelakangnya. Kata Samuel kakinya pegal duduk di motor beat Raihan yang pendek. Kakinya kan panjang, capek menekuk terus. Jadi dia ingin duduk di motor Aji yang lebih tinggi. 

"Duluan, Yog." pamit Dhisti yang sudah berada di boncengan Aji. 

Dua motor itu segera meninggalkan area posko cowok milik kelompok sebelah itu. 

"Dingin enggak?" tanya Aji seraya menengok ke samping supaya Dhisti bisa mendengar perkataanya.

"He.em."

"Sini tangannya masukin saku hoodie gue. Mau ngebut gue" titah Aji yang langsung dituruti Dhisti. Pasalnya hoodie milik Dhisti sendiri tidak ada sakunya. 

Dhisti malah semakin menyamankan kepalanya untuk senderan di bahu Aji supaya wajahnya tidak terlalu kena angin. Untung badan Aji besar. Bisa tertutupi deh badan Dhisti.

Aji sedikit tahu bahwa Dhisti memiliki alergi dingin. Apabila kelamaan dalam keadaan dingin, dia akan bersin-bersin dan kadang-kadang bisa gatal-gatal diseluruh badan. 

Oh ya, tadi Dhisti sudah mewanti-wanti Aji untuk tidak lewat jalan pas berangkat tadi supaya tidak melewati bapak-bapak di pos ronda dekat posko mereka. Masih sakit hati soalnya. 

***

HIK merupakan penyebutan pada warung sederhana yang dikenal oleh masyarakat sekitar Solo. Begitu sederhana, hanya menggunakan gerobak sebagai tempat menyajikannya hidangan, tempat makan para pengunjung, sekaligus sebagai tempat bakul meramu wedang. 

***
Yohanes Kaisar Prayoga

Yoshi apakah kamu sebenernya adalah anime??


Yasa Dani Prasetya

Siapa nih yang nebaknya bener?

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

1.7M 63.1K 28
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
4K 1.9K 16
Segala yang terindra adalah cair. Dan waktu ikut mengalir di dalamnya. Entah ke hulu mana yang dituju, entah di tepian mana kelak bertemu. Tapi sejat...
1.7M 119K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
123K 10.4K 29
Happy ending 🗿👍🌷 "aku akan menikahi nya " ucap eren "Apa maksudmu eren " tanya grisha " aku akan menjadikannya sebagai istriku, dengan begitu di...