Amerta

By decin_scorpio

2.9K 184 15

[Follow dulu sebelum membaca] ⚠️ Dapat membuat baper tak berujung⚠️ *** -He fall first, he fall harder- Jika... More

P R O L O G
2. Gadik Unik
3. Berangkat Bersama
4. Pojok Perpustakaan
5. Perihal Rasa
6. 5 Detik
7. Pernyataan Tak Terduga
8. Menjauh
9. 911
10. Roman Picisan
11. Saksi Senja
12. Langit Favorit
13. Payung di Kala Hujan
14. Jatuh Yang Menyenangkan

1. Sogokan?

314 21 4
By decin_scorpio

Cantik, berpipi chubby, dan ketua ekskul break dance.

3 hal yang sangat melekat di diri seorang Laura Anatasya. Sayangnya sebelum label cewek galak, wakil ketua Osis super disiplin, tegas ngalahin guru BK menjadi tambahan dalam ciri-ciri seorang Laura. Tapi di luar aturan sekolah, tenang saja kalian akan bertemu tipe gadis yang sangat-sangat ramah, friendly, dan murah senyum.

"Ya Tuhan, hangat nih langsung rahim gue lihat Jaehyun shirtless," decak Melda--cewek yang mendapatkan label playgirl dari Laura, sebab jangan tanya berapa banyak cowok yang mau saja di bodoh-bodohi seorang Melda Arabella.

"Istigfar lo!" tegur Laura berdecak.

"Dia kristen La, masa lo suruh istigfar," kekeh Zellyn--Grizellyn Levannia namanya. Si pecinta warna pink, lihat saja dari hair clip yang terasang di kepalanya, tas, gantungan kunci, dan semua peralatan sekolahnya yang hampir semuanya berwarna pink.

"Masih lama gak nih nyalin prnya? Nyalin doang lama banget lo Zel," decak Melda. Gadis yang mengikat rambutnya dengan gaya ponytail itu sudah berdecak karena mati kebosanan, mana waktu istirahat mereka sudah tersita 15 menit karena harus menunggu Zellyn selesai menyalin tugas kimia yang mata pelajarannya akan masuk setelah jam istirahat.

"Ya bentar, dikit lagi ini, 2 soal terakhir. Lagian ibu ngasih tugas 5 nomor mana bercabang lagi," keluh Zellyn. "Lagian lo tugas di kerjain cowoknya dari semalam gak bagi-bagi di group," gerutu Zellyn.

"Bukan cowok gue, noted. Lagian semalam lo gak minta sih,"

"Iya deh iya, ampun suhu!"

Mengabaikan Zellyn, kini perhatian Melda beralih pada Laura yang sedang sibuk dengan ponselnya. Merapatkan kursinya ke dekat sahabatnya itu dan mulai ikut membaca kesibukan Laura yang sedang asik kirim pesan dengan Dimas.

"Mau ngawasin siapa?"

"Astaga Mel! Buat kaget aja!" decak Laura.

Melda yang di tegur hanya terkekeh kecil, menampilkan deretan gigi putihnya. "Lagian serius banget, kayak lagi bahas rahasia negara. Mau ngawasin siapa sih?"

"Itu, yang langganan bu Jehan,"

"Oohh... Bumi sama printilannya?"

"Hm.."

"Kenapa? Bolos mapel lagi?" Zellyn tiba-tiba menyahut sembari membereskan kotak pensilnya, dirinya baru saja selesai menyalin tugas rumah Melda.

"Bukan, tadi telat dateng malah enak-enakan lewat gerbang parkiran mobil,"

"Ck! Ada-ada aja, tau banget kalau di situ jarang di awasin,"

"Udah lah yuk, kantin. Tinggal 30 menit lagi nih,"

Koridor di sepanjang lantai 2 sedikit sepi, mungkin karena semuanya sedang menikmati waktu istirahat di kantin sekolah, sehingga hanya beberapa orang yang bisa di temui di sepanjang koridor.

"Makan geprek aja ya? Biar gak usah ngantri panjang-panjang,"

"Ikut aja gue mah,"

Laura pun ikut mengangguki ucapan Melda. Lagi pula jika ingin makan bakso atau mie ayam pasti antriannya sudah sangat-sangat panjang, mengingat banyaknya peminat kedua makanan berkuah itu.

Sampai di kantin, suasana riuh akan teriakan dan perbincangan murid-murid yang lain benar-benar mendominasi. Dan sudah bisa tertebak, tak ada lagi meja dan kursi yang tersisa jika mereka datang setelat ini.

"Yahh... udah penuh semua,"

"Eh! Itu ada yang kosong!"

Dengan cepat Zellyn membawa langkah kedua sahabatnya agar cepat menuju meja yang di tunjuknya tadi--meja kedua dari pojok kantin.

"Tapi ini masih ada minumnya," tunjuk Laura pada 2 gelas es teh yang mana satunya masih terisi full sedangkan yang satunya tinggal setengah.

"Udah balik kali orangnya. Lagian ini maruk banget minum es teh sampe dua, sakit perut tuh pasti," Melda dan segala perkiraan gadis itu yang membuat Laura merotasikan matanya.

"Udah duduk aja Lau, bentar lagi mau bel ini, keburu gak makan nanti," ucap Zellyn menengahi. "Kalau nati orangnya balik, tinggal minta numpang bentar aja,"

"Nah, bener tuh! Udah buruan duduk aja, biar gue pesen gepreknya,"

"Minumnya es teh aja, Mel!" teriak Zellyn yang hanya mendapatkan acungan jempol dari sang pemilik nama.

"Waduh! Ada bu wakil nih, punten bu," seruan di ikuti kursi-kursi yang berada di sisi-sisi tiap meja langsung terisi membuat kedua gadis yang berada di sana mengerjap kaget sambil menatap kelima cowok yang tiba-tiba bergabung itu dengan heran.

Tunggu tunggu, kenapa Bumi bersama printilannya ini tiba-tiba datang ke meja mereka?

"Kenapa?" Laura yang pertama kali menyuarakan rasa pensarannya sembari menatap kelimanya penuh kebingungan.

"Maaf nih ya bu wakil, tapi ini tempat kita nih," tunjuk Pati pada dua gelas tadi yang memang masih berada di sana.

"Yahh... bentar doang deh, meja lain udah penuh," bujuk Zellyn sembari memasang wajah memelasnya.

"Nggak bisa cantik, gak liat ini meja cuma khusus ber-enam?" sela Putra sudah terkekeh geli melihat cara Zellyn menatap Pati.

"Yaudah deh, kita cari meja lain aja Zel," ajak Laura. Lagi pula mereka juga yang salah, sudah tahu masih ada es teh di meja itu tapi tetap saja mau di tempati.

Baru saja Laura beranjak, sebuah tarikan halus berhasil membawanya kembali ke tempat duduknya.

"Duduk aja," ucap Bumi.

"Tapi kalian makan gimana? Sempit gini loh," tunjuk Laura yang memang pada kenyatannya meja itu hanya mampu di huni maksimal 6 orang untuk makan.

"Gampang, makan aja dulu, bentar lagi bel,"

Dengan mengernyit penuh kebingungan Laura menatap ke arah Zellyn yang kini sudah mengangguk dua kali, seakan mendukung ucapan BUmi agar mereka makan saja lebih dulu baru pergi.

"Makanan dat--eh, ngapain nih langganan BK di sini?"

"Buset mulut lo Mel, ngalahin bon cabe," celetuk Tria mendelik sinis.

"Ya tumbenan lo berlima di sini? Ngapain, mau konsultasi sama Laura? Mau minta kiat-kiat biar tobat?" tanya Melda sembari menaruh nampak yang berisi ayam geprek dan es teh mereka.

"Nggak, kita yang mau ajarin Laura biar bandel," cetus Kafka yang langsung mendapatkan pukulan kecil di punggung tangannya dari sang pemilik nama.

"Enak aja kalau ngomong!"

"Putra, cari bangku lain sana, gue mau makan," suruh Melda yang langsung mendapatkan delikan tak senang dari Putra.

"Untung cantik lo Mel," gerutu Putra tetap beranjak, berjalan ke meja tetangga yang untungnya ada satu kursi kosong di sana.

"Emang kenapa kalau gak cantik?"

"Ya kalau ganteng, gue tonjok lo,"

"Ih, kasar!" dengkus Zellyn.

"Enggak kok Zel, mana mungkin gue kasar sama kesayangan angkatan," kekeh Putra.

Berperan sebagai penonton di meja itu akan interaksi sahabat-sahabatnya dengan keempat anak badung lainnya, Laura sontak di buat terkejut kala ayam geprek dan minumannya kini sudah tersaji di depannya.

"Makan, bentar lagi bel," ucap Bumi begitu Laura menatapnya penuh kebingungan.

"Apa nih? Sogokan biar gak di hukum entar pulang?" kekeh Laura sembari meminum es tehnya.

"Enggak. Gue gak nyogok pake cara begini,"

"Terus gimana?"

"Gue ajakin makan bareng, mau nggak?"

Sial! Napas Laura berhasil tercekat untuk beberapa saat. Terlebih dengan senyum Bumi yang menghiasi bersama kerlingan menggodanya.

"Biasa aja kali liatinnya," kekeh Bumi setelah beberapa saat. Sungguh, ekspresi tercengang Laura terlalu menggemaskan untuk di lewatkan.

***

"Anjing lah! Ini gimnasium udah nyamain luas GBK aja!" keluh Tria begitu dirinya menjatuhkan pel yang di gunakannya ke lantai. Keringat bahkan sudah bercucuran di kulit tan skinnya.

"Perasaan kalau main di sini gak seluas ini, tapi ini malah jadi luas banget. Mendadak membesar nih ruangan karena kita mau bersihin?" gerutu Putra mulai menjatuhkan badannya di sisi ruang gimnasium yang sudah kering.

"Ini karena Bumi nih, biasa juga kita kabur aja kalau kena hukum, ini kenapa lo malah mau-mau aja?" delik Kafka. Kemeja sekolahnya saat ini sudah terlepas, menyisahkan kaos hitam bergambar one piece di punggung, sedangkan rambutnya yang sudah mulai panjang berantakan karena keringat.

"Biar tobat dikit," ujar Bumi acuh.

"Gak jelas lo," cibir Tria.

Selesai mengepel ruangan yang luasnya menyamai GBK--kalau kata Tria--mereka langsung beristirahat di sisi gimnasium, menyusul Putra yang masih setia berbaring di sana.

"Curiga gue Bumi kena jampi-jampinya si Laura sampe mau aja bersihin nih ruanga," celetuk Pati sembari membuka kaos putihnya yang menjadi satu-satunya pelapis di tubuhnya.

"Bukan kena jampi-jampi, kena pesonanya bu wakil dia," kekeh Putra menimpali. "Gak liat aja tadi mereka berdua sibuk sendiri dengan dunianya waktu di kantin,"

"Anjir! Beneran?" selidik Kafka. Bukan hanya cowok bertindik itu, bahkan yang lain pun kini sudah menaruh perhatian mereka ke arah Bumi yang malah asik bersandar di dinding podium sembari menutup matanya.

"Ngarang aja," cetus Bumi.

"Halah bohong tuh bohong!" kelakar Pati.

"Tapi emang Laura cantik sih. Lihat aja dari awal MPLS udah jadi inceran senior," ucap Putra.

"Ini kenapa pada duduk sama ngerumpi? Udah selesai bersihinnya?"

Dan sosok yang menjadi pembicaraan mereka pun datang dengan Zellyn di sampingnya. Keduanya tak lagi mengenakan seragam sekolah, tapi kini sudah berganti menjadi celana training juga kaos--sangat kelihatan baru selesai mengikuti ekstrakulikuler.

"Udah bu wakil, gak percaya? Nih pegang aja lantainya," ucap Pati sembari menyentuh latai di bawahnya.

Terkekeh kecil, Laura lantas mengangguk dua kali. "Ya udah, langsung pulang aja. Besok jangan pada telat lagi, nanti di suruh bersihin wc cowok,"

"Iya bu, iya," angguk Putra sembari bangun.

"Oh iya, ini minum buat kalian. Gak papa kan air putih aja?" tanya Laura sembari berjalan menuju tempat di mana kelima cowok itu duduk.

Tapi belum saja sampai langkahnya ke tempat tujuan, Bumi yang semula sedang duduk anteng langsung beranjak dan menahan langkahnya. Tak sampai di sana, cowok dengan rambut hitam legam yang sudah acak-acakan itu ikut serta menutup kedua mata Laura.

"Eh, kenapa?"

"Pakai baju lo!" titah Bumi pada Pati, mengabaikan tatapan heran dari orang-orang yang berada di ruangan itu juga pertanyaan dari Laura.

Walau masih dengan alis yang berkerut keheranan, Pati tetap mengikuti ucapan Bumi, memakai kembali kaosnya yang semula dia lepas. "Udah,"

Dan baru lah Bumi melepas sebelah tangannya yang menutup mata Laura. Membiarkan gadis yang mencepol tinggi rambutnya menggunakan hair claw itu mengerjap beberapa kali sebelum menatap penuh protes ke arah Bumi yang masih setia berdiri di depannya.

"Gak sopan! Emang ada apaan sih?"

"Ada lalat tadi," jawab Bumi asal. Tangannya lantas mengambil plastik sedang yang berada di sebelah tangan Laura, mengambil sebotol air dari sana dan memberikan sisanya yang lain pada keempat temannya.

"Emang kalau suka beda ya? Kecepatan cahaya aja bisa di tandingin," ejek Tria setelah meminum airnya.

"Ngeri gue lihatnya tadi,"

"Takjub gue sama lo Bumi,"

Mengabaikan ejekan dari teman-temannya, Bumi lantas mengambil tasnya, segera memasangkannya di bahu sebelah kiri, sedangkan kemeja sekolahnya di bahu sebelah kanan.

"Ayo buruan balik, udah jam 5 ini," ujarnya.

"Halah! Bilang aja mau nutupin salting bang," ejek Putra tak berhenti.

"Ya udah lo tinggal aja di sini, biar di kunciin," sembur Bumi gregetan sendiri.

Sesuai ucapan Bumi, sekarang memang sudah jam 5:14, dan sekolah resmi hampir sepi, hanya tinggal beberapa murid-murid yang masih sibuk dengan kegiatan ekstrakulikuler mereka, seperti paskibra, marcing band, anak volly, anak dancer, dan tari yang baru kelihatan saat di lapangan.

"Lau, gue pulang duluan ya, udah di jemput," pamit Zellyn sembari menunjuk mobilnya yang sudah terparkir di jalan sebrang sekolah. "Guys, gue duluan ya, bye!"

Setelahnya presensi akan gadis yang mengenakan kaos pink juga training hitam itu mulai menjauh.

"Zellyn tuh emaknya Hello Kitty ya? Serba pink mulu," celetuk Putra sembari menatap ke arah Laura.

"Emang suka warna pink dia, gunting kukunya aja warna pink," ujar Laura sembari tertawa kecil.

"Lo pulang naik apa?" tanya Bumi pada Laura dengan tatap yang sudah jatuh sepenuhnya pada gadis itu.

"Motor. Kenapa?"

"Kirain,"

"Emang kenapa?" sungguh, dari saat di gimnasium tadi tingkah Bumi selalu berhasil membuat Laura gregetan sendiri karena merasa terus-terusan di gantung.

"Tawaran sogokan gue di kantin tadi masih berlaku, tapi kayaknya gak bisa hari ini," jelas Bumi bersama senyum tipisnya, "ya udah, hati-hati di jalan,"

Dan dua tepukan halus mendarat begitu saja di pucak kepala Laura.

"Anjir! Gue gak liat apa-apa!"

"Pepet terus mas! "

"Jangan kasih kendor pokoknya!"

#To Be Continued

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 207K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
471K 35.5K 43
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
4.3M 97.6K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1M 19.2K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...