KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)

By reading4healing

109K 685 30

Cerita Dewasa More

(21+) Suami Yang Digilir Cowok Macho Spanyol
(21+) Si Pemuas Satu Kos
(21+) Si Pemuas Satu Kos 2
(21+) Pemuas Suami Si Bos Bule
(21+) Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
(21+) Driver Ojol Arab Plus - Plus
(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (1)
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
(21+) TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
(21+) PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
(21+) Memperawani Suami Muda Tetanggaku
(21+) Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri
(21+) Gigolo Biseks Simpanan Mama
(21+) Pesta Bujang Liar Sang Pengantin Pria
(21+) Skandal Besar Menjelang Pernikahan
(21+) Disewa Lionel
(21+) Malam Liar Sang Budak Korporat
(21+) Takdir Seorang C*mdump
(21+) Service Plus-Plus Barber Straight Turki
(21+) Bule Online, Perebut Keperjakaanku
(21+) Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
(21+) NAPAS BUATAN DARI PAPA SAHABATKU
(21+) MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
(21+) MENJEBAK SOPIR STRAIGHT BAD BOY
(21+) Menjajal Kejantanan Masseur Impor Rusia
(21+) Legenda Si Otong Monster
(21+) Mesin Pemuas Mantan Dan Gebetan
(21+) PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
(21+) SI PEMUAS SEKAMPUNG
(21+) Pemilik Tubuh Indah Si Pembantu Ganteng
(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH
(21+) PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU
4 PEREMPUAN DI RUMAHKU BISA DIP4K4I SEMU4

(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)

1.1K 16 0
By reading4healing



“Kamu serius sudah siap sekarang, Mar?” tanyaku hati-hati.

Si Mario menggeleng dan berkata, “Kalau nunggu siap, sampai kapan pun ya enggak bakal siap, Mike…”

“Lha terus?” tanyaku bingung.

“Tapi, kalau untuk elo, gue mau lakuin semuanya, Mike…”

 

Ilustrasi: Mario Valentino

Mario kini mencumbu mulutku, tidak peduli lagi dengan mulutku yang masih bau pejuhnya. Sambil Mario melumati mulutku, jari-jari tangannya terus memain-mainkan lubang pantatnya agar siap dimasuki kontol besarku. Aku benar-benar terpana dengan kecupan manis Mario di mulutku. Kami saling melumat dan menikmati mulut masing-masing sementara Mario masih sibuk melemaskan otot-otot di pantatnya agar siap dimasuki oleh kemaluan pria untuk pertama kalinya. Masih mencumbui mulutku, Mario tampak kebingungan dan mengobol-obok isi pantatnya.

“Ada apa sih, Mar?” tanyaku kebingungan setelah melepas kecupan bibirnya.

“Ini kira-kira udah siap belum, ya? Udah licin dan rileks belum, ya?” tanya Mario tidak bisa menyembunyikan rasa groginya. “Gue takut belum licin, terus sakit pas disetubuhin elo, Mike!”

Aku pun tertawa melihat kekonyolan si Mario. Segera saja aku kecup bibirnya sekilas, lalu berbisik.

“Konyol deh kamu!” kataku sambil mengacak-acak rambutnya gemas. “Kamu pakai pelicin aja, ya… Biar enggak sakit, Mar…”

Aku berdiri dari kasurku dan berjalan untuk mencari-cari pelicinku di laci di dekat kasur.

“Elo punya barang gituan di laci kamar begini?” tanya si Mario kaget. “Elo kagak takut ketahuan orang tua atau pembantu elo, Mike?”

“Mana mungkin sih mereka berani tanya-tanya!” jawabku enteng. “Lagian, pelicin sama kondom itu alat tempur wajib bagi para homo kayak aku, Mar!”

“Alat tempur kata elo!” si Mario ketawa-tawa menanggapi aku. “Ngewe aja elo samain kayak berperang melawan penjajah pada jaman 1945 ya?”

Setelah menemukan pelicinnya, aku kembali ke kasur menghampiri si Mario yang sudah terlentang pasrah sambil mengocok-kocok kemaluannya yang sudah melemas setelah orgasme tadi. Kupukul kepalanya sambil dia masih tiduran di kasur.

“Asal kamu tahu, jadi gay itu banyak resikonya, Mar… Kami rawan terkena HIV karena anal seks itu sangat rentan dengan luka yang bisa menjadi sarana penularan HIV!”

“Iya, kagak usah pukul kepala gue, lah!” kata Mario merengek sambil mengelus-elus kepalanya.

“Jadi gay itu berat, Mar… Kebanyakan dari pria gay di Indonesia kurang edukasi. Dengan tidak mungkin pria hamil, mereka berpikir pria bebas berhubungan seks tanpa alat kontrasepsi,” jelasku pada Mario. “Padahal, yang sebenarnya mengancam kaum kami adalah penyakit menular seksual, seperti HIV, sifilis, chlamydia, dan banyak penyakit menular lain yang mematikan. Apalagi, anal seks berisiko lebih tinggi dalam menularkan penyakit-penyakit tersebut… Jadi, itu sebabnya aku bilang ini merupakan alat perang kami…”

“Iya, Mike,” jawab si Mario mengerti.

“Tapi…”

“Tapi apa?” tanya Mario bingung.

“Kamu enggak takut kan sama aku? Maksudku…” aku jadi sangat grogi dan ketakutan bertanya terus terang pada Mario. “Kamu tidak jijik kan sama aku? Kamu tidak takut tertular penyakit dari aku, kan?”

Si Mario pun bangkit untuk duduk dan memandang wajahku polos, “Kalau tertular dari kamu, aku rela, Mar…”

“NGAWUR!” kataku sambil menampar si Mario sebal. “JANGAN NGOMONG HAL NGAWUR GITU!”

Si Mario memegangi pipinya yang kutampar dan merengek sebal, “Apa sih, Mike! Jahat banget elo sama gue! Kenapa elo tampar gue? Seumur-umur, gue kagak pernah tuh tampar elo!”

Ilustrasi: Michael Gondokusumo


“Maaf maaf…” kataku mengelus-elus wajah si Mario. “Aku reflek menampar kamu, Mar… Aku kaget aja sama jawaban ngaco kamu! Aku marah kamu ngomong ngawur gitu!”

“Marah tuh elo cium kek,” jawab si Mario masih kesal dan menampel tanganku pergi dari pipinya. “Jahat banget elo… Sumpah deh! Seumur-umur, dua puluh tiga tahun gue bersahabat sama elo, gue kagak pernah melayangkan tangan gue ke elo… Tega banget elo sama gue…”

“Maaf ya, Mar,” kataku minta maaf, lalu mengusap-usap kedua pipi Mario. “Mana mungkin aku tega sama kamu… Cuma, aku reflek. Masa kamu bilang kamu rela ketularan penyakit kelamin mematikan dari aku! Ngawur banget kan kamu itu!”

“YA GUE KENAL ELO DARI PELER ELO BELUM PUNYA JEMBUT, MIKE!” jawab Mario sebal. “ELO ITU ORANG PALING PARNO, PALING HATI-HATI DAN PALING BERPIKIRAN PANJANG YANG PERNAH GUE KENAL! MANA MUNGKIN ELO SETELEDOR ITU SAMPAI BISA KENA HIV ATAU PENYAKIT MEMATIKAN LAIN, KAN!”

Aku cuma memandang Mario kebingungan.

“Lagian, gue lihat sendiri kan barusan membuktikan bahwa elo sangat hati-hati dan selalu memakai pelumas. Itu tadi gue lihat elo juga nyetok kondom banyak banget, kan!”

“GAK BANYAK!” jawabku malu. “Kamu ngomong seakan-akan kerjaanku ngewe terus aja!”

“Bukan itu maksud gue, Mike,” jawab si Mario menjelaskan. “Maksud gue, elo pasti selalu main aman terus, kan? Gue yakin elo play safe, kan?”

“Iya lah!”

“Gue udah yakin banget, Mike…” jelas si Mario. “Karena gue tahu banget elo!”

“Enggak!” rengekku sebal. “Kamu bilang seakan-akan aku sering banget ngewe! Itu enggak bener!”

“Emang biasanya berapa kali seminggu?”

Aku langsung melotot sebal.

“HEH, BELUM TENTU SATU BULAN SEKALI, MAR!” jawabku sebal dan menablek kepala si Mario. “AKU BUKAN SLUT, MAR!”

“Gila!” Mario tampak kaget. “Kalau gue mana tahan kagak ngentot satu minggu aja! Elo hebat banget bisa nahan satu bulan!”

“Kan aku single, Mar!” jawabku sebal. “Kamu kira aku asal mau aja ngewe sama siapa pun yang ngajak?”

“Kagak seru loe!” jawab si Mario mengejek. “Terus, biasanya elo kalau ngewe cari di mana? Aplikasi gay ya?”

“Aku punya partner tetap yang bisa aku percaya, lha!”

“HAH?” si Mario tampak melongo. “SIAPA? ELO PUNYA PACAR!”

“Bukan,” jawabku malu-malu. “Ya, bisa dibilang, friends with benefit lah!”

“SIAPA?” Mario tampak heboh. “GUE KENAL?”

“Enggak, Mar…” jawabku malu-malu. “Dia enggak tinggal di sini…”

“Di luar negeri?”

“Iya…” jawabku dengan pipi bersemu merah.

“JANGAN BILANG DIA DI SINGAPUR!“ si Mario tampak sebal. “JANGAN BILANG ELO SERING KE SINGAPUR DIAM-DIAM DAN GUE KAGAK PERNAH ELU AJAKIN IKUT ITU GARA-GARA ELU MAU NGEWE SAMA DIA!”

“Emang iya…” jawabku malu-malu.

Mario pun tampak kecewa dan gantian memukul kepalaku.

“KATANYA GAK PERNAH MUKUL AKU?” jawabku bete. “SAKIT, MAR!”

“ELO KENAPA SEMBUNYIIN HAL BEGINI DARI GUE, SIH?” Mario tampak geram. “GUE MERASA DIKHIANATI!”

Aku memandang Mario bingung. Ada apa sih dengan si Mario? Kenapa dia marah-marah enggak jelas begini? Apa dia cemburu?

“Kok kamu lebay banget sih, Mar?” jawabku berusaha tenang. “Ya kan kamu enggak pernah tanya kehidupan seksualku… Bukan maksudku bohongin kamu!”

“Kalau gitu… Uhhh…” Mario tampak grogi. “Mana! Gue mau lihat fotonya! Sini’in ponsel elo! Kasih gue lihat!”

“Jangan ah!” kataku bersemu merah.

“JANGAN KENAPA?” Mario pun menaikkan suaranya lagi. “ELO SEKARANG MAU RAHASIA-RAHASIAAN SAMA GUE, HAH? SETELAH ELO CERITA ELO KENAL SEORANG PRIA YANG RUTIN ELO ENTOTIN KE SINGAPUR BERKALI-KALI SETAHUN? ELO KALAU KE SINGAPUR BISA DUA MINGGU ITU ISINYA NGEWE TERUS SAMA DIA?”

“Udah ah… Jangan banyak tanya!” jawabku sebal sekaligus malu. “Ini kan privasi!”

“JAWAB DEH!” sela Mario tidak sabar. “DIA MINGGU GITU ELO NGEWE SAMA DIA?”

“YA AKU KAN NGINEP DI APARTEMEN DIA, MAR! MASA DIAJAK NGEWE SAMA DIA MALAH GUE TOLAK!” jelasku membela diri. “LAGIAN, INI KAN KEBUTUHAN! DI INDO, AKU ENGGAK BISA NGEWE, KAN? KENAPA DIENAKIN SI DARREN HARUS AKU TOLAK SIH?”

“JADI LONTE ITU NAMANYA DARREN?” sahut si Mario histeris.

“JANGAN SEBUT DARREN KOR KOR LONTE YA!” jawabku sebal. “DIA BAIK BANGET SAMA AKU!”

“IH, NAJIS! PANGGIL KOR KOR SEGALA! SEUMUR-UMUR ELO KAGAK PERNAH PANGGIL GUE KOR-KOR!”

“LHA KAMU KAN CUMA BEDA SEMBILAN BULAN SAMA AKU! NGAPAIN AKU PANGGIL KAMU KOR-KOR!” jawabku sebal.

Si Mario, masih telanjang tanpa sehelai benang pun, kini bangkit dari kasur dan menyambar ponselku di meja. Dia buka ponselku karena dia memang tahu passcode ponselku.

“Mana nih si Darren itu?” tanya Mario lalu mencari-cari percakapanku di What’sApp. “Kok enggak ada yang namanya si Darren?”

“Eh, apaan sih, Mar!” tanyaku sebal, berusaha menyambar balik ponselku. “Lancang deh kamu!”

“Kita aja sama-sama tahu passcode ponsel masing-masing!” katanya berusaha menjauhkan ponselnya dari tanganku. “Elo simpen nama siapa?”

“Guapo!” jawabku sebal.

“NAMANYA INI SEBENARNYA SI GUAPO ATAU DARREN SIH?” selidik Mario sebal. “JANGAN BOHONGIN GUE LAGI, MIKE!”

“Guapo kan bahasa Spanyol, Mar!” jawabku sebal.

Mario segera mengetik di Google Translate dan mengartikan kata ‘guapo’ sebelum membuka percakapanku.

“Tampan?!” teriak Mario histeris! “Sejak kapan elo jadi bucin gini?!”

“Aku enggak bucin, Mar!” aku pun segera bangkit dan berusaha meraih kembali ponselku. “Jangan nyebelin, Mar! Balikin ponselku, ah!”

Mario malah kembali membuka What’sApp dan melihat isi percakapanku dengan Darren. Segera dia buka foto profil Darren dulu. Dia terkagum-kagum.

Ilustrasi: Darren / Guapo


“Gila!” si Mario tampak menganga. “Badannya bagus banget!”

“Udah, mana!” tanganku berhasil meraih ponselku dari tangan Mario. “Jangan buka-buka!”

Mario masih tercengang.

“Itu foto asli dia?” tanya Mario kaget.

“Iya lah!” jawabku jengkel.

“Mana! Sini lihat lagi, Mike!” Mario kembali meraih paksa ponselku dan membaca isinya. Dia membaca percakapan kami sampai ke atas. “Kalian sering banget chatting sih!”

“Namanya juga berteman,” kataku sebal.

“Teman kok ngewe?” jawab Mario pedas sambil melotot padaku.

“Udah, deh! Aneh banget sih! Kenapa posesif banget sama aku!”

Setelah puas membaca chat-ku dengan si Darren, Mario memandangku dalam-dalam.

“Elo kalau ML sama si Darren pake kondom, kan?” tanya Mario tiba-tiba sambil melotot.

“Iya lah!” jawabku terus terang. “Aku kan juga enggak tahu dia di Singapura sana ML sama siapa saja! Aku harus jaga diri lah!”

“Dia beneran belum pernah entotin elo, kan?” tanya si Mario lagi. “Gue beneran yang dapatin perawan elo tadi itu, kan?”

“NGAPAIN AKU BOHONG SAMA KAMU, MAR!”

“Bagus!” jawab si Mario. “Gue udah dapetin apa yang si Darren belum dapetin… Sekarang, pokoknya elo harus kontolin gue tanpa kondom.”

Si Mario segera mendorong aku untuk terlentang di kasur. Dia lempar ponselku ke meja di dekat kasur, lalu tanpa ragu-ragu, dia langsung memasukkan kontolku yang masih lemas di dalam mulutnya. Aku langsung mengerang keenakan ketika kontolku dikerjai mulut si Mario begini. Dalam waktu kurang dari lima detik, kontolku langsung mengeras di dalam mulut jantan Mario. Mario pun berinisiatif memainkan lidahnya pada batang kontolku. Rasa nikmat mulai memenuhi sepenjuru batang kemaluanku…

Satu tangan Mario meraih tanganku dan mengarahkannya ke kepalanya. Dia ingin aku mengelus-elus kepalanya sambil mulutnya terus berusaha menciptakan kenikmatan ke sepenjuru batang kontolku. Aku pun cuma bisa mengerang-erang sambil memejamkan mataku perlahan dan menengadah. Hisapan mulut Mario ke kontolku memang sangat amatiran dan tidak professional. Dia tampak jelas sekali sebagai seorang pria yang pertama kali mengoral kemaluan pria lain. Kadang-kadang, giginya pun ikut mengenai batang kejantananku, menciptakan rasa perih dan ngilu. Namun, aku diam saja dan berharap Mario tidak menyadarinya. Kalian tidak akan bisa mengerti apa yang kurasakan. Selama 23 tahun aku bahkan tidak berani memimpikan hari ini. Tetapi, sekarang, di depanku, si Mario sedang memuluti kontolku dengan mulutnya, mengorali kontolku agar aku keenakan dengan hisapannya. Dan rasanya sungguh luar biasa... Rasanya bahkan lebih enak dari hisapan Darren. Padahal, Darren sangat jago dalam memuaskan kontol pria. Tetapi, dengan Mario, sisi sentimentalku yang banyak berbicara.


Ilustrasi: Mario Valentino

“Enak enggak, Mike?” tanya Mario polos sambil membuka mulutnya dan menaruh ujung kontolku di lidahnya.

Hatiku terasa hangat. Tidak kujawab pertanyaan si Mario itu dengan kata-kata, tetapi segera saja aku raih wajahnya dengan tanganku dan mengecup bibirnya dalam-dalam.

“Rasanya seperti naik ke langit ketujuh, Mar…” jawabku tulus. “Kamu benar-benar bikin aku mabuk kepayang…”

Si Mario tertawa ringan, lalu kembali mengarahkan mulutnya ke selangkanganku. Diraihnya kontolku yang masih tegang dan berkedut-kedut itu, lalu dia hisap kembali kemaluanku. Rasanya sungguh dahsyat! Tubuhku kembali bergelinjang karena saking nikmatnya.

“Lebih enak mana sama hisapan si Darren?” tanya Mario lancang sambil terus memegangi kontolku, mengocoknya, dan mengarahkannya ke dalam mulutku.

“Apaan, sih?” tanyaku bingung. “Ngapain dibanding-bandingin sama si Darren? Kan aku lagi sama kamu, Mar! Bukan sama si Darren!”

Mario pun tidak peduli. Sambil terus mengorali kontolku, dia kembali menyela, “Udah, jawab aja pokoknya!”

“Enak kamu lah, Mar!” jawabku berbohong.

“Beneran?” tanya Mario dengan mata berbinar-binar. “Elo serius, kan?”

Aku pun mengangguk-angguk sambil memegang pipi Mario yang masih penuh kontolku. Dia pun semakin bersemangat memuluti kontolku.

Aku tidak sepenuhnya berbohong! Secara objektif, sebenarnya jelas-jelas Darren lebih mahir dalam mengoral kemaluan pria! Darren memang suka melakukannya! Dia seorang pria homoseksual tulen! Tetapi, di kasusku, Mario mungkin satu-satunya laki-laki yang kucintai secara tulus! Tentu saja ini hal yang sangat menggairahkan bagiku untuk melihat pria yang kucintai dari kecil menyelomoti kontolku dan memberikan dirinya padaku secara seksual.

“Sini, cium aku, Mar!” kataku sambil meraih wajah Mario dan segera menyambar mulut Mario.


Ilustrasi: Michael Gondokusumo

Kami berdua berpagutan dan berciuman dengan dahsyat selama lima menit. Aku keluarkan lidahku dan sengaja mengaduk-aduk isi mulut Mario. Aku pun meraih lidah Mario dan memaksanya masuk mulutku dan kuhisap air liur Mario dalam-dalam ke mulutku. Sungguh menyegarkan sekali rasa mulut Mario, sahabatku selama dua puluh tiga tahun ini.

“Mike…”

“Apa?” tanyaku sambil masih mencumbui mulut si Mario.

“Mulut gue bau kontol, ya?”

Aku pun langsung tergelak dan tertawa mendengar ucapan si Mario. Kupukul kepalanya yang memang penuh dengan hal-hal sableng itu!

“Ada-ada aja sih kamu, Mar!” kataku mengacak-acak rambut Mario.

“Kan gue habis isepin kontol elo lama gitu… Pasti pas gue cium elo, mulut gue bau kontol, kan?”

“Tadi pas aku cium kamu, mulutku bau kontol juga, enggak?” tanyaku balik.

“Iya…”

Segera saja aku pukul kepala si Mario.

“Terus, kamu jijik?” tanyaku sebal.

“Kalau mulut elo sih gue kagak jijik kok, Mike…”

Si Mario langsung menyeruput bibirku kembali. Kami kembali berciuman dengan bersemangat, saling berbagi cairan ludah di mulut kami masing-masing. Sambil Mario menciumi bibirku, tangannya kini mengocok kemaluanku. Merasa kontolku telah menegang sempurna dan siap menyetubuhi tubuh Mario, aku segera melepas paksa cumbuanku dari mulut Mario. Aku dorong Mario terlentang di kasur, lalu kepalaku kuarahkan ke pantatnya yang kubuka paksa dengan membuka kedua kakinya.

“Ahhh… Ngapain, Mike?”

“Aku mau bikin mulutku bau pantat kamu, terus aku cium kamu, ya!” kataku menggoda. "Awas kalau kamu nolak! Jangan pernah ketemu aku lagi seumur hidupmu!"

"Ngeri banget sih," kata Mario bergidik pelan. "Semudah itu ya elo pengen putus persahabatan sama gue?"

Aku pun tidak menggubris perkataan si Mario lagi. Segera saja aku menjilati celah-celah pantat montok sempit si Mario itu. Mario pun mengerang-erang keenakan sambil tangannya memegangi kedua kakinya agar terus terbuka dan membuatku lebih mudah menjilati pantatnya.

“Enaaaakk banget, Mike…” kata Mario kepayahan. "Geli-geli enak... Kagak pernah ada cewek yang mau jilatin bo'ol gue gini..."

Sambil lidahku mengobok-obok isi pantat Mario, tanganku kini ikut meraih kontol Mario gemas dan meloconya. Desahan yang keluar dari mulut Mario makin menjadi-jadi.

"Ahhhh... Ohhhhh... Mike, enak, Mike!" racau si Mario penuh libido. Tangannya kini yang satu memegangi kepalaku, memberi aku semangat untuk bekerja makin liar. "Elo jago banget Mike ngenakin cowok..."

Aku semakin bersemangat menjilati lubang pantat si Mario. Kusapukan lidahku ke setiap celah di pantat bersih Mario. Pantat Mario wangi semerbak bunga harum. Mungkin aku yang sudah mulai gila atau aku berdelusi karena aku sudah memimpikan hal ini dari aku kecil. Tetapi, aku benar-benar menikmati sekali memanjakan pantat Mario seperti saat ini. Selama ini, rimming adalah aktivitas paling tidak kusenangi dalam menu berhubungan seks dengan pria. Bahkan, dengan si Darren pun, aku jarang mau melakukan rimming. Tetapi, dengan Mario, aku rela melakukannya setiap hari seumur hidupku. Aku benar-benar menikmati, rasa, aroma, dan segalanya soal pantat si Mario.

"Ahhhhh... Mike... Gawat... Kok gue mau nge-crot ya cuma elo emutin gini?"

Aku buru-buru melepas sergapan maluku dari lubang pantat Mario.

"LHO, MIKE! KENAPA BERHENTI?" tanya si Mario jengkel. "KAN GUE UDAH BILANG GUE MAU CROT! KOK MALAH ELO HENTIIN? ELO SENGAJA MAU GODAIN GUE YAH?"

“Sabar ah, Mar!" kataku menenangkan. "Kamu kok jadi marah-marah sama aku, sih?"

"YA ELO SENGAJA GODAIN GUE SIH!"

"Mar, kalau kamu crot sekarang, takutnya kamu lemas... Selain itu, kamu kesakitan waktu aku tusuk nanti soalnya kamu sudah orgasme... Kamu jadi minta diperawani sekarang enggak sih?"

"IYA LAH!" jawab si Mario cepat-cepat. "ITU TUJUAN GUE LAKUIN INI SEMUA SEKARANG! BIAR GUE KASIH ELO INCIP LUBANG GUE KOK! BIAR ELO YANG DAPETIN KEPERAWANAN GUE! ELO YANG BUKA SEGEL GUE!"

"Ya udah... Mau sekarang, Mar?" tanyaku juga tidak sabar.

"Sebentar!" sela Mario tiba-tiba lagi.

"Apa lagi?" tanyaku bingung.

Si Mario segera bangkit dari posisi terlentangnya, lalu tangannya meraih kontolku dan mulai meloco.

"Kamu sama si Darren selama ini pakai pelicin, ya?" tanya Mario memandang wajahku lekat-lekat sambil tangannya meloco kontolku lincah.

"Ahhh... Iya lah!" jawabku sambil mengerang keenakan. "Gunanya pelicin juga biar kondomnya licin waktu penetrasi lubang cowok. Selain bikin mudah masuknya, itu juga menjaga agar kondom tidak robek karena gesekan di dalam pantat. Pelicin itu sangat penting untuk keamanan seks, Mar... Ahhhhh... Ohh... Udah, jangan kocok lagi! Nanti aku bisa crot!"

Si Mario tertawa lalu menjilat ujung kontolku sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya. Dia lalu meludahi kontolku lagi sebelum kembali melocoinya.

"Bagus deh! Gue mau elo perawanin gue tanpa kondom dan tanpa pelicin... Gue maunya semua alami, Mike!" jelas si Mario sambil terus melocoi kontolku dengan getol. "Gue ini bukan pertama kali dalam dunia perkontolan, Mike! Gue tahu kalau ngentot tanpa kondom dan tanpa pelicin rasanya pasti lebih enak... Gesekan antara kontol dengan lubang senggama bakal lebih kerasa... Pasti rasanya makin mantap! Gue mau bikin pengalaman pertama itu buat elo!"

"Apa?" tanyaku bingung dengan perkataan si Mario.

Si Mario lalu mengecup bibirku lembut sambil mengedipkan satunya kemudian dan berbisik, "Gue mau jadi seks ternikmat di hidup elo, Mike!"

Si Mario segera membungkukkan tubuh berototnya dan mengarahkan mulutnya untuk menyambut kemaluanku. Kini dia tidak malu-malu lagi menjilati batang kemaluanku dan mengeluar-masukkannya di dalam mulutnya yang hangat dan basah itu. Rasanya seperti baru saja mendapatkan uang lotre jutaan dollar di Las Vegas... Aku seperti menjadi orang paling beruntung di dunia. Aku ini pria gay yang selama ini mencintai sahabatku sendiri selama dua puluh tiga tahun. Seorang sahabat straight yang macho, tampan, dan sangat menyayangiku. Sekarang, dia sedang telanjang di depan tubuhku dan mulut jantannya menghisap kemaluanku begitu nikmatnya. Sungguh luar biasa…

"Mar... Udah, Mar..." selaku ketakutan karena rasanya orgasmeku sudah dekat walaupun belum apa-apa. Kupegangi kepala sahabatku itu agar berhenti mempermainkan kontolku dengan mulut dan lidahnya. "Jangan hisap lagi... Aku takut crot..."

Si Mario segera melepas kontolku dari mulutnya, lalu mengomel di depanku.

"Elo gimana sih, Mike?" tanyanya mengejek. "Belum apa-apa udah mau crot aja? Ini gue yang jago banget ngisep kontol sekarang atau elo yang emang sebenarnya ejakulasi dini, sih?"

Mendengar celoteh si Mario membuat aku semakin hilang kesabaran. Aku segera dorong tubuhnya untuk terbaring di kasur tipe King-sized milikku itu. Si Mario pun terkaget dan langsung tertidur di kasur. Dengan kasar, aku tarik kakinya agar mengapit pinggangku dalam posisi missionary. Raut muka Mario terlihat kaget dengan keberingasan wajahku tiba-tiba. Dia memandangku kebingungan dari bawah. Mungkin, ini pertama kalinya dia merasa se-vulnerable itu.


Ilustrasi: Michael Gondokusumo

"Please jangan siksa aku lagi, Mar..." kataku merintih manja. "Sekarang, biarin aku menikmatinya... Biarkan aku bisa menikmati impianku dari kecil ini senyaman mungkin... Aku mohon, Mar..."

Mario tercekat melihat reaksiku sekarang. Dia memandangku dalam-dalam, lalu mengangguk mengerti.

"Maafin gue, Mike..." katanya tiba-tiba. "Gue cuma bercanda tadi, Mike..."

Tidak memperdulikan kata-kata Mario, aku kecup bibir kenyalnya. Kulumat bibir lembut Mario itu penuh perasaan. Segera dia pejamkan matanya, berusaha menikmati bibirku yang terus mengecup bibirnya dan memainkan lidahku ke dalam mulutnya. Kami melakukan french kiss, namun dengan sangat lembut dan penuh penghayatan untuk mengucapkan kasih sayang antara kami berdua. Sambil menikmati bibirnya dengan indra pengecapku, aku dapat mendengar suara detak jantung Mario. Sepertinya, dia sangat gugup untuk memberikan pantatnya untuk kunikmati... Setelah puas mengecapi bibir lembut Mario yang wangi itu, aku melepaskan kecupan kami. Mario memandang wajahku lekat-lekat.

"Kamu sudah siap menerima aku masuk, Mar?" tanyaku serius sambil balik memandang wajah Mario lekat-lekat.

Mario pun mengangguk. Seketika itu juga, aku pun memainkan lidahku ke puting Mario. Mario terkejut. Tubuhnya bergidik pelan. Namun, seketika itu juga dia segera memusatkan perhatiannya ke putingnya yang sedang kuhantam dengan kenikmatan yang tak terhingga. Mulutnya mulai mengerang keenakan menanggapi permainan mulutku pada putingnya. Kurasakan kontolnya terus menegang, menabrak dadaku. Aku segera meraih batangnya itu setelah meludahi tanganku dan mengocoknya perlahan. Mario makin tidak bisa menahan nafsunya. Sekitar tiga puluh detik memberikan rangsangan bertubi-tubi ke titik-titik sensitif Mario, aku segera melepaskan permainan lidah dan tanganku. Kembali kuludahi tanganku dan kutusuk-tusukkan tanganku ke pantat Mario. Mario mengerang-erang sebelum mulutku kembali melumat habis mulutnya. Napasnya terengah-engah saat tanganku yang basah itu berusaha menyogok-nyogok lubang pantatnya agar terbiasa menerima kontolku nanti masuk.

"Ahhh... Udah, Mike..." erang si Mario sambil mulutnya kulumat dan pantatnya aku lakukan fingering. "Langsung masukin kontol elo, Mike... I want you to tear my ass open... Biar elo bisa nikmati, Mike..."

Aku pun melepaskan cumbuanku dan memandang si Mario lekat-lekat.

"Gue takut kalau diginikan, keburu longgar... Gue maunya elo bisa dapetin sensasinya sempitnya keperawanan gue, Mike... Kayak cowok dapetin memek perawan..."

Aku pun termanggu dengan perkataan si Mario. Dia benar-benar mengatur segalanya... Dia ingin aku menikmati lubangnya sepenuhnya dan tidak kehilangan sensasi mengambil keperawanan yang dia bayangkan seperti saat mengambil keperawanan wanita.

"Tapi, aku lakuin ini biar kamu tidak kesakitan, Mike..." jelasku lembut.

"Langsung masukin aja!" kata si Mario bersikeras. "Gue kan cowok, Mike! Gue bisa tahan lah! Gue bukan cowok cengeng!"

Tanpa memberi aba-aba, segera aku arahkan ujung kemaluanku untuk menembus sedikit ke dalam pantat Mario yang masih perawan itu. Kudorong cepat-cepat tanpa memberi Mario waktu untuk menyiapkan diri.

"Aahhhh..." teriak Mario kencang sambil memegangi perutku.

"Sakit, ya?" tanyaku mengejek.

"Uhhh... Ahhh... Tunggu, biar gue siap-siap, Mike," jawab Mario dengan meringis. 

“Disodomi itu sakit, Mike... Makanya, enggak bisa langsung masukin begitu… Kayaknya kita coba lemaskan pantatmu dengan fingering terlebih dulu aja, ya?"

"Si Darren selalu elo fingering dulu?"

"Kenapa bawa-bawa si Darren lagi sih?" tanyaku sebal.

"Elo juga dapet perawannya si Darren?"

"Enggak lah, Mike," jawabku jujur. "Si Darren itu si power bottom. Dia malah enggak kesakitan sama sekali waktu aku sodomi. Dia sudah biasa menerima kontol di pantatnya..."

"Bagus deh!" jawab si Mario kegirangan. "Elo pernah dapat perawan sebelumnya?"

"Pertanyaan apa sih!" jawabku sebal. "Pertanyaanmu makin ngelantur aja deh!"

"Jawab, Mike!"

"Enggak pernah, Mar! Pengalamanku bisa dihitung jari... Aku bukan tipe yang suka fun dan gonta-ganti pasangan!"

"Bagus, deh!"

"Mar, kamu aneh banget deh! Ngapain sih terus bertanya soal pengalaman seksku atau si Darren!"

"Gue takut gue digantikan si Darren, Mike!" sela si Mike cepat-cepat.

Aku tercekat mendengar jawaban si Mario...

"Gue maunya gue menjadi seks ternikmat dalam hidup elo! Gue maunya gue bisa mengalahkan si Darren dalam hal memuaskan elo!" si Mario kembali menjelaskan dengan lancar. "Masa begitu saja elo kagak bisa mengerti, sih?"

Aku tercengang... Mario tampak memandangku dengan bersungguh-sungguh. Tidak ada bullshit di matanya. Dia serius dengan ucapannya.

"Gue benci kenyataan bahwa elo ternyata selama ini menemui pria lain di belakang gue dan gue sama sekali tidak tahu," jawabnya sebal. "Apalagi, pria itu bukan pria biasa... Dia pria Singapura yang tampan dan seksi bukan main... Dia mungkin punya pekerjaan yang seru untuk diceritakan ke elo... Dia mungkin punya apartemen yang cantik yang menghadap Marina Bay Sands atau Singapore River..."

Si Mario mulai menceritakan apa yang dirasakannya soal Darren ke aku.

"Gue benci kenyataan kalau selama ini gue tersisihkan oleh keberadaan si Darren tanpa gue sadari..."

Aku pun tercengang sesaat, lalu malah tertawa. Tiba-tiba saja, aku terbahak-bahak karena mendengar kekonyolan si Mario. Kuelus-elus rambutnya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu sinting, ya..." jawabku sambil tertawa bukan main. "Pikiranmu ngelantur... Tiba-tiba saja aku bisa sayang ke seorang pria yang tinggal jauh di negara lain yang kutemui tiap satu bulan sekali, terus jatuh cinta dan lupa dengan sahabatku yang sudah aku sayangi selama dua puluh tiga tahun terakhir. Begitu, ya?"

"Maksudnya?" tanya Mario bingung.

"Mar... Aku sayang kamu... Sayang banget..." kataku menjelaskan terang-terangan dengan kalimat yang gamblang dan mudah dimengerti. "Aku sayang keluargamu... Mamamu seperti Mama kedua bagiku. Papamu baik banget sama aku dan sering ngajakin aku liburan bareng keluargamu dari kecil... Kamu nikah, tetapi istrimu juga baik banget sama aku... Dia tidak peduli suaminya tiap hari ketemu aku, dan mungkin aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama kamu daripada bersama dia. Terus, anakmu, si Nicholas? Ya Tuhan... Kalau kamu bisa baca pikiranku, kamu tahu dia sudah kuanggap seperti anakku sendiri... Aku sayang banget sama dia... Dia anak yang imut, baik, dan sopan banget sama aku... Dia itu keluargaku... Dan kamu bisa mengandalkan aku untuk ikut membesarkan dan menjaga Nicholas selamanya... Sekarang, kurang apa lagi, Mar? Kurang apa yang belum kuberikan ke kamu, hah? Apa kamu masih mau jiwaku?"

Mario gantian tercengang melihatku.

"Mar... Tetapi, kamu itu egois, lho..." kataku tertawa, kembali mengacak-acak rambut halus Mario. "Kamu maunya aku gimana? Aku tidak boleh kenal orang lain? Aku enggak boleh ngeseks? Aku kan juga punya kebutuhan, Mar..."


Ilustrasi: Mario Valentino

Air mata Mario turun secara tiba-tiba. Tetapi, dia tertawa. Dia malah tertawa keras. Entah apa yang dipikirkannya.

"Heh, ngapain kamu nangis?" kataku kebingungan sambil mengelap air mata yang turun di pipinya. "Ada apa, Mar? Kok tiba-tiba kamu nangis?"

Si Mario tidak menjawab dan malah meraih mulutku dan mengecupinya. Tanpa basa-basi, segera saja dia melumati bibirku dan mencumbui bibirku. Aku terkaget-kaget dengan apa yang terjadi. Setelah menangis, si Mario malah mengecupi bibirku. Tetapi, aku langsung merespon cumbuannya balik. Kami berciuman, saling menikmati bibir masing-masing, dan bertukar ludah. Lidah kami saling menari-nari di dalam mulut kami. Rasanya intim sekali.

Tanpa diduga-duga, Mario tiba-tiba mendorong pantatnya hingga aku yang segera menghadapnya gaya missionary dan ujung kontolku yang ternyata dari tadi masih menancap di lubang pantatnya segera menembus lebih dalam lagi ke lubang perawan si Mario.

"Ahhhh... Aaaaahhhhh..." teriak kami berdua bersamaan.

Seperti baru saja mengkonsumsi ekstasi rasanya... Aku bisa merasakan gesekan-gesekan nikmat pantatku dengan dinding pantat lembut Mario. Mario pun mengerang-erang.

{ SENSOR }
 

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.

Nama file di KaryaKarsa adalah: DDPDDIH_JM
 

Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.
 

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995
 

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.
 

Salam sayang,
Jeremy Murakami

Continue Reading

You'll Also Like

94.3K 3.7K 42
"Love like Flowers and Fire" - butterflies rising - House of the Dragon - (...
51.1K 1.5K 21
🔴Atypical marriage ff "can you massage my foot please its become swollen "---kim seokjin " i am not your servant "---jeon jungkook ❤️Marriage jinkoo...
20.8K 2.5K 27
Lily Autumns has watched Allie Winters blow up her boss's, life three times. Once when Allie destroyed his company, and bought it for scraps, once wh...
10.4K 55 12
WARNING! PERINGATAN! TOLONG DIPERHATIKAN BATASAN UMUR SEBELUM MEMBACA! BILA TOPIK TIDAK COCOK, JANGAN DITERUSKAN! 1. Cerita mengandung unsur lgbt, mx...