KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)

By reading4healing

109K 685 30

Cerita Dewasa More

(21+) Suami Yang Digilir Cowok Macho Spanyol
(21+) Si Pemuas Satu Kos
(21+) Si Pemuas Satu Kos 2
(21+) Pemuas Suami Si Bos Bule
(21+) Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
(21+) Driver Ojol Arab Plus - Plus
(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (1)
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
(21+) TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
(21+) PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
(21+) Memperawani Suami Muda Tetanggaku
(21+) Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri
(21+) Gigolo Biseks Simpanan Mama
(21+) Pesta Bujang Liar Sang Pengantin Pria
(21+) Skandal Besar Menjelang Pernikahan
(21+) Disewa Lionel
(21+) Malam Liar Sang Budak Korporat
(21+) Takdir Seorang C*mdump
(21+) Service Plus-Plus Barber Straight Turki
(21+) Bule Online, Perebut Keperjakaanku
(21+) Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
(21+) NAPAS BUATAN DARI PAPA SAHABATKU
(21+) MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
(21+) MENJEBAK SOPIR STRAIGHT BAD BOY
(21+) Menjajal Kejantanan Masseur Impor Rusia
(21+) Legenda Si Otong Monster
(21+) Mesin Pemuas Mantan Dan Gebetan
(21+) PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
(21+) SI PEMUAS SEKAMPUNG
(21+) Pemilik Tubuh Indah Si Pembantu Ganteng
(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH
(21+) PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU
4 PEREMPUAN DI RUMAHKU BISA DIP4K4I SEMU4

(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)

949 11 0
By reading4healing




"Apa memang benar cuma satu kamar?" tanyaku bingung ke resepsionis yang terus mengetik sesuatu di personal computer-nya itu. "Mana mungkin sih bintang besar disuruh tidur sama asisten pribadinya, Mbak? Jangan sampai saya dipecat gara-gara ini lho."

"Menurut yang saya baca di sini, hanya ada satu kamar yang dipesan atas nama Bapak Pierre Notowidjojo," katanya sambil terus mengetik di komputernya. "Satu kamar President Suite. Hanya itu, Pak Aldy."

Wanita itu langsung melihat ke arahku dengan khawatir. "Sudah saya pastikan beberapa kali di sistem kami, Pak. Memang cuma satu kamar saja yang disiapkan Pak Pierre Notowidjojo. Silakan menghubungi Pak Pierre untuk kejelasannya."

"Biasanya kalau artis itu sama asistennya satu kamar atau tidak sih Mbak selama ini?" tanyaku tolol ke si resepsionis.

Resepsionis itu tampak bingung menjawab pertanyaanku, "Setahu saya, biasanya kalau artis sih beda kamar ya Pak dengan asistennya."

Aku mengernyitkan dahi. Ini yang salah aku atau memang resepsionisnya yang tidak teliti, ya? Aku takut membuat Pak Bos marah di hari pertama kerja begini.

"Ada apa, teman?" Matteo mendekat ke arah kami, lalu merangkul pundakku.

"Oh, tidak ada masalah, sir," kataku gugup.

"Kenapa lama sekali dan kita belum mendapatkan kamar?" Salvador gantian menghampiriku di depan meja resepsionis. "Apa ada masalah?"

"Oh, bukan begitu," kataku lalu mendekati Salvador dan berbisik, "Maaf, sepertinya ada miskomunikasi. Saya sudah yakin pimpinan kami memesan dua kamar untuk kalian berdua. Namun, sepertinya ada kesalahpahaman dengan pihak hotel."

"Lho, kami memang memesan satu kamar hotel saja ke pihak kalian kok," kata Matteo sambil menepuk punggungku. "Mungkin kamu yang ada miskomunikasi dengan pimpinanmu."

"Apa?" tanyaku bingung.

"Iya, kami memang memesan satu kamar saja untuk kami berdua," jelas Salvador. "Itu yang kami minta ke pihak manajemen kalian."

Aku tidak bisa menyembunyikan kebingunganku dan mengernyitkan dahi.

"Memang aku tidak biasa tidur sendiri, teman," ucap Matteo lagi menjelaskan. "Oleh karena itu, aku sengaja memesan satu kamar agar Salvador bisa tidur bersamaku. Aku tidak suka berada di kegelapan sendirian"

Pernyataan yang tidak masuk akal, deh. Masa seorang supermodel yang kerjaannya keliling dunia bisa takut kegelapan? Jadi, selama ini mereka selalu tidur bersama-sama setiap Matteo pergi berkeliling dunia untuk jalan di catwalk atau shooting film dan iklan? Apalagi, mereka berdua adalah sosok pria yang tampan, kekar, dan luar biasa seksi... Apa jangan-jangan... Mereka sama seperti Bli Komang? Apa mungkin sih dua pria yang luar biasa tampan dan seksi seperti mereka bisa menjadi pasangan homoseksual? Sangat klise sekali, bukan? Kupandangi terus wajah Matteo yang terus memasang senyuman tampan di wajahnya sampai giginya hampir mengering. Kenapa... Aku ingin menjilati seisi mulutnya hingga membasahi giginya seperti yang biasa kulakukan pada Bli Komang? Diam-diam aku ingin melakukan hal-hal intim bersama Matteo dan juga Salvador, pria dewasa yang sama jantannya itu.

"Pak Aldy..." kata resepsionis itu memanggilku, berusaha membangunkanku dari pikiran-pikiran liarku. "Jadi, benar ya Pak ketika saya dengar tadi kalau hanya ada satu kamar hotel?"

Aku langsung mengarah kembali ke si resepsionis dan membenarkan, "Iya, Mbak... Ternyata benar cuma satu kamar."

"Syukurlah kalau memang semuanya sudah jelas," kata resepsionis itu dengan ramah, lalu kembali sibuk mengetik sesuatu di komputernya. "Saya siapkan ya Pak untuk kamarnya."

Aku cuma mengangguk dan berterima kasih. Dalam kurang dari satu menit, resepsionis cantik itu sudah memberikan sebuah kartu untuk akses kamar dan banyak sekali kupon untuk breakfast buffet yang bisa dipakai tiap paginya.

"Semoga Anda bisa menikmati waktu menginap Anda di hotel kami," kata resepsionis itu ramah dalam Bahasa Inggris dan membungkuk ke arah Matteo dan Salvador. "Mohon maaf, apa kami boleh meminta foto bersama dengan Mr. Matteo Lombardi? Hanya untuk kepentingan dokumentasi hotel kami."

Mendengar itu, Matteo langsung tersenyum ramah dan menyetujui permintaan si resepsionis itu. "Tentu saja, Nona."


Ilustrasi: Matteo


Si resepsionis memanggil seseorang dari HT di tangannya, lalu seorang pria datang membawa kamera digital untuk memotret resepsionis dengan Matteo di depan tembok yang bertuliskan logo hotel. Matteo mendekat ke arah si resepsionis dan merangkulkan badan kekarnya ke arah resepsionis itu. Kulihat si resepsionis itu tersenyum malu melihat gestur Matteo yang begitu hangat dan terkesan intim untuk budaya Bali sekalipun. Matteo tersenyum begitu menawan, memamerkan giginya yang rapi dan putih bersih.

"Mr. Matteo Lombardi, apa boleh saya minta foto dengan Anda sekali lagi di ponsel saya?" tanyanya malu-malu setelah rekannya mengambil foto dengan kamera digital milik kantor.

"Tentu saja, Nona," katanya kembali tersenyum lebar.

Resepsionis itu memberikan ponselnya ke rekan sekerjanya itu. Lalu, Matteo menyela.

"Oh, tunggu," Matteo mengambil ponsel di kantongnya, lalu meminta rekan si resepsionis untuk mengambil foto di ponselnya. "Tolong ambilkan foto untuk saya menggunakan ponsel saya, ya."

Melihat Matteo akan menyimpan foto dirinya, resepsionis itu tersenyum malu-malu dan memepetkan badannya semakin dekat ke Matteo. Sang rekan berjenis kelamin pria itu mengambil foto mereka berdua dua kali dengan ponsel si resepsionis dan ponsel Matteo.

"Mungkin rekan Bapak bisa ikut berfoto bersama kami?" tanya si resepsionis dengan ramah ke Salvador.

Ilustrasi: Salvador

Aku tahu akal-akalan resepsionis ini! Dia pasti ingin mengambil kesempatan untuk berfoto bersama dua pria tampan dalam satu frame! Terlihat sekali mukanya girang sekali saat Matteo terus merangkul pundaknya dan Salvador memeluk pinggangnya. Setelah puas berfoto, rekan resepsionis itu memberikan ponsel si resepsionis dan Matteo sambil tersenyum ramah. Si resepsionis memandangi foto-foto yang baru diambil dari ponselnya sambil kegirangan luar biasa. Rekan si resepsionis lalu kembali bertugas ke tempat lain.

"Nona," tanya Matteo dengan ramah, lalu memberikan ponselnya ke tangan si resepsionis. "Bolehkah Anda membantu saya mengambil beberapa foto kami dengan bodyguard kami ini?"

"Oh, tentu saja, Mr. Matteo Lombardi," katanya sambil tersenyum dan memasukkan ponselnya di saku celananya. "Mari."

Mendengar itu, aku tercengang juga. Wah, Matteo juga ingin berfoto denganku? Aku jadi tersipu malu diajak foto seorang supermodel.

Matteo dan Salvador langsung merangkulku dari dua arah yang berbeda. Tak kusadari, dadaku berdetak kencang dipeluk oleh dua laki-laki jantan yang luar biasa tampan.

Setelah si resepsionis mengambil beberapa foto kami bertiga, Matteo berbisik pada Salvador, "Bolehkah aku mengambil foto berdua dengan Aldy sendiri?"

"Tentu saja," kata Salvador tersenyum, lalu memberikan waktu untuk diriku dan Matteo bersama.

Matteo memeluk pundakku, lalu ditempelkan erat ke kepalanya sambil tertawa iseng. Aku tersenyum malu tetapi senang dengan gestur hangat Matteo. Namun, entah mengapa, detik itu juga kecanggungan dengan Matteo hilang seketika. Itu lah foto pertama kami berdua bersama...


[ ... ]


"Saya tunggu di luar saja ya, Pak Matteo dan Pak Salvador," kataku ketika mereka hendak masuk ke kamar setelah barang-barangnya dibawa porter dan Salvador selesai memberikan tip.

"Masuk saja," kata Matteo ramah. "Cuaca di Bali sangat panas. Ketika di kamar, kamu bisa menikmati AC, kan?"

"Tidak usah, Pak," kataku cepat-cepat. "Kalian berdua perlu istirahat. Saya tidak ingin mengganggu. Selain itu, ini adalah tugas saya."

"Hei, santai saja," kata Salvador ramah, lalu menarik tanganku, sambil tertawa, "Di dalam kamar juga kamu bisa lebih fokus menjaga keamanan Matteo. Bagaimana kalau ada penyusup yang masuk saat kami beristirahat?"

"Dan lagi," Matteo kembali menyela. "Berhenti memanggil kami Bapak. Aku ini orang Italia, dan Salvador di sini itu orang Meksiko. Kami berdua orang Latin. Pria Latin itu hangat dan santai. Jangan membuat kami tidak nyaman dengan memanggil kami 'sir' seperti itu. Kamu mengerti?"

Aku tersenyum canggung lalu mengangguk. "Maaf, saya tidak bermaksud membuat kalian berdua tidak nyaman."

"Santai saja, Aldy," kata Matteo mengapitkan tangan kekarnya di leherku, lalu menggosok-gosok kepalaku dengan tangan satunya.

Tanpa aku pikirkan, Matteo tiba-tiba mencium rambutku setelahnya. Mataku langsung melotot kaget. Kepalaku dicium supermodel tampan itu. Ketika kepalaku telah dilepas dan mataku memandang mata birunya yang berkilat-kilat indah itu, dia mengangkat alasnya. "Apa ada masalah?"

Salvador tampak santai saja dan membereskan kopornya dan kopor Matteo. Aku yang merasa bodoh karena terbawa perasaan oleh perlakuan hangat pria Latin ini langsung berusaha menyangkal.

"Oh tidak," kataku berusaha mengalihkan pembicaraan ke hal yang sekenanya di kepalaku. "Saya baru tahu orang Italia termasuk orang Latin. Saya kira orang Latin itu orang Meksiko, Kolombia, Panama, dan orang-orang di Amerika Selatan lainnya."

Kudengar Salvador menatapku dengan tawa lalu mengedipkan satu matanya dengan menawan ke arahku, "Oh, Aldy sayang, kamu pasti dalam masalah besar."

Aku bingung dengan perkataan Salvador, lalu kembali memandang ke arah Matteo yang mata biru menawannya redup dan menatapku sambil cemberut seperti anak kecil.

"Oh, tolonglah, Aldy," Matteo langsung memegang pundakku dan menggoyang-goyangkannya, membuat tubuhku berguncang.

Dahinya ditempelkan ke dahiku dan wajahnya yang tampan dengan ekspresi marah menggemaskan itu begitu dekat dengan wajahku. Aku bisa merasakan aroma napasnya di sekujur wajahku. Hidungnya perlahan-lahan menyentuh hidungku dan mulut kami hanya terpisah jarak kurang dari lima senti. Diperlakukan begini oleh seorang supermodel tampan Italia, kontolku langsung berontak konak.

"Apa pertanyaanmu ini sebuah lelucon?"

"Apa?" tanyaku ketakutan dengan nafsu membuncah.

"Kami, orang Italia, adalah orang Latin yang asli! Apakah kamu sedang bercanda? Aku tidak tahu kenapa orang-orang kebingungan dengan istilah orang Latin. Mungkin mereka terbawa dengan definisi orang Latin menurut sudut pandang orang Amerika. Orang Amerika menganggap orang Latin adalah orang yang datang dari negara yang memakai bahasa yang berasal dari bahasa Latin. Mereka mendiami Meksiko, Kolombia, Argentina, Brazil, Ekuador, dan masih banyak negara lain."

"Ini akan menjadi hari yang panjang, teman," kata Salvador ke arahku sambil terkekeh.

"Bahasa Latin sendiri adalah bahasa kuno yang berasal dari wilayah Latium di Semenanjung Italia pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Latin sekarang berbicara bahasa menurut dimana mereka tinggal, antara lain Bahasa Italia, Bahasa Spanyol, dan Bahasa Portugis. Dan tentu saja, yang paling mirip dengan Bahasa Latin itu sendiri, yaitu Bahasa Italia yang dipakai orang-orang Italia! Kalau seseorang mengatakan etnis Latin, itu berarti orang Italia harus didahulukan dibandingkan semua pengguna terapan Bahasa Latin modern lain. Bukan orang Spanyol, orang Portugis, apalagi orang Amerika Selatan di Meksiko, Kolombia, Argentina, ataupun Brazil! Para leluhur kami yang menciptakan Bahasa Latin di zaman Romawi Kuno!"


Ilustrasi: Matteo


Aku speechless. Bukan karena aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku tidak peduli dengan penjelasan Matteo Lombardi. Yang kupedulikan sekarang adalah kontolku yang terus konak berontak karena supermodel tampan itu terus menginvasi jarak intim tubuhku dengan fisik sempurnanya. Mulut kami bahkan hampir berciuman. Apa kamu bisa bayangkan? Dari posisi ini aku bisa mencium jelas aroma napasnya. Aku yakin melalui mikroskop bisa dilihat titik-titik cairan ludahnya bahkan sudah masuk ke dalam mulutku yang daritadi menganga setiap Matteo berbicara ngotot begitu dekat di sekitar mulutku. Apa bicara dengan jarak seintim ini normal bagi pria itu? Aku cuma menganga dan menikmati jarak tubuhku yang begitu intim dengan tubuh sempurna Matteo dalam beberapa detik itu.

"Apa kamu mengerti, hah?" kata Matteo lalu meraih kepalaku dan digoyang-goyangkan seperti mainannya dan hidungnya dahinya bertabrakan dengan milikku.

"Maafkan saya, sir."

"Masih 'sir' lagi!" jawab Matteo kesal.

"Oh," jawabku kembali dengan gugup. "Maafkan saya, Matteo."

"Bagus," kata Matteo tersenyum, lalu mencium pipiku cepat-cepat.

Oh my God! Saat dia menempelkan bibirnya di pipiku, aku bisa merasakan ujung bibirnya yang basah sempat menyentuh ujung samping bibirku sekilas.

"Kami akan memperkenalkan budaya pria Latin padamu, Aldy. Supaya kamu bisa tahu keramahan dan hospitality orang Latin dariku dan Salvador."

Aku cuma speechless memandang Matteo yang langsung pergi ke arah kopornya, meninggalkan jiwaku yang terguncang seperti tidak apa-apa. Aku dengan tololnya menyentuh ujung bibirku yang masih basah karena kecupan sekilas Matteo seperti seorang gadis perawan yang baru dicuri ciuman pertamanya.

"Jadi, Aldy..." kata Salvador yang sudah bertelanjang dada memunggungiku dan melepas celana boxer-nya. "Kulihat di hotel ini memiliki pantai pribadi. Apa kami diperbolehkan berjemur telanjang di sana?"

Aku menoleh ke tubuh mulut Salvador dan melotot kaget ke arah dirinya yang dengan santainya telanjang bulat di depanku di dalam kamar sambil memunggungiku. Sekonyong-konyongnya, dia malah menoleh ke arahku dan menghilangkan setiap penghalang pandanganku dari tubuh telanjang bulat tanpa sehelai benangnya dari depan sekarang. Aku tidak bisa menyembunyikan kekagetanku melihat batang kejantanannya yang begitu besar luar biasa. Jujur saja, aku sering melihat film porno dengan pria berbatang besar. Namun, melihatnya dengan mata kepalaku sendiri seperti ini tidak menghalangi diriku untuk tersentak kaget. Aku terperangah dan terus memandang batang kejantanan besar Salvador yang masih tertidur lemas itu.

"Aldy?" Salvador terus memanggil namaku.

"Hey!" Matteo malah mendekatiku dan melambaikan tangannya di dekat mataku.

Aku tersentak kaget, mengira Matteo akan memukul mataku karena kedapatan memandangi kontol perkasa si Salvador.

"Maaf," kataku sambil memejamkan mataku, lalu memandang si Matteo yang sudah berada tepat di antara pandanganku dan Salvador sekarang. "Ada apa?"

Seperti sengaja menggodaku, Matteo ikut melorotkan celananya dengan gaya seksi dan menghadap langsung tanpa sehelai benang pun tepat di depanku sekarang. Mulutku langsung jatuh ke lantai. Aku terperangah dan mataku tidak bisa berhenti memandang kontolnya yang seakan-akan mengundang mulutku untuk menyambutnya. Air liurku langsung terproduksi lebih banyak dari biasanya. Kalau kontol Salvador adalah raksasa, kontol Matteo adalah monster raksasa. Ukurannya lebih besar dan lebih panjang dari milik Salvador! Aku cuma bisa geleng-geleng.

"Apa kami boleh berjemur telanjang bulat di pantai pribadi hotel ini?" ulang Salvador dengan sabar, lalu dengan santainya berdiri dengan polos di depanku.

"Telanjang...?" Aku mengernyitkan dahi.

Mereka mau berjemur telanjang disini? Mereka, dua pria bule, atau Latin apa lah, yang luar biasa tampan dan seksi itu? Dengan sepasang kontol yang sebesar itu? Dia mau memamerkan tubuh telanjang sempurna mereka di pantai hotel ini? Apa mau mereka? Mereka mau menggegerkan sepenjuru Bali dengan nafsu dan libido tiap orang yang melihat mereka?

"Tidak boleh, ya?" tanya Matteo dengan mata meredup dan muka kecewa.

"Sudah seperti yang aku bicarakan tadi, Matteo," sela Salvador menengahi. "Sepertinya tidak bisa. Meskipun ini resort bintang lima, sepertinya kita tetap tidak diperbolehkan telanjang di property hotel sini."

"Di Eropa dan Amerika Latin, ada cukup banyak pantai dimana pengunjungnya diperbolehkan telanjang saat berjemur," jelas si Matteo dengan nada kecewa. "Biasanya, beberapa resort mewah juga tidak keberatan kalau hal itu terjadi. Asal, kita tidak terlalu mencolok dan mengganggu pengunjung lain. Aku sempat berpikir akan menyenangkan bila aku bisa berjemur telanjang di Bali sini karena sinar mataharinya sepertinya sangat hangat dan terang."

"Benar," kata Salvador menjelaskan lebih lanjut. "Di iklim paling tropis Eropa, seperti Spanyol, Portugal, dan Italia sendiri, matahari tidak secerah disini. Mungkin saat musim panas bisa seperti ini. Tetapi, saat musim gugur, dingin, dan semi, sinar mataharinya tidak terlalu bisa membuat kulit kecoklatan."

"Kalau tidak telanjang bulat, biasanya akan ada perbedaan warna kulit di selangkanganku," jelas Matteo dengan santainya.

Dia lalu membuat mataku memandang sepenjuru selangkangannya dengan gestur tangannya. Dia menyentuh pahanya bagian atas, lalu memegang pangkal pahanya dan testisnya dengan santai. Ya Tuhan, apa dia mau menggodaku?! Napasku tertahan.

"Biasanya di bagian yang tertutup celana dalam akan sedikit lebih terang," katanya menjelaskan lebih lanjut. "Apalagi, aku seorang model. Aku sering harus foto telanjang. Apabila sedang ada pemotretan dan kulit coklat eksotisku tidak rata, aku akan dalam masalah."

Aku meneguk ludahku sendiri sambil melihat kontol pejal bule Italia itu.

"Jadi, seperti itu lah rumitnya," kata Salvador menimpali. "Sepertinya kita tidak bisa berjemur di Bali sini, ya?"

Salvador yang masih telanjang bulat juga mendekati Matteo dan menepuk pundak Matteo. Kedua kontol raksasa itu bergelantungan begitu menggairahkan bersama dua testis besar dan tampak berat mereka itu di depan mataku saat mereka bersentuhan. Aku bergidik melihat kesempurnaan kejantanan mereka.

"Sepertinya ada cara lain," kataku masih tidak bisa melepas pandangan dari kedua batang kejantanan perkasa mereka.

"Oh ya?" tanya Matteo bersemangat.

"Apa ada tempat lain?" tanya Salvador tidak kalah girang.

Aku masih memandangi kontol mereka dan menggeleng. Lalu, aku memandang wajah mereka sekarang.

"Saya rasa pasti berjemur telanjang akan dilarang di sini."

"Lalu?" tanya Matteo kebingungan.

"Namun," aku menelan ludah, menyadari ini akan menjadi hari yang sulit. "Pantai pribadi di sini sangat luas dan tentu saja tidak dilengkapi CCTV. Ditambah lagi, ini bukan musim liburan. Saya yakin tidak terlalu ramai di sana. Oleh karena itu, kita tinggal membawa handuk atau kain penutup semacamnya yang siap kita pakai. Saat ada staff hotel yang datang, kita tinggal menutup tubuh kalian dengan handuk itu."

Aku seperti memilih cara matiku sendiri. Aku bersuka rela sendiri untuk membawa diriku di posisi tidak berdaya untuk terus memandangi dua pria tampan ini telanjang bulat di pemandangan eksotis pantai tanpa bisa melakukan apa-apa? Yang benar saja!

"Benarkah?" Salvador langsung menghampiriku, mencium keningku, lalu menggendong badanku dengan cekatan. Kakiku sempat menyentuh kontol besar kenyalnya. Aku langsung merinding keenakan. "Kamu memang penyelamat kami, Aldy!"

Aku cuma tersenyum malu dan memandang sosok jantan Salvador yang menggendongku dengan tenggorokanku yang tercekat. Aku digendong pasrah seperti seorang wanita.

"Bagus!" Matteo tidak kalah girang, lalu mencium pipiku yang sedang digendong oleh Salvador. "Ayo kita berangkat!"

"Baiklah!" Salvador tersenyum senang dan hendak berjalan keluar sambil menggendong tubuhku sambil tubuhnya telanjang.

"Eh, tunggu!" kataku berontak.

"Ada apa lagi?" tanya Salvador sambil mengernyitkan dahi.

"Tentu kalian berdua harus memakai celana kalian terlebih dahulu!" kataku memerintah. "Nanti, ketika sudah di sudut pantai yang sepi, baru kita lepas!"

Mendengar penjelasanku, mereka tertawa menyadari kebodohan mereka.

"Benar juga!" si Matteo memukul kepalanya sendiri dengan konyol.

Salvador langsung menurunkan tubuhku di depannya. "Kami sampai lupa!"

Mereka kemudian bergegas memakai celana renang ketat mereka dari kopor masing-masing. Aku sendiri segera menelpon resepsionis dari telepon di kamar untuk meminta tiga handuk bersih.



[ ... ]


Seperti yang kujelaskan pada Matteo dan Salvador, pantai pribadi hotel ini sangat luas. Sesuai dengan prediksiku, karena ini bukan musim liburan, tidak banyak pengunjung yang berada di hotel dan memakai fasilitas pantai pribadi untuk berjemur. Kami memilih sebuah tempat yang sepi dan jauh dari hiruk pikuk bar untuk memesan minuman di daerah yang melayani beberapa pengunjung. Tempat itu dilengkapi dengan kursi-kursi yang memiliki payung yang menutup orang yang berduduk dari sinar matahari. Tempat seperti ini tempat favorit turis dari Asia ataupun turis lokal yang menghindari sinar matahari karena takut kulitnya menghitam. Hari itu, tampak segerombolan turis keluarga dari Cina yang sedang menikmati minuman dengan kulit tertutup selendang dan duduk di kursi yang memiliki payung. Jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang.

Matteo dengan cueknya melepas celana boxer-nya dan bertelanjang bulat sambil berdiri menikmati sinar matahari. Kami sudah memastikan tempat ini jauh dari pandangan segerombolan turis Cina tersebut dan tak lupa aku dan Salvador saling membantu membawa kursi pantai untuk Matteo berjemur. Setelah aku dan Salvador menaruh kursi itu di atas pasir yang sedikit basah karena ombak yang sempat cukup besar dan mencapai tempat itu. Matteo dengan cuek tiduran di atas kursi itu dan memakai kacamata hitam. Dia membuat telapak tangannya menjadi alas kepalanya, memamerkan otot bisep dan tricep kokohnya serta ketiak jantannya yang penuh dengan bulu halus yang lebat namun tertata rapi. Melihat sosok jantan sempurna di depanku ini, aku menelan ludah tanpa henti, berusaha meredam nafsuku.

Kuamati, Salvador sibuk mengambil beberapa perlengkapan skincare di tas kecil yang dia bawa. Dia mengeluarkan sebuah tube yang aku tafsir adalah sunblock dan diberikan pada Matteo. Matteo tiba-tiba mengarahkan sunblock itu padaku.

"Teman, apa kamu tidak keberatan mengoleskan sunblock ini ke sekujur tubuhku?" tanya Matteo sambil memandangku dengan kacamata hitam.

"Apa?" tanyaku kaget.

"Oh tunggu," Matteo mengayunkan tangannya ke arah Salvador.

Ilustrasi: Matteo

Salvador sepertinya langsung mengerti. Dia langsung berlutut di depan selangkangan Matteo. Matteo langsung memegangi kedua putingnya dengan jari nakalnya, lalu mulai memberikan rangsangan-rangsangan di kedua puting pink-nya itu sendiri. Mataku terbelalak. Tidak cuma di situ, Salvador, pria tampan dewasa itu, sekonyong-konyongnya langsung memasukkan kontol perkasa Matteo yang sudah setengah tegang akibat rangsangan dari tangannya sendiri. Dengan begitu santai, Salvador memasukkan kontol pink besar Matteo ke mulutnya di depanku, lalu memainkan lidahnya untuk menggelitik batang perkasa itu. Tubuh Matteo langsung kelojotan dengan hisapan mulut dan lidah pria tampan dewasa itu. Matteo cuma tersenyum manis di balik kacamata hitamnya. Dia memandangi Salvador yang terus mengorali rudal kejantanannya sambil terus mengulum batang kenikmatan miliknya.

"Jangan digoda dong, Salvador," kata Matteo dalam bahasa Inggris. "Nanti kalau sampai aku orgasme, kamu yang repot membersihkan mulutmu dari spermaku."

"Pak..." tanyaku dengan keadaan shock. "Apa yang kalian lakukan?"

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

CUPLIKAN SELANJUTNYA:


Kami berbicara banyak satu sama lain. Matteo Lombardi adalah seorang pria berusia 34 tahun asal Milan, Italia. Dia memulai karirnya menjadi seorang model catwalk di Milan Fashion Week, mewakili berbagai merk fashion terkenal. Karena ketampanannya dan etos kerjanya, dia berhasil masuk ke jajaran papan atas model pria dunia. Setiap tahun, dia akan berkeliling dunia mengikuti Fashion Week, mulai dari New York, London, Milan, dan tentunya Paris. Tidak jarang juga dia diundang ke Shanghai, Hong Kong, bahkan Tel Aviv untuk menjadi model utama. Baru-baru ini dia ditawari menjadi cameo di sebuah film Indonesia yang dibintangi seorang aktris paling terkenal di sini. Oleh karena itu, dia datang ke Bali.

Siapa Salvador Escobar? Dia adalah asisten pribadi Matteo Lombardi. Dia berasal dari Mexico City, ibukota Meksiko. Pria berusia 46 tahun yang tampan dan memiliki tubuh bugar yang tak kalah seksi dari Matteo. Kalau dia berjalan bersama Matteo di fashion week, aku yakin orang mengira mereka adalah dua model yang sedang bersantai. Matteo awalnya bekerja sebagai seorang eksekutif muda di sebuah perusahaan periklanan di Mexico City selama 20 tahun. Kemudian, dia memutuskan pindah ke Milan dan ikut bekerja sebagai asisten pribadi Matteo. Apa alasannya?

"Aku ingin kabur dari masa laluku," katanya tersenyum masam ketika aku bertanya.

Aku menyesali pertanyaanku. Sepertinya, itu terlalu personal.

"Maafkan saya," kataku gugup. "Saya sudah lancang... Saya tadi hanya penasaran."

"Tidak masalah," kata Salvador melambaikan tangannya sambil berbaring telanjang dengan alas kain di atas pasir itu. "Aku tidak merasa keberatan dengan pertanyaanmu. Namun, jawabanku mungkin yang tidak memuaskan... Aku hanya ingin kabur dan melupakan semuanya... Selain itu, bekerja untuk Matteo sangat menyenangkan. Tiada hari yang sama... Kami berkeliling dunia dan bertemu dengan banyak orang... Ini sangat menyenangkan bagiku..."

"Kemarilah, Salvador!" Matteo bangkit dan memasang senyum manis, lalu meminta Salvador memeluknya.

Ilustrasi: Matteo

Kedua pria yang masih bertelanjang bulat itu berdiri dan berpelukan. Aku sempat mengamati kedua kontol mereka yang tertidur lemas itu bergesekan. Mereka mengambil napas panjang sambil berpelukan erat. Dahiku berkerut. Aku bingung... Tidak ada penjelasan soal oralan dari mulut Salvador ke batang kenikmatan Matteo tadi. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah mereka pasangan sesama jenis? Atau aku saja yang terlalu kolot? Apa memang pria-pria Latin biasa saling terbuka untuk saling memuaskan batang kejantanan mereka masing-masing? Namun, melihat tingkah mereka yang sangat casual terhadap satu sama lain, aku hampir yakin tidak ada hubungan romantis antara mereka. Mereka terlihat seperti dua orang kakak beradik yang saling menghormati dan bekerja sama. Atau, lebih tepatnya, kakak beradik sinting yang sangat terbuka soal seksualitas mereka.

Mereka lalu bertanya soal diriku. Aku menceritakan semua mengenai darimana aku berasal. Aku juga bercerita mengenai pertemuanku dengan Bli Komang yang memperkenalkan diriku ke dunia bodybuilding. Tentu aku tidak menceritakan soal persenggamaan rutinku bersama Bli Komang karena aku tidak mau mereka terkaget dengan ceritaku. Aku bercerita soal kompetisi tingkat dunia yang aku ikuti di Bangkok, namun aku kalah.

"Tidak perlu dipikirkan," kata Salvador berusaha menghiburku. "Menang atau kalah adalah hal biasa. Bisa mewakili negaramu untuk tampil di kontes tingkat dunia sudah merupakan hal yang keren."

"Benar sekali," kata Matteo sambil memandangku dengan senyum. "Asal kau tahu, badanmu adalah salah satu badan terseksi yang pernah kulihat. Kau bahkan belum membuka bajumu di depan kami, tetapi kami bisa melihat dari otot-ototmu yang tercetak nyata di balik seragam ketatmu ini..."

"Anda terlalu berlebihan," kataku sambil tersenyum malu.

"Benar, teman," katanya sambil menepuk pundakku. "Kalau aku ini wanita, aku akan bangkit dan menunggangimu sekarang. Aku akan menelanjangimu dan bercinta denganmu tanpa kompromi... Asal kau tahu, tubuhmu itu seksi sekali..."

Aku semakin tersenyum malu. "Omong kosong... Badan kalian berdua jauh lebih bagus dari kami."

"Biar kami lihat dan kecewa sendiri telah berpikir badanmu lebih seksi dari kami," kata Matteo iseng, lalu berusaha melucuti kemeja seragamku. "Ayo, Salvador! Kita telanjangi teman baru kita ini!"

Salvador hanya tertawa lalu ikut membuka kancing kemejaku. Aku yang awalnya menolak langsung membiarkan saja dua pria tampan ini menelanjangi tubuhku. Kemeja saja tidak apa-apalah. Biar mereka bisa melihat badanku yang tidak mengecewakan ini.

"Wow," kata Matteo sambil bersiul nakal. "Benar dugaanku. Badanmu memang luar biasa seksi."

"Anda bisa saja," kataku melihat diriku sendiri yang sudah bertelanjang dada di depan mereka. "Badan saya lebih kecil dari kalian berdua."


Ilustrasi: Aldy

"Tetapi, ototmu lebih terbentuk dan terdefinisi dari kami," kata Salvador nakal sambil memegang otot-otot di perutku. Aku bergetar saat tubuhnya menyentuh tubuhku. "Mungkin, karena tubuh kami lebih tinggi, badanmu jadi terlihat lebih kecil dari kami."

Sebuah pesan What'sApp masuk ke ponselku. Aku bergegas mengambil ponsel di sakuku dan membukanya. Dari Pak Bos.

Pak Bos:
Aldy, loe jangan sampai lupa mengajak Matteo dan asistennya makan malam di klub di Seminyak pukul 20.00.
Lokasinya akan gue share sebentar lagi.

Pak Bos langsung memberikan titik lokasi tempat meeting yang sudah kami bicarakan tadi pagi.

"Oh, maaf," kataku baru sadar melihat jam di tanganku. "Kita harus bergegas. Dua jam lagi, Matteo harus mengikuti meeting sekaligus makan malam di Seminyak. Saya baru saja mengecek kepastiannya."

"Iya, aku sudah sempat berbicara dengan Pierre yang mengatur segalanya melalui e-mail," jelas Salvador. "Kita siap-siap berangkat sekarang? Apa tempatnya jauh?"

"Tidak terlalu jauh," kataku menjelaskan. "Tetapi tempatnya sering macet di malam hari."

"Ayo..." kata Matteo bangkit dan segera memakai boxer-nya kembali. Salvador mengikuti aksi Matteo.

"Tunggu..." selaku.

"Ada apa?" tanya Salvador sedikit kebingungan.

"Karena keasyikan berbicara dengan saya, kalian jadi tidak sempat bersantai dan beristirahat. Kalian belum sempat tidur sejak turun dari penerbangan yang panjang. Apa kalian baik-baik saja? Apa kalian tidak butuh istirahat?"

Mendengar kekhawatiranku, Matteo tersenyum manis. Dia memeluk pundakku hangat.

"Tenang saja, kami sudah tidur cukup lama di pesawat tadi," katanya sambil tertawa dan menggosok-gosok kepalaku. "Tidak usah dipikirkan. Berbicara denganmu tadi juga cukup mengasyikkan. Saya seperti sedang beristirahat."

"Kamu tidak perlu khawatir, Aldy," ucap Salvador dengan tersenyum yang tak kalah manis. "Kami berdua sudah terlatih tidur dengan cepat dan nyaman di segala kondisi. Matteo juga selalu bisa tidur saat di penerbangan dengan turbulensi paling buruk sekalipun."

Aku tersenyum tenang, lalu mengajak mereka kembali ke kamar. Di depan kamar, aku berkata aku akan menunggu mereka di kamar untuk mereka mandi dan bersiap-siap.

"Ikutlah masuk di kamar," kata Matteo memaksaku masuk. "Di luar panas. Kamu bisa duduk di sofa selama aku dan Salvador mandi bersama biar cepat. Kamu bisa bersantai di ruangan ber-AC."

"Tidak usah, Matteo," kataku menolak. "Saya tidak ingin mengganggu kalian. Pasti tidak nyaman kalau ada aku di dalam."

"Sudahlah, ayo!" Matteo mencengkram tanganku dan memaksaku masuk.

"Aldy," Salvador tersenyum memandangku. "Percayalah, saat Matteo mengatakan sesuatu, kita menuruti. Tidak ada pilihan lain."

"Benar itu!" kata Matteo sambil mengangguk-angguk. "Ayo, cepat masuk! Jangan membuang waktu kita lagi!"

Aku akhirnya setuju. Di dalam kamar, dua pria seksi itu menelanjangi diri mereka dan masuk bersamaan ke kamar mandi. Aku menikmati pemandangan ini, tetapi pikiranku terus bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi? Siapa mereka ini satu sama lain? Kenapa mereka bisa seterbuka ini satu sama lain?

[ ... ]

Malamnya, Matteo dan Salvador bertanya padaku di mobil dalam perjalanan pulang dari acara meeting sekaligus makan malam itu.

"Apakah perusahaanmu mengakomodasi sebuah kamar di dekat kamar kami?" tanya Salvador penasaran.

"Tidak, Salvador," jawabku jujur.

"Lalu, kamu akan pulang ke rumahmu setelah ini?" tanya Matteo setelahnya.

"Tidak," jawabku masih menyetir. "Saya akan tidur di mobil nanti. Bila ada apa-apa, kalian berdua bisa menghubungi saya."

"APA?" Matteo terdengar kaget.

Aku menoleh ke kaca spion, "Ada apa, Matteo?"

"KAMU DISURUH TIDUR DI MOBIL?" tanya Matteo kebingungan. "BAGAIMANA KAMU BISA TIDUR NYENYAK SEPERTI ITU?"

"Itu sudah menjadi tugas saya, Matteo," kataku menjelaskan. "Saya bisa tidur di mana saja kok. Saya ini mudah sekali tertidur."

"Kalau kamu bisa tidur dimana saja, tidur lah di kamar bersama kami," jawab Matteo enteng.

Aku melihat Salvador ikut mengangguk-angguk.

"Oh, tidak usah seperti itu," kataku cepat. "Saya bisa terkena masalah kalau ketahuan pimpinan kami. Memang tugas saya menjaga kalian di sini. Jadi, saya memang sudah seharusnya berjaga-jaga di sekitar hotel."

"Kalau begitu, bagaimana bila ada penjahat masuk ke kamar kami saat kami tidur?" tanya Matteo konyol.

Salvador cuma tertawa mendengar perkataan Matteo.

"Saya akan menunggu kalian di kursi di depan kamar kalian kalau begitu."

"Bukan begitu," jelas Matteo cepat-cepat. "Maksudku, akan lebih mudah kalau kamu tidur di kamar bersama kami. Tenang saja, aku dan Salvador tidak mendengkur."

"Bukan seperti itu," aku berusaha menjelaskan. "Saya sangat berterima kasih dengan kebaikan kalian. Namun, saya tidak mungkin menerima ini semua. Saya tidak mau mengganggu waktu istirahat kalian."

"Apa kamu tahu mengapa aku hanya meminta satu kamar ke Pierre?" tanya Matteo cepat.

Aku cuma menggeleng.

"Karena aku tidak suka tidur sendirian," jawabnya setelahnya. "Aku selalu tidur dengan Salvador kemana pun aku pergi bekerja. Bila di Milan, teman-temanku sering datang dan tidur bersamaku. Kami, orang Italia, suka keramaian. Kami suka berkumpul bersama-sama. Aku tidak masalah tidur bertiga bersamamu, teman..."

Aku tersentuh sekali mendengar kebaikan Matteo. Tetapi, aku tidak yakin aku bisa menerima hal ini. Hal ini bertentangan dengan ketentuan perusahaan tentunya.

"Begini saja," ucap Salvador berusaha menengahi. "Kalau kamu merasa tidak enak, kamu bisa tidur di sofa. Kamu tidak perlu tidur di kasur bersama kali. Dan kami tidak akan menyebutkan hal ini kepada Pierre."

Mendengar usulan jenius Salvador, Matteo cuma mengangguk-angguk seperti anak kecil. Aku tersentuh dengan kebaikan kedua orang itu.

"Baiklah kalau kalian memang memaksa," kataku menyerah.

"Bagus!" kata Matteo dengan bersemangat. "Semakin ramai semakin baik, kan?"

Salvador cuma tersenyum manis.

[ ... ]

Begitu tiba di kamar, Matteo dan Salvador segera melepaskan bajunya satu per satu dan menata di sebuah kantong plastik yang dibawa Salvador. Mereka melepas semua baju mereka sampai telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Aku duduk dengan cangguh disuguhi pemandangan indah seperti itu. Salvador berjongkok dalam ketelanjangannya, lalu menata memasukkan pakaian mereka berdua dengan rapi di kantong plastik. Matteo segera masuk ke kamar mandi, bersiap untuk mandi.

"Aku mandi dulu ya, teman," kata Matteo sebelum masuk kamar mandi. "Setelah itu nanti, kamu bisa mandi sebelum tidur biar nyaman."

Aku cuma mengangguk dan berterima kasih. Salvador yang sudah selesai membereskan pakaian mereka langsung bergegas masuk ke kamar mandi juga. Hampir saja aku hendak melarang Salvador masuk karena masih ada Matteo di dalam. Suara pancuran air juga sudah dinyalakan. Tetapi, aku sadar, tidak mungkin Salvador tidak tahu Matteo sedang memakai kamar mandi. Apakah mereka sudah terbiasa mandi bersama? Apa sebenarnya hubungan mereka? Apa mereka akan bersenggama di dalam kamar mandi???

Setelah Salvador masuk, sepertinya dia ikut bergabung dengan Matteo dalam pancuran air. Selama beberapa menit, tidak ada aktivitas lain yang terlihat di dalam sana. Sampai-sampai, ada suara yang kudengar.


Ilustrasi: Matteo


"Salvador, maukah kamu mengoral penisku sampai orgasme?" tanya Matteo yang bisa kudengar cukup jelas karena suaranya cukup keras untuk beradu dengan suara pancuran. "Aku perlu orgasme sekarang ini biar lebih tenang."

Apa aku tidak salah dengar?! Pikiranku kalut di luar kamar mandi membayangkan dua pria gagah dan tampan itu akan melakukan aktivitas seksual yang menggairahkan.

"Tentu saja," jawab Salvador dengan jelas sekali. "Tetapi, aku tidak bisa menelan spermamu sekarang. Apa tidak apa-apa? Aku sedang intermittent fasting hari ini. Jam makan malam tadi itu akhir dari jendela makanku. Sperma kan mengandung protein. Aku takut ini akan merusak dietku."


Ilustrasi: Salvador


Hah?! Apa kata Salvador? Aku semakin kaget luar biasa. Kenapa dia bisa bicara sesantai itu menanggapi permintaan sinting Matteo? Apa mereka memang sudah terbiasa melakukan hal asusila begini bersama?"

"Begitu, ya?" Matteo terdengar menimang-nimang. "Bagaimana kalau aku menyenggamaimu saja sekarang? Bisakah kamu mengambilkan kamera?"

Senggama?! Kamera?! Apa mereka sudah gila sepenuhnya sekarang?

Satu detik kemudian, ketika aku belum bisa mengatur ekspresi yang pas setelah mendengar kata-kata mereka, Matteo muncul begitu saja di luar pintu dengan badan seksinya yang masih basah.

"Hei, bisakah aku meminta kamu untuk sedikit lebih open-minded dari biasanya, teman?" katanya memulai kalimatnya begitu membuka pintu kamar mandi dan berdiri tepat berada di depanku.

Aku tercengang. Matteo tampak luar biasa seksi dengan bau yang harum karena sabun mandi dan sosok tubuhnya yang baru saja mandi yang sedikit basah dan segar.

"Ada apa, Matteo?" tanyaku pura-pura tolol.

"Bisakah kamu mengambil video untukku dan Salvador?" Matteo tersenyum ke arahku. "Aku ingin menyenggamai dia. Tolong tunjukkan wajahku dan tubuhku yang jelas dan sesekali tunjukkan bagian tubuh Salvador."

"Tetapi, jangan mengambil video wajahku ya," ucap Salvador menyela, ikutan keluar dan berdiri tepat di belakang Matteo.

Kontol Salvador sudah menegang setengah sekarang. Mungkin dia terangsang membayangkan Matteo yang sebentar lagi akan menyetubuhinya secara nyata. Aku pun sudah tegang sekarang membayangkan apa yang akan terjadi pada tubuh Salvador yang akan bersatu secara seksual dengan Matteo! Apalagi Salvador sekarang!

"Hanya bagian pantat Salvador dan penisku saja," ulang Matteo sekali lagi, berpikir aku tidak mengerti kata-katanya. "Mungkin punggung dan lengan Salvador juga tidak apa-apa kalau terekam. Kalau kamu bisa mengambil cuplikan otot kekar Salvador malah semakin bagus. Asal, jangan sampai wajah Salvador dikenali, ya. Dia tidak pernah memperlihatkan wajahnya di video kami saat bersenggama."

Aku cuma mematung mendengar penjelasan dua pria tampan yang sedang santai dalam ketelanjangannya itu. Melihat aku kebingungan, Matteo tersenyum ke arahku menenangkan.

"Tenang saja, ini hanya untuk konten OnlyFans, kok," ucap Matteo menambahi. "Kami memang biasa melakukannya bersama."

"Kami rasa kita bertiga sudah cukup dekat sekarang untuk saling membantu hal-hal seperti ini. Bukan begitu, Aldy?" Salvador yang tangannya masih sedikit basah menepuk pundakku. Aku memandangnya dengan perasaan campur aduk. "Kalau ada pertanyaan lain, kamu bisa menanyakan setelah kami mengambil video itu, Aldy. Apa kamu bersedia?"

Matteo lalu meloco kontolnya dengan tangan kanannya tanpa sungkan lagi sambil tangan kirinya memainkan puting kirinya.

"Tolong lah, teman," kata Matteo tidak sabar. "Aku benar-benar horny sekarang... Biar aku segera bisa menuntaskan ini semua sekalian mendapatkan konten yang bagus. Kamu bersedia membantu, kan?"

Matteo mendekat padaku dan kepalanya disandarkan ke pundakku, terlihat begitu tidak berdaya untuk mengontrol nafsunya. Melihat ini semua, kontolku semakin menegang tanpa bisa aku kontrol. Yang aku inginkan sekarang bukanlah membantu mereka merekam persenggamaan mereka. Aku ingin ikut bercinta bersama mereka!

"Apa kamu mau membantu kami, teman?" tanya Matteo lagi, menegaskan. "Aku sudah tidak tahan nih..."

Matteo terus menyandarkan kepalanya di pundakku sambil hidung dan mulutnya bersentuhan dengan leherku. Supermodel tampan dan seksi itu sedang telanjang dan tidak dia sadari terus menciumi leherku. Menyadari aku daritadi belum menjawab permintaan Matteo, aku tersentak.

"Oh, baik lah," kataku setelah mendapatkan kesadaranku kembali. "Saya mau membantu. Namun, apa yang harus saya lakukan? Saya belum pernah melakukan ini sama sekali..."

Matteo langsung mengecup pipiku dengan bibirnya yang basah, lalu tersenyum sumringah. Dia tersenyum begitu bahagia, melihatku yang mau membantu permintaan sintingnya itu.

"Sekarang, pegang kamera ini!" Salvador ternyata daritadi sudah mengambil sebuah kamera dari tas Matteo, lalu diarahkan ke tanganku. "Hanya rekam kami berdua saat aku menyetubuhi tubuh Salvador dari belakang. Perlihatkan wajahku yang keenakan nanti. Lalu, gerakkan kamera mengitari sepenjuru tubuhku dan Salvador. Namun, jangan sampai kamu memperlihatkan wajah Salvador. Apa kamu mengerti?"

Aku meraih kamera digital dari tangan Salvador dengan bergetar. Matteo langsung meraih tangan Salvador dan membawanya untuk saling berlutut di atas kasur. Salvador diarahkan membelakangi dirinya. Dia lalu meloco kontolnya dan terus memegangi putingnya dengan tangan satunya. Kemudian, dia melambai-lambaikan tangannya ke arahku.

"Aldy, kemarilah," katanya sambil terus meloco kontolnya dengan tangan yang lain. "Rekam close-up ketika kontolku menembus lubang pantat Salvador."

Salvador berjongkok dan memajukan pantatnya ke atas, membuat pantatnya membuncah ke arah Matteo. Melihat itu, Matteo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lidahnya dia sapukan membasahi mulutnya. Satu tangannya terus meloco alat kelaminnya dan tangannya yang lain sekarang meremas-remas pantat montok pejal Salvador dengan gemas. Dia lalu menunjuk-nunjuk kontolnya yang siap membuahi pantat montok Salvador itu, memberi aba-aba untuk aku melakukan pengambilan sudut close-up ke dua alat kelamin kedua pria tampan itu yang akan segera menyatu. Kulihat Salvador tersenyum penuh nafsu, tidak bisa menutupi gairahnya karena sebentar lagi akan kembali disetubuhi oleh supermodel tampan macam Matteo.

Matteo meludahi tangannya, lalu membasahi batang kejantannya. Dia meludah lagi, lalu mengoleskannya ke sepenjuru lubang kenikmatan Salvador sampai basah. Diobok-oboknya pantat sempit pria dewasa yang tampan itu sampai-sampai Salvador mengerang-erang keenakan. Ini saatnya! Kedua pria ini akan menyatu. Melihatnya saja, tubuhku bergetar hebat. Tanganku bergoyang-goyang saat berusaha merekam kejadian tersebut. Aku berusaha menenangkan diri, takut rekaman ini tidak bisa dipakai sebagaimana mestinya. Matteo, tanpa aba-aba sedikit pun, tiba-tiba mendorong batang kejantan pejalnya, menerobos lubang kejantanan Salvador.

Erangan seksi kedua pria tampan itu terdengar. Mereka bersenggama seperti dua orang pria macho luar biasa. Penuh dengan energi kejantanan. Sama sekali tanpa basa-basi. Rudal Matteo langsung masuk mentok ke dalam pantat Salvador dan menancap seketika ke prostat Salvador. Salvador meraung-raung keenakan karena sumber kenikmatan pantat jantannya langsung diserang oleh rudal perkasa Matteo. Tubuh mereka ambruk. Dua tubuh pria yang begitu jantan dan tampan itu sekarang bersatu dan saling menaklukkan dalam sebuah pertandingan birahi.

Erangan demi erangan terdengar. Matteo terus merojok kejantanannya dengan mantap ke dalam lubang sempit Salvador. Salvador sendiri tidak mau kalah. Dia terus melirik ke belakang, memandang mata Matteo tajam dan mendorong pantatnya mentok ke belakang, berusaha menaklukkan Matteo dengan kenikmatan dari lubang senggamanya. Matteo makin menggila. Dia tarik leher Salvador ke belakang untuk menghadap mukanya, lalu dia membuka mulut Salvador paksa dengan satu tangannya. Dia meludahi mulut Salvador. Sayang sekali aku tidak berani mengambil sudut wajah Salvador saat Matteo meludah langsung ke mulutnya karena Salvador tidak mau wajahnya terekspos di video. Namun, aku yakin penonton nanti akan mengetahui apa yang Matteo lakukan dari suara dan gestur tubuhnya. Diludahi begitu, Salvador makin kegirangan. Dia tersenyum penuh nafsu, lalu menggoyang-goyangkan pantatnya lebih keras maju dan mundur, berusaha membuat Matteo makin menggila karena pantatnya.

Aku tidak pernah melihat hal ini sebelumnya. Salvador, seperti pemain akrobat, mendorong tubuh Matteo sedikit menjauh dari punggungnya. Dia segera memutar pantatnya dengan lincah dan berbalik ke posisi missionary di bawah Matteo. Hal ini membuat kejantanan Matteo menjelajah segenap isi pantat Salvador yang sempit dan mencengkram itu, membuat Matteo berteriak dalam kenikmatan yang tak terhingga. Matteo berteriak mengerang keras seperti disiksa di neraka. Ini bukan neraka! Ini surga kenikmatan seksual! Saat menyadari Matteo sangat keenakan akibat pantat menjepitnya, Salvador tersenyum kegirangan melihat Matteo.

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

CUPLIKAN SELANJUTNYA:

"Terima kasih, teman," kata Matteo lalu memandangku yang masih kebingungan sambil tersenyum. "Biarkan aku tidur sebentar. Aku sangat kelelahan setelah orgasme hebat tadi."

"Apa tidak sebaiknya kamu mandi terlebih dahulu sebelum tidur?" tanya Salvador berteriak dari kamar mandi, berusaha mengalahkan derasnya suara pancuran air.

"Tidak," kata Matteo pelan, tidak peduli Salvador tidak mungkin bisa mendengarnya. "Aku hanya akan tidur beberapa menit saja."

Matteo lalu memejamkan matanya dalam damai.

Salvador lalu keluar dengan handuk sambil mengeringkan tubuhnya yang baru dibilas. Aku yakin dia tidak mandi karena dia hanya sebentar di kamar mandi. Dia mungkin hanya membersihkan tubuhnya yang lengket terkena keringat dirinya dan Matteo serta spermanya yang sempat muncrat di beberapa bagian tubuhnya.

"Oh, dia tidur?" tanyanya padaku yang masih berdiri mematung sambil memegang kamera digital milik mereka di tanganku.

Salvador mengeringkan kepalanya yang basah dengan handuknya. Dia masih telanjang dengan santainya di depanku dengan kontolnya yang sudah tidur lebih tenang sekarang.

"Boleh aku melihat hasil rekamannya?" kata Salvador sambil duduk di sebelah Matteo tidur tenang dalam ketelanjangannya.

Aku mendekat ke arah mereka dan memberikan kamera digital itu ke Salvador. Setelah Salvador selesai mengeringkan rambutnya yang basah, dia mulai merekam hasil rekaman yang kuambil. Cukup lama dia mengamati dalam senyuman. Dia lalu memandangku sambil tersenyum.

"Hasilnya cukup bagus," kata Salvador sambil tersenyum padaku. "Tinggal di-edit sedikit saja, lalu klip ini sudah siap di-upload ke Onlyfans."

Aku cuma mengangguk, masih belum tahu harus bersikap apa setelah melihat semua ini terjadi.

"Maaf kalau kamu merasa tidak nyaman dengan ini semua," katanya Salvador hati-hati sambil memandangku dalam-dalam. "Aku sadar tidak semua orang bisa menerima gay sex. Kurasa kamu terlihat tidak nyaman dengan ini semua sebetulnya. Apakah kamu marah?"

"Bukan seperti itu," kataku cepat-cepat menjawab sambil menggoyang-goyangkan tanganku. "Saya sama sekali tidak marah atau tidak nyaman... Saya hanya... Saya hanya bingung."

"Bingung kenapa?" tanya Salvador hati-hati.

Aku memandangi dirinya yang memandangku dengan sungguh-sungguh. Tubuh seksinya itu masih menggairahkan dan tampak jantan meskipun dia baru saja digagahi pria lain di depanku. Aku menoleh ke arah Matteo. Matteo masih memejamkan matanya dengan napas yang teratur, tampak mengistirahatkan tubuhnya dari aktivitas senggama hebat bersama Salvador tadi. Melihat kedua pria ini yang dengan santainya baru saja bersenggama di depanku, aku makin bingung.

"Bingung kenapa, Aldy?" tanya Salvador lagi.

Aku tersentak dengan pertanyaan kedua Salvador, lalu aku menjawab, "Aku belum bisa memproses apa yang kalian berdua baru saja lakukan... Aku bingung bagaimana dua pria setampan dan se-macho kalian bisa berhubungan seks seperti itu... Apalagi, Matteo adalah seorang supermodel terkenal dan sangat jantan..."

Aku bingung memilih kata-kataku, lalu mendesah lirih dan melanjutkan, "Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi... Apa kalian ini pasangan sejenis?"

Salvador tertawa tergelak, lalu menggeleng-geleng, "Tidak, sama sekali tidak..."

"Lalu, mengapa kalian berhubungan seks seperti tadi?" tanyaku sambil mengerutkan dahi.

"Mana yang mengganggu pikiranmu, fakta kalau kami berdua baru saja berhubungan seks atau fakta bahwa ada dua pria yang macho bisa berhubungan seks satu sama lain?" tanya Salvador menyelidiki. "Apakah kamu tidak percaya dua pria normal yang sama-sama jantan boleh berhubungan seks untuk saling memuaskan satu sama lain?"

"Oh, bukan seperti itu," kataku menjelaskan cepat-cepat. "Saya bukan seorang homofobia. Saya mengerti dua pria yang sama-sama jantan boleh melakukan hubungan seks... Saya tidak mempermasalahkan itu... Hanya saja..."

"Apakah kamu berhubungan seks dengan pria, Aldy?" sela Salvador sekenanya.

Aku terdiam mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Salvador. Aku menundukkan mataku, lalu menjawab jujur.

"Pernah..."

"APA?" jawab Salvador tampak kaget. "KAMU PERNAH BERHUBUNGAN SEKS DENGAN PRIA?"

Matteo ikut bangun. Ternyata dari tadi dia belum benar-benar tertidur. Dia menatapku dengan mulut menganga.

"Wah, kamu suka melakukan hubungan seks dengan pria juga, Aldy?" tanya Matteo tanpa basa-basi.

Ditanya secara frontal begitu, aku cuma bisa menunduk malu. Matteo dan Salvador memandang mataku lekat-lekat.

"Padahal aku tadi hanya asal bertanya lho," kata Salvador dalam kekagetan yang tidak bisa ditutupinya. "Aku tidak menyangka kamu akan menjawab pernah."

Aku masih tertunduk malu, tidak berani menatap mereka.

"Kalau begitu, ayo bercinta sekarang, Aldy!" ucap Matteo begitu santainya sampai aku terperangah. "Aku juga masih horny, teman!"

Continue Reading

You'll Also Like

580K 19.4K 27
Why were all the so-called normal guys, a**holes? Why couldn't she find a decent guy. Was something wrong with her? She knew her days of youthfulness...
2M 57.1K 101
When Valerie Adams gets to know that she is betrothed to the youngest billionaire in New York, just to save her father's dying company, it is two nig...
272K 1K 57
Kumpulan Cerita Panas buatan Roberto Gonzales. Khusus 21 tahun ke atas.
10.4K 54 12
WARNING! PERINGATAN! TOLONG DIPERHATIKAN BATASAN UMUR SEBELUM MEMBACA! BILA TOPIK TIDAK COCOK, JANGAN DITERUSKAN! 1. Cerita mengandung unsur lgbt, mx...