[ HANYA UNTUK DEWASA ⚠️]
_______________
VOTE KOMEN YANG BANYAK KALO BESOK MAU UPDATE LAGI‼️💕
______________
Kini, di rengkuhan Gatra kembali ada seorang Kana. Di ranjang yang tidak besar itu jelas membuat keduanya harus berdekatan agar cukup ditiduri oleh dua orang. Wanginya seorang Gatra tak pernah bisa Kana lupa, bahkan saat dirinya lama tidak berbagi ranjang dengan pria itu pun masih tetap ia ingat.
"Abang pernah bertanya-tanya," Ucap Gatra memecah keheningan. "Definisi bidadari yang dijabarkan dalam Al Qur'an itu gimana? Sampai syarat ketemu bidadari aja sulitnya setengah mati."
Kana mendongak menatap suaminya, "Abang juga akhi-akhi yang ngejar bidadari surga?" Tanya Kana penasaran.
"Awalnya iya, Abang penasaran betul," Jawab Gatra. "Tapi Allah dengan segala maha baiknya justru ngasih bidadari surganya Abang di dunia duluan."
Tatapan teduh Gatra pada Kana seakan menyalurkan beribu pujiannya untuk sang istri, sekalipun mulut Gatra masih terkunci memikirkan kalimat yang tepat untuk merayu sang istri dengan kejujuran hatinya.
"Allah beri tau Abang artinya bidadari, definisinya bidadari itu bagaimana bahkan saat Abang masih di dunia," Tambah Gatra dengan sorot mata penuh menatap manik mata Kana.
Kana menaikkan satu alisnya, "Gimana emang definisinya?" Tanyanya penasaran. Apakah Gatra pernah memimpikan bertemu bidadari? Di mimpi basahnya? Secara Gatra kini resmi kana angkat sebagai duta mimpi basah!
"Definisi bidadari itu ya Adek," Jelasnya. "Cantik parasnya, bersih hatinya, lembut pula perasaannya. Sekarang yang Abang pertanyakan justru kebaikan apa yang udah Abang lakuin sampe berjodoh sama bidadari begini?"
Benar.
Kana memang definisi bidadari sesungguhnya. Wanita mana yang dikecewakan suaminya tetapi masih memikirkan hak Gatra sebelum pria itu menjalankan tugas mengabdinya pada negara?
"Kana cewek biasa, bukan bidadari," Ucap Kana yang langsung membuang pandangan dari Gatra. "Nggak ada bidadari yang bisa marah."
Kekehan Gatra terdengar indah sekali di telinga Kana yang nyatanya masih begitu mencintainya. "Nggak ada cewek biasa yang marah besar tapi masih mau mikirin hak jatah suaminya."
"Abang ih!" Tegur Kana sebab suaminya begitu frontal.
Tentu canda tawa dan kehangatan masih dapat Gatra rasakan meskipun ia tahu, ada gelora kebencian dalam benak istrinya. "Adek," Panggilnya sebelum ia mengambil sesuatu dari dompetnya di atas nakas. "Abang cetak foto masa kecil kita."
Tangannya memberikan dua pas foto masa kecil Kana dengan seragam birunya dan Gatra kecil dengan seragam loreng biru yang ia kenakan.
(*Foto Om Gatra kecil tersedia di Karyakarsa)
Mulut Kana sontak terbuka melihat suaminya dari sejak kecil saja sudah mempesona. Kalau keadaan baik-baik saja mungkin Kana akan memekik dan menjerit girang menerimanya, tapi karena dirinya sudah merasa banyak luka yang ditorehkan oleh Gatra, reaksi Kana hanya tersenyum tipis melihat hadiah kecil dari suaminya itu.
"Disimpan ya, Adek," tutur Gatra pada istrinya. "Dari dulu cita-cita Abang jadi tentara, makanya seneng kali pake baju ini, kalo nggak salah ini study tour ke mana ya..."
Kana benar-benar memandangi Gatra kecil dengan hati menghangatnya. Saat itu dirinya belum mengenal Gatra dan tentu keluarganya masih utuh penuh kebahagiaan.
"Abang lupa," Ucap Gatra kala dirinya menyerah untuk mengingat kenangannya. Kana yang menatap fotonya tanpa kedip membuat tangan Gatra terulur ke arah dagunya. "Nanti kalau Adek rindu, tataplah foto itu. Adek nggak akan benci Abang karna di umur segitu Abang masih polos, masih belum paham hal-hal yang seharusnya Abang lakuin."
Kana benar-benar mendongak, "Di umur segini, Kana udah ketemu jodoh, eh Abang masih main-main nggak jelas."
Rentetan indah gigi Gatra tampak di sela-sela kekehannya, "Nggak papa nunggunya agak lama kalo dapetnya kaya Kanalura."
Lagi, semburat merah tampak di pipi Kana yang selalu merasa melayang dengan rayuan suaminya. Darimana pria ini belajar merayu wanita yang tengah merajuk? Gatra benar-benar aktif di dalam hubungannya sekarang, berbeda dengan dirinya dulu.
"Jadi... malam ini, Adek mau posisi gimana?" Tanyanya. "Mau di atas lagi?"
Kana menggeleng, "Mau nyoba yang lain," Tambahnya. "Abang ada ide?"
"Abang nggak pernah kehabisan ide kalo sama Adek," Rayunya lagi pada Kana. Pria itu mengubah posisinya hingga kini berada di atas tubuh Kana. Perlahan, tangannya menyingkirkan anak-anak rambut sang istri sebelum membelai wajah putih segar yang bawah matanya menghitam dan sedikit sembab tanda Kana sering menangis.
Gatra mengecup kedua kelopak mata istrinya dengan lembut, seakan tak ingin mereka mengeluarkan air mata lagi. Sebelum bibirnya berpaut dengan bibir manis Kana yang ranum dan lembab itu. Dikecupnya mesra sebelum mulai bergerak melumat dengan segala perasaan tersalur di sana.
"Gaya apa?" Tanya Kana saat Gatra mulai mengecup lehernya dan memberi tanda kepemilikan di sana. "Eughh, Abang..." Desisnya menahan rasa geli di sana.
"Sstt," Gumam Gatra menyuruh istrinya fokus pada permainan sebelum melucuti seluruh pakaian istrinya. "Adek tunggu dan terima aja enaknya."
"Ssshh, Bang gelii...." Desah Kana saat Gatra bermain di puncak dadanya yang terasa bergitu sensitif sejak kehamilannya. "Oummmh... Kana nggak bisa nahan des... ahh..."
"Nggak papa, tugas bidadari malam ini cuma desah," Timpal Gatra tak menghentikan aktivitasnya.
Kana menggeleng dengan tubuhnya yang terangkat ke atas karena rangsangan dari suaminya. "Kana bukan bidadar... Ab—hanggg ahh..."
"Begitu?" Goda Gatra. "Tapi dulu ada gadis namanya Kanalura yang punya segalanya, anak satu-satunya pula, dan selama 4 tahun Abang dinas, sedetikpun nggak pernah Abang lihat dia semena-mena sama orang lain, mau ajudan atau ART nya."
Gatra berbicara sembari tangannya bergerak menjelajahi setiap inchi tubuh istrinya. Gila kalau Gatra menolak tubuh seindah Kana. Kulitnya yang bersinar sekalipun Gatra menyentuhnya di bawah keremangan malam selalu menariknya untuk mendekat dan membelai mesra.
Tangan kanan Kana bergerak mencengkram erat lengan berotot suaminya yang berada di sisi kiri tubuhnya. Sementara tangan Gatra yang lain masih menelusuri setiap liuk tubuh indahnya. "Ahhh.... Mmmhhh..." Desah Kana sembari memejamkan mata.
"Dia santun, dia sopan, walaupun sering nguji kesabaran karena usil dan mesumnya bukan main. Tapi ngeliat dia buat Abang tau, didikan orangtua yang berhasil itu ya seperti Kanalura. Bukan cuma akademisnya, tapi hati, pola pikir dan cara dia memperlakukan orang lain."
"Ouhhh, Abang... Jangan di situuuhh... Gelii..." Rintih Kana saat Gatra mulai menyentuhkan tangannya yang kasar ke bagian paling lembut dalam tubuh Kana. Jelas saja. Membuat mata wanita hamil itu terbuka dan tertutup seketika.
"Kalo nggak di sini ya Adek nggak bisa hamil kaya sekarang," Celetuk Gatra menanggapi rintihan istrinya. "Dia bilang diem-diem sering muji Abang, padahal diem-diem pun Abang muji anak itu."
"Eughh... Kenap... ahh?"
"Karena itu sifatnya bidadari," Tambah Gatra. "Dengan segala keindahan, kekayaan, dan kesempurnaan yang dia punya... Hakikatnya dia tetep ciptaan Allah, dia harus tetep tunduk pada Penciptanya dan nggak merasa sebagai makhluk yang lebih baik dari yang lain."
"Abangg...." Kenikmatan yang Gatra berikan ditambah penuturan hangat itu membuat Kana tak mampu menahan puncak dari kenikmatan malam itu. Ditariknya tubuh Gatra dan direngkuhnya dengan erat.
Gatra paham, istrinya baru saja mencapai sesuatu yang memang ingin ia berikan. Senyuman manis itu tampak pada Kana yang napasnya tersenggal-senggal.
"Makasih, Abang," Tuturnya tulus pada Gatra. "Abis ini cobain gayanya Abang tadi!"
Anggukan Gatra menjawabnya, "Adek istirahat dulu."
"Jadi?" Tanya Kana ingin suaminya melanjutkan cerita mengenai bidadari yang ia maksud. "Kelanjutan bidadarinya gimana?"
"Kelanjutannya," Gatra menatap langit-langit kamar sebelum menyipitkan mata, seakan berpikir. "Abang udah nggak penasaran sama bidadari lagi karna akhir ceritanya, Kanalura itu yang jadi bidadari ajudan ayahnya sendiri," Tuturnya lagi.
"Plot twist ya," Ucap Kana. "Eh ajudan ayahnya sendiri juga yang diem-diem ngehancurin atasannya, lucu, semuanya serba plot twist," Sindir Kana lagi.
Bukannya tersinggung, Gatra justru terkekeh sebelum membungkam mulut pedas istrinya dengan bibirnya sendiri. "Malem ini, tugas bibir Adek cuma desah aja," Jelasnya. "Nggak boleh nyindir-nyindir suami."
Gatra benar-benar melakukan apa yang ia ucapkan. Bibir Kana bahkan tak mampu menyebutkan sepatah katapun selain desah dan rintihan dari sana. Otot-ototnya menegang, tubuhnya terangkat ke atas dan tanpa Kana sadari, tangannya sudah mengalung indah di leher sang suami.
"Mmhhh..."
"Hu uh... Abhangg..."
<<<<<<<<<<<<<<<Cut>>>>>>>>>>>>
Chapter dewasa lengkap tersedia di :
💕 Karyakarsa = fridayukht
💕 WhatsApp = 0896032104731
💕 Instagram = fridaywattpad
[ D A R A A J U D A N ]
"Jika engkau selalu menyalahkan kekasihmu dalam segala perkara, engkau takkan menemui orang yang tidak engkau cela." —Syaikh Nada Abu Ahmad.
VOTE DAN KOMEN YG RAME KALO MAU BSK UPDATE LG