KUMPULAN CERITA SENI GAY (21+)

By reading4healing

109K 685 30

Cerita Dewasa More

(21+) Suami Yang Digilir Cowok Macho Spanyol
(21+) Si Pemuas Satu Kos
(21+) Si Pemuas Satu Kos 2
(21+) Pemuas Suami Si Bos Bule
(21+) Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
(21+) Driver Ojol Arab Plus - Plus
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (1)
(21+) Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)
(21+) TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
(21+) BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
(21+) Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
(21+) Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
(21+) PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
(21+) Memperawani Suami Muda Tetanggaku
(21+) Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri
(21+) Gigolo Biseks Simpanan Mama
(21+) Pesta Bujang Liar Sang Pengantin Pria
(21+) Skandal Besar Menjelang Pernikahan
(21+) Disewa Lionel
(21+) Malam Liar Sang Budak Korporat
(21+) Takdir Seorang C*mdump
(21+) Service Plus-Plus Barber Straight Turki
(21+) Bule Online, Perebut Keperjakaanku
(21+) Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
(21+) NAPAS BUATAN DARI PAPA SAHABATKU
(21+) MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
(21+) MENJEBAK SOPIR STRAIGHT BAD BOY
(21+) Menjajal Kejantanan Masseur Impor Rusia
(21+) Legenda Si Otong Monster
(21+) Mesin Pemuas Mantan Dan Gebetan
(21+) PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
(21+) SI PEMUAS SEKAMPUNG
(21+) Pemilik Tubuh Indah Si Pembantu Ganteng
(21+) PEMUAS DUA GADIS LUGU DI RUMAH
(21+) PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU
4 PEREMPUAN DI RUMAHKU BISA DIP4K4I SEMU4

(21+) Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku

3.5K 17 1
By reading4healing


TUBUH KEKAR SUAMIKU DIJADIKAN MAINAN LIMA ATASANKU

by Jeremy Murakami

RATNA DEWI’s POV

Apakah kalian pernah dilanda nafsu yang sampai ke ubun-ubun gara-gara melihat seseorang? Pernahkah kalian ingin melucuti segenap pakaian yang melekat di tubuh kalian dan segera melakukan hubungan badan yang sangat panas dan menggebu-gebu sampai kepala kalian mau meletus? Sudahkah kalian bertemu seseorang, lalu kalian ingin menelanjangi tubuh orang itu dan menikmati setiap inci tubuhnya bagaikan sebuah lollipop? Aku memang seorang wanita dan seorang ibu yang berbangga, tetapi aku pernah mengalaminya!

Ilustrasi: Tio Marcellino

Namaku Ratna Dewi. Aku seorang single mother yang memiliki dua orang putri berusia tujuh tahun dan lima tahun. Mereka lah satu-satunya duniaku... Aku bercerai enam bulan lalu karena mantan suamiku seorang pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Aku bertemu Tio Marcellino, suami baruku, di kantor. Aku bekerja sebagai seorang asisten CFO (Chief Financial Officer) di sebuah perusahaan shipping terbesar di Jakarta. Mas Tio adalah seorang satpam yang baru masuk minggu itu. Perusahaan kami khusus melayani shipping dari negara-negara di Mediterania, seperti Spanyol, Italia, Yunani, dan Prancis bagian selatan ke Indonesia dan sebaliknya. Bisa ditebak, para eksekutif di kantorku semua berasal dari negara-negara tersebut. Termasuk, direktur keuangan yang memperkerjakan aku sebagai asistennya, Raymond Iglesias.

Ilustrasi: Raymond Iglesias

Usiaku 32 tahun saat bertemu Mas Tio yang lebih tua 5 tahun dariku. Hari itu, Mr. Raymond harus lembur. Meskipun jabatannya tinggi, Mr. Raymond orangnya sangat rendah hati dan baik padaku. Dia adalah seorang pria dari Spanyol berusia sekitar awal 50 tahun, berbadan tinggi dan kekar, ramah, dan suka tersenyum. Dia suka berpakaian kerja ketat, menonjolkan otot-ototnya yang masih terjaga di usia 50 tahunan dan selalu tampil wangi dengan parfumnya yang baunya sangat elegan. Sebagai seorang CFO, tentu Mr. Raymond sangat sibuk. Hari itu, dia harus bekerja sampai pukul sebelas malam karena ada sebuah laporan keuangan mengenai risk management yang harus dia selesaikan hari itu juga. Dia memintaku pulang terlebih dahulu, tetapi aku tidak enak melakukannya.

"Kamu harus segera pulang, Ratna," katanya tidak enak padaku dalam Bahasa Indonesia yang berlogat kebule-bulean. "Saya kasihan pada anak kamu. Dia masih kecil. Dengan siapa dia menunggu di rumah?"

"Kebetulan ada ibu saya yang datang sejak seminggu ini, Mr. Iglesias," kataku sambil tersenyum simpul. "Saya akan membantu Anda menyelesaikan assessment ini agar bisa selesai tepat waktu..."

"Terima kasih banyak, Ratna," katanya tersenyum penuh haru dengan kesediaanku lembur tanpa disuruh.

Saat pulang, Mr. Raymond Iglesias menawariku untuk mengantarkan aku pulang dengan mobil yang dia kendarai. Tentu saja, aku harus menolak. Aku setiap hari bekerja membawa motor. Tentu saja, aku tidak mungkin meninggalkan motorku di kantor.

"Baiklah, kalau begitu ini untuk kamu..."

Mr. Raymond mengambil beberapa lembar uang seratus ribu rupiah dari dompetnya dan diberikan kepadaku. Aku terperangah.

"Tidak perlu, Mr. Iglesias," kataku menolak tidak enak sambil melambai-lambaikan tanganku. "Sudah menjadi tugas saya..."

"Jam kerjamu berakhir pukul 5 sore, Ratna," Mr. Raymond bersikeras memintaku menerima pemberiannya. "Terima saja... Biar saya lega bisa memberikan sedikit apresiasi untukmu... Por favor, Ratna..."

Dengan ragu-ragu, aku menerima uang itu. Mr. Raymond tersenyum lega, lalu segera masuk ke mobil sedan Mercedes Benz warna hitam miliknya.

"Besok kamu datang setelah makan siang saja, Ratna," kata Mr. Raymond sambil mengeluarkan kepalanya dari jendela gelap mobil mewah itu, lalu tersenyum menggodaku. "Kalau sampai kamu datang seperti biasa, saya akan potong gaji kamu..."

"Terima kasih, Mr. Raymond," kataku lalu tersenyum. "Hati-hati di jalan."

"Adiós..."

Aku melambaikan tangan ke mobil Mr. Raymond Iglesias. Setelah mobilnya tidak terlihat lagi, aku berjalan ke arah parkiran motor kantor tidak jauh dari situ.

Di dekat sana, ada tiga toilet berjejer dan sebuah kamar mandi khusus satpam yang bertugas. Saat aku berjalan di cahaya remang-remang menyusuri jalan setapak menuju parkiran motor, aku tertegun dengan sosok seorang pria yang telanjang dari belakang. Kulitnya berwarna coklat terang dan bersih. Dia sedang mengeringkan rambutnya yang tampak basah sehabis mandi. Dadanya tampak kuat dan gagah dari belakang. Pundaknya tampak kekar dan berotot. Ada titik-titik air yang memenuhi sepenjuru tubuh atletisnya. Aku menoleh ke bawah dan melihat pantatnya yang montok dan bundar serta kencang. Tubuhnya sempurna. Dia lalu menoleh ke arahku, tampak terkejut. Wajahnya... Tampan luar biasa... Matanya tajam bagai elang. Hidungnya mancung. Mulutnya tipis dan berwarna pink. Alisnya tebal... Dia pria yang sempurna. 

Ilustrasi: Tio Marcellino

Melihat keberadaanku, dia langsung berusaha menutupi batang penisnya saja dengan handuk. Sekarang, aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari depan dengan jelas. Dadanya yang bidang dan kedua putingnya yang kecil dan seksi itu. Perutnya juga six pack dan memiliki V-Shape pada torsonya. Kakinya juga berotot seperti pemain sepakbola. Terlihat bulu-bulu halus di tubuhnya yang membuat dia semakin seksi dan jantan. Entah dirasuki setan dari mana, aku tiba-tiba merasa sangat terangsang hebat...

"Maaf, Mbak..." katanya begitu terguncang, tetapi suaranya berat dan jantan sekali. "Saya kira semua karyawan sudah pulang... Biasanya, saya jaga malam dan tidak ada siapa-siapa sama sekali... Saya satpam baru... Tadi saya kepanasan. Mau mandi, eh lupa ambil handuk di dalam pos. Ini mau kembali ke kamar mandi dan pakai seragam satpam saya..."

Begitu banyak kata-kata yang keluar dari mulutnya, tetapi aku tidak bisa fokus mendengarkan kata-katanya. Aku terfokus pada mulutnya saat berbicara dan membuatku semakin bergairah saja. Jantungku berdegup kencang melihat seorang pria yang begitu sempurna sedang telanjang di depanku dengan tubuh basah sehabis mandi yang membuatnya makin seksi saja. Aku merasa seperti ada setan yang merasukiku. Aku sudah gila... Aku tidak perduli lagi ada CCTV di sekitar itu atau hal lainnya. Mungkin karena kecapean, atau mungkin karena aku sudah lama tidak disentuh pria. Tiba-tiba saja, aku melucuti pakaianku sendiri. Aku melepas sepatu hak tinggiku. Lalu, aku buka kancing yang melekatkan kemejaku. Aku lepaskan rok yang aku pakai. Segera kubuka BH yang menopang kedua payudaraku yang masih kencang. Tak lupa aku melepas celana dalamku. Seperti gadis murahan, aku bertelanjang tanpa sehelai benang pun di depan satpam baru itu. Dia melihat tubuhku, lalu menelan ludahnya. Aku mendekatinya. Dia sempat sontak mundur sedikit, takut dengan keagresifanku.

Tak peduli lagi, kuraih kedua tangannya yang dingin itu dan kuarahkan untuk meremas payudaraku yang sudah mengacung indah.

"Sentuh aku, Mas..." kataku lirih.

"Mbak... Ini di tempat umum," katanya khawatir, tetapi masih tergoda melihat payudaraku sambil menutupi dengan tangannya sambil tangannya bergetar hebat. "Lagian, saya tidak mau zinah, Mbak... Saya baru ditinggal mati istri saya... Saya takut dipecat, Mbak... Saya punya tiga anak yang masih harus saya urus, Mbak..."

Sedari tadi, handuk yang menutupi selangkangan pria itu sudah terlepas. Sekarang, bisa kulihat jelas batang kemaluan pria itu sudah meradang hebat dan berkedut-kedut karena melihat tubuh telanjangku dan kupaksa meremasi payudaraku.

"Saya juga janda, Mas... Anak dua... Saya sumpah bukan wanita nakal..." kataku berbisik sedikit malu. "Tetapi, sekarang saya butuh kontol kamu, Mas..."


Ilustrasi: Tio Marcellino

Mulutku langsung meraih bibirnya... Ciuman pertamaku dengan bibir Mas Tio... Aku masih ingat rasa bibirnya saat pertama kali mencumbunya. Bibirnya terasa segar dan wajahnya dingin karena baru saja mandi. Kami saling melumat dan menikmati bibir kami masing-masing. Aroma mulut Mas Tio benar-benar memabukkan. Bau napasnya sangat jantan dan segar sekali. Kini, seperti layaknya pria jantan lainnya, dia lepas kendali. Dia terus melumat dan melumat mulutku seperti tidak ada hari esok. Satu tangannya meremasi payudaraku dan satu tangan yang lain memegangi sepenjuru tubuhku. Jari-jarinya pun dia perkenalkan dengan liang kemaluanku yang sudah gatal ingin dikontoli. Dia terus memainkan jari-jarinya yang nakal itu di sepenjuru lubang kemaluanku. Mulutnya makin rakus melumati mulutku dan lidahnya yang basah dia keluarkan untuk menari-nari dengan lidahku di dalam mulutku yang hangat. Mas Tio tiba-tiba melepas cumbuannya dari mulutku.

"Mbak... Maafkan saya... Saya mau menghargai Mbak sebagai wanita," katanya dengan napas terengah-engah dan memegangi pipiku. "Tetapi, saya tidak pernah senafsu ini sejak kehilangan istri saya... Saya ingin menyetubuhi Mbak sekarang juga di sini. Saya ingin meniduri Mbak sekarang..."

"Lakukan, Mas," kataku dengan suara parau. "Memek saya juga sudah gatal ingin dikontolin Mas sekarang..."

Mas Tio langsung dengan sigapnya membawa tubuh telanjangku ke dalam pos satpam untuk digarap dengan kemaluannya. Di sana, batang kontol perkasanya menyetubuhi tubuhku dengan jantan dan liar seperti kuda. Aku benar-benar terkejut dengan tak terhitungnya dia menuntaskan nafsu liarnya di dalam liang senggamaku. Setelah air maninya membasahi liang senggamaku, batang kontolnya kembali menegang dan kembali menyetubuhi isi liang senggamaku. Kupastikan semua spermanya tertelan di dalam lubang kelaminku dan masuk menyebar ke sepenjuru tubuhku. Aku ingin DNA pria tampan dan perkasa ini tersebar di dalam tubuhku. Tak henti-hentinya kucumbui mulutnya agar batang kontolnya tidak berhenti meradang dan ingin menuntaskannya dengan tubuhku. Aku ingin terus disenggamai sampai pagi hari... Bahkan, aku memintanya meludahi mulutku saat kami berciuman... Awalnya dia menolak karena kasihan kepadaku, tetapi lama-lawa dia menikmatinya. Aku haus sentuhan pria ini di tubuhku... Sampai akhirnya, aku tertidur karena saking kecapeannya melayani Mas Tio. Gilanya, saat aku tertidur, Mas Tio masih terus menyenggamaiku tanpa henti. Dia sepertinya sudah lama sekali tidak bercinta dan ingin menuntaskan segala nafsunya malam itu ke tubuhku layaknya kuda liar menyenggamai betinanya.

Pukul tiga kurang, setelah empat jam dia menyenggamai tubuhku dengan leluasa dan penuh kepuasan, shift-nya hampir berakhir. Dia segera mencari-cari pakaianku yang kulepas dengan binal di parkiran. Dia membangunkanku lalu menggendongku ke kamar mandi. Mas Tio memandikan tubuhku dengan sangat romantis. Berkali-kali, dia menyentuh titik-titik sensitif di tubuhku saat menyabuni tubuhku dan tak henti-hentinya bibirnya mencumbui mulutku dengan sangat erotis. Setelah tubuhku sudah wangi dan bersih, dia memakaikan pakaianku. Dia kemudian berbisik erotis di telingaku sambil tangan jantannya memegang kedua buah dadaku dengan lembut..

"Mbak... Mau pulang ke kontrakkan saya? Anak-anak saya kebetulan sedang diajak menginap di rumah orang tua almarhumah istri saya," katanya sambil berbisik lembut dan mulutnya mencium telingaku nakal. "Saya belum puas menikmati tubuh Mbak..."

"Saya mau, Mas..." kataku parau dan terangsang karena permainan tangan Mas Tio di payudaraku.

Mas Tio kemudian mencium bibirku lagi dengan gemas dan tangannya makin lincah meremasi payudaraku dengan lembut.

"Mbak tunggu ke dalam gedung saja, ya?" katanya setelah melepas cumbuannya dari mulutku. "Lampunya kan menyala terus di gedung. Mbak nyalain aja AC-nya kalau kepanasan. Saya mau pamitan dulu ke satpam yang bertugas di shift selanjutnya. Jangan sampai dia tahu kita habis bercinta di sini, ya..."

Aku cuma mengangguk dan berjalan ke arah lobi yang masih terang dan kebetulan AC-nya memang tidak pernah dimatikan karena AC central. Kuputuskan untuk menunggu Mas Tio di lobi. Kurang dari lima belas menit, Mas Tio datang menghampiriku. Dipegangnya tanganku, lalu dia segera mengajakku keluar dari gedung.

"Ayo, Mbak, kita ke kontrakan saya!" katanya bersemangat sekali. "Nanti saat mau berangkat kerja, saya antarkan ke rumah Mbak dulu buat siap-siap. Terus, saya tunggu di luar dan saya antar Mbak berangkat kerja..."

"Saya besok masuk siang jam 1 kok, Mas," kataku tersipu malu.

"BAGUS!" Mas Tio makin kegirangan. "Kita bisa main sampai siang!"

Aku tertawa lalu memukul manja dada bidang Mas Tio. Seketika itu, dia meraih tanganku dan membawaku ke motor sports tua miliknya. Kami menyusuri jalanan sepi kota Jakarta di subuh hari, menuju ke kontrakan Mas Tio mencari kehangatan...

[ … ]

Sesampainya di kontrakan, Mas Tio memarkirkan motornya ke dalam rumah agar aman dari pencuri motor. Dia  memasukkan motor sports tua-nya itu di ruang tamu sederhana di balik pintu kontrakan. Dari situ dia langsung menarikku ke dalam kamar yang paling dekat dari ruang tamu. Dan kembalilah, pria jantan itu menggauliku dan melepaskan dahaga seksnya ke tubuhku yang siap selalu menerima kejantanannya.

Kami terus menghabiskan waktu bersama di kontrakan Mas Tio. Kira-kira hal itu terus terjadi selama satu minggu. Mas Tio secara khusus meminta shift yang jam pulangnya tidak terlalu berbeda dengan jam aku pulang. Aku sempat melarangnya karena dia baru bekerja. Takutnya teman-temannya menganggap dia seenaknya sendiri. Dia terus meyakinkan aku bahwa hal itu tidak apa-apa. Setiap aku pulang kerja pukul lima sore, aku selalu pulang ke kontrakan Mas Tio. Sebelumnya, Mas Tio akan meminta mantan mertuanya untuk menjemput anak-anaknya di sekolah dengan alasan dia sibuk di bulan pertamanya bekerja. Setelah puas menggauliku di kontrakannya, dia akan mengantarkanku pulang dan menjemput anak-anaknya. Bahkan di akhir pekan, Mas Tio berpura-pura bekerja serta menitipkan anaknya ke mantan mertuanya. Malahan, dia membawaku ke kontrakannya dan menyetubuhiku seharian suntuk.

Sampai suatu sore di hari kedelapan, aku memberanikan diri meminta sesuatu dari Mas Tio.

"Mas..." kataku memulai pembicaraan setelah Mas Tio ambruk di sebelahku setelah orgasmenya.

Mas Tio masih bernapas dengan berat setelah menuntaskan nafsunya di dalam liang senggamaku.

"Ada apa, Mbak?" tanya Mas Tio, menoleh padaku lalu mencium pipiku.

"Kita nikah saja, yuk..." kataku memberanikan diri meminta.

Mas Tio langsung kembali membaringkan diri di kasur. Dia memandang ke langit-langit. Namun, dia sama sekali tidak terlihat terkejut.

"Saya bingung, Mbak Ratna... Saya mau... Tetapi..."

"Tetapi apa, Mas?" tanyaku bangun dan memandang ke dekatnya berbaring lekat-lekat.

"Saya belum yakin saya bisa..." katanya terdengar menyesal. "Saya mulai cinta sama Mbak Ratna... Apalagi, kita sudah berbuat sejauh ini di ranjang... Saya menikmati tubuh Mbak Ratna... Mbak Ratna juga gadis yang baik dan pekerja keras..."

"Lalu, apa yang perlu Mas Tio pikirkan lagi?" tayaku mendesak. "Saya juga sudah terlanjur mencintai Mas Tio... Mas lelaki baik-baik... Mas Tio ganteng... Mas juga santun..."

"Saya belum yakin bisa menafkahi Mbak Ratna dan kedua anak Mbak Ratna," kata Mas Tio terang-terangan. "Saya belum mapan, Mbak... Anak saya sendiri saja tiga dengan gaji sebagai satpam cuma 4 juta. Saya tidak mungkin bisa menafkahi tiga orang lagi. Apalagi, di kantor kita melarang karyawan yang pasangan suami-istri bekerja bersama. Padahal, saya belum satu bulan kerja di sini..."

"Kalau gitu, kita nikah siri saja, Mas Tio!" kataku mantap. "Kita nikah siri saja biar tidak ketahuan kantor... Selain itu, biar kita tidak terus berzinah. Saya juga tidak minta macam-macam. Saya maunya Mas Tio menjadi suami saya... Hanya itu... Masalah anak-anak Mas Tio, saya bisa bantu. Kita kan sama-sama kerja. Jadi, kita bisa saling melengkapi. Setelah menikah, anak Mas Tio juga menjadi anak saya. Keluarga kita juga akan punya dua penghasilan karena suami dan istrinya bekerja. Saya akan mencintai anak-anak Mas Tio seperti saya mencintai anak-anak saya sendiri."

Mas Tio memandangku dengan mata penuh haru.

"Saya cinta Mbak Ratna," katanya lalu mencium bibirku. "Saya juga akan menyayangi anak-anak Mbak Ratna..."

Kami pun kembali berpagutan dan menyatukan tubuh kami kembali. Besoknya, kami saling mengenalkan anak-anak kami masing-masing. Seminggu kemudian, kami menikah siri di depan orang tua kami, anak-anak kami, dan mantan mertua Mas Tio. Beruntungnya, semuanya merestui hubungan kami, termasuk mantan mertua Mas Tio. Mereka senang cucu mereka bisa mendapatkan seorang ibu yang baik. Kami akhirnya bisa memulai kehidupan keluarga dengan tenang.

[ … ]

Ternyata, memang tidak ada yang namanya fairy tale. Gajiku 6 juta rupiah. Gaji Mas Tio 4 juta. Total kami membawa pulang 10 juta rupiah. Keluarga kami berisi tujuh orang dan tinggal di Jakarta, kota termahal di Indonesia. Kami harus membayar uang kontrakan rumah, uang SPP tujuh anak, dan biaya makan untuk tujuh orang. Belum lagi kami harus menyiapkan uang bensin, uang susu anak-anak, uang belanja kehidupan sehari-hari, dan uang untuk kelahiran anak kami keenam... Iya... Setelah bergalon-galon sperma Mas Tio tumpah ke dalam rahimku dan aku lupa meminum pil KB-ku, aku hamil...

"Saya memohon diri untuk izin cuti dulu, Mr. Raymond Iglesias," kataku menghadap ke atasanku.


Ilustrasi: Raymond Iglesias

"Apa maksud kamu dengan cuti, Ratna?" tanya Mr. Raymond dengan alis terangkat. "Lalu, siapa yang akan menggantikan pekerjaan kamu?"

"Maafkan saya... Saya ternyata hamil muda, Mr. Raymond. Enam minggu... Menurut hasil USG, kandungan saya lemah karena usia saya yang sudah melampaui 30 tahun," kataku berusaha menjelaskan dengan gugup. "Saya disarankan untuk mengambil cuti dan melakukan bedrest sampai usia kandungan saya melewati trisemester pertama..."

Mr. Raymond Iglesias memandang wajahku menyelidik, lalu bertanya dengan suara pelan. "Bagaimana kamu bisa hamil? Kamu kan tidak memiliki suami sekarang..."

Aku tidak berani memandang mata biru Mr. Raymond Iglesias dalam-dalam. Aku malu dan tidak tahu harus berbicara apa. Belum lagi, ini semua ada hubungannya dengan Mas Tio yang juga bekerja di kantor ini. Kalau ketahuan, kami berdua bisa dipecat.

"Maaf, Mr. Raymond. Sebenarnya... Saya sudah menikah."

"Kenapa tidak mengundang saya?" tanyanya terus terang. "Saya kecewa sekali kamu tidak mengundang saya... Saya sudah menganggap kamu sebagai keluarga..."

"Maafkan saya..." kataku lirih, tidak berani memandang mata beliau.

"Kamu tunggu saya sebentar, ya..."

Mr. Raymond Iglesias mengotak-atik ponselnya, lalu menelepon seseorang dengan loud speaker.

"Halo..." suara seorang pria dalam Bahasa Indonesia. "Ada apa Mr. Raymond?"

Aku ingat suara itu. Pak Tommy Irawan.

"Bisa kamu datang ke ruangan saya?" tanya Mr. Raymond pada Pak Tommy. "Bisa tolong bawa juga Danang ke sini? Sepertinya sekarang sudah bisa dimulai..."

Pak Danang Hutabarat, pengacara perusahaan kami? Gawat... Kenapa tim legal dipanggil? Biasanya tim legal datang kalau akan ada yang dipecat tidak hormat.

"Mr. Raymond..." kataku dengan suara memelas. "Apa Anda ingin memecat saya?"

Mr. Raymond yang terus berkutat dengan ponselnya memandangku sekilas, lalu tertawa.

"Tidak mungkin lah," Mr. Raymond melambai-lambaikan tangannya ke mukaku. "Kamu selama ini bekerja dengan sangat baik, Ratna. Kamu termasuk orang yang paling saya percayai di kantor ini. Percayalah pada saya. Saya akan memberikan sebuah penawaran menarik."

Mr. Raymond menaruh ponselnya kembali di meja, lalu loudspeaker kembali dinyalakan. Ada suara pria yang menyapa dengan Bahasa Spanyol.

"¡Hola!"

Aku tahu suara itu juga...

"¡Hola! ¡Trae a Hugo y Thiago a mi oficina!" kata Mr. Raymond bersemangat. "Podemos negociar sobre Tio ahora."

Tiga nama familiar disebut! Pak Hugo, Pak Thiago, dan Mas Tio?! Kenapa ini?

Mr. Raymond menutup teleponnya, lalu tersenyum padaku.

"Kami bisa membantu masalah kamu, Ratna..."

"Apa?" tanyaku bingung. “Apa maksud Bapak?”

Sebelum Mr. Raymond menjawab, pintu kantor sudah terbuka dan muncullah Pak Tommy dan Pak Danang masuk setelah mengetuk pintu.

"Ayo, kemarilah..." kata Mr. Raymond bersemangat. "Ratna sudah mengakuinya... Dia hamil..."

Mengakui? Mereka tahu aku hamil sebelumnya? Bagaimana bisa?!

Ilustrasi: Tommy Irawan

"Mr. Hugo dan Mr. Thiago apa sudah dipanggil, Mr. Raymond?" tanya Pak Tommy setelah duduk di sofa besar sebelahku.

Aku pun bergeser menjauh, berusaha menjaga jarak dari dua atasanku itu.

"Mereka sedang perjalanan ke sini," kata Mr. Raymond bersemangat. "Danang, siapkan foto-fotonya..."

"Sudah siap, Mr. Raymond..."

Ilustrasi: Danang Hutabarat

Saat Pak Danang memberikan sebuah amplop dan diterima Mr. Raymond, pintu kembali diketuk. Dua orang kembali masuk ke dalam kantor. Ada Mr. Thiago Sanchez dan Mr. Hugo Gutiérrez Ortega.

"¡Cierra la puerta!" kata Mr. Raymond bersemangat.

Mr. Thiago terlihat menutup pintu dan mengunci seketika ketika mereka semua sudah masuk.

"Ratna sudah setuju?" kata Mr. Hugo Gutiérrez Ortega bertanya dengan Bahasa Indonesia agar lebih jelas untuk kumengerti.

Ilustrasi: Hugo Gutiérrez

"¡Aún no!" kata Mr. Raymond cepat-cepat. "Duduk ke sini! Mari kita bertanya pada Ratna secara langsung."

"Kira-kira apa dia mau menerima, ya?" tanya Mr. Thiago Sanchez juga dalam Bahasa Indonesia.

Ilustrasi: Thiago Sanchez

Kami semua duduk di kursi itu dan jujur aku kebingungan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang lima orang ini ingini dariku?

"Ini, Ratna... Bukti CCTV," kata Pak Danang memberikan sebuah amplop coklat kepadaku. "Ada foto-foto yang kami screenshot dengan resolusi penuh. Selain itu, di dalam juga ada data rekaman CCTV di flashdisk di dalam ini."

Aku meraih amplop itu dengan tangan bergetar. Aku tahu ada yang tidak beres! Ketika kubuka, benar saja, jantungku serasa mau copot. Jepretan kamera CCTV dimana aku telanjang dan berhubungan badan dengan Mas Tio! Semuanya terjepret secara runtut! Dari aku membuka pakaianku di area parkir, lalu aku meloco kemaluan Mas Tio. Setelah itu, ada foto jelas ketika aku bercumbu dengan Mas Tio, sampai Mas Tio menggendongku. Mereka juga punya banyak sekali foto Mas Tio saat menyetubuhiku di ruangan satpam. Aku menangis... Aku ketakutan...

"Pak, apa maksud semua ini?" tanyaku pada Pak Danang dengan tangisan yang mulai pecah. "Bagaimana Bapak punya semua ini? Apa perusahaan akan menuntut saya dan Mas Tio? Ampuni kami, Pak!"

Aku langsung bersujud di depan Pak Danang, meminta beliau tidak menyebarkan ini dan menuntut kami.

"Ratna... Jangan begini..." Pak Danang meraih tanganku dan menarik tanganku untuk berdiri. "Jangan buat ini semua jadi sulit..."

"Sulit?" tanyaku kebingungan, lalu aku segera berpindah ke arah Pak Tommy dan bersujud di depannya. "Pak Tommy, apa Bapak akan memecat saya? Tolong, Pak... Saya punya tanggungan lima orang anak. Saya sedang hamil anak keenam kami... Saya perlu pekerjaan ini... Kalau bisa, jangan pecat saya, Pak!"

"Sudah, jangan bersujud begini, Ratna!" Pak Tommy segera memapah tubuhku berdiri juga. "Kamu itu sedang hamil muda! Jangan banyak bergerak!"

"Tolong maafkan saya, Mr. Raymond," kini aku merendahkan diriku dan bersujud di depan Mr. Raymond Iglesias. "Saya memang teledor dan tidak tahu malu... Tolong, bantu saya sekali ini saja..."

"Ratna, sudah kami bilang, you're fine..." Mr. Raymond meyakinkan diriku. "Kami ingin memajukan tawaran padamu. Bila semua ini terpenuhi, semua ini akan berakhir di sini... Komisaris dan semua karyawan tidak akan pernah mengetahui apa yang terjadi. Rekaman ini hancur di tangan kami..."

"Maksud Bapak?" tanyaku kebingungan.

"Kamu punya sesuatu yang kami inginkan, Ratna..." kata Mr. Hugo memulai kata-katanya.

"Sesuatu yang bila kamu bagikan, kami dijamin akan bungkam," sela Mr. Thiago sambil berkedip nakal ke arahku.

Aku memandang mereka dengan penuh kebingungan.

"Duduklah!" Mr. Raymond kembali menyuruhku duduk tenang di hadapan mereka semua. "Kami akan menjelaskan..."

Aku kembali duduk di sofa di hadapan Mr. Raymond. Dia menatapku dalam-dalam.

"Saya ingin memberikan penawaran padamu, Ratna..." kata Mr. Raymond memulai kalimatnya hati-hati. "Saya akan memberikan kamu cuti sampai kamu melahirkan. Setelah itu, kamu bisa bekerja dari rumah, mengatur dokumen-dokumen saya sampai anakmu berusia tiga bulan lebih. Terhitung satu tahun penuh saya akan membiarkan kamu cuti dan bekerja dari rumah..."

"Apa Bapak serius?" tanyaku terheran-heran.

"Tentu saja," Mr. Raymond lalu mendesah keras. "Tetapi ada syaratnya..."

"Syarat?" tanyaku mulai mencium sesuatu yang tidak benar.

"Kamu hamil anak Tio, satpam baru itu, kan?" tanya Mr. Thiago memberikan sekakmat pada diriku.

Aku tertunduk malu, lalu mengangguk jujur... Sudah kepalang tanggung... Tidak perlu ada hal lain yang perlu kami tutup-tutupi.

"Kalian sudah menikah, kan?" tanya Tommy melakukan sekakmat kedua.

"Benar, Pak..." tanyaku terkaget-kaget. "Bagaimana Bapak bisa tahu?"

"Saya punya sumber saya, Ratna..." Pak Tommy tersenyum padaku. "Sebagai staff HRD, kamu bisa dipecat dan dituntut bila ketahuan menyalahi kontrak..."

"Sebenarnya, kami hanya menikah siri, Pak," kataku meyakinkan. "Tolong jangan sampai perusahaan tahu soal hal ini..."

"Kami akan membayar penuh gaji kamu selama satu tahun ke depan, gaji Tio, dan tambahan gaji 10 juta rupiah tiap bulannya kalau kamu bersedia menuruti permintaan kami, Ratna," Mr. Hugo kini menyala. "Hanya satu kali seminggu saja..."

"Sekali seminggu apa, Mr. Hugo?" tanyaku merinding.

Mr. Hugo tersenyum nakal dan menghadap ke arah Mr. Raymond, lalu mengedipkan satu matanya.

"Izinkan Tio menjadi bintang utama di pesta seks yang kami adakan seminggu sekali tiap hari Sabtu malam.."

Mataku terbelalak. Hatiku hancur...

[ … ]


TIO MARCELLINO’s POV

Ilustrasi: Tio Marcellino


Aku tertunduk malu di depan kelima atasanku itu. Kami bertemu di sebuah kamar hotel di bilangan Jakarta Pusat, tepatnya di Hotel Kempinski, Bundaran HI. Kamar itu kamar paling besar dan mewah. Baru pertama kali aku masuk ke kamar hotel semewah dan seluas ini. Luasnya lebih besar dari kontrakanku dan Ratna. Mereka mendudukkanku di sofa dan memandangiku dengan tatapan menyeramkan dari ujung kepala sampai ujung kakiku.

Ilustrasi: Raymond Iglesias


“Kamu itu nakal sekali, Tio…” kata Pak Raymond, Chief Financial Officer kami, dengan logat asing yang kental.

“Nakal, Pak?” tanyaku bingung.

Ilustrasi: Thiago Sanchez


“Kamu kalau mandi suka keluar dari kamar mandi sambil telanjang bulat,” Pak Thiago, Chief Marketing Officer kami, kini menyela sambil tertawa terkekeh. “Tidak mungkin kan kamu tidak terpikirkan ada kamera CCTV di sekitar pos jagamu? Kamu mau menggoda kami, kan?

“OH, TIDAK, PAK,” selaku panik. “Saya benar-benar tidak terpikirkan… Saya kira sudah malam, jadi tidak akan ada yang melihat. Apalagi, gerah sekali di kantor kalau malam. Selain itu, pengawas CCTV-nya juga kami-kami sendiri selaku para satpam. Oleh karena itu, saya tidak segan mandi saat jaga. Saya tidak tahu ada yang bisa melihat dari luar…”

Ilustrasi: Hugo Gutiérrez


“Itu bukan alasan! Kamu pernah benar-benar menyetubuhi Ratna sampai berjam-jam dan berulang kali orgasme di rahim Ratna saat di pos jaga. Kami melihat semuanya dengan jelas dari rekaman CCTV seakan-akan kami sedang menonton film bokep profesional,” Pak Hugo kini menyela bersemangat. “Apa kamu tidak memikirkan betapa bernafsunya kami yang harus melihat kalian berdua enak-enakan seperti itu?”

“Maafkan saya, Pak…” kataku memelas.

Ilustrasi: Tommy Irawan


“Sudah terlambat,” Pak Tommy gantian menyela perkataanku. “Kamu sudah terlanjur membuat kami sange berbulan-bulan ini dan membuat kami memikirkan hal ini matang-matang, Tio… Ini salah kamu… Kamu harus menerima konsekuensinya…”

Aku tersentak mendengar kata-kata Pak Tommy. Apa yang akan mereka lakukan pada diriku?

“Pak… Saya mau diapakan?” tanyaku memohon dengan penuh rasa takut. “Apa yang akan terjadi pada saya? Kalian akan menyakiti saya? Apa salah saya, Pak? Saya orang kecil… Saya dan Ratna cuma berniat kerja untuk membiayai keenam anak kami ke depannya…”

Ilustrasi: Danang Hutabarat


“Tio, kami bukan orang jahat,” jawab Pak Danang, pengacara perusahaan kami. “Kami tidak akan menyakitimu… Apalagi…”

Pak Danang yang duduk tepat di sebelahku menyentuh dadaku lembut. Jantungku berdegup kencang dan badanku bergidik ketakutan.

“…Untuk apa kami menyakiti tubuh seindah milikmu ini?” lanjut Pak Danang sambil tersenyum.


Sekonyong-konyongnya, Pak Tommy, kepala HRD kami, langsung mengecup bibirku dalam-dalam. Dia raih kedua pipiku dengan tangannya dan menanamkan sebuah kecupan lembut di mulutku. Aku melotot, namun tidak berani bereaksi. Ciuman pertamaku dengan sesama pria… Aku bisa merasakan rasa mint dan bau napas Pak Tommy yang segar dari mulut Pak Tommy. Sepertinya, dia sengaja menggosok giginya dan memakan permen mint, ingin membuat pengalaman pertamaku berciuman dengan pria senyaman mungkin. Pelan-pelan, dia perkenalkan lidahnya yang basah ke ujung bibirku. Seperti terhipnotis, aku memejamkan mataku dan membuka mulutku, membiarkan lidahnya masuk dan menjelajah isi mulutku. Tanpa kusadari, Pak Tommy sudah membuatku berdiri dari kursi dan menyeretku ke posisi yang agak longgar di dekat kasur.

Pak Raymond tak mau kalah. Dia berdiri dan mengambil posisi ke belakangku. Saat Pak Tommy melepas ciumannya yang dahsyat itu dan memandang mataku dalam-dalam, Pak Raymond segera meloloskan kaos ketat warna hitam yang kupakai. Seketika itu juga, aku telanjang dada di depan kelima atasanku itu.

Pak Thiago langsung berjongkok sedikit, membuat posisi wajahnya sejajar dengan dadaku. Tanpa aba-aba, dia langsung mencumbu satu putingku dan memainkan lidahnya dengan lincah di sana. Pak Hugo tidak mau kalah. Dia memajukan mulutnya dan melumati putingku yang lain. Saat aku hendak mendesah karena dikerjai di berbagai titik sensitif oleh pria-pria itu, entah sejak kapan, Pak Raymond yang sudah ada di depanku segera melumati mulutku tidak kalah hebat dari Pak Tommy. Lidahnya bekerja dengan lihai menjelajahi mulutku.

Permainan bibir dan lidahnya cukup aktif, tetapi anehnya aku sama sekali tidak merasa jijik dilumati pria paruh baya itu. Diam-diam, aku malah semakin terangsang… Kurasakan batang kontolku mulai meradang. Namun, saat aku menyadari kontolku mulai konak, Pak Danang sudah berjongkok di bawah sana, berhasil melepas celana jeans yang kupakai sekaligus celana dalamku. Dalam sekejap, Pak Danang mencaplok kontolku tanpa jijik. Aku dioral… Arghhhhh… Rasa nikmatnya tidak bisa kupungkiri… Mantan istriku ataupun Ratna tidak pernah mengoral kontolku… Aku sendiri tidak pernah memaksa mereka… Jadi, ini pertama kalinya aku dioral…

Pak Tommy yang tadi paling pertama mengambil langkah menyentuhku, kini berada di belakang tubuhku. Dia buka kedua celah pipi pantatku. Aku tersentak, hendak menoleh ke belakang. Sayangnya, aku tidak bisa. Mulutku sedang dicumbui Pak Raymond, kedua putingku sedang digarap Pak Thiago dan Pak Hugo dengan beringas, dan batang kontolku sedang dioral nikmat oleh Pak Danang. Di belakang, Pak Tommy ternyata menjilat-jilat celah pantatku. Dia memasukkan lidahnya, menari-nari di sepenjuru lubang kenikmatanku. Aku mengerang-erang di dalam mulut Pak Raymond yang masih beringas mencumbui mulutku. Napasku tersengal-sengal, dan tubuhku mengejang-ejang. Rasa nikmat ini tak tertahankan.

Pak Raymond segera melepas cumbuannya dari mulutku, lalu menempel-nempelkan hidungnya di hidungku dan dahinya ke dahiku. Aku bisa merasakan napasnya yang hangat menerpa wajahku… Bau napasnya juga harum, sama harumnya dengan Pak Tommy… Aku cuma bisa memandang pria tampan paruh baya itu dengan nanar. Wajahnya kebapakan dan ramah, tetapi kenapa dia ingin mencumbuiku, sesama lelaki seperti ini?

“Jangan sakiti saya, Pak…” kataku ketakutan dengan tubuh gemetar ketika sekujur tubuhku sedang dibalut lidah kelima pria berbadan kekar itu. “Jangan sodomi saya… Saya takut sakit, Pak… Ampuni saya, Pak…”

“Tio… Kamu harus tahu, kami ini homoseksual. Tetapi, kami bukan monster… Kami juga bukan orang jahat…” bisik Pak Raymond lembut sambil tangannya memegang pipiku mantap. “Kami mengingini kamu… Tetapi, kami juga bukan orang bodoh…”

Pak Raymond memegang lembut pundakku yang kokoh, satu-satunya kulitku yang tidak sedang dijilati seseorang. Dia sentuh kulitku yang mulai berkeringat karena terus kelonjotan, menahan rasa nikmat yang menjalar di sepenjuru tubuhku akibat jilatan dan hisapan keempat pria lain itu.

“Tubuhmu ini akan kami jaga… Akan kami pakai dengan lembut…” katanya lalu tersenyum memandangku. “Kalau kami menginginkan kamu untuk terus mau melayani kami, kami tentu harus bisa memuaskanmu juga. Dengan begitu, semuanya akan lebih menyenangkan. Tidak ada paksaan. Karena itu, kami sudah berupaya untuk bisa memuaskanmu sehingga kami bisa terus menikmati tubuhmu…”

Ilustrasi: Raymond Iglesias


Pak Raymond kembali melumati bibirku dengan lembut. Lidahnya ditanamkan masuk ke dalam rongga mulutku, membawa liurnya yang segar masuk dan bercampur dengan liurku. Napasku semakin memburu. Badanku kembali bergetar. Pak Raymond kembali melepas cumbuannya, lalu berbisik di dekat mulutku.

“Kalau tadi Tommy yang mengambil ciuman pertamamu,” kata Pak Raymond sambil memandang mataku dalam-dalam, meraih tanganku dan memaksaku menyentuh batang kontolnya yang besar dan sudah meradang. “Aku yang akan mengambil keperjakaan lubang pantatmu yang sempit ini, Tio…”

Aku langsung ketakutan. Bayangan batang sebesar ini memasuki pantatku menghantuiku dan membuatku gemetar.

“Jangan, Pak…” kataku berusaha menahan rangsangan lidah nakal dan basah Pak Tommy.

Dia mengeluarkan erangan-erangan tertahan karena rasa semangat saat mengerjai lubang pantat perjakaku yang sudah berkedut-kedut.

“Tenang saja, Tio,” kata Pak Tommy setelah melepas sapuan lidahnya dari liang pantatku itu sekilas. “Saya akan siapkan agar lubang kamu se-rileks mungkin. Kamu tidak akan menyadari ketika setiap dari kontol kami menyetubuhimu nanti.”

“JANGAANNN!” kataku berusaha meloloskan diri dari horrornya kondisi ini.

Pak Hugo dan Pak Thiago segera melepas lumatan nikmatnya dari kedua puting kecil melentingku dan memegangi bagian atas tubuhku. Pak Danang juga melepas lumatan mulut berpengalamannya dari batang penisku dan gantian meloco batang kejantananku secara intens dengan mulut menganga.

“Tenang… Tenang, Tio…” kata Pak Thiago berusaha menenangkan.

“Jangan panik, Tio,” sela Pak Hugo menimpali.

Pak Raymond segera memegangi pipiku kuat-kuat, lalu berbisik meyakinkan, “Kami akan terus merangsang semua titik kenikmatan di tubuhmu sehingga kamu tidak merasakan kesakitan.”

Ilustrasi: Hugo Gutiérrez


“Disetubuhi pria lain akan tidak terasa sakit kalau kamu mau menerima setiap kontol yang masuk di dalam pantatmu dengan santai dan tanpa penolakan, Tio,” ucap Pak Hugo menimpali, lalu mencium bibirku dalam-dalam. “Terima setiap batang kenikmatan kami yang masuk dan nikmatilah… Izinkan kami memberi kenikmatan ke tubuh indahmu ini…”

Pak Thiago lalu merebut mulutku yang baru saja digilir mulut-mulut segar pria lain itu dan gantian melumati bibirku. Pak Hugo kembali sibuk melumat habis putingku bersama Pak Raymond. Pak Danang kembali mengorali batang kemaluanku tanpa ampun dan Pak Tommy kembali menggilas habis lubang pantatku hingga licin basah dan berkedut-kedut.

Ilustrasi: Thiago Sanchez


“Kamu tahu, Tio, kami sudah menunggu-nunggu saat ini selama berbulan-bulan,” kata Pak Thiago setelah melepas cumbuannya dari mulutku dengan napas yang memburu dan mata memerah yang memandang mataku hebat. “Kami tidak akan melewatkan saat-saat ini. Dan kami akan membayarmu besar. Sangat besar. 20 juta per bulan dari kami berlima untuk kami nikmati bersama sekali seminggu di hari Sabtu.”

Aku langsung bergidik ngeri… Jadi, setiap hari Sabtu, aku harus membiarkan mereka menyantap tubuhku seperti ini?

“Kita mulai saja!” kata Pak Danang setelah melepas kulumannya dari batang perkasaku yang terus meradang tanpa malu. “Kita segera setubuhi dia bergantian! Saya yang akan menciumi bibirnya agar dia bisa rileks.”

Ilustrasi: Danang Hutabarat


Pak Danang, pria terakhir yang belum mencumbuiku, segera melumati bibirku tanpa tanggung-tanggung. Mereka semua langsung menuntut tubuhku ke kasur dengan mulutku yang masih dilumat habis bibir Pak Danang. Tubuhku dijatuhkan di kasur dan Pak Danang melumati bibirku dengan posisi terbalik seperti Spiderman. Di samping kiriku, Pak Thiago melumati puting kiriku. Puting kananku pun tidak bisa istirahat karena sedang dilumati Pak Hugo dengan tidak kalah agresifnya. Di sebelah Pak Hugo, Pak Tommy sudah menggantikan posisi Pak Danang tadi dan meloco kontolku yang meradang sambil mulutnya sibuk menjilati dan melumati kontolku. Pak Raymond tampak di posisi paling bawah, mengangkat kakiku mengangkang ke atas dan lidahnya terus menggelitik lubang pantat kecilku yang berkedut-kedut karena kegelian. Mulutku terus mengerang tak terkendali di dalam mulut Pak Danang yang terus melumati bibirku tanpa ampun. Aku sudah lepas kendali seutuhnya.

Setelah merasa lubang pantatku sudah rileks karena sergapan lidahnya dan rangsangan-rangsangan dari mulut dan lidah laki-laki lain, Pak Raymond sejenak di samping kasir dak meminta bantuan Pak Tommy untuk memuluti kontolnya.

“Tommy, tolong oral saya sebentar,” kata Pak Raymond sopan. “Saya ingin segera mengambil keperjakaan Tio…”

Pak Tommy langsung mengangguk, dan tanpa disuruh dua kali, dia segera melumati batang kontol Pak Raymond supaya tegang sempurna dan mampu menusuk lubang sempit dengan lancar. Pak Raymond seketika mengerang tertahan karena rangsangan dari mulut Pak Tommy. Sekitar sepuluh detik, Pak Tommy tanpa ampun memberi Pak Raymond oral seks terhebat sampai kontol Pak Raymond memegang sempurna dan badannya kelonjotan. Pak Raymond melepas mulut Pak Tommy secara paksa dengan menarik wajah Pak Tommy ke depan kepalanya, lalu melumati mulut Pak Tommy beberapa saat dengan penuh nafsu. Setelah itu, Pak Raymond berbisik lembut di depan wajah Pak Tommy.

“Terima kasih, Tommy…”

Pak Raymond segera kembali berkonsentrasi dengan pantatku yang kurasa sudah becek karena ludah Pak Raymond daritadi.

“Saya akan segera menyetubuhimu, Tio…”

Katanya sambil meremas pantatku yang montok itu dan sudah telanjang bebas. Aku sedikit hendak berontak, tetapi ketiga pria lain yang aktif menyantap tubuhku memegangi tubuhku lebih kuat dan mulut serta lidah mereka semakin merangsang titik-titik sensitifku dengan lebih hebat.

Let go, Tio…” kata Pak Thiago sebentar. “Jangan berontak… Percaya pada kami…”

“Kami sedang membantumu, Tio sayang,” kata Pak Danang dalam sela-selama cumbuan mautnya ke bibirku. “Multi rangsangan dari kami ini akan membuat otot-otot tubuhmu semakin rileks sehingga kamu tidak akan merasakan sakit saat kami bergantian menyetubuhimu nanti.”

Pak Danang semakin menunjukkan agresivitas dan semangatnya dalam mencumbui mulutku. Pak Thiago dan Pak Hugo semakin beringas menjilati kedua puting kecilku. Pak Tommy tak kenal capek dan terus melakukan deep throat di batang penisku. Pak Raymond, di luar dugaanku, ternyata sudah menempelkan kepala batang besarnya ke ujung lubang pantatku. Aku menelan ludahku yang terus bercampur dengan ludah Pak Danang. Aku memejamkan mataku, berusaha memasrahkan diriku yang akan segera disetubuhi pria lain ini. Mulutku sekarang spontan berusaha mengimbangi lumatan Pak Danang yang semakin agresif.

Aku tidak punya pilihan…

{ SENSOR }
 

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

CUPLIKAN SELANJUTNYA:

“¡Eres tan apretado, hombre!” kata Pak Raymond sambil memejamkan matanya kuat-kuat, menikmati jepitan liang senggamaku. “You are so tight, man!”

“Argghhh, arrggghhh, argghhh, sakit, Pak!” kataku mulai merasakan rasa sakit yang tak tertahankan di dalam pantatku.

“Hisap lebih kuat!” kata Pak Raymond panik sambil memberi arahan ke keempat temannya. “Cium lebih bernafsu! Hisap putingnya dan kontolnya lebih enak! Kasihan dia! Jangan sampai kesakitan!”

Kurasakan, Pak Thiago dan Pak Hugo makin menggelitik putingku dengan gemas dengan lidahnya. Sesekali, mereka bergantian menyedot dadaku yang bidang dan montok itu dan menjilati kedua ujung putingku dengan gemas. Pak Tommy juga semakin sering memaksa tenggorokannya menerima kontolku penuh untuk deep throat. Rasanya benar-benar sensasional! Aku terus mengerang-erang hebat di dalam mulut Pak Danang yang semakin beringas melumati dan menjelajahi seisi mulutku dengan lidahnya. Aku tidak tahan lagi menerima segenap rangsangan bertubi-tubi dari kelima pria seksi ini. Sejenak, aku lupa akan rasa sakit di pantatku yang perlahan-lahan hilang karena tertindih rasa nikmat tak tertahankan yang mulai datang. Tanpa kusadari, Pak Raymond telah mendorong pantatnya lebih masuk merojok lubang kecilku. Satu hentakan akhir, akhirnya, batang perkasa pria paruh baya tampan itu telah masuk seutuhnya di dalam pusat pantat montokku. Pak Raymond berhasil memasukkan kontolnya mentok di dalam diriku.

“ARGHHHHH!” teriakku ketika menyadari tubuh jantanku telah ditaklukkan.

“ARGGHHHHHH! YOU FEEL SO GOOD!” kata Pak Raymond bersemangat dengan keringat bercucuram di tubuhnya. “¡Me encanta follarte, hombre! I LOVE FUCKING YOU, MAN!”

Pak Raymond segera menyodomiku lebih beringas dan lebih leluasa. Dia segera mengeluar-masukkan kontolnya dengan lancar dan tanpa hambatan di dalam lubangku yang sudah rileks dan menganga, menerima setiap inci dari kejantanan pria Spanyol itu masuk. Mulutku pun tak henti-hentinya mengerang di dalam lumatan mulut Pak Danang. Kedua putingku semakin mengeras di dalam lumatan Pak Thiago dan Pak Hugo. Kontolku sendiri seperti hampir orgasme di dalam mulut Pak Tommy setelah kurang dari satu menit disetubuhi Pak Raymond.

Everybody, out of your way!” Pak Raymond memberi aba-aba. “Tolong beri waktu saya dan Tio menikmati keintiman ini. Beri waktu dan tempat saya menikmati tubuh Tio sendirian sebentar saja.”

Pak Thiago dan Pak Hugo langsung mengerti. Mereka segera melepas mulut mereka dari putingku dan langsung saling menghampiri dan berciuman di sisi kasur lain. Pak Tommy segera meraih kontol Pak Thiago dan mengoralnya tanpa meminta izin. Pak Danang sendiri mendekati puting Pak Hugo dan menyelomoti salah satu putingnya dan memilin puting yang lain dengan tangannya. Tangan Pak Danang yang satunya meloco kontol Pak Tommy yang sedang memuluti kontol Pak Thiago.

Aku sendiri kini memusatkan perhatianku ke arah Pak Raymond  di depanku. Dia tersenyum manis ke arahku dengan tangannya memegangi kakiku dan batang perkasanya sedang mengisi liang senggamaku.

“Kamu tampan sekali, Tio…” katanya tersenyum sebelum menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku dan mulutnya melumati mulutku.

Tubuhku sekarang sudah dalam kekuasaan Pak Raymond seutuhnya. Aku sudah lemas, tidak tahu harus berbuat apa dalam keadaan seperti ini.

Aku yang bukan pecinta sesama jenis ini sedang terhanyut ombak nafsu sesama jenis yang diciptakan Pak Raymond pada diriku. Aku sedang disetubuhi dalam posisi missionary. Kontol Pak Raymond dengan perkasanya mengisi liang senggamaku di bawah sana, lalu tangannya kini memilin pantatku. Wajahnya menatapku dengan senyum mengembang sambil sesekali melumat mulutku yang terus haus akan ciuman dari mulut segarnya. Sesekali, ciumannya dia turunkan ke bawah, melintasi leher dan pundakku. Dia jilat tanpa ampun pundakku, puting susuku, dan dadaku. Dia terus tersenyum dan terus menjilati nakal setiap permukaan tubuhku sambil mengeluar-masukkan batang sempurnanya di dalam lubang senggamaku. Napas hangatnya yang beraroma segar sesekali membelai wajahku dan memamerkan senyuman dari wajah tampan dewasanya. Aku cuma memandangnya nanar dan berusaha menikmati tiap sodokan kemaluannya di dalam tubuhku itu.


“Kamu menikmati ini semua, Tio?” tanyanya dengan senyum mengembang dan napas memburu dengan jantan karena terus menyetubuhi diriku di bawah sana.

Aku tidak berani menjawab, hanya mengangkat kepalaku dan terus membenamkan kepalaku malu-malu di dada Pak Raymond yang berbulu dan basah oleh keringat. Dia tersenyum melihat tingkah manjaku dan terus menyenggamaiku dan sesekali mengecupi bibirku yang mulai basah.

Aku sempat menoleh ke samping dan melihat Pak Hugo sedang menungging. Di belakangnya, Pak Tommy sedang menyetubuhinya secara doggy style. Di depan Pak Hugo, Pak Danang sedang mencumbui bibir Pak Hugo dan memainkan jari-jarinya ke kedua puting Pak Hugo yang melenting. Pak Thiago sendiri tampak sedang berbaring terlentang di bawah tubuh Pak Hugo dan mengoral batang kejantanannya sambil meloco batang kejantanannya sendiri.

Ketika aku menoleh ke arah Pak Raymond sendiri, dia tampak sedang menyetubuhi diriku lebih beringas. Entah dari kapan, dia sudah mengambil bantal dan mengganjal pantatku dengan bantal itu. Dia terus menggerak-gerakkan bokong montokku dengan tangannya dan mengaduk-aduk segenap isi pantatku dengan batang perkasanya. Sudah tidak ada lagi rasa sakit yang kutakutkan tadi di titik ini… Yang ada hanya rasa nikmat tak tertahankan dan erangan-erangan yang keluar dari mulutku dan mulut Pak Raymond secara bersautan. Sesekali dia juga menjilati secara gantian putingku yang melenting dan ingin dipuaskan itu. Jilatan-jilatan nakalnya menyapu setiap bagian tubuhku sampai aku keenakan dan kegelian. Sambil tetap mantap menyetubuhi pantatku, kepala Pak Raymond terus menjelajah dan sesekali menjilat setiap titik sensitif tubuhku. Dia juga tampak menjilati pusarku, membuat aku kegelian luar biasa.

Tanpa memberiku aba-aba, Pak Raymond mengangkat satu kakiku ke atas, menciuminya, dan memutar kakiku ke samping. Dia memaksaku berbaring menyamping dan bertumpu pada separuh dadaku. Saat itu, kontol Pak Raymond terasa menjelajah isi pantatku dengan leluasa. Pak Raymond segera memaksa kontolnya masuk lebih dalam ke pusat pantatku, membuatku mengerang hebat. Tubuh basahnya berkeringatnya makin menggila mendorong masuk kemaluannya mentok ke titik prostatku, membuat aku mengerang keras seperti orang gila. Satu tangan Pak Raymond meraih pipiku dan memaksa aku menoleh, memandang matanya lekat-lekat. Wajah Pak Raymond pun didekatkan ke wajahku, dan segera dia melumati bibirku. Aku pun membalas tak kalah bernafsunya. Aku sudah lupa daratan. Aku terus mencumbunya layaknya seorang pria homoseks menciumi pasangan lelakinya.

{ SENSOR }
 

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

CUPLIKAN SELANJUTNYA:

“Ayo, siapa yang selanjutnya?” tanya Pak Raymond santai, seakan-akan membagi tubuhku dengan pria-pria lain adalah sebuah hal yang lumrah. “Kalian bisa langsung setubuhi dia!”

Pak Thiago yang daritadi memberikan oral seks pada kemaluanku mulai bangkit. Tanpa basa basi lagi, dia segera menuntun kejantananmya masuk ke dalam pantatku yang basah karena bekas sperma licin Pak Raymomd. Dia langsung mempercepat ritme genjotannya tanpa repot-repot meminta izin dariku. Pada titik itu, aku sudah merasa nyaman dengan keberadaan kejantanan pria di dalam tubuhku. Otot pantatku juga sudah rileks. Pergerakan batang kemaluan Pak Thiago benar-benar sudah pas dan terasa licin sehingga gesekan-gesekan kemaluannya di pantatku tidak terasa sakit sama sekali. Yang aku perlukan hanya menikmati Pak Thiago yang begitu bernafsunya menyetubuhiku. Selama kurang lebih 15 menit, Pak Thiago terus menggenjot pantatku dengan bersemangat. Pak Hugo, Pak Tommy, Pak Danang, maupun Pak Raymond tetap bergantian menciumi bibirku, menjilat putingku, atau mengoral kemaluanku.

Setelah Pak Thiago menuntaskan orgasmenya di dalam pantatku yang becek, satu per satu dari Pak Tommy, Pak Danang, dan Pak Hugo kembali menggilir lubangku dengan batang-batang perkasa mereka. Tubuhku penuh dengan keringat jantan. Namun, tubuhku telah digilir bergantian oleh para pejantan layaknya seorang betina. Kontol-kontol mereka bergantian menyetubuhiku. Mulut dan lidah mereka bergantian mencumbu, melumati, mengoral, dan me-rimming setiap titik sensitif tubuhku. Selain penuh dengan keringat, tubuhku juga penuh dengar sedikit ceceran sperma mereka semua yang telah menikmatiku. Setelah puas menikmati tubuhku, setiap dari mereka mulai mencumbui mulutku lebih hangat. Mungkin hal itu terjadi karena chemistry-ku dengan tiap dari mereka mulai nampak karena persenggamaan yang terjadi. Bagaimanapun juga, kami semakin intim satu sama lain

Aku terus berusaha menahan orgasme yang muncul sejak aku mulai menikmati sentuhan-sentuhan mereka di tubuhku itu. Diam-diam, aku tidak mau kenikmatan ini segera berakhir dan aku buru-buru memuncratkan benih kenikmatanku. Aku takut setelah aku orgasme, tubuhku jadi lemas dan tidak menikmati surga dunia yang diciptakan lima atasanku ini. Namun, saat Pak Hugo, orang terakhir yang hendak menuntaskan benih kenikmatannya ke tubuhku itu, menyetubuhiku, aku tidak bisa tahan lagi. Aku sudah tidur menyamping di kasur dengan kakiku terangkat untuk memberi ruang bagi kejantanan Pak Hugo. Pak Hugo sedang menyodomiku dengan tidur menyamping sambil pantatnya maju-mundur menyenggamaiku. Pak Raymond sendiri sedang menjilati jari-jari kakiku satu per satu sambil terduduk di atas kasur. Di depanku, Pak Thiago sedang mencumbui bibirku dengan lembut dan penuh perasaan. Sedangkan di bagian bawahku, Pak Danang sedang mengoral kontolku dalam-dalam.

 { SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

[ ... ]

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995
Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing
Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

3. Melalui KaryaKarsa
Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.
Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.
Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.
Nama file di KaryaKarsa adalah: TKSDMLA_JM 
Kalian bisa mencari karya-karya saya dalam tag: J3R3MY MUR4K4M1.
Maaf apabila nama file dibuat singkatan dan simbol-simbol. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa. Namun, karena ceritanya nanti bentuk PDF dan bisa didownload terlebih dahulu, dijamin pembelian aman karena sudah ada di ponsel / komputer pembaca.

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995.

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.
Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.
 

Salam sayang,
Jeremy Murakami

Continue Reading

You'll Also Like

609K 21.3K 51
For both the families, It was just a business deal. A partnership, that would ensure their 'Billionaire' titles. And to top it all off, they even agr...
94.3K 3.7K 42
"Love like Flowers and Fire" - butterflies rising - House of the Dragon - (...
20.9K 2.5K 27
Lily Autumns has watched Allie Winters blow up her boss's, life three times. Once when Allie destroyed his company, and bought it for scraps, once wh...
73.6K 11K 42
Setelah mengetahui bahwa dirinya mengandung, Larasati Kirana sangat kebingungan. Ia memang punya kekasih, namun mereka tidak pernah melakukan hubunga...