Untold: Animal Like Behavior...

By Caramellody_

165 13 0

The war isn't just between Street Killer Slaves and The Phantom Roadrichs. Jordan dilahirkan dengan normal, s... More

The Phantom Roadrichs
Street Killer Slaves
Just Like I Did
She's called Caramello, without Pramuditya
Only a monster can destroy a monster too
Are you in pain?
Well. It is what it is
Stare to stare, Punch to punch

Sending his forward to face a demon

15 1 0
By Caramellody_

Bad Boy - Tungevaag, Raaban ft. Luana Kiara
01:43 ━━━━●───── 03:50
⇆ㅤ ㅤ◁ㅤ ❚❚ ㅤ▷ ㅤㅤ↻

©

Cerita mereka pun terus berlanjut dan mengalir sampai jauh seperti air. Vijendra tidak sengaja melihat ke arah jalanan, terlihat banyak mobil mewah melintas dan masuk ke tempat di mana basecamp mereka berada. Sontak Vijendra yang tadi nya santai santai pun terlonjak berdiri, gurat wajahnya menjadi panik begitu sosok orang yang begitu dikenal di Ibukota keluar dari mobil paling depan. Rivadion terlihat menghampiri orang itu, sementara teman teman mereka yang lain bersiaga. Caramello melihat keramaian tersebut pun menjadi kebingungan.

"Eh kenapa tuh kak, rame rame?"
Vijendra menatap Caramello serius.
"Kamu, ngumpet dulu deh."
"Kenapa kak, ada apa?"
"Pokoknya sembunyi aja-!"

Setelah nya, Vijendra meninggalkan Caramello dan bergabung di kerumunan teman teman nya. Ouh Caramello yang di tinggal sendiri pun makin heran, ia semakin menajamkan mata melihat aktifitas para remaja remaja yang tengah dalam fase mencari jati diri itu. Sampai yang tertangkap oleh penglihatan nya adalah, orang yang tadi menyuruh Nandio untuk berbelanja di dorong kasar oleh orang yang baru keluar dari mobil. Wah, bahaya. Mau berantem nih pasti, radar Caramello segera menangkap sinyal itu dan akhirnya ia mengerti kenapa ia di suruh sembunyi. Akan tetapi ia bingung harus sembunyi dimana. Sampai akhirnya ia melihat pohon mangga besar di sudut dan berpikir untuk bersembunyi di sela semak semak di bawah pohon mangga. Ia sekalian mengintip juga dari sana.

Benar, untung saja Caramello bersembunyi. Sebagian orang orang yang bermobil itu menerjang bengkel dan merusak segala macam peralatan disana. Ngeri, Caramello gemetar, menelan saliva nya dengan rasa rasa takut ketauan. Dag dig dug, tapi bukan dag dig dug jatuh cinta.

Melihat bengkel kepunyaan sang ayah di rusak, Rivadion pun menjadi berang. Ia bisa menerima dorongan orang di depan nya ini. Tapi perbuatan mereka selanjutnya tidak bisa di toleransi. Jordan, nama orang yang pertama kali keluar dari mobil dan dihampiri oleh Rivadion adalah leader dari orang orang bengis ini.

The Phantom Roadrichs, diserang oleh Street Killer Slaves malam itu.

Nyali mereka sedikit ciut juga, meskipun mereka anak Teknik, menghadapi penguasa jalanan yang sesungguhnya tidak dapat di bayangkan akan jadi seperti apa oleh mereka.
"Faksi baru. Tiba tiba muncul tanpa gue tau."
"Sejak kapan setiap faksi yang baru di bentuk harus izin ke lu? Bukan nya cukup dengan punya identitas dan bukan anonim?"
"Harus nya sih begitu.. tapi--" Jordan melangkah mendekat lalu menarik kerah pakaian Rivadion. Davelio, sontak memegangi lengan Jordan dengan wajah keheranan.

"Tapi apa?"

"Kota ini milik pemenang, dan gue memenangkan semua pertarungan. Jadi, sudah jelas penguasa di kota ini cuma gue. Tapi gue denger denger disini ada orang yang bisa menandingi gue. Yang mana?"

Meskipun bicara dengan tenang dan cenderung lembut, Rivadion tetap bisa merasakan hawa ingin memangsa dari perkataan Jordan. Ia sekaligus bingung. Menandingi? Apa maksudnya itu? Siapa yang bisa menandingi nya disini? Rivadion sontak melihat teman teman nya satu persatu yang kelihatan sama bingung nya.

"Lu cuma tantrum! Gak ada yang bisa nandingin lu disini. Meskipun bisa gak ada yang mau! Kami gak gila kekuasaan seperti kalian, lepasin pacar gue!!" Davelio perlu mengerahkan tenaga cukup banyak demi melepaskan Rivadion dari cengkraman Jordan. Tentu saja Jordan tidak puas dengan jawaban itu. Dalam pikiran nya orang yang di setarakan dengan nya itu tengah bersembunyi, jika lambat laun di biarkan ia bisa menjadi duri dalam daging bahkan bisa menghancurkan nama nya di era faksi ini. Dia harus dihabisi sekarang.

"Siapa ketua nya?"

"Sebenarnya gak ada. Tapi hanya untuk formalitas, gue memimpin mereka secara resmi."

Kasihan Rivadion karna mengakui fakta itu. Tapi Rivadion tidak menyesal meskipun wajahnya di hujam oleh salam kenal bogem mentah dari Jordan. Saat itu juga Rivadion langsung sadar. Dia tidak bisa mengalahkan orang ini. Malang nya, respon setelah dirinya di pukuli cukup lambat karna begitu Jordan melayangkan tinju, The Phantom Roadrichs langsung menyerang Street Killer Slaves tanpa aba aba. Pertarungan mereka tidak bisa di hentikan lagi sehingga Rivadion terpaksa mau tidak mau bertarung juga. Dengan mata yang tetap awas memantau Davelio. Berharap Davelio cukup pintar untuk tidak mendekati Jordan. Karna dari sudut pandang Rivadion saat ini, Jordan yang tengah di keroyok oleh The Phantom tersebut sama sekali tidak tampak kewalahan, sebaliknya ia terus unggul begitu menghajar para anggota Rivadion tanpa ampun sehingga banyak dari mereka yang tumbang. Ibles! Bagaimana bisa Jordan yang di hadapkan dengan hampir 10 orang The Phantom itu bisa memangsa mereka satu persatu. Mereka yang berjumlah lebih banyak pun tidak berkutik di hadapan sang penguasa. There's no quantity over quality, bro. This is Mikhail Jordan Alexander. Your nightmare. Rivadion tidak tega melihat hal tersebut, hingga rasa tanggung jawab sebagai ketua membuat ia kembali maju ke hadapan Jordan.

Meskipun hidung nya mengeluarkan darah karna pukulan tadi.

"Lu liat kemana bro?!"

Rivadion menyusun taktik dengan tiba tiba muncul di belakang Jordan dan mengayunkan pukulan nya. Sialan, Jordan bisa langsung sadar dengan refleks yang tinggi lalu menahan pukulan Rivadion lalu membanting nya ke depan. 2 kali. Jordan mengangkat kaki hendak menginjak Rivadion, Rivadion bersiap untuk menahan itu. Beberapa saat menunggu tidak ia rasakan juga rasa sepatu pantofel milik Jordan. Hingga ia mengalihkan kedua tangannya yang menutupi wajahnya. Dia telah pergi.

Rivadion melihat Jordan malah berjalan ke arah Vijendra yang tengah bertarung juga, alih alih menginjak injak wajahnya. Vijendra tengah bertarung dengan seorang pemuda yang tampak gemulai, keliatan betul dia tidak cocok berada di medan seperti ini. Dia lah Galien. Pantas saja Jordan melupakan Rivadion, ternyata submissive nya terluka toh. Vijendra lebih kuat dari Galien hingga mudah bagi nya untuk memukuli si genit itu. Sayang sekali Vijendra tidak menyadari bahaya yang bergerak mendekati nya.

Vijendra memukuli Galien. Tidak seperti sebelumnya, Galien yang awalnya menangis tiba tiba tertawa genit. Menyebalkan sekali wajahnya itu. Vijendra ingin terus memukuli nya sampai dirinya tiba tiba ditarik oleh tenaga yang begitu kuat, sampai Vijendra terhuyung ke tanah. Belum sempat ia bangun, tubuhnya di putar paksa membuat Vijendra melihat sosok yang menarik nya tadi. Matanya menyiratkan kemarahan. Ah seharusnya Vijendra sadar siapa yang dia pukuli. Sudah terlambat untuk berlari sekarang. Mungkin kah ia mati karna di pukuli oleh pemilik New Indo-Asia ini. Vijendra pasrah dan juga takut. Benar benar takut.

Ketakutan nya berubah menjadi kenyataan begitu Jordan mulai memukul nya lebih dari ia memukul Galien. Sialan nya lagi, Galien yang masih terbaring ditanah mengeluarkan tawa gembira.

"Anjing!"

Hanya umpatan itu yang sanggup Vijendra lontarkan sebelum ia mulai kehilangan kesadaran secara perlahan dengan luka menghiasi wajah manis nya.

Caramello yang melihat dari persembunyiannya menganga tak percaya. Aduh, merinding bos. Dia tidak ingin terlibat dengan mereka tapi Vijendra yang gugur begitu membuat nya merasa sedih juga karna sangat akrab tadi. Empati nya sangat tinggi sampai air mata nya meremang melihat Vijendra di geprek. Tidak bisa membayangkan bagaimana marah nya Nandio jika melihat hal ini. Jordan pun tetap memukuli Vijendra meskipun sudah tidak sadarkan diri. Caramello tidak tahan dengan situasi yang tidak mengenakkan ini dan berpikir untuk pergi. Tapi jalan masuk ter barricade oleh mereka yang tengah berkelahi. Apa yang harus ia lakukan?

Rivadion lagi lagi berusaha menyerang Jordan untuk menahan nya dari menyiksa Vijendra yang sudah tidak berdaya. Itu berhasil? Tidak. Si iblis itu malah meraih kepala Rivadion lalu dibanting ke tanah hanya dengan sekali lemparan. Cuk? Sakit loh itu--

"Dion!"
Davelio menjadi linglung dan tidak fokus melihat kekasih nya dihantam kan ke tanah begitu saja. Saat itu juga ia kalah telak dari Gio karna mengalihkan perhatian.

"Ka Dave..." Caramello bergumam di tempat persembunyiannya. Lama lama ia pun muak juga. Tangan nya yang sejak tadi merogoh kantong hoodie nya menemukan sebuah barang berguna di sana. Sebuah masker. Memikirkan sesuatu sambil membayangkan resiko. Kelamaan! Caramello akhirnya memutuskan untuk nekat. Ia pakai masker yang ia temukan, kemudian dari semak semak berlari secepat mungkin, ketika jarak antara dirinya dengan Jordan ia rasa sudah pas, ia melompat sambil melayangkan tinju yang luar biasa nya mengenai titik lemah manusia. Belakang telinga Jordan. Wah itu langsung nging tuh telinga. Jordan pusing, pandangan nya buram dan sempat oleng sebentar efek pukulan itu. Lumayan juga tuh.

Rivadion, Davelio, Naren, serta seluruh The Phantom yang masih bisa bertarung dan dalam keadaan sadar yang melihat kemunculan Caramello pun shok berat. Juga kesal. Kenapa gadis ini malah muncul dan membuat beban mereka semakin berat. Padahal tindakan nya bersembunyi tadi sudah benar lalu ia tiba tiba menampakkan diri. Mereka tentu sangat hawatir akan kekalahan yang sudah di depan mata bagi mereka, dan bagaimana nasib Caramello jika mereka kalah. Tidak ada yang tidak tau bagaimana para Street Killer Slaves berurusan dengan perempuan.

Caramello masih berdiri terengah engah di samping tubuh Vijendra dengan air mata yang hampir tumpah ruah. Semua dari mereka, baik SKS maupun TPR hening.

Jordan memulihkan kesadaran nya, kemudian menelengkan kepala ke kiri dan kanan seolah sedang melakukan pemanasan. Jordan kini beralih menatap Caramello pelaku yang baru saja menyerang nya secara tiba tiba. Rambut nya berkibar, pantulan cahaya membuat rambut coklat itu terlihat seperti api. Meskipun dengan air yang meremang mata nya tampak menunjukkan amarah. Perempuan?

"Cewe bayaran kah? Nekat, naif." Jordan melihat Caramello dengan kening berkerut, begitu pula para anggota nya. Caramello membentangkan tangan dengan tatapan defensif untuk menjaga Vijendra. Jordan penasaran dan mendekat, Davelio melihat hal itu segera berlari dan memeluk erat kaki Jordan agar tidak mendekat, meskipun dirinya sudah memuntahkan darah. Entah karna pukulan atau karna penyakit nya. Meskipun ia terseret ke tanah dengan batu kerikil bertebaran. Rivadion pun sudah tidak sanggup bangun untuk menolong Davelio, kaki nya terinjak injak oleh kerusuhan hingga patah. Rivadion sangat mencintai Davelio sampai merayap berusaha menggapai kekasih nya dari seretan kaki Jordan yang tampak tidak perduli akan keberadaan Davelio.

"Gue mohon jangan. Dia gak ada hubungan nya dengan kami, dia adik gue..." Ujar Davelio memohon sambil menahan sakit. Tapi iblis ini sama sekali tidak perduli hingga Naren yang sudah menangis melihat kondisi Davelio pun melakukan hal yang sama dengan bergelayut di kaki Jordan yang lain. Apalah mereka ini? Hati Caramello tertusuk melihat pemandangan itu. Meskipun air mata nya sudah menetes karna sedih dan takut ia masih mengusap kasar air mata itu dan keukeuh pura pura kuat. Namanya juga perempuan.

Jordan berdecak tidak suka.
"Oh adik ya..." Ia mengisyaratkan pada Gio dan Eldrick untuk mengambil alih Davelio juga Naren dari jalan nya. Kedua orang itu pun menarik Davelio dan Naren yang sudah tidak berdaya. Saat Jordan tiba tiba mengatakan,
"Kebetulan saat ini gue sedang lapar. Kalo dia lumayan cantik mungkin gue ga akan bagi bagi ke temen gue." Ucap nya. Para SKS pun menjadi ramai dan bersiul siul kegirangan.

"Masa ga di bagi sih, abis lu juga gapapa."

"Kita mah gak bakal nolak meskipun bekas lu bos!!"

Davelio serta Naren pun panik. Berusaha memberontak dengan sedikit sisa tenaga bukan pilihan yang bisa mereka pilih. Selain permohonan untuk membiarkan Caramello pergi.

Caramello pun tau apa maksud ucapan Jordan itu. Setelah sedih yang ia rasa tadi, ia menjadi marah karna ucapan pelecehan itu. Ia memunguti batu terdekat kemudian melempar Jordan dengan batu itu. Napas nya yang terengah semakin tidak beraturan.
"Anjing rabies lu!!" Teriak Caramello marah.
Jordan menyeringai gila ketika lemparan batu itu mengenai kepala nya hingga bocor. Benar benar gadis yang pemberani. Semakin cepat ia melangkah sampai berhadapan langsung dengan Caramello yang ternyata membalas tatapan nya. Jordan jelas melihat tubuh gadis ini gemetaran saking takut nya. Meskipun begitu tidak terlihat seperti ia akan menurunkan tangan dan tetap berusaha menjaga Vijendra di belakang nya. Mata nya pun tampak memerah antara marah dan menahan tangis. Jordan pun mencekik leher Caramello yang menjadi semakin gemetaran itu. Saat itu juga aroma yang unik menyusup ke indra penciuman Jordan. Apa ini? Lemon? Saat bertatapan itu juga Caramello memperhatikan Jordan. Sialan. Ganteng coeg. Dia terlihat putih dan bersih, suci seolah ia tidak pernah berbuat dosa. Saking putih nya, atau karna efek cahaya Jordan tampak seperti Edward Cullen. Waw mengerikan.

"Oit babi! Lepasin adek gue." Jordan menoleh dengan cekikan yang mengendur di leher Caramello. Siapa lagi ini? Apa mereka semua kakak dari gadis ini? Dari tadi hanya ungkapan 'adek gue, adek gue' lah yang terus Jordan dengar dari mulut mereka. Kalau gadis ini sangat berharga bukan kah cukup dia yang Jordan gunakan untuk menghancurkan mental mereka.

Tiba tiba saja ia menarik wajah Caramello kemudian menciumi nya kasar. Caramello shok. Begitu pula para audiens yang berada di sana. Seketika pula wajah Nandio berubah menjadi Bakugo yang ingin meledak menghajar Jordan.

"Babi!!!" Nandio langsung memisahkan ciuman itu dengan mendorong Jordan sambil melotot penuh ancaman. Bukan hanya pada Jordan, melainkan seluruh SKS yang tampak senang dengan kejadian itu. Ia kemudian melihat Caramello tanpa emosi berarti sambil memberikan kunci motor. Dengan isyarat menyuruh adik nya pulang mengendarai motor, pergi dari situasi tidak aman ini.
"Buka jalan." Ujar nya datar begitu Caramello yang sebenarnya masih gemetaran menyalakan motor. Tapi tetap saja para SKS melihat Caramello seperti predator yang siap menerkam mangsa. Salah seorang dengan kurang ajar ingin menyentuh Caramello membuat Nandio makin berang, urat wajah nya menonjol sambil mendekati orang itu dan membenturkan wajah orang itu di bagian depan motor nya karna posisi orang itu menghadang jalan.

"Gue bilang buka jalan, Anjing!"

Melihat itu Jordan merasa tidak ada guna nya mencegah mereka pergi. Toh mereka semua sudah terbantai, apalagi malam ini pun ia punya urusan lain dengan ayah nya jadi ia tidak ingin mengulur lebih banyak waktu.

"Bukain jalan." Ucap nya singkat.

Setelah memastikan Caramello sudah aman, Nandio memperhatikan sekeliling sembari membantu teman teman nya yang terluka untuk bangun. Hingga mata nya tertuju pada sosok Rivadion yang terluka cukup parah. Juga Davelio yang di tahan oleh Gio dengan wajah babak belur. Setelah mereka, pandangan Dio beralih pada sosok yang Caramello tamengi tadi. Dia terlihat cukup parah hingga tidak sadarkan diri. Hati Nandio mencelos begitu menatap Vijendra dengan wajah yang hampir seluruh nya tertutupi darah. Ia langsung kehilangan dunia nya, mengambil langkah seribu menuju sang pujaan, tubuh Vijendra tampak tidak bereaksi begitu Nandio memanggil namanya. Nandio terus menepuk pipi Vijendra seperti orang bodoh.


"Lu tersinggung? Apa lu pacar nya? Dia mukulin kekasih gue duluan, memang nya dia pikir siapa yang dia pukul?"

"Gue denger denger disini ada yang seimbang sama gue. Ternyata kalian semua sama aja sampah nya dengan yang lain. Sungguh buang buang waktu gue kesini."

"Urusan gue disini udah habis.." dengan angkuh ia berbalik, tidak lupa menyunggingkan senyum puas.

Jordan memberikan isyarat pada seluruh anggota Street Killer Slaves yang jumlah nya bejibun tapi tetap lebih kurang dari anggota The Phantom Roadrichs. Mereka tentu saja senang akan kemenangan lain yang mereka dapatkan. Mereka sudah membayangkan pesta pora yang akan mereka lakukan untuk merayakan hal ini di club mereka. Mereka akan berpesta bermalam malam tanpa Henti sampai mereka bosan. Biasanya begitu,

Tapi siapa tau malam ini tidak begitu? Mereka belum menang telak kan, Nandio sama sekali belum bertarung, jadi kita lihat saja kelanjutan nya,

"Siapa lu?" Nandio tiba tiba berdiri dengan suram. Sambil meminta tolong pada Naren bersama beberapa anggota yang masih bisa berdiri untuk mengantar Vijendra juga para anggota yang tidak sadarkan diri ke rumah sakit. Naren mengangguk, meskipun ia sempat ragu ragu. Ia melirik ke arah Davelio meminta pendapat, seperti nya Davelio setuju dengan mengangguk kan kepala juga.

"Emang nya penting? Kalian udah kalah." Sebenarnya Jordan tidak menyangka karna Nandio sama sekali tidak mengenal nya padahal era ini adalah ciptaan nya.

"Belum. Gue belum mati."

"Nan...." Davelio memanggil lirih. Hanya sebatas itu lalu ia hening.

"Dio! Percuma!" Rivadion berusaha memperingatkan Nandio dengan agak sedikit membentak. Namun Nandio tetap menggulung lengan baju nya, menandakan ia siap untuk pertarungan. Para Street Killer Slaves pun langsung mengambil ancang ancang, sama hal nya The Phantom Roadrichs yang saat itu banyak yang terluka dengan sebagian anggota sudah pergi ke rumah sakit.

"Gak apa semuanya." Nandio mengangkat tangan untuk menghentikan mereka semua, Nandio tidak ingin mereka yang terluka harus berjuang dua kali, akan lebih banyak korban berjatuhan lainnya jika mereka bertarung lagi, Nandio tidak selemah itu sampai harus mengorbankan lebih banyak teman teman nya setelah menarik kembali Jordan untuk bertarung setelah Jordan memutuskan untuk berhenti.
"Gue bisa sendiri."

Ucapan Nandio membuat Jordan cukup tersinggung. Juga tertantang, dia pikir siapa dia?
"Yang lain jangan ikut campur. Gue ingin menghabisi si sok jagoan ini pake tangan gue sendiri." Ujarnya pada Street Killer Slaves.

Mereka diam bermenit menit, entah mencari pencerahan atau berkomunikasi pada khodam masing masing. Suasana disana begitu berat, para anggota yang lain pun kesusahan bernafas seolah disana bukan lah ruang terbuka. Davelio menunduk seperti dirinya mengetahui sesuatu, dan cerdas nya Rivadion menyadari gelagat Davelio.
"Kamu sama sekali gak ngelarang teman mu itu ya, pasti dia cukup hebat untuk menandingi Jordan. Apa jangan jangan dia yang Jordan cari?" Rivadion menyuarakan penasaran nya meskipun Davelio menolak untuk menjawab dan semakin memfokuskan diri menunduk. Sambil memapah Rivadion bangun dan pergi ke pinggir. Rivadion penasaran dan tidak ingin pergi sebelum ini benar benar berakhir dengan jelas. Meskipun kaki nya sudah pengkor.

Nandio bergerak ke arah Jordan, Jordan pikir dirinya hanya harus menunggu untuk menangkis tinju yang Nandio layangkan padanya. Namun dugaan nya salah, pergerakan Nandio lumayan cepat sampai tidak bisa di baca oleh nya. Tiba tiba Nandio sudah berada disamping nya dengan tinju yang terarah tepat di depan perut Jordan, Jordan dengan insting nya menyadari hal tersebut meskipun agak terlambat. Ia tidak bisa mencegah perut nya dari terkena pukulan, sebagai ganti nya ia bisa melayangkan tinju yang sama ke sasaran yang sama seperti yang Nandio lakukan. Mereka sama sama terkena pukulan. Jujur itu pertama kali ya bagi Jordan. Selama ini dia mendewa dan tidak tersentuh. Namun dihadapan Nandio saat ini, ia bagaikan Lucifer yang didorong jatuh oleh Michael. Bahkan Nandio tampak tidak perduli pada pukulan yang mengenai nya, tujuan nya hanya memberi Jordan pelajaran. Apapun yang ia dapat dari itu ia tidak perduli meski akan berakhir tidak sadarkan diri seperti Vijendra.

Sial. Padahal Jordan menyandang nama Mikhail. Mengapa seolah ia menjadi Lucifer disini?

Nandio kembali mengerahkan serangan nya, dengan sedikit tipuan. Nandio berpura pura seolah sedang melayangkan tinju lagi, kali ini ke arah wajah, Jordan yang bersiap siap menahan tinju itu pun memberikan celah bagi Nandio untuk mensabotase kaki Jordan hingga Jordan kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah, Jordan membalas perbuatan Nandio langsung saat itu juga dengan melempar Nandio tepat disamping nya. Jordan pikir itu adalah kesempatan yang tepat baginya untuk menghajar Nandio habis habisan, seperti yang dia lakukan sebelum nya pada Vijendra. Salah satu tangannya menahan leher Nandio, lebih kearah mencekik, dan tangan lainnya memukuli Nandio membabi buta.

Meskipun sudah sampai sebegitu nya Nandio tidak juga tumbang. Ia melakukan hal yang sama meskipun posisi lebih tidak menguntungkan bagi nya. Beda nya, Jordan memukul wajah, sementara Nandio menghujam ulu hati Jordan. Nandio membuat mereka sama sama dalam posisi yang sulit. Tapi dari mereka tidak ada tanda tanda akan menghentikan pertarungan. Anggota dari kedua belah pihak tercengang sekaligus merasa hawatir.

Akibat ulu hati nya yang di hujam, Jordan melemah sehingga Nandio dapat melepaskan diri. Nandio berhasil menendang Jordan menjauh,
"Begitu kah cara lu pukul pacar gue?"
Dari gelagat nya Jordan bisa menebak bahwa Nandio ingin melakukan hal yang sama untuk memberi nya pelajaran. Jordan memikirkan sebuah strategi untuk membuat Nandio frustasi. Yaitu dengan tidak membiarkan Nandio mewujudkan keinginan nya. Begitu Nandio mendekat, Jordan menarik pergelangan kaki Nandio sehingga Nandio kembali terjatuh, benar dia frustasi. Tapi sayang sekali perkiraan Jordan salah. Keputusan membuat Nandio frustasi sangat salah. Ketika Jordan akan mengulangi perlakuan yang sama, Nandio menjadi semakin frustasi, kemarahan dari rasa frustasi nya membakar tenaga yang lebih besar sampai mampu mendorong Jordan yang kembali akan memukulnya sehingga berganti posisi. Perlu di catat. Nandio lebih suka menggunakan kaki. Jadi dia menginjak injak Jordan ketimbang memukulnya. Meskipun menggunakan kaki lebih banyak minus nya, lalu Jordan dengan mudah kembali menjatuhkan nya.

Seperti itu terus. Mereka tidak ada yang mau kalah meskipun mereka berdua sudah terhuyung huyung karna kelelahan. Hingga mereka hanya bisa saling memukul secara bergantian dengan nafas tidak beraturan.

Rivadion yang melihat wajah Davelio semakin gelisah akhirnya buka suara.
"Kamu pisahin mereka aja. Aku bisa ini berdiri pake bambu." Davelio yang gelisah untuk meninggalkan Rivadion akhirnya merasa tenang dengan ucapan Rivadion. Seperti mendapat ridho suami.

Sebagai manusia. Melihat inisiatif Davelio lah baru Rajendra ikut melakukan hal yang sama. Untung nya mudah untuk menarik dan memisahkan Nandio maupun Jordan saat itu karna tenaga mereka sudah habis duluan dipakai baku hantam.

"Udah Nan, udah." Davelio menahan Nandio yang hampir tersungkur ke depan. Karna meskipun sudah di pisahkan si monyet anarki itu tetap berusaha memukul Jordan.

"Jo, ini udah lebih dari cukup." Jordan merasa dongkol ketika memikirkan apa yang ia dapat dari pertarungan barusan. Berita itu benar. Jordan mengumpat dalam hati. Lawan nya ini benar benar mengimbangi nya. Dia lah yang Jordan cari ternyata. Ia marah menerima kenyataan, tapi sudah tidak punya energi untuk mengamuk seperti biasanya.

Dari sana lah Rivadion tiba tiba melihat suatu kesempatan yang akan menguntungkan The Phantom Roadrichs. Mata nya menyala dengan senyum menang lotre.
"Tunggu bentar bro. Secepat nya kita harus bagi wilayah."
"Maksud lu apa?"
"Kota ini milik siapa yang memenangkan nya. Itu yang lu bilang kan. Tapi lu gak menang lagi, beruntung lah karna pertarungan ini imbang. Lu gak kehilangan sepenuh nya kekuasaan lu, tapi kelihatan nya lu harus berbagi dengan kami."
"Huh? Jangan bercanda bajingan-- lu pikir gue akan ngasih lu sebagian wilayah Kota."
"Kan lu sendiri yang ngomong. Kota milik yang menang. Sementara lu gak menang, lu gak berhak dong memiliki seluruh nya. Gue gak pernah denger kalo leader SKS tolol, jadi seharusnya ya harus bagi dua lah."

Jordan mendengus, amarah semakin menumpuk di dada nya. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan karna Rivadion benar. Meskipun begitu Ia tidak memiliki niat sedikit pun untuk menyerahkan sebagian kota untuk mereka. Sedikit pun Ia enggan. Ia tidak menang kali ini. Dada nya begitu sakit karna ini pertama kali nya ia tidak mendapatkan kemenangan. Meskipun tidak kalah juga, tetap saja itu menyakitkan. Tanpa sepatah pun kata lagi, Jordan menarik Street Killer Slaves pergi dari sana. Dan begitu mobil mereka yang menumpuk menghalangi jalan sudah tidak terlihat lagi, sorak sorai meriah terdengar di antara anak anak The Phantom Roadrichs. Bahkan sampai ada pula yang bersujud penuh syukur saking bahagia nya. Mereka semua mengerubungi Nandio, yang berkat dia lah mereka mendapatkan hak istimewa yaitu setengah dari wilayah Kota. Siapa sangka Dio yang melakukan nya? Tidak ada yang menyangka sama sekali, kecuali Davelio yang tenggelam dari keriuhan teman teman nya. Ia memilih untuk menyusul Naren yang membawa Vijendra ke rumah sakit sendirian. Rivadion sampai ia tinggalkan sehingga di bopong oleh anggota lain menyusul ke rumah sakit.

Continue Reading

You'll Also Like

94.6K 5.5K 40
𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 [ 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗠𝗘𝗠𝗕𝗔𝗖𝗔 ] Leo, seorang anak kecil berusia 5 tahun yang tinggal bersama seorang k...
1.4M 111K 52
[END] [JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musi...
800K 71.2K 128
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
312K 20.1K 37
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...