98's 2: AZAM UNTUK ASMARA {EN...

KimRyeonjin tarafından

2.1K 120 1

Aku umumkan pada dunia, bahwa kisah ini tentang mereka yang mengikat cinta dengan sebuah ikatan suci di depan... Daha Fazla

PROLOG
CHAPTER 1 : GADIS KU ASMARA
CHAPTER 2: MAHLIGAI CINTA KITA
CHAPTER 3 : TAKUT KEGELAPAN
CHAPTER 4: AWAL GERIMIS MENGUNDANG
CHAPTER 6: SYAIR SI PARI PARI
CHAPTER 7: FAKTA DAN ASA
CHAPTER 8: BINTANG ASMARA
CHAPTER 9: LENGGANA
CHAPTER 10: MULIA HATI
CHAPTER 11: BERTUKAR PILU
CHAPTER 12: MIMPI ASMARA
CHAPTER 13: IZINKAN AKU
CHAPTER 14: MANISNYA MADU MALAM ITU
CHAPTER 15: MARWAH CINTA
CHAPTER 16 : GULITA
CHAPTER 17 : MENTARI KU
ISI SURAT AZAM
98's: DIARY ASMARA

CHAPTER 5: ASMARA-KU TERLUKA

107 7 0
KimRyeonjin tarafından


"Azam...."

Aku tersentak dan membuka mata, kala suara merdu milik istri ku mengalun diiringi Isakan pilu. Ada apa dengan Asmara-ku? Dia mencari-cari ku, apa dia ketakutan lagi?

Dengan segara aku berdiri, meskipun belum sempat mengumpulkan nyawa. Yang terpenting aku harus memastikan keadaan istriku dahulu.

Aku berjalan menuju ke arah tangga, tapi langkah ku terhenti. Karena sosok yang aku cari tengah berdiri di depan meja televisi, sembari bertumpu pada sisi meja dan menjambak rambutnya sendiri. Bahunya bergetar, Isakan nya lebih jelas ku dengar. Asmara-ku menangis kah kamu?

"Asmara...." panggil ku pelan tanpa berani menghampiri.

Isakan itu berhenti. Dia berbalik, hingga dapat ku lihat wajah sembab nya dengan mata yang basah dan bibir bergetar. Asmara-ku benar-benar menangis. Tanpa aba-aba, Asmara berlari ke arah ku dan memeluk diri ini. Hampir-hampir membuat ku limbung, namun untungnya masih bisa ku tahan.

Aku terkejut karena Asmara mendekap tubuh ku begitu erat, seolah takut kehilangan. Aku balas pelukan itu tak kalah erat. Hatiku cemas merasakan tubuh dalam dekapan ku ini bergetar hebat, sebab tangisnya kian kuat.

"Ada apa, sayang? Kenapa kamu menangis?" tanya ku kebingungan.

"Kamu kemana? Aku mencari mu, tapi kamu tidak ada dimana-mana. Aku takut Azam," keluh Asmara.

"Aku tertidur di sofa semalaman. Maaf aku tidak menemani mu tadi malam, karena takut mengganggu istirahat mu. Takut membuat mu marah lagi," terang ku padanya.

Tapi entah kenapa Asmara malah semakin sesegukan, membuat tanda tanya di kepala ku semakin mengambang tanpa kejelasan.

Asmara membenamkan wajah nya di pundak ku semakin dalam, Isakan nya begitu lirih terdengar. "Maafkan aku, Zam. Aku terbawa emosi tadi malam, maaf."

Ah, kini aku paham. Oh tuhan, dia sedang di liputi rasa bersalah rupanya. Asmara-ku, kamu begitu lugu, sayang. "Aku tak marah, sayang. Sungguh, aku tidak marah lagi."

Ku usap lembut surai halus istriku menenangkan tangisnya, lalu ku cium pipinya yang berlinangan air mata berharap sapuan bibirku bisa menghapus jejak air mata disana. "Berjanjilah padaku, jangan pernah berkata begitu lagi ya?" pintaku pula. Aku rasakan anggukan kepala nya di pundak ku begitu kuat, seolah bersedia memegang sumpah setia kami.

"Aku janji. Aku tidak akan berkata begitu lagi, aku tidak mau berpisah dengan kamu." Asmara mengeratkan pelukannya pada ku, seperti nya dia benar-benar ketakutan, kasihan Asmara-ku.

Aku pun menyandarkan kepala ku di pundaknya, sambil menghirup aroma wangi dari istriku. "Aku mencintaimu, Asmara-ku. Aku sangat mencintaimu," bisik ku dengan begitu tulus dan serius.

Ku tangkup wajah cantik itu, demi menyelami mata indah yang aku puja, kini basah dengan air mata. Ku hapus jejak air mata di pipi seputih kapas milik Asmara. "Jangan menangis lagi, sayang. Aku tidak akan pergi, aku tak akan kemana-mana."

Tapi lagi-lagi, bukannya berhenti. Tangis Asmara terulang lagi, dia sedu-sedan dan kembali mendekap erat tubuhku. Menenggelamkan diri di dadaku, untuk menumpahkan air mata disana. Aku menghela nafas sembari tersenyum ikhlas, tampaknya Asmara tau apa yang berlaku padaku semalam suntuk.

Aku pun tak menampik itu, karena mau di tutupi bagaimanapun juga pasti akan ketahuan olehnya. Asmara-ku sangat cerdas secara emosional dan sangat peka. Sehingga dia begitu merasa berdosa dan menangis sepanjang pagi di dadaku, cukup kewalahan menenangkan nya.

Tapi kemudian aku bisa menepis segala kesedihan Asmara dengan lantunan bait lagu penuh rayu ku. Hanya dengan cara itu Asmara ku bisa tertawa, walaupun dia mengejekku karena terlalu melankolis. Aku tak mengapa, asalkan Asmara-ku tidak menangis.

****

"Zam...."

Aku yang sedang berdiri di hadapan cermin menyisir rambut pun menoleh, melihat Asmara duduk di atas tempat tidur dengan wajah memelas. Lantas ku hampiri istri ku itu, lalu duduk disisinya.

"Kenapa, sayang? Apa perut mu masih keram, hmmm?" tanya ku sembari mengulurkan tangan mengusap-usap perut rata Asmara.

Dia mengangguk dengan wajah melemah dan bibir yang mengerucut layu, bagaimana tak iba hatiku? Istriku kesakitan.

"Kita kompres dengan air hangat lagi, ya? Tunggu sebentar, biar aku ambilkan." Aku berdiri hendak pergi ke dapur mengambil handuk dan air hangat, untuk mengompres perut Asmara seperti yang ku lakukan tadi pagi.

Tapi lenganku di tahan oleh Asmara, lalu dia memeluk pinggang ku dari posisi nya yang masih duduk. "Aku tidak mau di kompres. Aku mau di peluk kamu saja," katanya dengan nada manja.

Aku terkekeh menerima tingkah manja Istri ku ini, yang membuat ku semakin jatuh cinta. Tanpa ragu, aku pun kembali duduk dan membalas pelukan Istriku.

Ku usap perlahan pinggang sepantaran perut Asmara, demi mengurangi rasa nyeri yang mendera. Sambil aku dekap tubuhnya yang kini sangat nyaman memelukku.

"Seperti ini, sudah nyaman?" tanyaku lembut.

Asmara mengangguk pelan. "Aku tidak mau di kompres air hangat. karena pelukan mu lebih hangat, Zam," tutur Asmara begitu merayu manja.

Aku kembali tersenyum bahagia, ku cium puncak kepalanya lembut sambil berkata. "Kalau begitu peluklah aku lebih lama."

"Hmmm," respon Asmara seadanya. Sebab saat ini dia masih asyik mendekap tubuh ku, sambil sesekali menelusupkan diri di leher ku.

Oh, betapa manjanya istri cantikku ini.

Saking asyiknya tenggelam dalam pelukan yang nyaman, aku sampai lupa bahwa aku memiliki jadwal perform satu jam lagi. Untung saja ingatan itu terbesit seketika, aku pun melirik arloji yang melingkar di lengan kiri.

Asmara seperti menyandari gelagat ku yang sedikit terkejut, lantas dia mengurai pelukan kami dan menatapku dengan mata layu. "Kamu mau pergi?"

"Aku ada jemputan perform sore ini, di acara musik sebagai tamu."

"Apakah lama?" tanya nya.

Aku tersenyum sambil menggeleng pelan. "Tidak, sayang. Tidak lama, hanya sampai jam delapan saja. Tidak jauh juga," jawabku pula.

Asmara terlihat sedikit kecewa karena tidak rela aku tinggalkan barang satu dua jam saja, wajah itu tertunduk lesu dengan bibir yang mengerucut ke dalam. Tak ku biarkan wajah cantik yang ku puja tertunduk seperti itu, cepat-cepat aku raih dagu itu dengan jemariku agar tatapan kami kembali bertemu.

Binar mata nya begitu sendu, aku pun menghela nafas panjang. Lalu ku belai wajah cantik itu dengan penuh damai. "Tidak apa ya? Hanya sebentar saja, aku janji akan pulang cepat untuk mu," bujukku agar Asmara tak kecewa.

Asmara menghela nafas panjang, lalu mengangguk pasrah. "Ya sudah, aku tunggu kamu di rumah ya?" ucapnya.

Aku pun tersenyum cerah, lega sekali rasanya jika istriku rela seperti ini. Lantas aku cium pipinya lembut, membuat semburat merah menjalar di wajah cantik itu. Asmara pun terkejut menerima perlakuan ku, tapi dia cepat-cepat menormalkan ekspresi nya.

"Aku kerja dulu ya, sayang? Baik baik di rumah dan tunggu aku pulang," ucapku seraya berdiri dan mengusap puncak kepala Asmara.

"Hati-hati, Zam. Jangan kemalaman," pesannya.

Aku mengangguk dengan senyuman cerah, sekali lagi ku kecup kening Istriku dalam sebagai tanda perpisahan sementara. "Bye," pamitku.

"Bye," balas Asmara dengan senyuman tulus.

Indahnya senyuman itu sempat membuat ku terpana. Sebagai pengantar untuk ku kerja, senyuman itu terlalu indah sehingga membuat ku betah dan enggan beranjak. Tapi diri ini sudah terikat kontrak. Jadi aku tetap pergi meninggalkan rumah menuju lokasi perform, dengan berjanji akan kembali malam ini untuk memeluk Asmara-ku lagi.

****

⚠️18+⚠️

Selesai sudah performance hari ini. Aku sudah menghibur banyak hati dan rasanya lega sekali. Selalu seperti ini, setiap melihat senyuman dan sorak gembira penggemar, kala mengetahui mereka puas dengan penampilan ku. Sebuah kepuasan tersendiri mengetahui itu.

Sekarang saatnya aku kembali ke pelukan istri manjaku yang tengah menunggu di rumah, aku yakin dia sekarang sedang merindukan ku. Jadi begitu sampai di rumah aku segera menyerukan namanya, sebab dia satu-satunya hal yang aku cari untuk menumpahkan renjana di dalam nurani.

"Asmara...." Ku panggil namanya dengan lembut dan penuh cinta.

Tapi....

Begitu hendak menaiki tangga, langkah ku terhenti. Sebab aku melihat bidadari tengah berdiri di bawah tangga. Apakah benar dia bidadari? Ataukah dia seorang Dewi. Tuhan, mengapa makhluk satu ini indah sekali kau ciptakan?

Istriku begitu cantik, mengenakan gaun putih tipis yang terbuka. Memperlihatkan lekuk tubuh, tulang selangka dan pundak mulus nya. Gaun itu semakin membuat nya seperti Dewi yang turun dari Nirwana, hingga tak henti-hentinya aku tatap dengan penuh puja.

Tanpa sadar, kaki ku bergerak menghampiri diri nya yang kini tersenyum manis. Oh tuhan, getaran ini sungguh mengguncang jiwa raga. Apa yang harus aku lakukan? Wajahku langsung memanas saat berhadapan dengan Asmara-ku yang begitu menawan, ku tutup wajah yang memerah ini dengan kedua tangan.

Aku dengar Asmara-ku tertawa merdu, dia tarik dengan lembut kedua tangan ku yang menutupi wajah ini. Lalu dia cium punggung tangan kanan ku sesaat.

Demi tuhan, damai sekali rasanya. Aku pun membalas mencium punggung tangan Isti ku dalam, memberi tanda cinta disana.

Sembari tersenyum, aku ulurkan tangan ku satu lagi, membelai rambut panjang istriku yang begitu halus bak sutra. "Apakah aku tidak sedang bermimpi? Melihat seorang Dewi berdiri menyambut ku malam ini," gumam ku perlahan.

Asmara terkekeh lagi, dia tumpukan tangan kirinya di pundak ku. Selanjutnya hal yang mengejutkan terjadi saat....

CUP~~~

Demi tuhan dan seisi jagad raya, Asmara baru saja mencium ku. Tidak, bukan di pipi atau kening. Dia baru saja mencium bibirku.

Aku terdiam membeku, tak mampu bereaksi apa-apa setelah menerima ciuman itu. Bagaikan sihir yang menghipnotis jiwa, aku merasakan tubuhku kaku dan jantung ku meronta menghantam bidang dada.

Beberapa detik kemudian aku baru sadar, bahwa Asmara tengah menggodaku. Lihatlah, sekarang dia berlari dengan jail nya sambil tertawa kecil. Aku menggelengkan kepala seraya tertawa dan menyibak rambut mullet ku, tanpa berlama-lama segera aku kejar dia dan tak akan aku lepaskan.

Begitu membuka pintu kamar, ku lihat istriku tengah berdiri di hadapan kaca rias. Menatap bayangnya sendiri yang mempesona. Aku pun tersenyum, lantas ku hampiri dirinya. Melingkarkan kedua tangan ku di pinggang ramping Asmara, lalu menenggelamkan diri di pelukan nya.

Ku pejamkan mata ini sambil menghirup aroma wangi istriku yang begitu candu, ah. semua yang ada pada diri nya memang menjadi candu ku. Mulai dari tatapan, senyuman, tawa, bahkan wangi dan pelukan nya. "Kamu menggoda ku, Mara?" bisikku di telinga Asmara.

Tangan lembut Asmara terangkat membelai wajahku halus.  "Apa kamu mau bermain permainan baru dengan ku?" tanyanya dengan begitu mendayu manja, menggetarkan jiwa perkasa.

Tawa kecil keluar dari mulutku, menutupi salah tingkah. Aku cium pundak mulus itu berkali-kali, mulai dari tulang selangka, sepanjang lengan hingga punggung tangan Asmara. Tak satu jengkal pun aku lewatkan, sebab aku begitu cinta pada semua aspek dalam dirinya.

Asmara berbalik menghadap ku, saat aku sedang asyik memejamkan mata. Mengusap-usap punggung tangan nya yang sehalus sutra ke wajah ku, dengan begitu menikmati. Ku buka kelopak mata ku  dan aku tatap dirinya dengan teduh, aku arahkan kedua tangan lentik itu agar mengalung di leherku lalu ku peluk lagi pinggangnya.

Ku selami mata indah bak permata mulia, laksana kunang-kunang di langit malam. Mata itu berbinar-binar cemerlang, memantik rasa tertarik pada setiap mata yang melihatnya. Ku teliti wajah cantik istri ku, mulai dari hidung mancung nya, pipi bulat bak bola salju yang empuk. Bibir yang sedikit tebal, memberi rasa manis kala dia kecup bibirku tadi. Hingga membuat ku kembali ingin tenggelam dalam ciuman kami.

"Kamu benar-benar sudah siap?" tanyaku.

Asmara mengangguk dengan yakin. Membuat ku tersenyum, kembali aku ulurkan tangan ku membelai pipinya. Membuai sukma demi menghangatkan raga, aku tarik lembut ujung dagu lancip itu untuk mengikis jarak kami. Hingga niat ku terlaksana, bibir kami kembali bertemu dengan lenggana.

Aku cium bibir ranum itu, mengecap rasa manis yang tadi sempat ku rasa. Ternyata rasa ini lebih candu dari pada manisan atau hidangan apapun, bibir Asmara-ku lebih nikmat dari hidangan penutup mana pun. Ku pejamkan mata ini, menikmati setiap sapuan bibirku pada bibirnya. Saling melumat secara bergantian, menyalurkan rasa cinta yang tak terhingga.

Ku raih tekuk Asmara dan perlahan aku tekan, demi memperdalam ciuman kami. Asmara pun memeluk kepala ku yang kian tengelam dalam lautan kenikmatan. Sampai akhirnya kami jatuh ke jurang ranjang, dengan posisi dirinya berada di bawah kungkungan ku.

Kami sama-sama tertawa saat itu, entah apa yang kami tertawa kan, tapi rasanya begitu lucu. Jemari ku aku hantarkan ke wajah istriku, untuk menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah itu.

"Mau kita lanjutkan?" tanya ku dengan senyuman cerah.

Asmara tertawa pelan mendengar pertanyaan itu, padahal tak ada yang lucu. Namun tiba-tiba dia menarik tekuk ku lagi, hingga bibir kami kembali bertautan. Aku tak bisa menahan senyum di balik ciuman itu, seperti nya istriku ini tidak suka berbasa-basi. Baiklah, aku akan mengabulkan apa yang dia ingini.

Dia tadi mengajak ku bermain bukan? Ya, sekarang kami akan mulai bermain. Permainan penuh kenikmatan yang luar biasa, mengalahkan permainan pada umumnya.

Asmara-ku pasti akan suka dan aku pun akan semakin jatuh dalam dekapannya.

****

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN FOLLOW YA, READER'S KU SAYANG?

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

59.7K 1.1K 16
This is a story about Megan Black. She lived with the Cullens for as long as she could remember. She never met her real dad or mom. Then one day, Meg...
9.2K 46 2
It's basically about a girl named Aquila Lenovo who's reborn into the world of Harry Potter and you know what that means right? "Save my favorite cha...
431K 23.9K 17
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ~By 𝐊𝐚𝐣𝐮ꨄ︎...
239 57 3
Kisah seorang gadis tunawicara yang menginginkan cinta. Namanya Viona, gadis berparas cantik dan berkepribadian lembut. Menurut Viona cinta adalah ku...