Arjuna Senja√

By teahmanis

852 202 12

⚠SUDAH DITERBITKAN.⚠ SELF PUBLISHING. Teringat saat kita duduk berdua di tepian sebuah tempat berkemah. Menul... More

Prolog.
Arjuna Senja 1.
Arjuna Senja 2.
Ajuna Senja 3.
Arjuna Senja 4.
Arjuna Senja 5.
Arjuna Senja 6.
Arjuna Senja 7.
Arjuna Senja 8.
Arjuna Senja 9.
Arjuna Senja 10.
Arjuna Senja 11.
Langit Senja.
Camping
Asmaraloka
Sajia nasi liwet
Pesawat kertas
Lilin harapan
Amarah Elang
Arjuna Senja 13
Jay si patah hati💔
Arjuna Senja 15
Arjuna Senja 16
Part. 17
Part. 18
Part 19
Bukan update.
Part 20
Part 21
Arjuna Senja 22
Arjuna Senja 23
Part 24
Part 25.
Buat yang penasaran...
Arjuna Senja 27.
Arjuna Senja 28.
Arjuna Senja 29.
Arjuna Senja 30
Aradhana.
Arjuna Senja 32.
Extra part.
Ciuma pertama.

Arjuna Senja 26.

6 3 0
By teahmanis


Part 26.

Seminggu sudah Arjuna Senja tinggal bersama Sarah di mess. Tempat itu memang tampak tenang, tetapi di dalamnya penuh dengan keluh kesah yang menyimpan berbagai pertanyaan hingga menimbulkan rasa curiga.

Setiap hari, Senja harus berpura-pura bahwa dirinya baik-baik saja ketika para tetangga dan orang-orang terus bergunjing mempertanyakan status pernikahannya dengan Arjuna. Tidak pernah berhenti membahas dan mempertanyakan kenapa Sarah tinggal bersama mereka. Setiap kali juga, Senja harus menahan amarah karena tidak sedikit yang terang-terangan mencibirnya, mengatakan kata-kata pedas tentang Senja yang disebut wanita yang bodoh membiarkan istri kedua Arjuna tinggal bersamanya.

Beberapa ucapan itu kini mulai mempengaruhi Senja, merasuki pikiranya hingga melukai hatinya. Senja pulang ke rumah dengan memasang wajah ceria seperti biasa, ia memasak dan mengerjakan tugas sebagai kewajiban seorang istri. Belum pernah sekali pun ia bertanya pada Arjuna ataupun Sarah, tentang apa yang ia dengar dari orang-orang yang mengatakan bahwa mereka sudah melakukan pernikahan sirih tanpa sepengetahuannya. Senja menyajikan makanan di atas meja ketika Arjuna sudah pulang bekerja. Sambil termenung memikirkan segalanya, Senja tetap melakukan pekerjaan sampai tidak sengaja menumpahkan air minum dan membasahi paha Arjuna.

"Akh!" Arjuna memekik karena air itu sedikit panas.

"Mas Juna, kamu tidak apa-apa, Mas?" Sarah bergegas mengambil beberapa tisu, lalu mendekat ke samping Arjuna untuk mengelap bagian pahanya.

"Neng Senja, kamu kenapa melamun terus? Kamu nggak lihat? Mas Juna tersiram air panas karena kamu." Sarah mencibir Senja, tetapi Senja hanya terpaku memperhatikan keduanya.

"Neng Senja?" Arjuna menepis Sarah dan mendekat ke hadapan istrinya. "Neng Senja kenapa?" Ia memperhatikan Senja dengan intens.

Senja menggeleng "Eum ... maafkan aku, a'," ucapnya yang kemudian duduk di kursi dan mulai menyantap makanannya dengan perlahan.

Tatapannya masih tertuju pada Sarah, wanita itu tidak berhenti memberikan perhatian
pada Arjuna dan menawarinya beberapa makanan.

"Mas Juna, cobain ini deh!" seru Sarah sambil menaruh lauk pauk ke atas piring Arjuna.

Arjuna tampak ingin menolaknya, tetapi Sarah menimpa lauk pauk dengan yang lainnya hingga Arjuna memandang dengan intens karena merasa sangat muak.

"A' Juna, dimakan sayurnya," pinta Senja dengan lembut, Arjuna lantas menoleh dan menuruti permintaan istrinya itu, sampai Sarah terlihat kesal.

Hari libur, bukannya bahagia menikmati waktu, Arjuna Senja malah harus dibuat kesal oleh kelakuan Sarah yang begitu manja dan banyak maunya. Sarah tidak berhenti berulah, wanita itu seolah naik pitam dan benar-benar ingin selalu menguji kesabaran Senja. Semenjak ada Sarah di rumah mereka, Senja dan Arjuna tidak pernah pergi ke luar untuk piknik ataupun sekedar jalan-jalan santai di sekitar tempat tinggalnya.

Arjuna Senja sedang menonton tv, tiba-tiba Sarah merengek karena merasa bosan.

"Mas Juna ... ajak aku jalan-jalan ke luar dong," seru Sarah sambil merengek.

Arjuna terpaku memandagnya, sementara Senja harus menahan emosi memperhatikan keduanya.

"Aku bosan, tolong ajak aku jalan-jalan, kita ke pantai atau ke mana aja yang penting nggak di sini. Sumpek dan membosakan," ujar Sarah berkeluh kesah.

"Sarah, nanti kita jalan-jalan, kamu ikut aku ke pasar, ya?" tawar Senja.

"Aku nggak mau, aku mau pergi sama mas Juna. Aku nggak mau ikut kamu, nggak mau ke pasar, bau," celoteh Sarah dengan nada manja dan menyebalkan.

Senja mengernyit, begitu pun dengan Arjuna. "Mas Juna ... ayo kita jalan-jalan." Sarah dengan berani mendekat ke hadapan Arjuna dan meraih salah satu lengannya hingga Senja
melemparkan tatapan sinis pada Sarah.

"Aku nggak mau." Arjuna beranjak dari duduknya dan menolak dengan tegas.

"Mas Juna, ayo ... aku mohon." Sarah kembali memegangi lengan Arjuna.

Senja yang merasa muak melihat itu, beranjak dari duduknya untuk menepis tangan Sarah dari lengan suaminya.

"Sarah, tolong jangan ganggu a' Juna. Biarkan suamiku istirahat di rumah," pinta Senja dengan tegas.

Sarah tertegun dengan memandangi Senja. "Ayo a' Juna, lebih baik a' Juna istirahat aja. Aku mau pergi ke pasar," ucap Senja.

"A' Juna anterain, ya?" tawar Arjuna.

Senja kini mengangguk seraya memberinya senyuman.

"Aku ikut!" seloroh Sarah yang tak ingin membiarkan Arjuna Senja pergi berduaan.

"Kamu di rumah saja," titah Arjuna dan Sarah langsung menggeleng.

"Aku mau ikut dengan kalian," ucap Sarah tegas.

Dengan demikian, mereka akhirnya pergi ke pasar bersama. Sepanjang perjalanan pulang pergi, Senja semakin merasa tertekan karena tak sedikit mata yang memandang ke arahnya.
Langit tiba-tiba mendung, untung saja mereka sudah berhasil sampai di rumah.

Arjuna membawa barang belajaannya hingga ke dapur, sementara Senja bergegas kembali ke luar untuk mengambil jemuran baju. Arjuna dan Sarah berada di dalam rumah, Sarah ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Arjuna, tetapi pria itu seperti biasa selalu menghindarinya.

Senja sudah membawa masuk semua jemuran pakaiannya dan menaruhnya di sofa, sementara ia mulai melipatnya dan merapihkanya satu persatu.

"A' Juna bantuin, ya, Neng," seru Arjuna yang kini duduk di samping istrinya untuk merapihkan beberapa pakaian.

Sarah yang melihatnya tampak kesal, tapi ia hanya bisa cemberut dan uring-uringan sendiri sampai masuk ke dalam kamar. Tak cukup dengan sikap manjanya, yang namanya Sarah memang kerap tidak tahu diri.

"Neng Senja, aku lapar nih, tolong buatkan mie goreng," titahnya tanpa ragu.

Apa saja akan ia lakukan untuk membuat Senja sibuk agar perempuan itu menjauh dari Arjuna.

Arjuna membulatkan mata, merasa tidak senang karena Sarah dengan seenaknya menyuruh istrinya untuk membuatkan mie goreng.

"Sarah, mengapa tidak buat saja sendiri? Mengapa harus menyuruh neng
Senja?" protes Arjuna.

Sarah tampak tertegun, kemudian menundukan wajahnya.

"A' Juna, sudah, aku akan buatkan." Senja mengusap pundak suaminya dan memintanya untuk tenang. "Sarah, mie gorengnya pakai telor nggak?" tanya Senja.

Sarah kini mengangguk. "A' Juna mau mie goreng juga?" tawar Senja.

"A' Juna mau mie rebus," sahut Arjuna.

"Pakai telor, 'kan?" tanya Senja hingga Arjuna mengangguk. "Yaudah, tunggu sebentar, ya." Senja pun beranjak dari duduknya.

"Neng Senja!" seru Sarah.

Senja menghentikan langkahnya dan menoleh pada Sarah.

"Ada apa?"

"Aku juga mau mie rebus, pakai telor," seru Sarah.

"Bukannya tadi mau mie goreng, ya?" Senja mengernyit.

Sarah menggeleng. "Mie rebus saja, biar samaan dengan mas Juna," tukasnya.

Senja tercengang, sedikit geli ketika mendengarkan penuturan itu, tapi ia hanya menanggapinya dengan datar. Menoleh memperhatikan raut keduanya yang tampak membingungkan.

"Oke. Tunggu sebentar, ya." Senja berlalu dan pergi ke dapur.

Arjuna mendekat ke hadapan Sarah, memberinya tatapan sengit.

"Ke-kenapa?" tanya Sarah dengan gugup.

Arjuna tidak mengucapkan sepatah katapun, memberinya seringai, muka ketus, kemudian berlalu meninggalkannya dan pergi ke dapur untuk membantu Senja memasak mie rebus.

Bukanya senang karena sudah menyuruh Senja, kini Sarah semakin merasa kesal karena Arjuna kembali bercengkrama dengan istrinya mesti hanya seka dar saling membantu untuk memasak mie rebus di dapur.

Sarah pergi ke kamarnya dan menangis di sana.

Mie rebus sudah tersaji, Senja memanggil Sarah, tapi wanita itu takmjua keluar dari kamarnya, dan hanya berseru bahwa ia ingin tidur cepat. Senja menghela napas, karena Sarah sudah menyepelekan pekerjaannya. Walaupun begitu, Arjuna tetap memberinya upah yang manis, meminta Senja untuk menemaninya makan mie rebus, saling menyuapi, sampai mie bagian Sarah kini dihabiskan oleh Senja.

Sarah yang tak sengaja melihatnya saat mengintip semakin geram dan hanya bisa menangis, membuatnya merasa semakin kesepian dan menyadari satu hal bahwa tidak ada tempat baginya di rumah itu.



Pagi-pagi sekali, Arjuna sudah bersiap untuk pergi bekerja. Seperti biasa, Senja sedang menyiapkan segala kebutuhan suaminya termasuk sarapan pagi. Sarah pun ikut sarapan, tetapi ia kembali berulah.

Brakk!

Sarah menggebrak meja makan sederhana itu, hingga beberapa makanan di atasnya ikut bergetar dan menumpahkan susu untuk Arjuna.

"Ada apa ini?" Arjuna pun membentaknya.

"Ada apa?" Senja merasa heran.

Sarah memperhatikan keduanya dengan raut wajah yang masam.

"Aku merasa bosan, apakah neng Senja tidak bisa memasak yang lain? Kenapa selalu nasi goreng, kalau tidak susu sama roti tawar?" tanya Sarah dengan ketus.

"Memangnya kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Senja yang menaggapinya dengan datar.

"Mas Juna mau pergi bekerja? Seharusnya kamu masak yang benar, semua makanan ini tidak layak untuknya," ucap Sarah dengan meninggikan suara.

Senja menoleh pada Arjuna yang tampak tercengang.

"A' Juna merasa nggak layak dengan semua makanan ini?" tanya Senja.

Arjuna pun menggeleng. "Sarah, sebaiknya siang ini kamu kembali ke rumahmu. Aku akan mengantarmu pulang," pinta Arjuna.

Sarah pun tercengang. "Aku nggak mau," tukasnya.

"Sarah, coba bilang padaku, memangnya makanan yang layak untuk a' Juna itu seperti apa?" tanya Senja, Sarah kini melemparkan tatapan sengit pada Senja.

"Berikan mas Juna sandwich, salad buah, dan jus," ucap Sarah.

"Kamu bisa membuat semua itu?" tutur Senja bertanya dengan raut datar, sampai Arjuna sontak menahan senyuman.

Sarah menoleh pada Arjuna dan kembali memandang ke arah Senja. "Ya, kamu belajar dong, masa' kamu cuma masak ini doang setiap hari, bosan tahu nggak sih," sindirnya. "Buatkan mas Juna telur dadar," sambungnya, lalu Senja kembali menoleh pada Arjuna.

"Tapi, A' Juna nggak terbiasa makan-makanan yang kamu sebutkan tadi." Papar Senja.

"Udah, Neng, a' Juna berangkat, ya." Arjuna pun mengecup kening Senja.

Sarah tampak terpaku, mengatup bibir sampai tanganya mengepal di bawah sana.

"Hati-hati!" seru Senja.

Arjuna melangkah pergi sampai keluar dari rumahnya. Senja kini memandangi Sarah, melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ayo cepat habiskan sarapannya, karena aku mau keluar," titahnya.

"ke-ke mana?" tanya Sarah sedikit gugup.

"Malam ini aku mau menghadiri pengajian rutin, kalau kamu mau ikut juga boleh," tawar Senja.

"Aku nggak punya baju muslim," tukas Sarah.

"Kamu boleh pinjam baju muslim aku," tukas Senja.

Sarah kini terdiam dan menggeleng secara perlahan.

"Mendiang orang tua kamu akan bahagia kalau anak-anaknya mengirimkan do'a rutin pada mereka," ujar Senja dengan lemah lembut.

Sarah kembali menggeleng, mengatup bibir tampak jelas berkaca-kaca.

"Yaudah, aku nggak akan maksa kamu," ucap Senja.

Sarah kemudian berpaling dan bergegas pergi ke dalam kamarnya.

Hari sudah menjelang sore, sebelum berangkat ke pengajian rutin, Senja lebih dulu merapihkan jemuran pakaiannya.

Sarah menghampirinya. "Neng Senja kok belum pergi? Katanya mau menghadiri pengajian?"

"Aku bantuin, ya?" tawar Sarah.

Senja kini menatapnya dengan intens. "Yakin?" Sarah mengangguk.

"Emangnya bisa?" tanya Senja.

"Bisa dong." Sarah kini duduk dan mengambil salah satu baju Arjuna yang akan ia lipat dan rapihkan.

Senja memandang ke arah jam dinding yang menggantung di ruangan itu, sudah waktunya untuk pergi ke pengajian.

"Udah pergi sana, biar aku aja yang merapihkan bajunya," seru Sarah, Senja pun mengangguk.

"Yudah, aku pergi ya, Sarah hati-hati di rumah," pinta Senja, Sarah pun mengangguk.

"Assalamualaikum."

"Wa-walaikum-salam," balas Sarah dengan penuh keraguan.

Sarah tidak merapihkan pakaian itu dengan benar, ia hanya memilih merapihkan pakaian Arjuna dan membiarkan baju Senja beratakan di atas sofa. Ia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hari itu, Arjuna ingin membuat kejutan pada Senja, ia memilih pulang lebih awal tanpa menghubungi Senja terlebih dahulu. Tepat pukul enam sore ba'da maghrib, Arjuna sudah sampai di rumahnya. Setelah mengucap salam, ia pun masuk ke dalam rumah.

"Neng Senja ...." Arjuna menelusuri ruangan hingga ke dapur, tapi istrinya belum jua menampakan diri.

"Neng Senja?" Arjuna masuk ke dalam kamarnya, tapi Senja juga tidak ada di sana.

Arjuna lebih baik mandi agar ketika Senja kembali, ia sudah tampak rapih dan tampan. Setelah mandi, Arjuna berdiam diri di ruang tv untuk menonton berita. Ia menoleh pada jam dinding, biasanya kalau mengikuti acara pengajian, Senja akan kembali sekitar jam tujuh malam atau paling malam sekitar jam delapan malam. Merasa tenang karena mungkin saja Sarah juga pergi bersama Senja untuk mengikuti pengajian.

Setelah berlama-lama di kamar mandi, Sarah akhirnya mengetahui bahwa Arjuna sudah pulang. Ia tersenyum sumringah dan ingin menyiapkan penampilan sebaik mungkin agar Arjuna terpikat olehnya.

"Mas Juna sudah pulang?" seru Sarah sambil melangkah ke arahnya.

Arjuna terkesiap, tidak menyangka kalau Sarah ada di rumah. Tatapannya terpaku, matanya membulat ketika Sarah berdiri di hadapannya dengan pakaian yang begitu minim dan seksi. Lingeri yang Sarah kenakan membentuk lekuk tubuh dan kulit putihnya begitu kentara, sampai Arjuna tak bergeming menatapnya.

"Bagaimana penampilanku, Mas?" Sarah semakin mendekatinya.

"Me-mengapa kamu berpakaian seperti ini?" Arjuna beranjak dari duduknya untuk menghindari Sarah, tetapi wanita itu dengan cepat meraih salah satu tangan kekar Arjuna dan menahannya di sampingnya.

"Mas Juna, neng Senja tidak ada rumah," tukasnya, Arjuna kembali menghindar. "Mas Juna." Sarah masih menahan tangannya, menggenggamnya dengan erat.

Arjuna kembali berpaling untuk menghindari kontak mata langsung dengan Sarah.

"Pandang aku mas Juna!" Sarah mulai berani, meraba Arjuna dari leher hingga ke dadanya. "Tatap aku, mari kita manfaatkan momen ini, di sini hanya ada kita berdua. Aku tahu berapa lama neng Senja di luar sana," ucap Sarah yang berusaha menggoda Arjuna.

"Hentikan dan jangan menggangguku!" Arjuna melepasakan pegangan tagan Sarah.

"Mas Juna, aku ingin berduaan denganmu, kita bisa bermesraan, 'kan?" ujar Sarah.

"Sarah!" Arjuna membentaknya.

Sarah tak menyerah dan kembali menatap Arjuna dengan sayu. "Mas Juna pasti lelah seharian bekerja, maka aku mohon izinkan aku untuk menghiburmu malam ini," ucapnya.

Arjuna berdecak dengan raut yang tampak jijik di hadapan Sarah.

Sarah terengah, rasa kesepiannya kini mulai menguasai diri dan sebuah hasrat mulai merasuk untuk meminta sebuah pengakuan.

"Kenapa mas Juna? Apakah menurutmu ini sebuah dosa?" Sarah semakin mendekat ke hadapan Arjuna, merangkul pundaknya dan menatapnya dengan lekat. "Aku juga istrimu, aku berhak meminta hakku padamu." Arjuna sontak menatapnya.

"Berikan hakku sekali ini saja, mas Juna. Jangan biarkan aku selalu kesepian karena menunggumu." Sarah memeluk Arjuna dan berbisik dengan seduktif, menelusupkan wajahnya memberikan cumbuan mesra pada suaminya itu.

Bagaimana pun juga, Arjuna adalah pria yang normal, ibarat seekor kucing yang di hadapkan pada sebuah sajian pepesan ikan yang tidak mungkin dapat ia hindari. Akhirnya, mereka pun bercinta di ruangan itu. Sarah begitu lihai, merangkak dan duduk dipangkuan Arjuna, disertai pekikan dan desahan mesra membuat suasana begitu indah dalam kekacauan. Tubuh seksinya berguncang hebat ketika Arjuna menghentaknya beberapa kali, wajah cantiknya menengadah. Tenggorokanya bagaikan tersendat oleh rasa nikmat yang kini menjalar di sekujur tubuhnya.

"Mas Juna," gumamnya begitu candu, sambil meremas rambut tebal Arjuna membiarkan bibir tebal nan ranum itu menyusu di dadanya.

Arjuna menggeram seiring menghantarkan benihnya ke dalam lumbung hangat milik
Sarah, sampai keduanya terkapar lemah tak berdaya di atas sofa ruang tv. Arjuna dan Sarah sudah terbuai oleh suasana, menyambung nikmat dalam keheningan bersama. Sarah tersenyum puas karena pada akhirnya, Arjuna dapat memperlakukannya sebagai seorang istri yang sesungguhnya. Mereka tidak pernah tahu bahwa Senja akan pulang lebih cepat dari biasanya.

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 261K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
5.7M 243K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
5.4M 368K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.9M 233K 29
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...