Between Jersey & Macaron (END...

By jhounebam

205 37 144

Abelle Estania, adalah seseorang yang berjuang demi menggapai mimpinya untuk masuk DBL. Bukan orang lain yang... More

Notes
Visual
Bab 1 Kejutan di Depan Rumah
Bab 2 Kesan Pertama dari Sup
Bab 3 Persaingan Sengit
Bab 4 Macaron Pelangi
Bab 5 Tim Tak Terduga
Bab 6 Wajah Sekolah
Bab 7 Rahasia Manis
Bab 8 Lemparan Bebas
Bab 9 Hampir Redup
Bab 10 Jus Stroberi
Bab 11 Kecewa yang Tersembunyi
Bab 12 Ini Bukan Keberuntungan
Bab 13 Untuk yang Terakhir, Sungguh
Bab 14 Ini Tak Mudah
Bab 15 Pertandingan Dimulai
Bab 16 Kenyataan yang Tak Diinginkan
Bab 17 Ketakutan Menjalar
Bab 18 Saatnya Mengakhiri Semua Ini
Bab 19 Sedikit Lagi
Bab 20 Hari Pembalasan
Bab 21 Terlalu Singkat
Bab 22 Alasan untuk Sebuah Senyum
Bab 23 Menjalankan Mimpi
Bab 24 Taman Malam
Bab 25 Ujung Gua yang Sempit
Bonus Chapter
Notes <3

Bab 26 Biarkan Aku Pergi

10 1 6
By jhounebam

Mita mengucek matanya, ia terlihat seperti menangis. Pertahanan Abelle runtuh seketika. Sedari tadi emosi ibunya mempermainkannya. Apa maksudnya ini? 

“Abelle …” Mita melihat Abelle dengan mata kemerahan, “kalo kamu tetep pengen pergi, artinya kamu harus hidup sendiri di sana, apa kamu bisa?” 

“Bisa. Aku nggak akan sendirian karena ada temen-temenku di sana,” jawab Abelle yakin. 

“Jangan kebiasaan bergantung sama mereka, kamu harus belajar hidup mandiri.”

“Oke, nggak masalah. Aku bisa belajar hidup sendiri.” 

“Kalo gitu Mama nggak akan kirim uang buat kamu.” 

Retak. Suara keyakinan dirinya retak terdengar menggema di hati Abelle. 

Kedua bola mata Abelle membesar mendengar ibunya berkata seperti itu. Mita menaruh telunjuknya di dagu, matanya menatap tajam. Abelle seperti melihat orang lain. Orang di hadapannya ini bukanlah ibunya yang dulu. Ia tampak seperti orang asing yang ingin menculik mimpi Abelle. 

“Maksud Mama apa?”

“Mama pengen liat kamu bisa hidup mandiri dengan bukti usaha. Kalo kamu bisa bertahan di sana selama tiga bulan tanpa uang dari Mama, Mama baru ngakuin kamu.” 

Apa? Apa dia bilang?

“Ma, aku ini masuk sekolah basket, DBL! Aku bakal latihan terus tiap hari! Gimana aku mau cari uang?” seru Abelle dengan suara bergetar. 

“Itu salah kamu dari awal. Kenapa kamu seriusin basket ini? Ada banyak hal yang lebih baik dari basket.” 

Brak!

“MAMA!!” Abelle berteriak seraya menggebrak meja. 

Pertahanannya diserang habis-habisan. Abelle tak percaya ia mendengar kalimat seperti itu dari ibunya sendiri. Jiwanya seolah tertusuk oleh pisau besar nan tajam. Darahnya mengalir deras di hati terdalamnya. Jiwa itu sekarat. 

“Kenapa Mama ngomong kayak gitu?” Kini air mata Abelle tumpah. 

“Ini semua gara-gara ayah kamu. Kenapa dulu dia ngajarin kamu basket? Awalnya Mama anggap biasa aja karena itu cuma main-main. Mama pikir basket cuma sebatas hobi kamu aja. Tapi kenapa kamu malah seriusin? Kenapa nggak cari hal lain yang bisa lebih jamin masa depan kamu?” 

“Ma—”

“Kamu seharusnya bisa jadi lebih dari ini, Abelle.” 

Abelle terdiam. Ia benar-benar hancur. 

Kedua mata Abelle merah dan ia masih sesenggukkan. Dari berdirinya, ia melangkah lunglai menjauhi meja makan. Kedua lututnya lemas hampir tak bisa menopang berat badannya sendiri. Penglihatannya kabur karena air mata menghalanginya. 

"Kali ini Mama bakal ngedidik kamu lebih serius lagi. Kamu harus jadi anak yang mandiri, disiplin, dan tahu apa yang baik buat kamu." 

"Mama ini kenapa sih?! Kenapa Mama ngomong begitu sama aku?" Abelle meninggikan suaranya, kedua tangannya menarik rambutnya kasar. 

"Mama harus tegas supaya kamu nurut. Ini juga buat kebaikan kamu sendiri. Besok kamu ikut Mama ke pameran kampus luar negeri. Mama cariin kampus yang bagus buat kamu di sana." 

Abelle tak mengira ibunya bertindak seperti ini. Ia pikir selama ini ibunya mendukungnya. Lalu apa arti pujian tadi? Hati Abelle hancur dan pecah menjadi kepingan-kepingan kecil. Jiwanya semakin terluka karena terjatuh di atas kepingan tajam itu. 

“Aku udah capek-capek buat DBL dan Mama tanya kenapa aku seriusin basket? Karena itu yang aku pengen, Ma! Itu satu-satunya cara aku bisa inget terus sama Papa!” 

“Jangan sekali lagi kamu sebut Papa di depan Mama!” 

“Aku pergi!” Abelle menyudahi adu verbal yang melelahkan ini dengan ibunya. Ia sudah muak, sangat muak sehingga ia tak mau meladeni omongan Mita. 

Abelle berlari ke kamarnya di lantai atas. Ia tak menghiraukan ibunya yang masih berteriak memintanya turun. Dengan huru-hara Abelle memasukkan beberapa helai pakaian, pakaian dalam, barang-barang elektroniknya, dokumen penting, dan boneka cupcake yang tidak bisa ia lepas saat tidur ke dalam kopernya. Abelle juga membawa celengan babinya yang sudah lebih dari lima tahun ia isi. Walaupun agak berat, benda itu penting agar bisa membuat Abelle tetap bertahan selama beberapa hari ke depan.

Abelle mendengar langkah kaki yang dihentakkan dengan amarah. 

“Abelle! Mama masih mau ngomong sama kamu!” 

Brak! Brak! Mita mengetuk pintu kamar Abelle yang dikunci dengan keras. Tapi tentu saja Abelle tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tak berapa lama kemudian Abelle keluar dengan menyeret kopernya. Ia melewati Mita dengan mulut terkunci. 

“Abelle, mau kemana kamu? Abelle!” 

Abelle mengangkat kopernya saat menuruni tangga, Mita yang masih diselimuti emosi membuntuti anaknya dari belakang sambil terus bertanya ia hendak kemana. 

“Ternyata selama ini Mama nggak ngertiin aku. Aku mau nginep di rumah Papa, kalo Mama udah bisa nerima aku apa adanya, baru aku balik lagi ke sini.” Abelle berkata tegas. Lantas ia berjalan keluar rumah dan menyeret kopernya.

Mita terdiam melihat anak itu nekat kabur dari rumah di depan matanya sendiri. Napasnya memburu seperti banteng yang dipancing oleh kain merah. Mita tak peduli, ia akan membiarkan Abelle merasakan dunia luar yang keras jika memang itu yang ia mau. Mita menutup pintu rumah dengan kasar. 

Mita berjalan ke lemari panci di dapur yang ada di paling ujung. Ia menarik panci kecil yang dekil dan kotor, lalu rak panci itu bergeser ke arah kanan dan kiri. Terlihat sebuah rak rahasia di bawahnya. 

Satu hal yang Abelle tidak ketahui tentang ibunya. Semenjak Mita berhasil memegang sebuah perusahaan properti, mengoleksi botol anggur mewah adalah hobi barunya. Tentu, ia juga mulai terbiasa minum saat dirinya stres di kantor. Mita menuang satu gelas penuh wine yang berasal dari Eropa dan meminumnya sampai tak bersisa. 

***

Trek … trek … trek … Abelle membunyikan gembok pagar rumah ayahnya, alias rumah kakek neneknya. 

“Ya, bentar!” Terdengar suara Bagas dari dalam. Dalam hatinya ia membatin, siapa yang dateng malem-malem gini? 

Abelle?! Bagas sangat terkejut melihat kondisi anaknya. Ia datang dengan koper dan mata yang bengkak akibat menangis selama perjalanan. 

“Ya ampun kamu kenapa, Nak? Kok nangis? Ayo, masuk dulu.” Bagas langsung memeluk Abelle dan mengelus pucuk kepalanya. Tangisannya tumpah lagi di pelukan Bagas. 

“Kakek sama Nenek mu udah tidur, yuk, udahan nangisnya …” 

Setelah tiga menit isak tangisnya berhenti perlahan. Abelle kelelahan. Ia menjatuhkan badannya di atas sofa. Bagas menaruh tes panas yang ia buat di meja kecil. 

“Pa … Untuk sementara aku mau nginep di sini, boleh ‘kan?” Tiba-tiba Abelle bersuara. 

Bagas tersentak. "Boleh, kok. Tapi … kamu kenapa sebenernya, Nak? Kenapa kamu kabur dari rumah?” tanya Bagas khawatir. Ia menduga sepertinya ini berkaitan dengan Mita. 

Abelle menceritakan apa yang ia alami beberapa jam yang lalu. Ia berusaha untuk tidak menangis sembari bicara, tapi ia malah sesenggukkan sampai terbatuk-batuk. Bagas memijat pelipisnya setelah mendengar penuturan anaknya. Ia tak menyangka Mita bersikap sama seperti dulu saat ia selalu memarahi Bagas. 

Bagas adalah seseorang yang terlalu baik, itulah salah satu penyebab Mita sering memarahinya. Walaupun Mita sering menasehati Bagas dengan emosinya di dalam kamar, Abelle kecil tetap bisa mendengarnya dengan jelas dari luar. Rumah mereka dulu tak sebesar rumah Abelle sekarang, jelas saja tembok rumah itu selalu bisa mendengar percakapan yang terjadi. 

Semua bermula saat Bagas di PHK dari kantornya karena tak bisa membayar hutang pinjaman. Ia memilih untuk menjadi ojek online karena tak ada perusahaan yang mau menerima pegawai seumuran Bagas saat itu. Bagas jelas sempat terpuruk, tapi ia tak punya pilihan lain selain melanjutkan hidup. Tapi hal yang membuat Mita tambah kesal setelah suaminya di PHK, Bagas menjadi terlalu baik kepada semua orang yang ia temui. Mita protes karena Bagas pernah memberikan satu lembar uang biru kepada pengemis. Mita tak suka melihat Bagas selalu pulang larut malam, apalagi sehabis mengantar seorang wanita. Mita tidak bisa menerima sifat Bagas yang terlalu baik kepada orang asing. 

Karena itulah, Mita memilih untuk menceraikannya. Beberapa bulan setelahnya, Mita diangkat ke jabatan paling tinggi dalam sebuah perusahaan properti karena kerja kerasnya. Dari situ, babak baru dalam hidup Mita dan Abelle dimulai. Mereka memuaskan jiwa mereka dengan melakukan apa yang tak bisa dilakukan di masa lalunya yang susah. Tapi seiring berjalannya waktu, hanya Mita yang masih menikmati hal itu. Sementara, Abelle mulai merindukan sosok ayahnya. 

“Papa … Aku keterima di DBL. Papa seneng, ‘kan?” tanya Abelle lemah. 

Bagas hampir meneteskan air matanya saat Abelle menanyakan pertanyaan itu. Ia jelas bangga dengan pencapaian putrinya. Ia mengerti bagaimana lelahnya seorang calon atlet. Ia yakin selama ini Abelle sudah berlatih mati-matian, sekarang saatnya semua itu terbayar. Bagas membawa Abelle ke dalam dekapannya. Tangannya mengelus lembut kepala Abelle. Ia mencium kening anaknya.  

Bagas membisikkan sesuatu di telinga anaknya, “Papa bangga sama Abelle. Terima kasih, ya, Nak. Kamu hebat udah berjuang sejauh ini.” 

Abelle tersenyum tipis mendengar itu walaupun matanya terpejam. Ia benar-benar lelah melewati hari yang panjang ini. Beberapa detik kemudian, Abelle tertidur sambil memeluk ayahnya. Tapi senyum kecil itu masih terpampang di wajahnya. 

TAMAT

<><><>

AKHIRNYAA!!! Finally BJAM tamat gaess 😭😭✨ Seneng banget aku akhirnya bisa nyelesaiin cerita ini 🥺❤️

Gimana menurut kalian yang ngikutin cerita in dari awal? Komen kesan pesannya boleh kali yaa 😆 Terima kasih banyak yang udah support anak2ku di sini luv u all 😭❤️

Eitt, tapi soon menyusul bonus chapter! So, stay tuned yaa! <3

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
885K 66.1K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...