Harus Putus! [ Hiatus ]

By OratOretGalaksi

3.2K 2.9K 1.9K

Di kelilingi oleh para pria tampan tidak membuat hidup Aluna menjadi sempurna. Gevan, si barista aneh dan cu... More

01✔
02✔
03✔
04✔
05✔
06✔
07✔
08✔
09✔
10✔
11✔
Gala Time
12✔
13
14

15

36 23 6
By OratOretGalaksi

Meletus balon hijau, agustus sangat kacau. Bulannya tinggal empat, semoga aku kuat...

Hwohwohowoo balik lagi bersama gala si paling ngaret!

Seperti biasa semoga suka dan nggak bosan sama ceritanya, happy reading!

.
.
.
.
.

🐷🐷🐷🐷🐷

Ternyata memang sesakit itu mengharapkan seseorang yang sedang mengharapkan orang lain_Nando

.
.
.
.
.

🐷🐷🐷🐷🐷

Khayala menatap intens ke arah cowok yang duduk dihadapannya, terhalang meja makan. Kedua bola matanya yang besar menatap  setiap pergerakan cowok itu. Bagaimana cara Gevano mengunyah makanan, bagaimana Gevano mengobrol dengan tante Tamara, bagaimana bibir Gevano yang melengkung ke atas membentuk senyuman yang sialnya sangat manis.

Khayala menelan ludahnya, entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdegup sangat kencang. Menghela napas pelan, Khayala kembali memakan nasi gorengnya dengan pandangan tetap pada cowok berkacamata itu.

"Khayala?" panggilan itu mengambil kembali atensi Khayala dari lamunan. Matanya kemudian beralih pandang menatap ibu dari Gevano yang sedang menatapnya balik dengan sorot bingung.

"dari tadi tante lihat kamu kok perhatiin Vano terus?"

Khayala yang sedang mengunyah nasi goreng hampir saja tersedak ketika mendengar pertanyaan itu. Dia meletakkan sendoknya, kemudian menatap canggung ke Gevano.

"ih, tante. Ayala nggak liatin kak Vano kok," elak Khayala keki.

"tante liat, loh." wanita itu terkekeh geli ketika menyadari bahwa Khayala sedang malu.

Khayala menggaruk pipinya yang memanas salah tingkah. "orang memang enggak, kok."

"Vano berangkat dulu, ma." Gevano mengabaikan perdebatan Khayala dan mama nya, lantas beranjak dari tempat duduk dan meraih tangan Tamara untuk disalam.

"nggan bareng sama Khayala?" wanita itu tersenyum penuh arti.

"kami bareng, kok!" seru Khayala cepat membuat mereka menoleh ke arahnya. Khayala tersenyum canggung membalas tatapan yang dilayangkan oleh Gevano.

"kalau mau ikut, cepat habisin makannya. Papa udah nunggu di depan."

Ucapan Gevano sukses membuat Khayala terdiam kaku dengan jantung yang sudah ingin lepas dari tempatnya. Berangkat bersama Gevano adalah hal yang sangat dia inginkan sejak lama.

"ya udah, sana berangkat biar nggak telat," ujar Tamara dengan bibir yang masih melengkungkan senyuman.

Khayala mengangguk sekali lalu dengan cepat menghabiskan nasi gorengnya, kemudian beranjak dari tempat duduk dan menyalam Tamara. Keduanya lalu berjalan ke luar rumah dengan Khayala yang menggigit bibir bawahnya menahan senyum.

🐷🐷🐷🐷🐷

"eh, si Ale dekat sama Ica lagi, ya?"

Aluna yang sedari tadi fokus dengan ponsel langsung menoleh saat kedua telinganya tidak sengaja mendengar suara itu. Ia terdiam di tempatnya berpijak saat ini menatap Ale dan Ica yang berjalan memasuki gerbang sekolah.

Jadi, Ale sama Ica berangkat sekolah bareng? Batin Aluna kecewa.

Aluna menundukkan kepalanya sedikit, memainkan ponsel yang tampilannya hanya menu saja. Dia sedang mencari cara bagaimana untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi kemarin. Ale seolah menghindar, entah dirinya yang terlalu bodoh atau Ale yang memang sudah tidak peduli lagi.

"woi!" Brian menyenggol lengan Aluna membuatnya menoleh.

"kenapa?"

"malah ngelamun dia."

Aluna hanya tersenyum, kemudian beralih pandangan ke arah gerbang mencari sosok Ale yang sekarang sudah hilang entah kemana. Sementara Nofa yang melihat kesedihan di mata itu, merasa bersalah. Ia tidak tau kalau keputusannya untuk menghubungi orangtua dari gadis itu akan berakhir seperti ini.

"Lun," panggil Brian.

"apa?"

"lo kan pacaran sama Ale, tapi kok gue nggak pernah liat lo berangkat atau pulang bareng sama dia?" tanya Brian.

Aluna terkekeh canggung seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "dia kan biasanya bareng sama si Bintang."

"tapi, kenapa dia tadi berangkat sama si Ica?" ujar Brian dengan rasa kepo yang menggebu-gebu. Nofa yang memang berada di sampingnya memberikan kode supaya berhenti membahas hal yang akan membuat Aluna sedih, namun Brian yang dasarnya lemot sehingga tidak mengerti dengan maksud Nofa.

Aluna mengibaskan tangannya. "mungkin cuma kebetulan. Udahlah nggak usah dipikirin lagi."

"Lun," Nofa menggenggam tangan Aluna. "kalau lo nggak kuat, kenapa nggak lo lepasin aja?"

"gue kuat, buktinya gue bertahan sampai sekarang. Lagian ini cuma masalah kecil," jawab Aluna berusaha setenang mungkin.

"lo nggak mau putus aja? Gue kasian liat lo yang sedih terus kayak gini," tawar Nofa.

Aluna tersenyum. "gue hargain saran lo. Tapi, gue masih sayang sama dia."

"tapi, kan-"

Kalimat Brian terpotong ketika Aluna mengangkat tangannya pertanda kalau ia harus berhenti berbicara. Kedua mata Aluna menatap lurus ke arah Brian dan Nofa.

"gue bakalan dapetin kepercayaan dia lagi, kalian liat aja nanti."

Brian mendengus menatap Aluna. "lo yakin?"

"gue.." ucapan Aluna menggantung ketika mendengar suara gaduh dari arah lapangan. Ternyata suara gaduh itu ditimbulkan oleh Nando yang sedang men-dribble bola basket.

Aluna menghela napas dan kembali mengahlikan pandangan. "gue lagi pengen sendiri," ujarnya dan langsung melangkah meninggalkan Brian dan Nofa.

Aluna berjalan tak tentu arah di sepanjang lorong. Mood-nya hari ini sudah cukup kacau. Bel jam pelajaran pertama akan berbunyi sebentar lagi, tapi sepertinya dia tidak akan mengikuti jam pelajaran pertama. Dia ingin menenangkan pikirannya sejenak.

Kedua kakinya berbelok ke arah taman dan duduk di salah satu gazebo yang terdapat di sana. Kedua matanya menatap lurus kedepan, menikmati terpaan angin yang membelai lembut wajahnya.

Helaan napas keluar dari bibir gadis itu, dia memandang keadaan sekitar yang saat ini terlihat sangat sepi, semuanya seolah terasa sunyi dan damai.

Semua kejadian antara dirinya dan Aleandra kembali terlintas di kepalanya. Bagaimana awal pertemuan mereka, tentang kedekatan Aleandra dan Ica, tentang sifat Aleandra yang berubah-ubah, hingga semua teka-teki aneh cowok itu.

Semuanya seakan terus berputar dan membentuk gumpalan bola besar di kepalanya. Gadis itu memejamkan matanya sekilas, mengakui bahwa semuanya terasa rumit.

"ngapain di sini?"

Suara itu membuat Aluna menoleh ke samping dan mendapati Nando sudah ada di sana. "lo sendiri ngapain di sini? Nggak masuk kelas?"

Nando melangkah mendekat dan duduk di sampingnya. "males," jawabnya sambil menyerahkan sebungkus plastik yang isinya adalah roti dan susu kotak pada Aluna. Gadis itu menerima pemberian dari Nando dan mengucapkan terima kasih.

Karena terlalu asik bermain kejar-kejaran bersama Gevano membuatnya sampai lupa untuk sarapan. Aluna memakan dengan lahap roti ditangannya, juga dengan susu kotak tadi. Melihat itu Nando terkekeh, lalu tangannya menepuk belakang kepala gadis itu.

Rambut panjang Aluna yang memang tidak terikat menjadi sedikit berantakan oleh angin, membuat acara makannya sedikit terganngu.

"lo bawa karet atau semacamnya?" pertanyaan cowok itu hanya dibalas dengan anggukan kepala dua kali oleh Aluna.

Nando melepaskan sepatunya lalu naik dan duduk tepat dibelakang Aluna. Tangan besar cowok itu menyisir rambut Aluna dengan jarinya, gestur tanggannya bahkan terlihat sudah sangat terlatih.

"mau ngapain?" tindakan Nando tadi membuat acara makannya sedikit terganggu karena merasa penasaran. Kepalanya mendongak ke atas, membuat matanya menangkap gambaran wajah Nando dari bawah.

Rona merah samar terbentang di pipi Nando, tangannya mengarahkan kepala Aluna untuk kembali menghadap ke depan. "udah, lo diam aja. Habisin tuh rotinya."

Aluna mengedikkan bahu pasrah dengan apa yang akan dilakukan cowok itu pada rambutnya. Sedangkan Nando yang tepat berada di belakangnya mencoba untuk menetralkan degup jantung yang sedang berpacu cepat. Takut terdengar oleh Aluna.

Menarik napas dalam lalu kembali kegiatan awalnya. Tangannya mengambil sedikit rambut depan Aluna lalu di jalin, lalu mengambil lagi sedikit rambutnya untuk di jalin, begitu seterusnya sampai bawah.

"mana karetnya?"

Aluna mengangkat tangan kirinya yang dilingkari oleh gelang karet berwarna cokelat dan ada satu bintang kecil di tengahnya. "nih"

Dengan cepat dia mengambil karet dari pergalangan tangan gadis itu lalu mengikat jalinan rambut yang sudah diselesaikannya.

"oke, udah cantik."

"apanya?" tanya Aluna yang sudah selesai menghabiskan dua bungkus roti.

"rambutnya, ya kali mukak lo!"

Aluna berdecak kesal, namun tangannya tetap terangkat ke atas untuk meraba rambutnya. Tapi sebelum itu Nando sudah lebih dulu menahan tangannya.

"tangan lo jorok, banyak coklatnya. Cuci dulu sana!"

Aluna melihat jari-jarinya yang memang ditempeli oleh selai coklat, tapi hanya sedikit saja. Kenapa dia lebay banget sih? Batin Aluna julid.

Dengan santainya gadis itu memasukkan jarinya yang ditempeli oleh selai coklat tadi ke dalam mulutnya sendiri. Mengabaikan Nando yang sedang menatapnya dengan aneh.

"nih, udah bersih kan?" tanya Aluna sambil mengarahkan telapak tangannya pada Nando yang hanya bisa menghela napas kasar.

Nando mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Dia membuka kamera dan mengambil gambar rambut Aluna dari belakang.

"nih." ponselnya terulur kedepan Aluna. Senyum lebar kini terukir jelas pada wajah gadis itu. "kok bisa bagus sih? Fotoin gue lagi dong!"

"nggak, nanti kameranya rusak," jawab Nando, membuat Aluna melotot. Nando yakin bahwa gadis itu kesal, dia pun semakin senang menggodanya.

"cuma foto doang nggak bikin kamera lo rusak kali!" cibir Aluna.

"yaudah, cepat. Mau dimana?"

Aluna menuju sebuah pohon besar dengan gantungan beberapa lampu dan juga tulisan.

"di sini aja."

"satu, dua, tiga!"

Gadis itu membuat beberapa gaya yang cukup aneh dimata Nando. Dia berlari kembali ke arah Nando ketika sudah selesai.

"liat dong."

Nando memberikan ponselnya, melihat hasil tangkapan gambar tadi. Berganti dari satu foto, ke foto lainnya.

"bagus, kok."

Alis Nando terangkat naik. "bagus apanya? Orang gaya lo aneh-aneh semua."

"itu namanya photogenic!" ujar Aluna cengengesan. "nanti kirim ya!"

"oke."

Aluna tersenyum puas. "mau duduk ke sana lagi nggak? Atau lo udah mau ke kelas?"

"gue mau temanin lo aja di sini." balas Nando sambil berjalan terlebih dahulu ke arah gazebo, diikuti oleh Aluna.

Selanjutnya hening, keduanya sama-sama diam dengan pemikiran masing-masing. Entah kenapa setiap berdekatan dengan Nando bisa membuat mood-nya yang tadi buruk menjadi lebih membaik. Sedangkan Nando yang tanpa sepengetahuan Aluna sedang mencoba menetralkan degup jantunggnya untuk yang kedua kali.

"lo tau nggak?" Aluna mengubah posisinya menjadi kesamping sehingga menghadap lurus ke arah cowok di sebelah. Nando pun melakukan hal yang sama. Kedua matanya menatap lurus ke Aluna.

"enggak."

"maksud gue bukan gitu!" Aluna menatap Nando kesal.

Cowok itu terkekeh sebentar. "jadi gimana?"

Aluna mengambil napas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Badannya ia sandarkan pada salah satu tiang penyangga gazebo, membuat Nando lagi-lagi mengikutinya.

"lo tau nggak gimana caranya supaya Aleandra mau maafin gue lagi?"

Lipatan pada dahi cowok itu semakin dalam, entah apa yang terjadi di dalam tubuhnya saat ini. Ada sebuah perasaan sesak yang mendalam pada dirinya, juga rasa ketidakrelaan saat bibir tipis itu mengucapkan nama orang lain.

Isi kepalanya kini mulai memadat dengan satu fakta yang menyakitkan. Ternyata mencintai seseorang yang tidak memiliki perasaan yang sama tidak semudah yang di bayangkan.

Sesekali terlintas dalam benak ingin menyerah saja, tapi apalah daya jika hati selalu tidak sejalan dengan logika. Dia terkekeh hambar, dadanya terasa terhimpit mendengar semua itu.

Pertanyaan itu membuatnya menegang dan mengerjapkan matanya. Dia melirik Aluna kemudian menelan ludah. Sebisa mungkin dia menutup kegugupannya. Dia tertawa, benar-benar tertawa lepas. Walaupun tawa itu menjadi terdengar sangat aneh.

Untungnya gadis itu tidak sadar akan keanehannya. Dia malah merengut kesal. "kok lo malah ketawa, sih?"

"se-suka itu lo sama dia?"

"iyalah! Jadi gimana? Lo ada saran nggak?"

Bukannya menjawab, Nando malah kembali melayangkan pertanyaan. "kalian ada masalah apa? Bisa lo ceritain dulu?"

Aluna mulai menceritakan semuanya pada Nando, dimulai dari siapa itu Gevano, kenapa bundanya begitu kekeh untuk menjodohkan mereka berdua, dan yang terakhir bagaimana kesalah pahaman kemarin terjadi.

"lo bisa nyanyi?"

Aluna berpikir sejenak, lalu mengangguk-angguk pelan. "ya...setidaknya suara gue nggak jelek-jelek amat."

Senyum tipis Nando layangkan. "nanti sore kita bakal latihan main gitar, lebih tepatnya lo yang belajar main gitar."

"hah? Kenapa jadi bahas main gitar?"

"lo mau dapetin maaf dari Aleandra, kan?"

Aluna mengangguk. Dahinya berkerut samar, masih bingung dengan maksud yang Nando sampaikan.

"gue bakal ajarin lo main gitar, biar lo bisa nyanyi buat dapetin maaf dari cowok lo itu. Paham?"

Aluna lagi dan lagi mengangguk dengan semangat. Senyumnya kian melebar, lantas ia bangkit dari duduknya dan merangkul bahu cowok yang lebih tinggi darinya itu.

"makasih Nando, lo teman gue yang paling terbaik!"

"cuma teman, nih?"

Aluna mengangguk dengan masih merangkul Nando.

"nggak bisa jadi pacar aja?"

"ya nggak bisa lah!"

Nando tersenyum miris. "kenapa nggak bisa lun?"

"karena lo itu terlalu baik buat gue, dan lo pantes dapetin cewek yang lebih baik dari gue."

"terlalu baik ya?" batin Nando.

Melihat wajah muram Nando Aluna menjadi merasa tidak enak hati. Dia semakin mengeratkan rangkulannya dan sesekali menepuk bahu lebar itu.

"udah, nggak usah sedih gitu. Nanti gue bantuin lo buat cari cewek!"

"tapi gue maunya cuma lo, Aluna Langit Rinjani!"
.
.
.
.
.

Gimana? Masih kurang panjang nggak nih?

Kasihan sama mas Nando ygy
Hahahaaha

Kalian jangan lupa buat ninggalin vote dan komen ya! Tunjukin juga dukungan kalian buat gala dengan follow akun ini OratOretGalaksi

_salam sayang gala

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 45K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
497K 53.8K 23
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
4.1M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1.8M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...