The Concert

נכתב על ידי parkjonghun

4.3K 758 98

Sasa, salah satu manusia yang bekerja sebagai EO yang akan mengurusi konser 10th anniversary dari grup band t... עוד

1 (The Start)
2 (The Start 2.0)
3 (The Beginning)
4 (Break up story)
5 (Mundur lagi)
6 (First meeting)
7 (First meeting 2.0)
8 (Septian)
9 (Septian 2.0)
10 (Ngeselin)
11 (Ngeselin 2.0)
12 (Brian)
13 (Brian 2.0)
14 (Jae)
15 (Jae 2.0)
16 (Jae 3.0)
17 (Septian 3.0)
18 (Odun sokap?)
19 (Wirya Indigo)
20 (Odun)
21 (Beginning 2.0)
22 (Langkah 1)
23 (New Studio)
24 (Advice dari Brian)
25 (Jae Lamaran)
26 (Balik Bareng Brian)
27
28 (Ketabrak Ojol)
29 (Fira?)
30 (Some Talks)
31 (When Jae was come home)
32 (Reboot)
33 (Start to fall..)
34 (Septian have rival?)
35 (Devil named Ayas)
36 (Time to think..)
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

48

46 5 2
נכתב על ידי parkjonghun

Suasana studio pada malam hari ini tampak sedikit berbeda. Sore tadi, Jae menghubungi mereka lewat grup chat dan meminta mereka untuk datang ke basecamp karena ada sesuatu yang telah ia berikan kepada para sahabatnya tersebut.

Jae mengirimkan pesan tersebut tanpa memberikan keterangan apa-apa. Mulanya, para anggota enam hari itu berfikir bahwa Jae telah memberikan makanan enak untuk mereka seperti yang biasa pria itu lakukan. Namun nyatanya, tidak ada bungkus makanan sama sekali di sana. Hanya ada empat kotak berukuran sedang berwarna hitam yang setelah dibuka, ternyata isinya agak mengejutkan bagi mereka.

Gitaris enam hari itu kemudian menghilang setelah mengirimkan pesan tersebut. Tidak ada balasan chat sama sekali. Danang, Wirya dan Surya yang sengaja bergegas datang dengan niat berkumpul dan menikmati bersama 'makanan' yang telah diberikan oleh Jae, mendadak lemas sekaligus cemas setelah mengetahui apa yang sudah Jae berikan kepada mereka di basecamp.

"Gue tau ini adalah keputusan paling tolol dalam sejarah enam hari.. kacau udah.. ". Gerutu Danang pada diri sendiri walaupun sedari tadi tangannya sibuk membuka kulit kacang oven yang tak henti ia ambil dari kumpulannya di atas meja.

Wirya tampak setuju dan menanggapi pernyataan Danang tersebut dengan anggukan seraya menyesap bir kalengan dari genggamannya. Matanya juga mengawang membayangkan keributan besar yang mungkin akan terjadi setelah ini. "Gue ngga kebayang gimana marahnya si tarzan.. "

Sementara Surya, ia tidak tertarik menggubris ocehan kedua sahabatnya tersebut. Memang benar, mungkin setelah ini akan terjadi keributan. Tapi pria itu cukup mengenal sosok Brian dan Jae dengan baik. Bapak muda itu percaya tidak akan ada hal buruk yang terjadi diantara sang bassist dan gitaris, karena Surya percaya bahwa hubungan persahabatan kedua pria yang kini sedang berseteru itu, lebih kuat dari apapun setelah melihat bagaimana Brian dan Jae menyikapi masalah mereka kemarin.

Namun meskipun begitu, leader enam hari itu tetap merasa khawatir kalau-kalau perhitungannya salah. Surya kemudian melarikan pandangannya pada kotak hitam berisi campagne dan undangan sebagai groomsmen untuk acara pernikahan Jae dan Fira bulan depan.

Lama ia berdiam dalam pikirannya sendiri, rupanya tak bisa juga Surya tetap bersikap bijak dan netral selayaknya seorang leader pada situasi mereka saat ini. Pria berkemeja hitam itu lantas menghela nafasnya dalam-dalam lalu ikut bersandar pada punggung sofa mengikuti Wirya dan Danang.

"Nekat banget dia jadiin kita semua groomsmen termasuk Brian.. ". Ucap Surya yang tak habis pikir dengan keputusan Jae.

"Kata gue juga apa.. kacau bang.. kacau udah.. ". Timpal Danang.

"Gue juga ngga ngerti..". Imbuh Wirya yang kini tengah memijit-mijit kepalanya yang mendadak pusing dengan situasi internal band mereka, apalagi terkait keputusan Jae untuk menjadikan Brian sebagai groomsmen. "Masa dia minta mantan pacar calon istrinya buat jadi groomsmen? Mana calon istrinya dapet dari hasil nikung juga itu.. "

"Wir, mulut lo.. udah, udah..". Sela Surya yang kebijaksanaan dan kenetralannya telah kembali. 

Pemimpin enam hari itu kemudian mengambil kotak rokok milik Danang untuk mengambil isinya satu. Tentu saja kelakuan Surya tersebut membuat Danang dan Wirya terheran-heran dan saling pandang satu sama lain. Bagaimana tidak, bapak muda itu sudah berhenti merokok sejak dua tahun yang lalu.

"Bang.. lo ngga papa? ini berat banget buat lo ya?". Tanya Wirya mencoba memastikan keadaan Surya. Jelas sekali keyboardist enam hari itu merasa khawatir setelah melihat kelakuan Surya.

Surya lantas mengepulkan asap rokok dari mulutnya. Gitaris enam hari itu hanya menganggukan kepalanya pelan. "Gue baik-baik aja.. Brian kapan ke sini?"

Mendapat pertanyaan seperti itu dari Surya, Wirya sontak menoleh ke arah Danang. Ini bukan Surya yang mereka kenal. Surya dengan kelakuan seperti ini, adalah Surya yang sudah murka.

Wirya dan Danang pun saling pandang selama beberapa detik. Keyboardist enam hari itu kemudian menanyakan jawaban pertanyaan tersebut kepada Danang melalui isyarat mata. Danang yang mengerti lantas memajukan tubuhnya untuk memberikan kesan serius dalam menyikapi situasi mereka saat ini. "Bang Brian ngga ada bilang dia mau dateng.. dia ngga muncul di grup.. "

"Kalo Jae, kapan dateng?". Tanya Surya lagi.

Kali ini Danang yang menoleh ke arah Wirya untuk meminta bantuan dari sang keyboardist dalam menjawab pertanyaan Surya. Lagi-lagi masih dengan isyarat mata. 

Wirya tampak menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Surya. "Bang Jae juga ngga bilang apa-apa.. gue ngga tau dia bakal ke sini atau ngga.. "

Surya kembali menghisap rokoknya dalam-dalam. Dahinya nampak mengerut tanda bahwa kepalanya saat ini sedang penuh. "Suruh mereka ke sini.. "

"Sekarang?". Tanya Wirya dan Danang secara bersamaan.

"Sekarang.."

___________________________

Sasa heran, kenapa juga Bella menyuruhnya untuk datang ke kantor secara mendadak seperti ini. Siang tadi ketika wanita itu masih mengajar di sekolah, Bella tiba-tiba menelponnya dan meminta sang koordinator bidang logistik itu untuk secepatnya datang ke kantor setelah ia menyelesaikan pekerjaannya di sekolah. Tidak ada briefing mengenai event baru di grup chat seperti yang biasa Bella lakukan, tetapi boss-nya yang cantik itu malah menghubunginya secara pribadi untuk memberikan kabar bahwa ada spesial event yang akan mereka kerjakan secara maraton dalam satu bulan kedepan.

Sasa masih mengenakan seragam batik dan rok kain kebanggaannya ketika sampai di kantor, sementara kekasihnya, yaitu Septian sudah terlebih dulu datang untuk kepentingan mendadak ini.

Suasana kantor masih sepi. Bahkan mobil Bella pun belum terparkir di parkiran. Hanya ada Septian dan Bayu yang tampak duduk di depan gedung sambil merokok dan saling mengobrol dengan santai. Septian, si pria berkemeja putih dan bercelana bahan hitam itu spontan tersenyum setelah melihat sosok kekasihnya berjalan mendekati gedung.

"Yang, maaf ya ngga bisa jemput.. tadi aku langsung berangkat dari kantor. Kalo jemput kamu dulu, takutnya kita telat.. ". Ucap pria tampan itu begitu Sasa datang dan menghampiri mereka.

Sasa sedikit terkejut dengan panggilan Septian. Ia lantas melirik ke arah Bayu dengan canggung. Namun ternyata sang akuntan itu hanya membalas tatapan kikuk Sasa dengan senyum santai. "Cowok lo udah cerita.. ". Jelasnya.

Oh, baik.. batin Sasa. Berarti kini hubungannya dan Septian sudah mulai go public.

Setelah mendengar penjelasan Bayu, Septian lantas berdiri untuk memeluk pinggang ramping Sasa dan mencium pipi wanita itu sekilas. "Capek ngga hari ini?"

Mendapat perlakuan tersebut di depan umum, sejujurnya membuat Sasa sedikit canggung. Tidak biasanya wanita itu mengumbar kemesraan dengan para mantan kekasihnya terdahulu. Namun kini dengan Septian, tampaknya Sasa harus mulai membiasakan diri. Mungkin saja love language Septian adalah physical touch or something..

Sasa mengangguk kecil. Hari ini memang banyak yang ia kerjakan di sekolah. Menjelang libur semester seperti ini, tentu saja banyak nilai yang harus diimput ke database sekolah dan banyak berkas administratif yang harus ia selesaikan. Tapi tak apa, memang itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang pengajar.

"Iya, dikit.. ". Jawab Sasa lirih.

Septian lantas menuntun Sasa untuk duduk di sampingnya setelah menghisap rokoknya yang sudah hampir habis. Pria itu lalu membuang putung tersebut ke tempat sampah terdekat sebelum kembali bergabung dengan Sasa dan Bayu.

"Btw, lo tau ngga bay kita bakal ngerjain event apa?". Buka Septian setelah mendudukkan dirinya di samping Sasa.

Bayu hanya bisa mengindikan bahu. Ia juga tidak tau menahu tentang event dadakan yang Bella informasikan secara serentak kepada para koordinator bidang siang tadi. "Ngga tau gue.. coba nanti kita dengerin Bella dulu.. soalnya gue juga penasaran.. "

Tak berapa lama kemudian, terlihat mobil biru metalik milik Bella yang sudah mereka hafal diluar kepala bergerak memasuki parkiran kantor diikuti mobil Range Rover hitam di belakangnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Bella kemudian keluar dari mobil. Tiga detik kemudian, mobil Range Rover hitam itu juga menunjukan pemiliknya. Sosok pria tinggi berkaos abu-abu dengan topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Meskipun begitu, mereka yang berada disana tau betul identitas dari sosok tersebut.

Bella dan Jae lantas berjalan berdampingan menuju ke tempat tiga manusia itu berada.

"Udah pada kumpul semua?". Tanya wanita berkaos hitam dan bercelana panjang putih itu kepada Septian, Sasa dan Bayu.

Dari ketiga manusia itu, hanya Septian yang membuka mulutnya. "Udah.. "

"Oke.. kalo gitu ayo masuk semua. Kita mulai meeting-nya.. ". Perintah Bella kemudian memimpin semua manusia itu untuk masuk ke dalam kantor.

Sesuai dengan jawaban Septian, para koordinator dan pemegang jabatan inti di perusahaan event organizer itu rupanya telah berkumpul di dalam ruangan. Bayu, Septian, Sasa serta Jae pun mulai mengambil tempat duduknya masing-masing.

"Selamat sore semuanya.. ". Buka Bella ketika seluruh bawahannya telah duduk dan siap untuk memulai pertemuan pada sore hari ini.

"Maaf kalau kesannya dadakan banget, tapi kali ini memang kita dapet event yang dadakan. Gue harap, semua yang ada di sini siap untuk megang kerjaan ini.. ". Lanjutnya.

Wanita yang kini tengah berdiri di depan itu kemudian menatap ke arah Jae yang duduk pada kursi paling ujung. Bella meminta ijin secara tersirat kepada Jae untuk menyampaikan tujuannya mengadakan meeting pada hari ini. Baru setelah pria tinggi itu menganggukkan kepala, Bella kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Langsung aja, kerjaan dadakan kita kali ini adalah pernikahan bang Jae dari enam hari.. bang Jae tolong disapa bentar calon partner kerjanya.. "

Jae lantas berdiri untuk menyapa seluruh manusia yang menghadiri pertemuan sore ini. "Sore semuanya.. gue Jae, gue mau minta tolong kepada kalian untuk membantu keterlaksanaanya pernikahan gue bulan depan. Mohon maaf kalau kesannya mendadak, tapi gue percaya teman-teman yang ada di sini pasti mampu untuk mempersiapkan pernikahan gue sesuai dengan apa yang sudah gue dan calon istri gue konsepkan.. "

Reaksi yang diberikan oleh para anggota event organizer tersebut tampak berbeda-beda. Beberapa tampak terkejut dengan kabar pernikahan Jae, tapi beberapa tampak mengangguk paham. Contohnya Sasa dan Septian yang telah mengetahui gosip internal dari band enam hari.

"Pasti temen-temen semua juga udah pada tau bahwa persiapan konser enam hari dipending selama sebulan ke depan.. karena selama sebulan ke depan fokus teman-teman sekalian akan dialihkan ke acara pernikahan gue.. gue rasa itu aja yang bisa gue sampaikan. Untuk teknis dan detailnya, nanti bisa dijelasin sama Bella selaku ketua pelaksana.. terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman semua.. gue serahkan kembali waktunya kepada Bella.. ". Tutup Jae lalu kembali duduk di tempatnya.

Setelah Jae selesai menjelaskan maksudnya, Bella pun kembali mengambil alih jalannya pertemuan mereka.

"Terimakasih Jae, atas penjelasan singkatnya. Untuk detail dan pembagian tugasnya kita mulai sekarang.. "

Kemudian satu persatu koordinator mulai bertukar ide dengan Jae terkait konsep yang pria itu inginkan, agar dapat disesuaikan dengan tugas yang akan para koordinator tersebut emban.

Sesi tukar ide Sasa dengan Jae terkait venue telah selesai. Rupanya, gitaris enam hari itu telah menyiapkan tempat pernikahannya sendiri. Artinya, tugas Sasa selanjutnya hanya tinggal mempersiapkan detail-detail pendukung yang akan ia koordinasikan dengan kebutuhan dari bidang lain.

Wanita berkemeja batik itu tengah mencatat segala barang-barang yang akan digunakan pada pernikahan sang gitaris enam hari ketika ponselnya mendadak berdering dan menampilkan nama Brian di sana.

Sasa sedikit mengerutkan dahi ketika mendapati nama yang kini tengah menghubunginya. Sedikit bingung karena sejak pertemuan mereka di apartemen Sasa minggu lalu, kedua manusia itu sama sekali tidak berkomunikasi kembali.

Namun karena takut ada hal penting yang akan Brian bicarakan, Sasa pun memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut. "Hallo bang? Kenapa?"

"Jaket gue di apart lo kan?". Tanya Brian langsung pada intinya tanpa mau repot-repot membalas sapaan Sasa.

Wanita itu lantas berpikir sejenak. Mengingat-ingat kembali keberadaan jaket Brian di apartemennya. Oh iya, memang jaket pria itu tertinggal lusa lalu dan kini terlipat rapi dalam lemari kamarnya. "Iya, jaket lo ketinggalan.. mau diambil kapan?"

"Sekarang.. lo dimana?"

"Gue di kantor.. tunggu sampai gue pulang. Nanti gue kabarin, lo bisa ambil.. -"

"- kantor mana?". Sela Brian cepat tampak tidak sabar dengan jawaban Sasa.

Wanita itu sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. Dahinya berkerut karena kesal dengan kebiasaan Brian yang suka seenaknya. "Kantornya Bella lah.. "

"Yaudah gue ke sana, nanti kita ke apart bareng. Kelamaan kalo gue nungguin lo balik.. lagian gue juga lagi di deket situ.. "

"Bang.. tapi-". Sebelum Sasa sempat menyelesaikan kalimatnya, bassist enam hari itu sudah terlebih dahulu menutup sambungan telepon mereka.

"Tapi di sini ada Jae.. ". Lanjut Sasa lirih meskipun sambungan telepon mereka sudah terputus.

Wanita itu masih ingat betul keributan yang terjadi ketika bassist dan gitaris enam hari itu bertemu. Ia tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Apalagi alasan mereka semua di kantor hari ini adalah untuk membahas pernikahan Jae..

Septian yang menyadari gerak-gerik gelisah dari Sasa, lantas memegang tangan kekasihnya tersebut dengan pandangan bertanya. "Kenapa?"

"Brian mau kesini.. ". Bisik Sasa.

Nama itu lagi.. batin Septian yang mendadak kesal.

"Terus?". Ucap pria berkemeja putih itu dengan nada bicara yang mulai datar.

"Ada bang Jae.. kamu tau kan Brian sama Jae lagi musuhan? Mereka bisa ribut.. "

Septian tampak tidak bereaksi pada pernyataan Sasa barusan. Sejujurnya ia tau akan konflik yang kini tengah berlangsung di antara kedua anggotan band enam hari itu. Tapi karena rasa kesalnya yang berlebih kepada Brian sudah tidak bisa dibendung, maka Septian memilih untuk tidak peduli pada apapun yang melibatkan Brian di dalamnya.

"Yaudahlah, biarin aja kalo mau ribut.. kita ngga usah ikut-ikutan.. "

Sejujurnya perkataan Septian ini memang ada benarnya. Tapi entah mengapa Sasa tetap merasa cemas dan khawatir terhadap rencana kehadiran Brian ke kantor mereka. Selain kemungkinan akan keributannya dengan Jae, Sasa juga berpikir mengenai kemungkinan terjadinya keributan antara Brian dengan Septian. Apalagi jika Septian tau alasan Brian datang ke kantor mereka adalah untuk pergi ke apartemen Sasa..

Sepersekian detik wanita itu menimbang bimbang. Apakah ia harus mengatakan alasan Brian tersebut kepada Septian atau tidak. Toh, tujuan Brian datang ke apartemennya bukan untuk berkunjung tapi hanya untuk mengambil jaketnya yang tertinggal lalu pulang. Namun mengingat posisi Septian yang kini adalah kekasihnya, Sasa juga merasa perlu untuk mengatakan hal tersebut kepada Septian supaya tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka kedepannya.

"Beb, Brian mau ke sini buat pergi ke apartemen aku.. dia mau ngambil jaketnya yang ketinggalan.. ". Akhirnya Sasa memilih untuk mengatakannya juga. Ia lebih memilih jujur dari pada harus berbohong dan membuat Septian berpikiran macam-macam.

Benar saja. Setelah wanita itu mengatakannya, Septian mendadak mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya juga perlahan mengeras menahan amarah yang tiba-tiba muncul dalam dirinya.

"Yang, aku ngga mau kita ribut di sini.. ". Bisik Septian masih dengan nada halus walaupun amarahnya tidak bisa ia tutupi.

"Aku tadi mau ngomong ke Brian, tapi-".

"- keluar bentar yuk.. kita ngobrol di luar.. ". Septian tau bahwa kalimat yang keluar dari mulut Sasa tersebut adalah sebuah alasan. Kata 'tapi' yang Sasa lontarkan sudah cukup mendeskripsikan semuanya. Kata 'tapi' dari mulut Sasa itu, artinya adalah Brian tetap akan datang ke sana. Dan Septian tidak suka akan fakta tersebut.

Pria itu pun memutuskan untuk mengajak Sasa berbicara di luar, dari pada harus berdebat di dalam ruangan dan membuat yang lain tidak nyaman.

Septian terlebih dahulu berdiri dari kursinya untuk berjalan keluar ruangan memimpin Sasa. Tak lupa, koordinator bidang acara itu memberikan isyarat untuk meminta ijin mengajak Sasa keluar sebentar kepada Bella.

Setelah keluar dari ruangan, Septian lantas menghentikan langkah kakinya di lobby. Memberikan arahan kepada Sasa untuk ikut berhenti dan memulai pembicaraan pribadi mereka.

"Coba jelasin ke aku sekarang.. apapun itu yang berkaitan dengan Brian.. "

Sasa tidak tau jika Septian bisa setegas ini. Ia jadi merasa terintimidasi dan takut akan reaksi yang diberikan oleh sang kekasih.

Dengan sedikit terbata, wanita itupun mulai menjelaskan semuanya. "Ja.. jadi.. jaket Brian ketinggalan di apartemen.. dan dia mau.. mau ngambil jaketnya hari ini.. "

"Aku kan kemarin udah bilang sama kamu, jangan sampai Brian masuk apartemen kamu lagi. Kenapa sekarang gini?"

"Aku ngga tau, tadi Brian nelpon terus bilang mau ngambil. Belum sempet aku larang, dia udah matiin telfonnya.. "

Septian menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba mengatur emosinya agar tidak meledak-ledak. "Biar aku aja yang nganter jaket Brian.. Dia ngga perlu ngambil di apartemen kamu.. "

"Oke.. aku telfon Brian bentar.. ". Namun ketika Sasa hendak menekan icon panggilan pada ponselnya, tiba-tiba sosok yang mereka perdebatkan muncul entah dari mana.

Brian kini sudah berdiri sekitar tiga meter dari tempat sepasang kekasih itu berada. Pria berkaos biru tua itu hanya melihat ke arah keduanya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Septian yang Sadar dengan kedatangan Brian, spontan memeluk pinggang Sasa dengan tangan kirinya. Pria itu menarik sang kekasih untuk semakin mendekat kepadanya. Seolah menegaskan kepemilikan Septian atas wanita bernama Sasa.

Brian menatap posisi tangan Septian pada pinggang Sasa sambil berdecih. Ada sedikit rasa jengah yang mendidih dalam hatinya ketika menyaksikan hal tersebut. Tapi Brian tidak bisa berbuat apa-apa. Septian punya hak atas Sasa, karena pria berkemeja putih itu adalah kekasih Sasa.

"Jaket lo biar gue yang anter.. lo ngga usah dateng ke apartemen Sasa.. ". Ucap Septian tegas.

Asal Septian tau. Tujuan awal Brian menghubungi Sasa itu tidak untuk mengambil jaketnya, melainkan untuk bertemu dengan Sasa itu sendiri. Brian tidak bisa mengenyahkan sosok Sasa dari pikirannya. Suara wanita itu, sentuhan wanita itu, dan kehangatan yang wanita itu berikan rupanya cukup membekas dalam benak Brian. Singkatnya, bassist enam hari itu merindukan sosok Sasa. Maka dari itu ia meminta untuk bertemu. Namun dengan kehadiran Septian saat ini, tujuan Brian untuk menemui dan bercengkerama Sasa menjadi pupus. Septian terus menegaskan kepemilikannya atas sang koordinator bidang logistik. Mencoba membuat Brian mundur, tapi perempuan seperti Sasa yang memang selama ini ia mimpikan.. tidak bisa ia lepas begitu saja.

"Ngga perlu, gue bisa ambil sendiri.. ". Jawab Brian dingin.

Entah mendapat keberanian dari mana sampai Brian bisa senekat ini. Sepertinya baru dua bulan yang lalu yang lalu ia putus dari Fira, cintanya. Tapi kenapa cintanya pada Fira kini seolah tak pernah terjadi. Dan Sasa.. wanita yang baru ia kenal selama beberapa minggu itu kini menjelma seseorang yang sangat menarik perhatiannya. Pertanyaan tersebut diam-diam berkumandang dalam diri Brian dan Brian masih belum menemukan jawabannya.

"Bang Brian, gue masih nyoba buat ngomong baik-baik -"

"- gue juga masih nyoba buat jawab baik-baik..". Sela Brian cepat. Sudah jelas jika bassist enam hari itu kini sedang menantang Septian.

Suasana di antara mereka mendadak panas. Septian mulai mengeraskan rahangnya karena Brian yang terus tidak mengindahkan ancamannya.

Ditengah situasi panas tersebut, tiba-tiba ponsel Brian berbunyi dan memperlihatkan nama Danang di layarnya.

"Ini orang kenapa nelpon ngga tau waktu sih anjing.. ". Gerutu Brian yang tidak suka karena perseteruannya dengan Septian harus terjeda karena ulah telfon dari Danang. Namun meskipun begitu, tetap saja sedetik kemudian jempol pria itu menekan icon hijau.

"BANG!! TOLONGIN, BANG SURYA KERACUNAN WHISKEY!!! BURUAN KE BASECAMP!!!"

"APA?!!". Jawab Brian spontan panik. Pada saat yang sama, terlihat pula sosok Jae tengah berlari keluar dari ruangan dengan raut wajah tak kalah panik.

Kedua pria yang saat ini tengah berseteru tersebut lantas saling terkejut akan keberadaan masing-masing. Selama beberapa detik, Brian dan Jae hanya bisa saling tatap.

"Lo udah dikabarin tentang Surya?". Tanya Jae mulai membuka pembicaraan walaupun masih dengan gestur kepanikannya.

Brian mengangguk cepat. "Udah.. buruan ke sana". Jawabnya lalu berlari mendahului Jae menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil mereka masing-masing.

Nyatanya, solidaritas antara ke lima sahabat tersebut lebih kuat dari apapun.

__________________

Hehe.

המשך קריאה

You'll Also Like

93.8K 14.4K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
340K 28.2K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
295K 30.3K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
84K 7.9K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG