WHITE LOTUS - TAEGYU

By winterlazulli

44.5K 4.6K 1.6K

✦; summary❞ "Tentang dua orang licik yang bertemu dan saling memanfaatkan satu sama lain untuk kemudian salin... More

【KONTEN】
00【WL❦】- Hujan Musim Semi
01【WL❦】- Mengunjungi Kuil
02【WL❦】- Kehilangan Simpul
03【WL❦】- Wajib Militer
04【WL❦】-Seleksi
05【WL❦】Perubahan Plot
06【WL❦】-Meninggalkan tanda
07【WL❦】- Tarian Peri
🔞08【WL❦】-Melayani Kaisar
09【WL❦】-Bukan Orang yang langka
10【WL❦】-Promosi
11【WL❦】- Paviliun Xuehua
12【WL❦】-Kehamilan Selir
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.1
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.2
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.3
13 【WL❦】- Daftar Nama
14 【WL❦】- Istana Musim Panas
15【WL❦】- Sepasang burung
16 【WL❦】- Bertemu
17【WL❦】- Rencana
18【WL❦】- Tur Selatan dan Wajib Militer
19 【WL❦】- Promosi kedua
20 【WL❦】- Veteran dan pendatang baru
21【WL❦】- Perjalanan pertama
22- 【WL❦】memetik pucuk teh di puncak gunung.
23- 【WL❦】digigit ular
24- 【WL❦】Alergi
25- 【WL❦】Kerikil yang dilempar ke dalam danau
26- 【WL❦】Soo Cairen diusir
27- 【WL❦】Rumah kaca
28- 【WL❦】Kesetian pada diri sendiri
29- 【WL❦】Nona Guo
30- 【WL❦】Kepingan Salju
31- 【WL❦】Perompak
33- 【WL❦】Kehamilan
34- 【WL❦】Kedatangan rombongan
35-【WL❦】Provokasi Guo Jia
36-【WL❦】Tragedi dan promosi pt.1
37- 【WL❦】tragedi dan promosi pt.2
38-【WL❦】Berlayar ke selatan
39-【WL❦】Saingan cinta?
40-【WL❦】Memindahkan tempat tinggal
41-【WL❦】Menyadari sesuatu...
42-【WL❦】Kembali ke Ibukota
43-【WL❦】Gejolak Harem
44-【WL❦】Membangun Ambisi
45-【WL❦】Menetapkan langkah..
46-【WL❦】Pikiran
47-【WL❦】Ling Guiren
48-【WL❦】Melahirkan
49-【WL❦】Resep?
50-【WL❦】Bunga dicermin dan bulan di air
51-【WL❦】Kembalinya teratai putih
52-【WL❦】Kecurigaan Kaisar
53-【WL❦】Hati ular dan macan tutul
54-【WL❦】Kekacauan?
55-【WL❦】Kaisar yang merajuk?

32- 【WL❦】Sesuatu terjadi

1.2K 108 84
By winterlazulli

【White Lotus❦】

Saat bunga-bunga sakura mekar, kelopak mereka akan membumbung di udara dan membawa aroma manis yang menyegarkan khas musim semi. Bertengger di dahan ada burung berkicau nyaring, dia memainkan musik alami yang mebangunkan seseorang yang sudah terlelap selama beberapa hari.

Kang Taehyun merasakan hangat dan sepertinya dia berbaring di atas sesuatu yang lembut. Sebelum dia membuka mata. Dia ingat bahwa dirinya dan Beomgyu telah terombang-ambing di sepanjang Sungai Nanyue. Segera, kelopak mata itu terbuka dan memperlihatkan mata besar yang berkharisma.

Langit-langit ruangan adalah yang pertama kali Taehyun lihat. Atap yang sederhana yang menjadi ciri khas rumah pedesaan.

"Desa?" Taehyun bangkit sambil menahan pusing.

Barulah dia menyadari bahwa dia benar-benar berada disebuah rumah yang kemungkinan milik penduduk setempat. Taehyun mendesah lega, karena ternyata mereka berhasil selamat.

Tapi tunggu, dimana Beomgyu?

Taehyun mengedarkan pandangannya tetapi ruangan itu sepi. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Beomgyu disana.

"Selir ai?"

"...."

Taehyun menggelengkan kepalanya dan memanggil ulang; "Beomgyu?"

Bersikeras untuk berjalan, Taehyun mendekati jendela terdekat dan melihat bahwa ada halaman yang cukup luas di depan. Berjalan lagi dan dia terus memanggil nama Beomgyu dengan penuh kecemasan.

'Apakah hanya aku yang selamat? Bagaimana dengan Beomgyu?' Pikir Taehyun mulai kalut.

"Beomgyu!"

"Beomgyu!"

"Beomgyu!"

"Suamiku suka bawang putih jadi aku akan memasaknya dengan—"

Beomgyu menghentikan kalimatnya saat mendengar suara yang familiar.

Renjun yang menjadi lawan juga terdiam sambil melihat ke arah pintu.

"Beomgyu!"

Menarik nafas, Beomgyu bangkit dan setengah berlari menuju sumber suara.

"Suami kamu sudah sadar!" Beomgyu terburu-buru menghampiri Kaisar Taehyun dan memeluk pria itu penuh kelegaan. "Yang Mulia tidak sadarkan diri selama dua hari, sangat menakuti selir ini!" Bisik Beomgyu yang hanya didengar oleh Taehyun.

Taehyun juga merasakan kelegaan begitu melihat sosok Beomgyu. "Maaf Zhen membuatmu khawatir dan tidak membantumu saat itu."

Beomgyu menggeleng, "Tidak. Yang Mulia demam sangat tinggi saat itu. Beruntungnya selir bertemu dengan orang baik hati yang mau menolong kita. Dia bahkan bersedia memanggil tabib terbaik di kota untuk memeriksa keadaan Yang Mulia."

"Zhen sudah sembuh sekarang. Kita akan membalas kebaikan orang lain dengan layak setelah Zhen bisa menghubungi orang-orang Zhen."

"Eum. Untuk saat ini kita bisa tinggal di sini sementara. Ngomong-ngomong selir menyewa salah satu rumah mereka."

"Hah?" Kaisar Taehyun tercengang. Saat itu seluruh barang berharga di tubuh Kaisar Taehyun kecuali token Kaisar yang dia sembunyikan di dadanya. Dia tidak membawa uang atau apapun lagi. Apakah Beomgyu membayar dengan token Kekaisaran itu?! Wajah Taehyun memucat.

Sadar bahwa dia telah membuat takut Kaisar Taehyun. Beomgyu buru-buru berbisik. "Token Kekaisaran ada di bawah bantal Yang Mulia. Selir membayar dengan batu safir yang ada di Mahkota selir."

Untungnya, Beomgyu menemukan bahwa Mahkota batu safirnya masih terpasang di atas kepalanya. Jadi Beomgyu hanya bisa membayar uang berobat Kaisar dengan meminta Renjun menjual batu tersebut. Awalnya Renjun menolak namun Beomgyu mengatakan jika Renjun bersikeras. Dia bisa memberikan batu Safir itu kepada Renjun sebagai ganti uang berobat, makan dan tempat tinggal sementara.

Orang harus tahu bahwa batu safir itu langka apalagi seukuran ibu jari. Oleh karena itu, Renjun dengan tangan bergetar menerima batu safir itu dari Beomgyu.

Taehyun menghembuskan nafas lega. "Oke. Zhen akan mengganti batu safir selir ai setelah kita kembali ke ibukota."

"Jangan pikirkan itu. Yang terpenting bagi selir adalah kita bisa mendapatkan tempat tinggal untuk sementara waktu."

Taehyun menatap wajah Beomgyu. Selir ini selalu mendahulukan kepentingan bersama diatas godaan egoisme. Taehyun berkali-kali dibuat tersentuh oleh kepribadian orang lain. Itu membuat Taehyun berpikir, mungkin tidak ada salahnya jika dia ingin memanjakan selir ini dimasa depan.

"Beomgyu. Apakah suami mu benar-benar bangun?" Renjun datang dari belakang karena merasa Beomgyu tidak kembali untuk waktu yang lama. Itu bertepatan dengan dia melihat Beomgyu tengah berpelukan dengan seseorang. "Oh maaf—"

Renjun berdiri dengan canggung ditempatnya.

Beomgyu melepaskan pelukannya dari Kaisar. "Suami, ini adalah Huang Renjun. Dia adalah tuan muda yang menjadi penyelamat kita hari itu." Beomgyu menarik Kaisar mendekat.

Ranjun melambaikan tangannya sedikit panik. "Penyelamat apa! Kamu sendiri yang menyelamatkan suamimu saat itu. Kami hanya menolong dengan memberi tumpangan."

Beomgyu merengut, "Tidak. Tanpa bantuanmu. Aku dan suamiku tidak bisa menemukan tempat untuk bernaung!"

Seolah-olah keduanya adalah sepasang teman lama. Mereka berdebat sejenak lalu sama-sama tertawa. Taehyun memperhatikan dalam diam, bukan karena dia merasa ditinggalkan. Justru karena dia menghargai dua orang shou di depannya, sebagai dominan, Taehyun memilih mendengarkan.

"Beomgyu suamimu baru bangun kan dia sudah lama tertidur. Ada baiknya mengisi perut dengan makan, bukan kah kamu membuat bubur daging tadi pagi?" Renjun mengingatkan. Dia merasa sepasang suami istri ini butuh waktu berdua jadi dia dengan cepat mengundurkan diri.

"Aku akan kembali ke halaman ku dulu. Jika kamu butuh sesuatu. Panggil aku oke?"

Beomgyu mengangguk dengan senyum manis. "Aku tahu itu."

Renjun menghilang dan Beomgyu pun kembali fokus pada Kaisar Taehyun. "Yang Mulia ayo makan dulu. Pasti perut anda sangat lapar kan? Selir benar-benar ceroboh ah!"

Beomgyu berlari ke dapur untuk menyiapkan makanan, sementara Kaisar mengikuti dengan linglung.

Dia mendengar dengan jelas bahwa Beomgyu lah yang berusaha menyelamatkan hari itu. Dia mungkin bisa membayangkan seperti apa usaha Beomgyu untuk menjaganya tanpa tenggelam. Melawan aliran air yang deras dan kesepian dengan harapan yang tipis.

Taehyun mendongak untuk melihat sosok Beomgyu yang cekatakan dalam melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang selir Kaisar.

Dengan pakaian sederhana, rambut yang tergerai tanpa jepit rambut perak atau giok dan wajah halus tanpa riasan apapun. Sangat sederhana layaknya keluarga biasa. Namun keindahan orang lain tidak dapat disembunyikan, apalagi Taehyun baru melihat sisi Beomgyu yang seperti ini.

Beomgyu dengan hati-hati menuangkan bubur dalam mangkuk. "Selir tidak tahu kapan Yang Mulia akan bangun sebelumnya. Jadi untuk berjaga-jaga, selir akan memasak bubur setiap pagi kalau-kalau Yang Mulia bangun. Yang Mulia bisa segera mengisi perut. Sebabnya, tabib yang memeriksa Yang Mulia hari itu mengatakan bahwa perut Yang Mulia kosong!" Dia mengoceh sambil menemani Kaisar Taehyun. Dia berbicara banyak, tentang Renjun, hingga tentang para parompak yang sempat dijelaskan Renjun kepadanya.

Taehyun menikmati bubur daging sederhana di depannya. Itu benar-benar sangat sederhana sebab ada lebih banyak nasi dari pada daging dan telur, sedikit daun bawang serta garam. Namun rasa lapar mengalahkan segalanya, Taehyun menghabiskan semangkuk penuh bubur buatan Beomgyu dan merasa perutnya menjadi hangat hingga seluruh tubuh terutama hatinya pun merasakan kehangatan tersebut.

Beomgyu melihat Kaisar Taehyun menyelesaikan makannya mendorong secangkir air ke depan Kaisar. "Yang Mulia selir tidak tahu seperti apa itu kota Kaihua tetapi di lihat dari kondisi desa ini, kota Kaihua sebenarnya cukup makmur. Seharusnya ada jalan bagi karavan untuk datang ke tempat ini, selir pikir kita mungkin bisa mengirim surat pada orang-orang di selatan atau ibukota untuk memberitahu keberadaan kita."

Bukannya tidak ada cara seperti datang ke kantor hakim dan mengungkapkan identitas secara langsung. Tetapi hilangnya Kaisar saat ini pasti disembunyikan oleh para menteri untuk tidak menimbulkan kecemasan nasional dan ancaman dari pihak-pihak tertentu. Sehingga Beomgyu pikir mereka harus menggunakan cara memutar.

Taehyun menyeka mulutnya dan menatap Beomgyu. "Jangan cemas. Zhen tahu apa yang harus dilakukan. Selir ai telah melakukan banyak untuk Zhen sampai hari ini. Kali ini Zhen yang akan berusaha untuk membawa kita kembali dengan selamat." Mata Kaisar Taehyun tanpa sadar melembut, 'Dan Zhen juga akan melakukan sesuatu untuk membalas semua kebaikanmu.' Lanjut Kaisar Taehyun dalam hati.

Mendengar itu, Beomgyu mengangguk dengan bijaksana mendukung Kaisar. "Baik, selir percaya pada Yang Mulia."

Dia membereskan sisa makanan sebelum berkata; "Yang Mulia harus istirahat lebih banyak. Ayo, selir akan menemani Yang Mulia."

Taehyun dengan tegas menolak, "Tidak. Zhen sudah tidur selama berhari-hari yang sebenarnya melelahkan. Mengapa kita tidak pergi keluar dan melihat-lihat sekitar?" Ajak Taehyun kemudian.

Beomgyu agak ragu, takut bahwa Kaisar belum pulih sepenuhnya.

"Jangan terlalu banyak berpikir. Zhen sungguh baik-baik saja. Ayo sekarang musim semi pasti banyak bunga dan pohon mekar kan?" Taehyun menggandeng Beomgyu dan membawanya ke luar dari rumah.

Rumah yang mereka tinggali berada di kaki bukit yang sedikit agak tinggi dan membuat mereka bisa melihat rumah-rumah warga desa tidak jauh dari sana.

Banyak pemandangan bisa dilihat disaat musim semi. Tidak hanya warga desa sibuk membajak sawah untuk persiapan menanam padi. Ada anak-anak yang berkeliaran menuju hutan untuk bermain-main dan tentu saja pemandangan indah seperti mekarnya bunga-bunga liar dan segarnya udara pedesaan.

Beomgyu dan Taehyun berjalan-jalan setelah berpamitan dengan Renjun. Mereka akan menaiki bukit di belakang rumah untuk melihat pohon buah-buahan.

"Renjun mengajak selir memetik buah-buahan kemarin. Gunung ini sebenarnya milik keluarga mereka, ada aprikot yang berbuah lebat lalu murbei, ceri dan lainnya. Mereka benar-benar bisa membudidayakan ceri ah! Selir benar-benar iri." Beomgyu bersungut-sungut yang mengundang kekehan Kaisar Taehyun.

"Kita juga akan bisa menanam pohon ceri sendiri setelah rumah kaca di bangun di Istana. Jika selir ai mau. Zhen akan membuatkan rumah kaca satu di tempat mu nanti." Taehyun berkata dengan serius.

Sayang sekali Beomgyu menganggap kata-kata Kaisar dengan cara sebaliknya. Tertawa renyah Beomgyu berkata; "Kalau begitu, selir juga ingin menanam pohon leci, mangga, membuat kebun bunga dan menjadikannya taman pribadi selir."

Tanpa dia ketahui bahwa Kaisar akan benar-benar mengabulkan semua yang dia pinta setelah mereka kembali ke ibukota.

Mereka sampai di hutan buah dan tujuan pertama Beomgyu tentu saja adalah pohon aprikot. Warna jingga dari buah tersebut sangat mencolok. Dia dengan semangat memetik buah-buah dengan rasa manis dan asam itu. Sementara Kaisar mengawasi dengan sesekali memetik buah ceri yang berada di dekatnya. "Selir ai seberapa banyak kamu menginginkan ceri ini?"

Beomgyu menyahuti; "Tidak terlalu banyak. Cukup untuk kita dan Renjun makan. Ceri mudah rusak jika tidak disimpan dengan es atau diawetkan."

"Hmm." Jadi Taehyun hanya memetik kurang lebih sepertiga dari keranjang di tangannya. "Lalu bagaimana dengan murbei?"

"Murbei baik-baik saja tetapi itu juga mudah rusak karena kulitnya yang tipis."

Taehyun mengangkat bahunya tak acuh. "Kalau begitu jangan ambil terlalu banyak."

Taehyun tidak pandai memilih jadi dia hanya mengambil buah yang memiliki kulit yang bagus dan berukuran besar. Sambil berharap rasa buah itu akan sebagus tampilannya. Tidak lama, murbei di dapatkan. Saat Taehyun hendak bertanya lagi matanya yang jeli menemukan ada buah pohon lain yang mirip dengan persik namun sebenarnya berbeda.

"Selir ai apakah kamu ingin buah nektarin ini?" Taehyun mengambil satu, kulit yang bersih tanpa bulu halus adalah ciri yang membedakan nektarin dengan persik.

Taehyun mengusap kulit nektarin dengan hati-hati sebelum mengigitnya. Dia pun mendesis seketika. "Asam!"

"Hahaha." Tawa datang dari belakang Kaisar Taehyun. "Mengapa Yang Mulia memakannya begitu saja? Nektarin ini sangat asam, selir kemarin juga mencobanya." Beomgyu menggambil nektarin dari tangan Kaisar dan menggantinya dengan buah murbei yang manis. "Nah ini lebih baik."

Taehyun bergidik dengan rasa masam yang tersisa. "Ini hanya cocok untuk menjadi tambahan bahan makanan."

Beomgyu mengangguk. Dia mengangkat keranjang di tangannya di hadapan Kaisar. "Lihat selir mengambil banyak aprikot."

Taehyun mengintip, "Untuk apa kamu mengambil sebanyak itu?" Dia mengambil keranjang dari tangan Beomgyu untuk dibawa.

"Selir suka aprikot yang manis dan asam." Jawab Beomgyu dengan senyum penuh.

Keranjang buah terisi dan keduanya kembali berjalan pulang. Mereka tidak berani menjelajah lebih jauh sebab tidak mengenali tempat ini dengan baik, jadi daripada tersesat. Lebih baik berhenti dan kembali.

Karena tidak ada pelayan, Beomgyu melakukan sesuatu sendiri termasuk mengambil air untuk mencuci buah-buahan itu. Taehyun terkejut dan hendak menghentikan Beomgyu namun Beomgyu berkata; "Tidak apa-apa Yang Mulia. Selir senang melakukan sesuatu sendiri ini memberikan selir pengalaman baru dan membuat selir merasakan seperti apa kehidupan orang biasa itu." Dia mengatakannya dengan wajah bahagia yang membuat Taehyun tertegun.

"Selir ai menyukainya? Hidup seperti ini?"

Beomgyu mengangguk dan berkata dengan jujur. "Untuk sesekali hidup sederhana dan berperilaku seperti orang biasa tentu saja akan sangat menyenangkan."

———

Kaisar Taehyun sudah kembali sehat, maka sejak hari itu dia tidak lagi membuang waktu dan bergegas menyelesaikan urusan agar bisa kembali ke rombongan Kekaisaran.

"Apakah Yang Mulia benar-benar tidak ingin selir mengikuti?" Tanya Beomgyu lagi.

Saat ini Kaisar Taehyun sedang bersiap untuk pergi ke kota Kaihua. Taehyun hanya mengatakan  bahwa dia akan mencari cara untuk menghubungi Kepala Penjaga Kekaisaran atau kepala pasukan khusus milik sang penguasa. Jadi Beomgyu pagi-pagi sekali sudah menyiapkan sarapan dan bekal makan siang. Dia juga memberi uang hasil penjualan batu safir kepada Kaisar Taehyun untuk digunakan.

"Zhen tidak akan pergi lama dan akan kembali setelah makan siang." Taehyun berniat untuk melihat-lihat kota dan mencari kantor pos.

"Selir mengerti." Beomgyu mengangguk.

Dengan diantar oleh Paman Jiang, Kaisar Taehyun pergi menggunakan kereta lembu.

Ke kota membutuhkan waktu lebih dari satu jam menggunakan kereta lembu ini. Taehyun memperhatikan kota kecil dengan seksama dan meminta Paman Jiang untuk menunggu di depan gerbang kota sementara dia berjalan-jalan disekitar.

Taehyun berjalan melewati pasar, pertokoan, gang-gang kecil hingga distrik lampu merah hanya untuk menemukan sebuah warung kecil yang menjual roti kukus.

Penjualnya adalah seorang wanita paruh baya yang ramah. Melihat sosok Taehyun berdiri di depan dia menyapa. "Oh tuan muda tampan yang langka datang ke warung kecil ini, apakah kamu ingin memesan roti kukus ku nak?"

Taehyun mengangguk sembarangan, "Beritahu aku rasa yang kamu miliki." Ujarnya.

"Ada roti isi daging, kacang merah, kacang hijau, ayam suir, telur asin...." Sambil berbicara, wanita itu memainkan pisau daging di tangannya dan caranya memotong-motong bawang sangat ahli dan cepat.

Taehyun memperhatikan gerakan itu untuk sementara waktu sebelum dia berkata; "Kalau begitu berikan aku roti kukus dengan isi yang disukai oleh para Naga dari empat arah mata angin."

Dan Tak!

Pisau tertancap pada talenen dan kepala wanita itu mendongak dengan mata melebar.

Sementara Taehyun menatapnya dengan sangat tenang.

Dan sejak itu selama beberapa hari, Kaisar akan pergi pagi-pagi sekali dan kembali sebelum hari sore dan bahkan bisa lebih awal. Beomgyu tidak berani bertanya sebab menurutnya, Kaisar Taehyun memiliki caranya sendiri dan mungkin utusan sudah menerima surat Kaisar dan sedang dalam perjalanan menjemput mereka.

Beomgyu sendiri sangat bersenang-senang di desa bersama Renjun. Dia baru mengetahui alasan mengapa tuan muda itu tinggal di tempat terpencil adalah untuk menghindari acara pertunangan dalam keluarga.

"Tidak apa-apa untuk menunda pernikahan seperti itu. Pernikahan yang baik adalah yang bisa membuat dua orang hidup dengan rukun dan saling menghormati."

"Seperti kamu dan suami mu?" Tanya Renjun menggoda Beomgyu. "Kalian berdua sangat rukun dan suamimu selalu mendengarkan mu. Meski dia tampaknya tidak banyak bicara, aku bisa melihat bahwa dia memperlakukanmu dengan baik." Pujinya lagi.

Beomgyu memikirkan Kaisar dan mengangguk lalu memikirkan puluhan kecantikan di harem. Beomgyu tertawa; "Em dia memperlakukan ku dengan cukup baik."

Melihat Beomgyu sangat percaya diri Renjun mau tidak mau mengulum senyum. Pasti kehidupan dua orang ini sangat bagus, pikirnya. Apalagi mengingat betapa gigihnya Beomgyu menyelamatkan suaminya hari itu. "Aku berharap, aku bisa menemukan orang bisa memperlakukanku dengan baik juga."

Beomgyu menoleh menahan senyum. "Kamu pasti akan menemukannya." Dan itu mungkin pria yang akan mencintaimu lebih ada apapun. Lanjut Beomgyu di dalam hatinya.

Keduanya sama-sama tersenyum.

Beomgyu mengigit potongan nektarin yang mereka ambil dari bukit belakang rumah. Saat ini keduanya menikmati siang musim semi di bawah pohon sakura. Berbincang ringan tentang beberapa hal sepele.

"Jangan terlalu banyak makan buah itu atau perutmu akan sakit." Kata Renjun sambil menggelengkan kepalanya.

Beomgyu mengangguk tetapi masih mengambil beberapa potong untuk dia makan. "Sampai kapan kamu akan tinggal di desa, Renjun?"

Renjun yang ditanya mengangkat bahunya tidak acuh. "Entahlah, mungkin sampai perjanjian pertunangan saudara ketigaku selesai. Atau sampai saudara laki-laki ku menjemput."

"Apakah tidak apa-apa menghindar seperti ini?" Tanya Beomgyu penasaran. Pasalnya dia menebak bahwa latar belakang Renjun bukanlah dari keluarga kaya biasa.

"Tidak masalah, ayah dan ibu paling menyukai aku. Aku bisa melakukan hal-hal dengan mudah. Ngomong-ngomong apakah kamu tidak bosan tinggal di rumah setiap hari? Mengapa kamu tidak ikut denganku ke kota sesekali? Meski kota Kaihua tidak semakmur ibukota, kota kami masih memiliki beberapa hal baik." Ujar Renjun dengan sungguh-sungguh.

Beomgyu memiringkan kepalanya, "Aku akan bertanya pada suamiku nanti. Jika dia memberi izin aku akan pergi denganmu."

Jawaban Beomgyu membuat Renjun menghela nafas. Menurutnya, Beomgyu adalah contoh nyata dari seorang istri yang berbakti dan berbudi luhur. Tidak hanya itu, dia lembut, ramah dan bijaksana.

"Baiklah... Nanti beritahu aku oke? Aku akan membawamu bertemu keluarga ku juga."

Jadi setelah Kaisar Taehyun kembali dari kota, Beomgyu berniat untuk meminta izin suaminya itu.

"Apakah ada perkembangan tentang kapan kita bisa kembali Yang Mulia?" Tanya Beomgyu pada malam itu, dia dan Kaisar Taehyun sudah siap untuk pergi tidur.

Taehyun terlalu sibuk dan dia hampir lupa bercerita kepada selir ini. Jadi setelah dia naik ke tempat tidur dan memeluk Beomgyu dia menjelaskan; "Zhen sudah mengirim surat ke selatan untuk memberitahu para menteri bahwa mereka bisa melanjutkan perjalanan dan Zhen memerintahkan mereka untuk menyelesaikan masalah disana untuk sementara waktu. Zhen juga menghubungi istana Kekaisaran untuk membahas masalah perompak dan dalam waktu dekat kepala Jinyiwei akan datang untuk membantu penyelidikan perompak."

Mata Beomgyu berbinar. "Apakah itu artinya, kita akan tetap tinggal disini untuk sementara waktu?"

Taehyun melihat rasa senang Beomgyu dan mengangguk. "En, tetapi kita akan pindah ke kota dalam beberapa hati. Zhen telah membeli sebuah halaman dan membeli beberapa pelayan untuk mengurus kita berdua."

Wajah Beomgyu berangsur-asur bingung. "Darimana Yang Mulia mendapatkan uang?" Perlu diketahui meski saat ini status mereka sangat mulia, tanpa uang mereka tidak berbeda dengan keluarga biasa!

Taehyun tertawa karena bisa menebak apa yang Beomgyu pikirkan. Dia segera mengangkat segel giok yang dia miliki. "Ini bukan hanya token biasa. Selain memuat identitas Zhen, giok ini bisa menjadi segel sekaligus token untuk menarik semua aset pribadi Zhen. Termasuk pada bank Negara."

Beomgyu membulatkan mulutnya. "Kalau begitu, orang sudah tahu Bahwa Yang Mulia Kaisar ada di kota ini?"

"Hemm hanya beberapa. Misalnya seperti kepala Garnisun setempat dan Hakim Daerah kota Kaihua. Ngomong-ngomong, Huang Renjun itu ternyata adalah putra keluarga Hakim Daerah ini."

Lagi-lagi Beomgyu dibuat terkejut. "Begitu. Ah pantas saja!" Gumam Beomgyu sambil menghembuskan nafas.

"Oh ya Yang Mulia, bisakah selir pergi dengan Renjun ke kota besok? Selir ingin melihat-lihat ba~" Beomgyu menatap Kaisar penuh harap.

"Tentu, Zhen akan pergi bersamamu. Kita juga bisa melihat halaman yang Zhen beli."

Jadi keesokan harinya, Beomgyu pergi menemui Renjun dan memberitahu shou itu bahwa dia dan suaminya akan pindah ke kota. Yang mana membuat Renjun terkejut.

"Membeli rumah di kota?" Renjun membeo, 'Begitu cepat dan mudah?' Pikirnya heran. Walaupun kota Kaihua adalah kota kecil, harga real estate di kota masih sangat mahal. 'Mungkin mereka hanya menyewa atau rumah yang mereka beli berada di tempat yang buruk.' Batin Renjun lagi.

Namun begitu dia mengikuti Beomgyu dan suaminya sampai ke depan pintu rumah yang di maksud, Renjun hampir menjatuhkan rahangnya. Bahkan kedua pelayan yang mengikuti Renjun selama ini melototkan mata.

Hei, sebelumnya mereka menganggap dua orang yang ditolong oleh tuan mereka sebagai orang malang, bahkan untuk membayar biaya obat dan makan hampir tidak mampu yang menyusahkan tuan mereka. Tetapi melihat rumah dengan empat pintu masuk yang besar ini, mereka harus berpikir ulang.

Beomgyu berdiri di depan gerbang juga sedikit heran. "Suami, mengapa kamu membeli rumah yang begitu besar padahal kita hanya akan tinggal sementara waktu?" Tanyanya.

Kaisar Taehyun yang memerintahkan penjaga untuk membuka pintu menoleh. "Tidak ada alasan. Aku melihat kamu sangat terbiasa tinggal ditempat kecil. Aku takut kamu akan lupa seperti apa tinggal di rumah mewah."

Sukses membuat Beomgyu tersedak di tempat. Dia hendak membantah tetapi beberapa orang yang keluar dari dalam menyambut mereka.

"Selamat datang tuan dan Nyonya!"

Beomgyu menelan kembali kata-katanya.

Taehyun tanpa rasa bersalah membawa Beomgyu masuk. Tidak lupa mempersilahkan Renjun dan pelayannya untuk mengikuti. "Aku ada urusan diluar, kamu bisa dengan tenang mengurus rumah ini dan menjamu para tamu." Ujarnya.

Tidak lupa dia memberitahu para pelayan itu status Beomgyu di rumah ini. "Ini adalah Nyonya yang akan bertanggungjawab atas kediaman mulai sekarang, kata-katanya sama berat dengan perintahku. Jadi ingatlah untuk tidak mencoba menentangnya."

Beomgyu menatap punggung Kaisar dengan senyum lembut.

Dan Renjun yang hampir linglung di sisi Beomgyu semakin merasa tersesat. Dia melihat cara suami Beomgyu berperilaku lebih hebat dari ayahnya. Arogansi yang keluar dari tubuh pria itu bahkan lebih mengintimidasi dari para Jenderal Militer yang pernah dia temui. Sekali lagi itu membuat Renjun bertanya-tanya apa identitas asli kedua orang ini.

Beomgyu membawa Renjun untuk melihat-lihat rumah baru ini bersama kepala pelayan.

"Rumah ini sangat layak, lihat taman ini sangat bagus untuk ditanami beberapa bunga dan pohon-pohon di sekitar adalah jenis yang dapat membuat kesan rindang yang elegan." Ujar Beomgyu penuh rasa puas.

Renjun di sisi lain mengangguk. "Kamu benar. Aku ingat bahwa rumah ini dulunya milik keluarga Nam. Keluarga pedagang kaya raya. Aku ingat ada halaman dengan kolam yang hidup. Entah masih ada atau tidak."

Kepala pelayan menatap Renjun dengan penuh senyum. "Tuan muda Huang memiliki ingatan yang bagus. Memang ada halaman seperti itu, dan halaman tersebut secara khusus di pesan untuk tempat tinggal Nyonya."

Beomgyu terkejut, "Untukku?"

Kepala pelayan mengangguk. "Iya Nyonya, tuan mengatakan bahwa Nyonya suka bunga teratai dan saat melihat halaman tersebut, Tuannya segera memerintahkan budak untuk membersihkan dan menaruh bunga teratai di dalamnya."

Wajah Beomgyu sedikit bersemu dan Renjun tidak bisa lagi menahan rasa iri karena telah diberi makanan anjing. "Aduh! Aduh! Perut ku kenyang sekali, siapa yang mau memakan makanan anjing ini ah? Lian apakah kamu mau?"

Beomgyu menyikut pinggang Renjun dan salah tingkah. "Kamu diam!"

Renjun terkikik, "Astaga apakah kamu pengantin baru sampai tersipu seperti ini hah? Hah?"

Beomgyu mengertakkan giginya dan mencoba menutup mulut Renjun. "Kamu tidak mengerti ah!"

"Tentu aku tidak. Aku belum menikah ba~ Tapi bahkan jika aku menikah aku ragu akan bisa sepertimu."

"Ish!"

Mereka makan siang di halaman Beomgyu, tepatnya di depan kolam teratai yang telah direnovasi.

"Renjun, jika kamu tidak ingin pulang ke rumah. Tinggal lah bersama ku di sini, kamu tahu hanya ada aku dan suamiku yang sangat sepi ba~" Beomgyu tanpa sadar berbicara mengikuti dialek setempat.

Renjun terkekeh. "Kamu belajar dengan cepat ba~ Aku akan kembali ke rumah untuk memberitahu Ibu dan kakak ku bahwa aku mengundang seorang teman besok. Kamu ingin datang kan?"

Beomgyu mengangguk. "Tentu saja!"

Renjun meninggalkan kediaman Beomgyu masih dengan tanda tanya yang menggantung di kepalanya. Dia menoleh untuk melihat gerbang rumah putih itu dengan perasaan rumit.

"Tuan, apakah tuan Beomgyu dan suaminya adalah keluarga pejabat? Mereka benar-benar membeli rumah sebesar itu hanya untuk tinggal sementara waktu. Ckckck, bahkan tuan besar berpikir dua kali ingin membeli rumah tersebut dulu kan?" Shui bergumam penuh kekaguman.

Lian di samping diam-diam mendengus. Pikiran Shui dengan mudah terbaca lagi. Gadis itu berbalik pada tuannya dan bertanya. "Apakah tuan ingin menyelidikinya?"

Renjun menggeleng. "Tidak perlu, aku dan Beomgyu berteman sekarang. Aku tidak ingin membuat pertemanan kami menjadi canggung hanya karena rasa penasaranku." Bahkan jika Renjun punya motif egois, dia tidak ingin melakukan hal-hal mengusik privasi orang lain tanpa sebab.

———

Halaman Huang Renjun di kediaman Hakim Daerah hari ini sibuk. Para pelayan mengatakan bahwa tuan muda keenam itu akan menerima tamu hari ini yang menarik perhatian para tuan kecil yang tidak lain adalah saudara Renjun sendiri.

Seorang wanita muda dengan pakaian ungu berdiri tidak jauh dari gerbang bulan, memperhatikan dengan seksama para pelayan yang hilir mudik membawa makanan dan minuman.

"Siapa yang diundang Adik keenam ini?" Tanya seseorang di samping.

Wanita muda itu menggeleng, "Pelayan hanya mengatakan bahwa itu adalah seorang kenalan dari keluarga yang baru pindah di jalan Timur."

"Laki-laki? Perempuan atau Shou?"

"Sepertinya Shou."

"Apakah kamu ingin melihat ke dalam?"

"Beraninya aku? Ini adalah kakak keenam yang dimanjakan ayah dan nyonya kedua. Sudahlah mari kita pergi. Jangan merusak pemandangan orang lain."

Dua orang itu beranjak tetapi ada seseorang yang tertinggal masih betah berdiri di belakang pohon.

"Dia benar-benar bebas bahkan setelah melarikan diri dari rencana ibu. Huh! Huang Renjun apakah hanya karena kamu bisa lolos kali ini, kamu akan lolos ditempat berikutnya?" Sosok itu berbisik sinis.

"Aku dengar dia menerima tamu? Orang yang selalu sombong ini sebenarnya bersedia berteman dengan orang lain?" Dia bergerak maju dan menyelinap diam-diam untuk mengintip siapa yang bersama Adik keenamnya saat ini.

Liuyu paling tahu tempramen adiknya yang selalu tidak menempatkan dia sebagai anak sah dari Nyonya pertama. Di mata Huang Renjun, Huang Liuyu hanyalah pengganggu dalam keluarga. Sebenarnya itu sama seperti dia memandang Huang Renjun bersama dengan ibu dan saudaranya yang lain. Sejak ayahnya menikahi Nyonya kedua, kehidupan ibunya tidak pernah damai dan tenang. Dia juga selalu merasa canggung dalam keluarga ini karena ibunya tidak disukai!

Baginya, Huang Renjun adalah perebut kasih sayang ayahnya, cinta neneknya dan hal-hal baik selalu jatuh ketangan Huang Renjun lebih dulu. Beberapa waktu lalu dia dan ibunya memiliki rencana untuk menebak Huang Renjun dengan perjodohan keluarga tetapi rubah yang satu ini memang sangat gesit hingga dia bisa melarikan diri dan menyebabkan dia dan ibunya terjebak dalam masalah yang merek buat sendiri.

Sekarang, menyaksikan Huang Renjun tertawa seolah-olah tidak melakukan apa-apa sebelumnya. Huang Liuyu tidak tahan!

"Oke Huang Renjun, aku mungkin tidak bisa menyakitimu tetapi aku bisa membuatmu memperlakukan dirimu sendiri." Huang Liuyu tersenyum culas.

Dia berbalik dan kebetulan bertemu dengan pelayan yang membawa hidangan. Senyumnya semakin mekar.

"Kamu membuat semua ini? Pewarna bibir ini lebih lembut dari yang ada di ibukota. Perona ini juga, warnanya benar-benar kamu sesuaikan dengan jenis kulit?" Beomgyu tercengang saat Renjun memperlihatkan koleksi produksi kecantikan yang dia buat sendiri.

Ini mengingatkan Beomgyu pada produk milik Choi Yejun. Namun milik Huang Renjun memiliki warna yang lebih lembut dan menurut Beomgyu ini lebih cocok untuk orang-orang di ibukota yang memiliki warna kulit yang pucat. Orang harus tahu bahwa produk kecantikan Choi Yejun, selain krim kesehatan. Lipstik, perona pipi dan Pewarna kelopak mata miliknya cenderung berwarna cerah dan tajam yang inspirasinya dari dunia modern Barat. Beomgyu juga melihat hasil riasan dengan gaya Choi Yejun memang luar biasa, tetapi itu membuat kesan yang sangat dewasa. Ada banyak orang yang tidak menyukai gaya seperti itu.

Beomgyu memikirkan sebuah ide dan menatap Renjun yang heran dengan reaksinya. "Renjun apakah kamu sudah mencoba menjual barang-barang ini?"

Wajah Renjun canggung dan tersenyum salah tingkah. "Belum." Akunya malu-malu yang membuat senyum Beomgyu semakin lebar.

"Aku masih ragu apakah produk ini bisa dipasarkan. Karena warnanya tidak secerah produk orang lain." Lanjutnya setengah sedih.

Beomgyu mendengus. "Dasar bodoh. Jangan terpaku pada barang orang lain. Itu milik mereka dan kamu memiliki gaya mu sendiri. Hei dengar, aku melihat gaya produkmu cocok untuk gadis-gadis muda yang baru beranjak dewasa. Seperti pemerah pipi ini, warnanya tidak cerah tetapi jika diaplikasikan dengan jumlah tepat di wajah akan membuat efek rona alami.... em pelayan itu kemari. Aku akan memberikan contoh untukmu." Beomgyu pun menarik seorang pelayan perempuan yang dekat dengannya.

Pelayan muda itu awalnya panik dan malu tetapi teman tuannya benar-benar antusias dan memerintahkannya duduk di depan keduanya. "T-tuan."

"Ikuti apa yang dia perintahkan."

Gerakan ini menarik rasa ingin tahu pelayan lain dan mereka pun menonton dari samping.

"Ayo aku perlihatkan cara menggunakan benda-benda ini dengan baik dan benar." Beomgyu sangat percaya diri, meski dia shou dan jarang merias wajah. Dibawah dorongan kedua pelayan pribadinya dan ambisinya untuk belajar dari Choi Yejun. Beomgyu tahu beberapa teknik rias.

"Pertama gunakan krim pelembap ini, lalu krim penyamar untuk menyadarkan noda di wajah. Tambahkan bedak tabur lalu perona pipi ini. Lihat baik-baik!" Beomgyu mengajarkan pada semua orang dan dengan lembut memoles perona dibagian tulang pipi. "Jika kamu menggunakannya di area ini, itu akan membantu wajahmu terlihat lebih terus."

Wajah pelayan yang pucat pun tampak berseri dengan rona pipi palsu namun dimata semua orang iru benar-benar terlihat natural. "Waaah warnanya terlihat seperti asli!"

Renjun pun sangat senang bahwa perona pipi yang dia buat bisa berhasil. Sebelumnya dia hanya mencobanya di wajah ibunya dan tidak percaya diri jika di coba orang lain.

Tidak berhenti disana, Beomgyu mengambil kotak pewarna untuk kelopak mata. Choi Yejun menyebut benda ini eyeshadow? Beomgyu tidak mengerti bahasa macam apa itu tetapi kedengarannya cukup bagus. "Jika ingin menghasilkan warna yang cantik, pertama gunakan warna yang lebih muda. Coba aku lihat, nah ratan keseluruh kelopak mata. Lalu gunakan warna yang lebih tua di bagian ujung. Jangan lupa sedikit sebarkan di area tengah agar warnanya tampak menyatu. Jika ada sisa warna di kuas mu, kamu bisa menggunakannya di bawah mata seperti ini...."

"Wahh! Mata Yixin tampak lebih besar dan hidup!"

"Cantik sekali warnanya! Budak baru melihat gaya yang seperti ini!

"Benar sekali! Biasanya orang-orang hanya akan menggunakan satu warna saja. Ternyata bisa dicampur seperti ini?"

Para pelayan tidak berhenti memuji yang membuat Renjun semakin percaya diri. Jika gaya ini dipopulerkan pasti akan menjadi gebrakan yang bagus untuk tokonya!

"Beomgyu apakah ada lebih banyak gaya lagi yang bisa kami pelajari? Tidak! Dapatkah aku membeli teknik riasanmu? Kumohon izinkan aku menggunakannya!" Renjun menatap Beomgyu penuh harap.

Para pelayan mengangguk dengan semangat. Mereka semua adalah pelayan tuan muda Renjun dan akan bekerja untuk tuan mereka dalam waktu yang lama, dimana jika Tuan mereka bisa mendapatkan teknik rias ini. Mereka bisa merias diri mereka sendiri menjadi lebih cantik!

Beomgyu terkekeh. "Hei aku menunjukkan cara ini tentu saja karena aku punya ide seperti itu. Aku akan—"

Di depan gerbang Huang Liuyu melihat kemampuan Beomgyu dalam merias dan matanya membelalak. Hatinya semakin cemburu melihat bahwa orang itu adalah teman dari Huang Renjun. 'Sial! Dimana dia bisa mendapatkan kemampuan bertemu dengan orang-orang hebat seperti ini! Jika aku yang bisa mendapatkan teknik riasan itu....'

Huang Liuyu hendak maju namun pelayan yang membawa makan terlihat oleh matanya. Huang Liuyu segera mundur dan alis yang berkerut akhirnya reda.

"Oh aku bisa menunggu. Hehehe." Dia pun berbalik pergi dengan wajah tersenyum.

Dia sudah menyuap pelayan untuk memasukkan obat pencahar dalam makanan Huang Renjun yang disediakan untuk tamu itu. Jika sang tamu memakan makanan itu sakit perut setelahnya, Huang Renjun akan disalahkan dan pasti hubungan keduanya menjadi buruk. Maka Huang Liuyu punya kesempatan membeli teknik riasan itu nanti.

Saat Beomgyu dan Renjun asik berbincang. Seorang pelayan masuk dengan membawa hidangan.

Renjun yang melihat makanan itu pun bersemangat. "Beomgyu kamu belum mencoba makanan lokal daerah Kaihua bukan? Ayo coba masakan ini, terbuat dari jeroan—"

Beomgyu mencium bau dari masakan dan tiba-tiba perutnya mengalami luapan yang membuat Beomgyu segera menutup mulutnya namun. "Huekk!"

Mual seketika dan perut Beomgyu semakin bergejolak. "Huekk! Huekk!"

Seketika, Renjun dan semua orang bergegas ke arahnya.

"Beomgyu ada apa?"

"Oh tuan ini ada dengannya?

"Nyonya? Nyonya apakah anda baik-baik saja?"

"Beomgyu apakah perutmu sakit? Kepalamu pusing?"

"Huekk!" Hanya muntahan yang menjawab pertanyaan semua orang. Beomgyu menatap nampan di tangan seorang pelayan sebelum kembali muntah. "Hueekk! Jauhkan... huekkk jauhkan itu!! Hueekk!" Beomgyu sama sekali tidak bisa menahan rasa mual itu dan terus memuntahkan semua hal yang ada diperutnya.

Renjun dengan wajah pias melihat kulit Beomgyu yang pucat dan keadaan orang lain tampak lemas pun berteriak. "Cepat panggil tabib!"

———

Seseorang berlari dengan kudanya membelah jalanan kota Kaihua yang ramai menuju Utara kota dimana barak militer setempat berada.

Melihat seseorang yang mengendarai kuda dengan kecepatan yang tidak normal. Petugas dengan paksa menghentikannya. Namun orang yang berpakaian sebagai pelayan menunjukkan sebuah token di tangannya dan membuat kedua petugas yang berjaga terkejut dan dengan linglung membuka gerbang.

Pelayan itu menaiki kudanya lagi dan kembali memacu binatang itu untuk berlari meninggalkan gerbang dengan hembusan dabu kering.

"Itu tadi—"

Kaisar Taehyun tengah berbincang dengan kepala garnisun setempat tentang lokasi markas perompak sungai Nanyue.

"Lokasi mereka beraksi sangat tidak menentu. Kadang-kadang mereka akan pergi ke utara, atau pergi ke Hulu. Dan untuk mengangkut batang jarahan. Mereka akan menggunakan transportasi darat dan diangkut melalui jalan rahasia. Sebelumnya kami telah menyisir jejak mereka, kira-kira lewat jalur ini yang berada di gunung sepanjang selatan dan barat. Adapun markas mereka, ada desa di sebelah timur dibelakang bukit terpencil yang dipercaya sebagai tempat tinggal mereka."

Taehyun mendengarkan dengan seksama dengan sesekali bertanya dan mengkritik saat dia tidak puas. Namun dia juga mengemukakan ide untuk mengatasi kesulitan kepala Garnisun dengan bijak.

"Tuan. Seseorang datang mencari anda." Salah seorang petugas memberitahu sembari menatap ke arah Kaisar Taehyun dengan gemetar.

Kepala Garnisun mengernyitkan alis. Identitas Kaisar hanya diketahui segelintir orang saja tetapi petugas kecil di depan tampaknya sudah mengetahuinya. Dia pun berbalik hendak mengaku bersalah karena kecerobohan bawahannya yang mungkin membocorkan identitas Kaisar.

Namun seseorang mendahuluinya.

"Maafkan budak karena datang tanpa diperintah. Yang Mulia, sesuatu terjadi pada Choi Jieyu."

Sebelum kepala Garnisun dapat memproses infomasi. Hebusan angin datang dari belakang dan sosok Kaisar Taehyun dengan tergesa-gesa pergi.

"Y-yang Mulia."

Namun Kaisar Taehyun sudah menaiki kuda dan berlari dengan kecepatan penuh.

Kepala Garnisun buru-buru memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kuda. Mungkin ada sesuatu yang besar terjadi pada selir Kaisar? Apakah ada ancaman atau apa. Kepala Garnisun harus melindungi Yang Mulia atau kepalanya akan menjadi taruhan!

Hakim Daerah Kaihua tidak pernah menyangka bahwa kediamannya yang kecil dan kumuh suatu hati akan kedatangan budha sebesar Kaisar Yang Mulia! Begitu dia diberitahu bahwa teman putranya yang ternyata adalah Selir Kekaisaran itu mendapat masalah di rumahnya. Dia hampir pingsan! Apalagi sekarang melihat sosok Kaisar yang legendaris, Hakim Huang hampir tidak bisa berjalan.

"Pejabat yang rendah hati telah melihat Yang Mulia Kaisar. Panjang umur seribu tahun!" Dia segera bersimpuh dan memaksa semua anggota keluarga untuk bersujud kepada Kaisar Taehyun.

"Pejabat ini bersalah karena tidak mengetahui identitas Yang Mulia dan tuan Jieyu. Pejabat juga ceroboh membuat Choi Jieyu mengalami kecelakaan di tempat pejabat yang rendah hati ini..." Hakim Huang mengucapkan segala kata maaf dengan rasa bersalah.

Sementara Renjun linglung disepanjang waktu. 'Beomgyu sebenarnya adalah selir Kaisar? Orang yang dia perlukan seperti teman sebaya sebenarnya adalah orang yang terhormat? Dia sebenarnya menyelamatkan Kaisar Negara dan selirnya?' Pertanyaan itu berulang-ulang di kepalanya.

Sementara Huang Liuyu menggigil ketakutan di belakang ayahnya. 'Aku tidak melakukannya! Aku tidak bermaksud jahat untuk mencelakai selir Kaisar! Tidak! Tidak! Choi Jieyu bahkan belum menyentuh makanan itu!"

Kaisar Taehyun tetap diam dengan ketenangan layaknya air di danau sepi. Namun jika orang melihat ke bawah, buku-buku jari itu memutih. Dalam pikirannya, dia melihat wajah tersenyum Beomgyu tadi pagi. Masih sangat sehat dan segar.

Bagaimana sesuatu bisa terjadi?

Taehyun mengerutkan kening. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Taehyun dingin pada pelayan yang dia tugasnya untuk melayani Beomgyu.

Pelayan itu dengan keringat dingin menjawab. "S-sebelumnya tuan Jieyu baik-baik. Benar-benar tidak ada tanda-tanda sakit atau apapun, tetapi setelah seorang pelayan masuk membawa makanan dan saat mencium bau makanan itu. Tuan Jieyu merasa mual dan terus muntah untuk waktu yang lama sebelum jatuh pingsan."

Lalu tabib datang dan sampai Kaisar Taehyun datang masih memeriksa Choi Jieyu di dalam ruangan.

"Makanan? Makanan jenis apa? Apakah dia memakannya?" Tanya Taehyun lagi.

Renjun yang teringat menjawab. "Kembali kepada Yang Mulia. Makanan itu adalah makanan khas lokal yang terbuat dari daging ikan dan jeroannya yang dimasak dengan minyak dan bumbu. Choi Jieyu belum sempat menyentuhnya karena langsung bereaksi setelah mencium aroma makanan tersebut."

Kerutan di kening Taehyun semakin dalam. Dia hendak memerintahkan penjaga untuk melakukan pemeriksaan kalau perlu penggeledahan. Tetapi sosok tabib yang keluar dari dalam ruangan menggentikan niatnya.

Renjun menahan diri untuk tidak maju dan bertanya. "Tabib bagaimana keadaan Beom— maksudku Choi Jieyu?"

Tabib itu adalah tabib yang berpengalaman dan dia pernah bekerja dirumah sakit Kekaisaran sewaktu masih muda. Melihat sosok Kaisar dia pertama-tama melakukan hormatnya.

Kaisar Taehyun melambai. "Lupakan etiket ini. Bagaimana keadaan Choi Jieyu? Apalah ada penyakit dalam atau hal serius lainnya?" Tanpa sadar nadanya mendesak dengan penuh kekhawatiran.

Tabib itu menghela nafas. "Choi Jieyu tidak mengalami hal yang gawat namun keadaannya memang cukup serius."

Taehyun menarik nafas dan hampir lupa cara bernafas jika pelayan di sampingnya tidak mencoba menahan Kaisar.

"Ini dikarenakan Choi Jieyu sebenarnya sedang mengandung tiga bulan."

"Apa?!"

————
Bersambung.....

Continue Reading

You'll Also Like

195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
53.8K 11K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
53.7K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya