Don't Play With My Heart!(EXO...

By alate3789

121K 3.9K 49

Seorang gadis yang berurusan lagi dengan laki-laki yang dulu pernah ia idolakan... mantan idola.... dan itu m... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10

Chapter 5

4.7K 361 6
By alate3789

Sepulang Sekolah Ruang Klub SENI RUPA

Sehun duduk manis dikursinya sambil tak henti-hentinya memamerkan seringainya, menunggu gadis itu muncul dari balik pintu yang ia sengaja buka lebar-lebar. Ia bahkan lupa untuk berdebat dengan calon-kakak-iparnya untuk mengambil kakak kembarnya itu dan menjadi bodyguardnya untuk hari ini.

Seringaiannya makin lebar layaknya boneka Anabel yang akan membuat orang merinding kala mendengar namanya, karena mendengar suara seretan langkah kaki dari gadis yang ia tunggu-tunggu.

Haru—dengan tampang mau mati sekalian—muncul dan membungkuk sopan. "Hari ini, aku mohon bantuannya"

"Tentu."
.

.

.

Haru meraih buck cagayan dan reman dari HP untuk arsip dari wawancara. Ia kemudian mengeluarkan penanya, tissue dan cottonbud (?) Jaga-jaga kalau ia merasa naungan tawon seperti kemarin mengingat kemarin banyak sekali tawon yang menaung didekat telinganya & jaga-jaga juga kalau seniornya itu mengatakan hal yang diluar logika atau impossible. Istilahnya 'sedia payung sebelum hujan'

Pertanyaannya sudah ia ganti dengan pertanyaan yang lebih esensial dari sebelumnya. Ia kali ini berhasil membuat jantungnya tenang meski sadar kalau sejak tadi Sehun si freezer sedang menatapnya—

—dengan wajah iblisnya. Catat itu! Wajah Sehun seakan mengatakan ia sudah siap menyiksa Haru sejak gadis itu berdiri didepan pintu sana banian sebelumnya. Tapi Haru sadar kalau ia melarikan diri, maka Kang Minah-lah yang akan menyiksanya. Huh!

"Ekhm," Haru mendeham keras. Sengaja, karena sang tuan rumah—atau klub?—sama sekali tidak berinisiatif menyediakan minum. Tapi rupanya Haru salah jika mengira Sehun akan paham dengan kodenya. 

"Namamu Song Haru-kan?" Tanya Sehun kemudian, Haru hanya mengangguk ... oh Tuhan bagaimana ia bisa mengajaknya pacaran bahkan nama saja ia tidak ingat, cih.

Haru mendongakkan kepalanya menatao Sehun yang hanya datar melihatnya dengan tampilan tidak seperti biasanya.

"Ya." Akhirnya Haru berhasil menjawab pertanyaan Sehun. Dilihatnya sang senior mengedip sekali sebelum beranjak dari kursi dan berjalan menuju sebuah dispenser dan lemari kaca tempat menyimpan entah apa. Tak ada lima menit, di hadapan Haru sekarang ada segelas minuman dingin.

"Ehh - ... kamsahamida" Haru merasa tidak enak sudah bersikap tidak sopan tadi. Aduuh... mamanya di surga sana bisa menangis sedih melihat kelakuan putrinya yang kehilangan tata krama.

Sehun hanya meneguk air di gelasnya sambil bergumam kecil matanya tak lepas dari Haru, ia menatap gadis itu meneguk seluruh air yang diambilkan Sehun dari dispenser dengan gugup bercampur menyesal mungkin karena kelakuannya yang tak biasa... dan mungkin karena imejnya makin hari makin hancur -hingga air itu menetes ke dagunya. Melihat adik kelasnya itu acuh saja dengan cairan manis itu, tangan Sehun terulur untuk mengusapnya—.

"Pfffft!" Dan kelakuannya itu dihadiahkan dengan semburan dashyat kearah muka polosnya.

"Maaf sunbae!!!" kelabakan, Haru mencari-cari sapu tangan dari dalam tasnya dan langsung membersihkan wajah Sehun yang saking marahnya, sampai tidak tahu harus membalas bagaimana.

Sementara Sehun membatu, Haru masih juga memuntahkan ribuan kata maaf sambil terus membersihkan cairan yang disemburkannya. "Maaf, sunbaenim... aku tidak sengaja tadi...itu terjadi soalnya tadi sunbae-"

"Haru..."

"Ne?"

"Kamu kena pinalti.." ucap Sehun membuat sekujur tubuh Haru membeku seketika.

GLEK.

Harusnya Haru tahu, sejak lahir, kemurahan hati bukanlah sifat bawaan seniornya. Ini akan jadi sangat kacau
.

.

.

Setelah kekacauan barusan-dan ia kehilangan satu kesempatan dan itu jelas SALAH HARU-sesi mewawancarai dan diwawancaraipun dimulai. Dengan ketegangan yang masih mengudara dan aura membunuh yang terlihat menguar dari tubuh Sehun, Haru membuka catatannya lagi dan bertanya takut-takut setelah sebelumnya menyalakan recorder untuk merekam sesi wawancara ini.

"Ummm ja... ja-jadi pertanyaannya,"—Aduuuh! Haru merasa sesak sekali ditatap Sehun. "Anu... ke-kenapa Sunbae suka menggambar dan membentuk sesuatu menggunakan pasir? A-apa alasannya? Apa karena magician di tivi itu ya? Atau karena memang dari kecil sunbae suka mengumpulkan pasir?"

.

.

.
Hening!

Dan yang terdengar hanya klub futsal dan tennis yang sedang pemanasan, Haru sayup-sayup dapat mendengarnya. Sekarang ia keringat dingin, bahkan tangannya yang memegang pulpen terasa dingin dan licin karena keringatnya itu dan jika jawaban itu tak kunjung terjawab mungkin ia akan segera turun ke lapangan futsal ikut pemanasan. Ia bahkan lebih memilih untuk ikut main futsal sampai keringatnya bercucuran membasahi seluruh pakaiannya daripada seperti ini, rasanya batin dan pikirannya sudah hampir sampai limit..

"Suka."

Haru menajamkan telinga. Barusan Sunbae-nya bilang apa?

"Aku suka."

"Oh..." Cepat-cepat Haru mencatat jawaban itu dengan tulisan tangannya yang rapi dan mendongak lagi hanya untuk mendapati Sehun yang menatapnya tanpa berkedip.

"A-apa?" daripada salah lagi karena diam saja, Haru memilih untuk bertanya.

"...mu."

"Hah?" Untung Haru menyediakan cottonbud, ia mengambil satu cottonbud kemudian mengorek pada kedua telinganya. Persetanan dengan imej ia tak peduli, imejnya didepan Seniornya ini bahkan sudah hancur. Ia hanya ingin cepat mendengar jelas apa yang seniornya ini katakan karena ia lebih mirip seperti kumur-kumur ketimbang bicara...entahlah mungkin ia lupa caranya.

Dilihatnya sang senior menghela napas kesal dengan wajah sedatar teflon yang menjadi trade mark-nya. Bibir tipis itu kemudian terangkat lagi.

"Kamu." Ulangnya.

OK. Akhirnya Haru mendapat kata terakhir, tunggu... kalau digabung dengan kata yang sebelumnya diucapkan...

Aku suka... kamu.

AKU SUKA KAMU?!

Rasanya tadi jantung Haru berhenti. Tapi cepat-cepat ia menenangkan dirinya. Mungkin ada baiknya ia menyiapkan cokelat setumpuk pada sesi wawancara berikutnya.

Tarik napas... buang... tarik lagi... buang... dan akhirnya debarannya kembali normal.

Mungkin saja ia kurang bersih mengorek telinganya dengan cottonbud dan salah mendengar. Bodo amat!

"Jadi...bagaimana sunbae bisa menjelaskan lebih jelas, men-"

"Jangan pura-pura tidak dengar...ucapanku tadi" Ucap Sehun,

NAH LOH?

Ya Tuhan, apa salah Haru! Sifat Haru yang ceria sekarang down karena sunbaenya ini. Mengapa sunbaenya ini suka sekali mengerjainya.

"Maksud sunbae yang mana ya?" Setidaknya Haru tidak ke PD an mending ia mendengar konfirmasi dari seniornya itu daripada PD. Sehun tidak langsung menjawab ia hanya berjalan kearah jendela dan membuka kaca sedikit.

Bersedekap, sang Oh manusia tembok menatapnya dalam. Tubuhnya yang tersiram cahaya matahari dari arah belakang membuat wajahnya berbayang—dan menambah kesan seram. Sepertinya selain cotton bud dan tissue, ia juga perlu menyediakan kertas mantra.

"Jadi apa kamu berdebar saat aku mengatakan kalau 'aku suka kamu'?" Sehun bertanya balik

OH, Tuhan memang benar-benar mengujinya sekarang!

Setelah mengikrarkan dalam hati kalau ia anak baik—dan anak baik tidak berbohong—Haru memilih memutar sedikit ucapannya. "Memangnya kenapa Sunbae bilang begitu?" nah. Tidak harus bohong kan? Dia tidak harus mengatakan kalau tadi jantungnya sempat berhenti berdetak meski hanya sepersekian detik.

Rambutnya yang dicat merah itu tertiup angin sepoi-sepoi membuatnya bergerak kaku, "hanya coba-coba saja katanya sih bisa membuatmu berdebar"

Haru serasa mendengar putaran lagu halleluya layaknya di gereja-gereja....HA. HA. Ia baru ingat kalau Sehun itu adalah rajanya kata-kata ambigu dan hal yang tak terduga!

Hei... yang katanya sudah move on~ kok marah sekali? Ternyata Haru si anak baik sedikit berharap kalau sunbae-nya tadi serius mengatakannya. Sedikiiiit saja kok! Sumpah!

Ah masa?

Ia menelan ludahnya yang terasa kering, batinnya sudah kacau...menggeleng sedikit menghilangkan rasa kesaknya

"Tolong jangan main-main lagi. Saya butuh sekali jawaban Sunbae. Katanya Sunbae akan berlaku adil, jadi tolong jawab pertanyaan saya dengan benar." Haru mengucapkan kalimat barusan dengan sekali helaan napas—mumpung ia sedang kesal dan memiliki keberanian penuh untuk mengatakannya.

Sehun hanya mengedip sekali. Ini pertama kalinya ia mendengar Haru bicara setegas itu. Biasanya Haru lebih sering bicara patah-patah atau menggerutu panjang-pendek tanpa berani menatap matanya. Sebagai seorang adik kelas, dan juga cewek, Sehun menyaluti keberanian Haru. Padahal tidak ada yang berani bicara seperti itu padanya, bahkan Chanyeol sekalipun. Kecuali sang-calon-kakak-iparnya si Jong In.

"Oke." Kata Sehun akhirnya.

Mendengar kesanggupan Sehun, Haru berdeham kecil dan mengulang pertanyaannya. "Jadi apa alasan Sehun sunbae sampai menyukai membuat miniatur itu? Apa ada alasan yang spesial?"

"Karena itu satu-satunya hal yang membuatku tenang." Jawab Sehun. "Di hari ketika kedua orang tuaku meninggal karena kecelakan mobil, Sohee-noona mengajakku pergi ke pantai di dekat rumah pengkremasian mayat bersama Chanyeol sepupuku orang tuanya juga meninggal kecelakaan saat itu." 

Hah? Haru tak pernah mengetahui ini! Tangannya bergerak mencatat jawaban Sehun secepat kilat dengan telinga yang ia sengaja tajamkan sedaritadi, kapan lagi Sehun si tembok akan berbicara tentang dirinya sedalam ini? Namun, karena intonasi Sehun yang berubah membuat Haru miris padahal ia sedang menceritakan tentang orang tuanya

"Saat itu aku bertanya ke mana mereka akan pergi setelah ini... lalu noona bilang kalau mereka akan tinggal di tempat yang lebih baik. Aku tanya, 'yang seperti apa? Apa rumah yang besar? Apa punya taman seperti rumah kita?'." Sehun melempar pandangannya ke luar jendela, membuat Haru tidak bisa melihat wajahnya.

Hening sebentar dan hanya terdengar desau angin dari luar.

"Aku ingat...Sohee-noona mengangis dipelukan Chanyeol...dan saat itu Chanyeo berkata 'kalau begitu, mari kita buat rumah untuk orang tua kita... kita membuat rumah yang besar dan bagus' itu katanya"

Sehun terdiam kembali... seperti acara curhat sehun ini tidak dituliskannya dalam list nya... Haru ikut terdiam meski ia menulis ia tetap mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

"...lalu dia menuntunku untuk menyentuh pasir pantai yang kami injak. Dia yang pertama mengajariku membuat rumah-rumahan dengan pasir meski hasilnya jelek sekali. Tapi sejak hari itu aku menyukai membuat bangunan dari pasir. Aku membuatnya seindah mungkin, dan berharap itu bisa menjadi rumah bagi kedua orang tuaku. Sampai sekarang pun aku masih melakukan hal yang sama karena aku menemukan ketenangan di sana. Aku... suka."

Entah mengapa ucapan akhirnya 'aku...suka' begitu tulus ia ucapkan, Sehun menatap Haru dari ekor matanya dan tersenyum sangat tulus, bahkan saat Haru masih menjadi fanclub Sehun ia belum pernah melihat senyumnya itu. Dan ia merasa beruntung melihatnya...

"Sunbae, kau orang yang baik.." ucap Haru tanpa sadar.

Dan senyum itulah yang tak pernah ia lupakan sampai kapanpun dari sesi wawancaranya.
.
"Kita batasi saja satu hari satu pertanyaan..." ucap Sehun tak henti menatap Haru yang sekarang memberesi barang-barangnya.

"Ya. Bergantian. Aku punya cukup waktu jika hanya untuk menanyakan lima pertanyaan saja." Sejujurnya Haru hanya perlu lebih banyak waktu saja untuk membuka kembali ingatannya tentang Sehun sehingga ia bisa tahu jawaban yang tepat saat seniornya itu menanyakannya.

"Boleh. Tapi sebagai gantinya, jika kamu salah menjawab, kau harus ikuti perkataanku juga."

"Loh, kok begitu?" Argh! Haru benar-benar tak bisa tenang jika sedang bersama sunbaenya itu.

"Hanya supaya lebih adil saja." Jawab Sehun enteng. "Kenapa kalau kamu berhasil jawab aku kena hukum tapi sebaliknya tidak?"

"Kan, kan, kan, kan, ..." Haru mencoba protes "waktu itu katanya kalau salah lima kal—"

"Itu dan ini beda hal. Aku tidak mau dengar bantahan."

Haru membatu. Mau memprotes pun bagaimana, apalagi ia ada di sarang lawannya. Itu saja sudah cukup untuk membuat keadannya tidak berimbang. Tapi ngomong-ngomong soal sarang... sejak tadi tidak ada anggota klub yang lain.

"Sunbae, kemana anggota klub yang lain?" tanya Haru sambil memakai tas selempangnya.

"Ke mana? Sebenarnya kami diliburkan" Sehun mengerutkan dahi. "...karena sebagian kami kelas XII mereka ada pelajaran tambahan. Lagipula setelah pensi nanti kan memang minggu-minggu ujian."

"Ah, benar." Haru mengangguk-angguk.

Eh tunggu dulu! Itu berarti... selama dua minggu ke depan... hanya akan ada dia dan Sehun!!

.

(catat disini tidak ada kelas unggul atau tidak unggul)

Ruang Kelas XI C

Jong In merapikan poni Sohee yang menutupi matanya, Harus Jong In akui, salah satu bagian tubuh Sohee yang paling ia suka adalah matanya. Karena dari sanalah pertama kali Jong In jatuh cinta. Mata Sohee bening dan tampak selalu teduh... membuatnya betah berlama-lama menatapnya.

"Lalu bagaimana? Biarkan saja?" Jong In bertanya.

Sebenarnya disamping ia menemani pacarnya menyelesaikan soal Matematikanya, mereka juga membicarakan tentang Sehun dan entahnmengapa angin berubah 180°. Sejak jam pertama, Jong In harus tahan untuk tidak membekap mulut Baekhyun yang terus rewel, merengek agar ia bisa menormalkan kembali calon adik iparnya itu. Ia lebih stress lagi ketika Baekhyun dan Kyungsoo sibuk menggalau dengan duet lagu What Is Love. Maka saat bel bunyi ia langsung diarakoleh 4 cowok posesif yang pencemburu itu dan dilempar ke lantai 2.

"Tidak apa-apa. Aku malah senang." Sohee menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.

"Senang?!" Sohee tidak tahu rasanya disalahkan untuk hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya sendiri. Huh!

Tersenyum, Sohee menggapai tangan Jong In. "Percaya padaku. Setelah ini, jika dugaanku benar, kamu tidak perlu khawatir lagi dia akan mengganggumu."

"Dugaan? Kamu mendasarinya dengan dugaan?!" Jong In bertambah jengkel.

"Shhh! dasar cerewet" Sohee mencubit pelan telapak tangan Jong In. "Aku sudah merawat Sehun sejak usianya enam tahun dan aku tahu apa yang sedang ia lakukan. Meski hanya dugaan, tapi dugaanku tidak pernah meleset. Percayalah."

Muncul rona merah dipipi Jong In mendapat perlakuan manis kekasihnya, ia tak pernah seleluasa ini berbicara dengan kekasihnya ini karena serangan dari adik iparnya itu dan ia dapat lega hati.

Jong In mengeratkan pegangan tangan mereka dan berujar lirih. "Janji loh ya..."

Sohee tersenyum. "Iya..."

*tobecontinue*

Continue Reading

You'll Also Like

37.4K 6.9K 77
Marsha anak yang sangat pintar di sekolahnya, dengan prestasi yang ia dapat ia lolos ke perguruan tinggi negeri yang ia mau selama ini. Namun, masala...
58.2K 9.6K 14
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
63K 184 4
FEM HYUCK! KARYAKARSA ONLY! JOROK BANGET! MINOR DNI! MARKHYUCK AREA "Kisah aca dan selingkuhannya, sopir angkot langganan aca ke pasar, abang malik"
268K 3.3K 77
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...