The Covenant

By VanadiumZoe

38.1K 8.7K 3K

Perjanjian tidak terduga yang ditawarkan Jimin pada Sera pada hari kencan buta, pada akhirnya membawa Jimin p... More

CATATAN PENULIS
INTRO_EGO
1
2
3
WILDFLOWER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AUTUMN NIGHT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
FOR YOU
1
2
3
4
5
6
LOVE POEM
1
2
3
5
6
7
8
TEARS
1
2
3
4
5
DARKSIDE
1
2
3
4
5
6

4

450 140 25
By VanadiumZoe

Pagi di hari Jumat yang sedikit berkabut, Sera menghabiskan sarapannya di ruang kerja dengan segelas kopi. Hari ini dia tidak sempat sarapan bersama Jimin, suaminya berangkat terlalu pagi untuk mengecek sesuatu yang tidak dia pahami. Sera berangkat dengan Sunghoon.

Sera mendesah panjang, memandangi puncak-puncak Sakura mulai bermekaran dari lantai tujuh. Putih dan merah jambu, terlihat cantik meski suasana hari ini agak mendung. Tiba-tiba Sera berharap kasus Jimin cepat selesai, dia ingin mengajak Jimin jalan-jalan melihat festival Sakura. Semenjak menikah, mereka belum pernah jalan bersama.

Sambil menyisihkan rencana kegiataan yang telah dia susun bila nanti Jimin punya waktu luang, Sera mulai mengecek ulang semua bahan persentasi. Siang ini dia dijadwalkan bertemu dengan model sampul terpilih, Im Luna, membahas hal-hal terkait pemotretan.

Sejujurnya Sera senang Elena memberinya banyak pekerjaan, melebihi yang biasa para asisten pribadi lakukan. Elena menempatkannya lebih sebagai staf divisi produksi, tapi masalahnya baik Taehyung dan sekarang Luna, adalah dua manusia yang tidak ingin Sera temui lagi semenjak dia bersama Jimin.

"Sera, Luna sudah datang," kata Yunhee di ambang pintu.

Sera mengalihkan atensi pada sosok editor dengan dandanan kuno yang sering diberi tugas tambahan oleh Elena untuk membantunya, dia menunggu selama lima detik tetapi staf lain yang seharusnya ikut rapat malah tidak muncul.

"Oke, aku segera ke sana."

"Mau kutemani?" tawar Yunhee, masih berdiri memegangi pintu. "Soalnya Sunoo masih belum selesai dengan manager produksi, mengurus sisa wardrobe."

"Hhmm...," Sera bergumam, agak panik sebab dia belum pernah menghadiri rapat sendirian. "Pekerjaanmu sudah selesai?"

"Untuk hari ini sudah, dilanjutkan lagi besok."

"Kalau begitu, ayo kita pergi." Sera segera mendekati pintu, tapi Yunhee tampak tidak bergeser.

"Apa pakaianku aneh? Semua orang menertawakanku sejak pagi. Kudengar Luna sering menilai penampilan, maksudku aku tidak ingin dianggap tidak professional," tukas Yunhee, tidak yakin.

Sera meneliti pakaian Yunhee sebentar. Sejujurnya tidak ada yang salah, bila saja Yunhee tidak bekerja dimajalah fashion. Para staf Heur Magazine terbiasa memakai pakaian mengikuti tren, bermerek, modis, dan kekinian.

Sebelum bertemu Jimin, Sera punya riwayat yang sama dengan Yunhee, pilihan bajunya sering dianggap kuno oleh orang lain. Dia bahkan tidak ingat sejak kapan selera pakaiannya berubah, entah sejak Jimin membantunya memilihkan baju saat di awal-awal kerja, atau memang selera dia telah berubah seiring vibes positif dari orang-orang di sekitarnya.

Sera ingat bagaimana Jimin membantu memilihkan segala hal yang dia pakai dari atas kepala sampai sepatu, pada minggu-minggu pertama dia bekerja. Lalu hadiah berkotak-kotak pakaian kerja yang cantik dan trendi dari Han Soohee, begitu mendapat kabar dia bekerja pada Elena.

Juga bagaimana Sera memperhatikan penampilan Elena yang selalu elegan dan anggun, juga teman-teman kantornya yang lain. Sera rasa, semua itu telah mengubah penampilan secara perlahan-lahan, diluar sebab dirinya yang kini lebih percaya diri dengan apa yang dia pakai, sesuai motivasi yang selalu diberikan Jimin untuknya.

Sera berdehem, sebelum berusaha memberi arahan tanpa menyakiti perasaan Yunhee.

"Harusnya kau bisa memakai rok pensil cokelat tanpa outer, daripada memilih rok pendek dan legging hijau, menumpuk lagi dengan bleazer satu warna. Oh, scarf itu—" Sera menunjuk scarf kuning cerah di leher Yunhee. "Kurasa lebih baik kau tidak memakainya," tukasnya.

"Oh, ini—" Yunhee buru-buru melepas scarf dari lehernya, menggerutu sebab kain penutup itu ide temannya. "Ada bekas," katanya, menunjuk bercak merah yang bisa mendatangkan salah paham di antara rekan kerja.

"Aku belum punya pacar," tambah Yunhee tanpa diminta.

"Kalau begitu, sepulang kerja kau bisa mencuci sprei, jadi tidak ada serangga yang menggigitmu lagi selagi tidur."

Yunhee tertawa kecil, Sera ikut tertawa juga. Suasana hangat di antara mereka membuat Sera lebih santai, barulah setelah itu keduanya sama-sama menyusuri selasar menuju ruang rapat di lantai dasar.

"Apa Sunoo bisa menyusul kesini, setelah dia selesai?" tanya Sera, tangannya mengambang di atas gagang pintu.

"Aku tidak yakin, dia masih marah-marah pada stafnya saat tadi kuingatkan tentang rapat ini."

Sera mengangguk paham selagi membuka pintu, ruangan bernuansa pastel dengan sofa-sofa bulat terasa beku dalam hitungan detik, saat Luna berdiri dan menyapanya. Namun suasana itu tidak berlangsung lama, begitu Luna bersama sang asisten tersenyum ramah kepadanya.

"Halo, Cho Sera, senangnya kita bisa bertemu lagi. Oh selamat untuk pernikahanmu, aku tidak sempat datang karena jadwalnya bentrok."

"Terima kasih." Sera membalas ucapan yang terdengar tulus itu dengan senyum sopan, dia mempersilakan Luna kembali duduk dan mereka berempat melingkari meja kaca.

Sera mulai menjelaskan deretan perhiasaan yang akan dikampanyekan Luna pada pemotretan nanti, Luna menjadi salah satu model yang memamerkan seri terbaru rangkaian perhiasaan edisi musim semi dari koleksi Golden Eye's.

Pertemuan berjalan lancar dan nyaman, Sera berterima kasih dalam hati sebab Luna bersikap professional tanpa memulai perdebatan tidak penting yang sangat tidak Sera harapkan. Akan tetapi semua berubah saat manager Luna memberi ucapan selamat pada pernikahannya, lalu melontarkan satu komentar yang dirasa Sera menjadi awal Luna berubah tidak nyaman.

"Kau terlihat jauh lebih segar setelah menikah," kata Choshin, "aura pengantin baru memang selalu menyenangkan, aku jadi kepingin menikah juga dengan pria sekeren Pengacara Park."

"Terima kasih." Sera tersenyum santun, di sebelahnya Yunhee meminta izin keluar sebentar sebab Sunoo memanggilnya.

"Lebih tepatnya, kau terlihat sangat pintar menjelaskan semua ini padaku," sela Luna. "Aku seperti bertemu sosok baru, bukan gadis bodoh yang sering tidur dengan Taehyung, padahal pria berengsek itu hanya memanfaatkan kebodohanmu untuk kesenangannya."

Sejujurnya Sera merasa tidak punya sisa urusan dengan Luna, mereka jelas tidak akrab, bukan jenis hubungan sengit sebab Sera kini bersama mantan pacar Luna. Namun, sikap Luna sedikit menunjukkan hal sebaliknya, ego gadis itu terang-terangan tersulut sejak pernyataan Choshin, manager Luna. Hasilnya, Luna mengangkat topik yang membuat Sera hilang kesabaran.

"Kau terlihat begitu jumawa hanya karena berhasil membuat Jimin menikahimu, tapi percaya atau tidak Jimin belum tentu menyukaimu. Dia tipe pria berengsek menyebalkan, aku hanya tidak ingin kau kecewa di kemudian hari, sakit hati kedua kali. Jimin dan Taehyung teman baik, jangan lupakan tentang itu."

"Aku tidak butuh perhatianmu, Luna." Sera mulai berkata. "Kita bukan teman, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkanku sebanyak itu. Kalau pun aku terluka, kau juga tidak perlu merasa bertanggung jawab."

"Jadi benar, dia hanya menikahimu?" Luna tersenyum samar. "Kau akan dikurung di rumah, kau tidak bisa membuat pilihanmu sendiri. Semua keputusan Jimin yang atur, begitu 'kan?"

Sera bergeming, tidak punya kata sanggahan karena faktanya memang begitu.

"Tipe perempuan sepertimu, mudah diatur dan penurut, tidak akan bisa melawannya. Dari segi pendidikan kau juga kalah jauh, wawasanmu tidak akan bisa mengimbanginya. Aku tahu, Elena Liedholm adalah Bibinya Jimin, tanpa bantuan orang dalam kau tidak akan mampu berada di posisimu sekarang."

Di antara ketersinggungan, Sera lebih merasa tertohok saat Luna membahas pendidikan. Rasa sesal mengingat kebodohan di masa lampau muncul lebih cepat ke permukaan, mau disangkal ribuan kali sekalipun Cho Sera memang kalah telak dari Im Luna.

Im Luna adalah perwujudan dari gadis cantik dengan otak encer, tipe perempuan yang disukai Jimin; cantik, pintar, dan terpelajar. Model setinggi 170 senti memiliki IQ 150, lulusan Hanyang University dengan nilai sempurna, akting Im Luna diakui diajang festival Baeksang Arts Awards sebagai aktris pendatang baru terbaik.

Kepercayaan diri Sera runtuh secepat jam pasir, lalu perlahan-lahan menenggelamkan dirinya. Tidak ada hal positif dari dirinya yang bisa dia gunakan untuk membela diri, Luna tahu seberapa buruk dia saat masih menjalani hubungan dengan Taehyung.

"Semoga kau bisa bertahan. Saranku, mulailah membedakan antara tanggung jawab dengan mencintai seseorang. Jimin memang baik pada semua orang, dia juga sangat menghormati keputusan Ibunya. Oh, jangan bilang Bibi Soohee menjodohkan kalian." Luna tersenyum lagi.

"Jangan terlalu naif supaya tidak sakit hati. Aku tidak punya niat buruk, aku hanya tidak ingin Jimin membuangmu seperti gadis-gadis sebelumnya karena kau terlalu tidak pantas untuknya."

"Ada lagi yang ingin kau bicarakan?" ucap Sera, berusaha tenang meski dadanya sudah penuh. "Kalau tidak ada, berarti pertemuan ini selesai. Terima kasih untuk waktunya, sampai ketemu di pemotretan minggu depan."

Sera menundukkan kepalanya samar, sebelum keluar dari ruangan tanpa menunggu tanggapan Luna. Dia menarik kakinya secepat yang dia bisa untuk mencapai lift dan naik ke ruangannya di lantai tujuh, menahan gemuruh memenuhi dirinya, rasa-rasanya dia ingin meledak saat ini juga.

🍁🍁🍁

Selama 23 tahun kehidupannya, Cho Sera telah mengalami berbagai drama dan peristiwa yang mengikis kepercayaan diri sampai ke titik paling rendah. Pengalaman hidup sejak dari remaja, dirasa Sera terlalu berat untuk ditanggung oleh anak seusianya. Kehilangan figure ayah sejak usia belasan juga penghianatan, membuat Sera sulit percaya pada hubungan dengan pria.

Sera takut Jimin menghianatinya, seperti yang dilakukan sang ayah pada ibunya. Dia takut Jimin akan memperlakukannya dengan buruk bila dia membantah, seperti yang dulu sering Taehyung lakukan kepadanya. Entah berapa kali Taehyung memukulnya, tiap kali dia berusaha membela dirinya.

Cho Sera hanya boleh berkata 'iya' dan menuruti semuanya, hal itu juga yang dia terapkan pada hubungannya dengan Jimin.

Sera yang telah mengalami krisis kepercayaan diri dan selalu merasa kecewa pada diri sendiri, memilih duduk di belakang meja kerja, menggigit kuku-kuku sampai giginya beradu. Hasutan jahat dari psikis Sera yang tidak baik-baik saja, menciptakan bayangan gelap yang menariknya kuat, mengubah dirinya menjadi samar dan menghilang perlahan-lahan.

Tidak akan ada pria yang tulus kepadanya, dia tidak akan pernah diinginkan karena terlalu naif dan bodoh. Sera terus menyalahkan diri sendiri sebanyak yang mampu dia lakukan, sebab tidak pernah menyelesaikan pendidikannya dan membuat sang Ibu terluka dan kecewa.

Sera nyaris terjerembab ke dalam perasaan yang mengikis kewarasan pikiran, andai tidak ada seseorang menyentuh lengannya. Sera berjingkat, tidak berusaha menyembunyikan terkejut dari sosok yang berjongkok di depannya.

"Sera, apa yang kau lakukan di sini? Pertemuannya lancar, 'kan?"

"Sunoo—?"

Manik mata Sunoo yang membesar memandanginya, adalah hal pertama yang Sera sadari setelah dia menjauh dari keputusasaan. Hal negatif yang sejujurnya tidak lagi bisa menyakiti, andai tidak ada orang-orang yang secara sadar menyakitinya, hanya karena mempertahankan ego seperti yang dilakukan Luna.

"Iya, Sayangkuh, ini aku Sunoo." Sunoo memutar bola mata, sambil menarik lengan Sera sampai gadis itu berdiri.

"Sudah makan siang? Kau terlihat pucat dan lemas." Sunoo khawatir, sebelum ekspresinya berubah senang dan berseru kelewat mendadak.

"Astaga, kau hamil?!"

"Hah?!" Sera buru-buru menggeleng. "Tidak kok, belum, ya, belum."

"Jangan sering-sering, seminggu dua kali saja biar tidak terlalu encer."

"Eh?" Sera memicing menatap Sunoo.

"Aku punya gaya yang bagus untuk pengantin baru, nanti kukirimkan videonya."

Keduanya saling pandang lalu tawa mereka pecah, terkikik-kikik sambil saling pukul bahu satu sama lain. Tidak jelas apa yang lucu, pokoknya ingin tertawa saja. Suasana positif yang selalu Sunoo bawa disepanjang Sera mengenalnya, mengikis kecemasan Sera nyaris sampai habis.

Kim Sunoo yang selalu ceria, julid tapi perhatian. Sunoo bisa diandalkan dari sesi curhat sampai menyelesaikan pekerjaan, menjadikan Kim Sunoo salah satu staf kesayangan Elena yang disukai banyak orang, termasuk Sera.

"Ayo ke pantry, aku mau curhat!" Sunoo merangkul bahu Sera, bibirnya manyun padahal belum mengeluarkan keluh kesah.

Di sebelahnya, Sera menarik napas lebih panjang penuh kelegaan, bersyukur memiliki teman yang menyenangkan seperti Sunoo. Kehadiran Sunoo di waktu yang tepat, sedikit banyak telah menyelamatkannya dari keterpurukan yang tidak perlu.

"Dosenku menyebalkan sekali, tugasku disalahkan terus padahal aku sudah mengeceknya dan semua oke."

"Kau—masih kuliah?" tanya Sera, setengah ragu, setengah antusias.

"Astaga, tentu saja!" Sunoo berseru kelewat keras, dia menyambar dua mangkuk ramyeon dari rak-rak makanan di pantry lalu menyerahkannya pada Sera, termasuk sosis dan telur rebus.

Sera mencibir sebelum membuat ramyeon pedas dan memanaskan sosis, sementara Sunoo mengeluarkan gelas-gelas dari laci dan membuat es amerikano untuk mereka berdua.

"Semua staf rata-rata sedang melanjutkan kuliah S2 atau S3, kalau aku S2 sih. Standar Ms Elena terlalu tinggi, bikin pusing saja. Punyaku jangan terlalu matang," tambahnya sambil membawa telur dan gelas minuman, sebelum menghenyakkan diri di kursi dekat jendela.

Tiga menit kemudian, Sera tergopoh-gopoh membawa dua mangkuk ramyeon, sosis dicelupkan ke dalam mi. Sera meletakkan ramyeon di antara dia dan Sunoo, melirik Sunoo yang mengupas telur untuk mereka berdua.

"Thanks Darling, kematangannya pas." Sunoo tersenyum sampai matany tinggal segaris. Kedua orang yang akrab sejak sering berada dalam satu tim itu, bertepuk tangan dan tertawa senang selagi makan.

"Jadi, kau masih kuliah sampai sekarang?" tanya Sera sekali lagi.

Sunoo menganguk, mulutnya penuh dengan ramyeon dan telur rebus. Setelah semua makanan melewati kerongkongan, dia berkata.

"Kau mau lanjut kuliah juga? Mumpung belum hamil, ambil kuliah online saja yang pertemuan offline hanya diakhir pekan."

"Sama denganmu?"

Sunoo mengangguk lagi. "Tidak mau pisah denganku, ya? Yuk lah, kuliah di tempatku saja."

Sera ikutan mengangguk, tersenyum saat Sunoo menjerit senang, jelas berlebihan. Bagaimana bisa Sera lupa, dia bisa tetap kuliah lagi meski pernah gagal. Jimin pasti setuju bila dia meminta izin, mengingat semua anggota keluarga Jimin mengenyam pendidikan tinggi.

Benar kata Luna, dia memang bodoh. Sera memukul kepala sendiri, jengkel pada kecerdasan minimalis yang dia punya. Padahal dia hanya terlalu cemas, sampai-sampai logikanya tidak jalan.

"Lanjutkan saja program dari S1 kemarin biar lebih mudah, kau lulusan apa sih? Astaga, aku ini teman yang buruk ya, bagaimana bisa aku tidak tahu."

Sunoo melahap telur lagi sampai mulutnya penuh, menunggu jawaban Sera yang seolah-olah ingin menyampaikan jawaban penting yang menyangkut kelanjutan hidup orang banyak.

"Aku tidak pernah lulus kuliah—" kalimat Sera berjeda, kedua matanya memejam.

Sunoo baru saja menyemburkan serpihan telur ke wajahnya.

"Kim Sunoo, kau mau mati, hah?!" teriak Sera, menyemburkan telur yang sebagian masuk ke mulutnya.

"Aduh, maaf!" Sunoo menyambar tisu meja, mencoba membereskan kekacauan.

Tetapi kemudian keduanya tertawa, karena Sunoo malah membuat Sera jadi seperti manusia telur alih-alih bersih. Dengan bintik-bintik kuning yang lumer, sewaktu Sunoo menghapusnya dengan tisu meja.

"Duh, temanku jadi jelek deh. Ya ampun, Sera, kau jadi kayak anak Itik!"

Sunoo cekikikan sampai ponsel Sera di meja berdering, menjeda tawa yang membuat keduanya keram perut. Sera meminta Sunoo diam sebentar—gerakan Sera mengangkat tangannya mirip dengan Jimin, tiap kali pria itu memintanya diam, sebelum menerima telepon dari Elena.

"Sera, posisimu sedang apa sekarang?" tanya Elena cepat, dia memang terkenal tidak pandai berbasa-basi.

"Di pantry, sedang makan siang. Ada apa, Ms?"

"Dokumenku ketinggalan di meja atau di laci. Cari saja sampai ketemu, aku di depan lobi."

"Oh, oke!" Sera melirik Sunoo sambil komat-kamit, Sunoo ikut-ikutan komat kamit meski mereka tidak sepaham.

"Sebentar," kata Sera pada Sunoo, sebelum beranjak dari kursinya. "Ms Elena membutuhkan sesuatu, aku temui dia dulu. Tunggu, ya!"

Sera bergegas keluar dari pantry di lantai lima, naik ke ruangan Elena di lantai tujuh, mencari dokumen yang dimaksud. Dia langsung turun lagi, menyempatkan diri membersihkan wajahnya pakai tisu selagi menyeberangi lobi yang ramai. Dia mengedarkan pandang kesekeliling trotoar depan kantor yang luas, udara menjelang sore berhembus kencang dan berhasil menerbangkan anak rambut Sera sampai tatanannya berantakan.

"Sera!"

Suara Elena dari dalam mobil—bisa-bisanya Sera tidak melihat mobil Elena terparkir di depan, membuat Sera bergegas dan menyerahkan dokumen pada Elena.

"Kerja bagus, tapi tolong lebih berkonsetrasi. Kau mengerti?"

"Baik, Ms." Sera mengangguk sopan, membalas senyum Elena lalu mobil Elena berlalu pergi.

Sera menarik napas lega, memutar bahunya cepat kembali ke kantor. Namun detik berikutnya dia langsung berhenti dan berbalik, merasa melihat Jimin keluar dari mobil. Sera memastikan sebelum akhirnya tersenyum, di depan sana tampak Jimin tengah menelepon, posisinya membelakangi.

Sera siap menyapa tapi langkahnya kembali berhenti, ada sosok lain yang mendekati suaminya. Im Luna berjalan anggun mendekati Jimin yang terlihat menunggu, Jimin otomatis berpaling ke arah berlawanan. Kini, kedua orang itu berdiri terlalu dekat, nyaris tanpa jarak batas.

Jantung Sera mendadak memukul lebih cepat, dia lupa cara bernapas, begitu Jimin menunduk ke arah Luna dengan memiringkan kepala ke kanan.

Jemari Sera saling genggam, dia mundur setengah langkah, berusaha menarik oksigen banyak-banyak untuk paru-parunya yang terasa menyempit tiba-tiba. Kegaduhan di sekeliling meredup lamat-lamat, meninggalkannya seorang diri dalam kesunyian yang pekat.

[ ... ]

👑 🐹 👑
Ini Im Luna ⬇️ Mantan pacar Jimin

Jenis mantan yang bikin insecure
Apalagi buat orang-orang seperti Sera, yang selalu merasa dia tidak punya apa-apa 😐😐

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 126K 66
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
354K 31.8K 16
[Complete] Yoora mencintai Jungkook. Sangat mencintainya. Yoora mampu memberikan segalanya untuk Jungkook. Segalanya yang dia miliki, bahkan kehidup...
134K 19.6K 32
[COMPLETED] Pt. 1 - 7 : PUBLIC Pt. 8 - END : PRIVATE =========================================== Ketika Bae Sooji, seorang aktris kenamaan y...
14.9K 1.6K 15
Aku bermimpi aneh. Melihat seorang laki-laki berambut perak yang berkelahi dengan laki-laki bersayap hitam. Mereka adalah seorang Malaikat dan Iblis...