Last Summer (on going)

By Afza24yumaira

4.4K 517 133

Maaf gays.. untuk semua pembaca novel ini. Aku minta maaf karena tidak bisa melanjutkan lagi novelnya.. entah... More

Prolog
Sekolah Penuh Rahasia
Lelaki dengan 1000 Luka
Pahlawannya Cantika
Bromance
Cemburu
Cantika dan Segala Impiannya
Ujian dan Kecurangan
Persaingan dimulai
Sistem Sekolah yang Busuk
Remuk di Dasar Hati
Bukan Cinderella
Gadis dari Masa lalu
Gibran dan Cinta Bodohnya
Secangkir Americano
Menembus Malam
Insiden Kolam Renang
Cinderella itu bernama Cantika
Kebenaran dari Masa Lalu
Pelangi Selepas Hujan
Seperti Langit dan Bumi
Karena, itu Kamu

Pernyataan Cinta yang tidak Romantis

160 24 13
By Afza24yumaira

Cantika merasa kesulitan bergerak, tubuhnya sangat lemas, meskipun sudah tidak demam namun ia merasa tidak punya cukup energi untuk sekedar berjalan menuju kamar mandi. Padahal hari ini ia punya janji dengan Zayan.

"Kenapa aku lemas sekali, padahal tadi malam sudah minum obat dan cukup istirahat." Gumamnya sambil meraih handphone di dekat bantal.

Ia terkejut melihat pesan masuk dari Gibran yang dikirim sekitar pukul dua belas malam. Bukan pesan tex, hanya stiker lucu bergambar panda yang sedang tertawa sambil memegang perutnya. Seketika Cantika tertawa melihat gambar tersebut.

Entah kenapa ia lebih merasa nyaman dekat dengan Gibran daripada Zayan. Meskipun dia bertemperamen sedikit buruk, tapi Gibran cowok yang tulus dan hangat. Perhatian kecil yang dia berikan terkadang justru membuat Cantika merasa terkesan.

Beberapa detik kemudian datang pesan masuk dari Gibran.

From : Gibran
Gimana Can, sudah bisa makan nasi?

Cantika tertawa, pesan aneh. Namun ia lekas membalasnya.

_Aku bahkan sejak kemaren sudah makan nasi_

_Oh, baguslah. Kasihan petani negara wakanda ini kalau kamu gak mau makan nasi_

Cantika kembali tertawa dan membalas pesan tersebut dengan emoticon tertawa.

Tidak terasa chating dengan Gibran berlangsung cukup lama, hingga Cantika lupa bahwa tubuhnya lemas. Pesan lucu dari Gibran seolah menjadi obat hingga ia sedikit lebih bersemangat. Setidaknya untuk sekedar turun dari tempat tidur.

***

Di rumah Gibran yang bak Villa itu, dia tertawa sendirian seperti orang gila di ruang tengah. Pemandangan yang sangat langka, hingga membuat pembantu di rumah tersebut terkaget-kaget. Rumah yang biasanya seperti kuburan itu kini terasa sedikit lebih cerah. Akhir-akhir ini Gibran tidak lagi menjadi anak pemurung, dia lebih semangat dan nampak bahagia.

"Mas Gibran? Sampean baik-baik saja?" Tanya Mbak Sari, salah satu pembantu di rumah.

Gibran terkejut dan lekas tersenyum malu sambil garuk-garuk kepala bingung.

"Baru kali ini loh saya melihat Mas Gibran tertawa, ternyata ganteng banget, kayak artis Korea yang sering Sari tonton."

Gibran terhenyak, lalu tertawa. Namun tawa Gibran lenyap saat ia melihat pintu ruang utama terbuka, mamanya datang. Sosok yang biasanya tidak pernah ada di rumah, bahkan bisa dihitung jari selama sebulan berapa kali ia pulang ke rumah.

"Apa yang membuatmu bahagia?" Tanya mama dengan memicingkan mata, curiga.

"Bukan apa-apa." Jawab Gibran acuh, lalu segera bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamar.

"Dengar Gibran, mama tidak mau kamu membuat masalah di sekolah!" Teriak mama, membuat langkah Gibran terhenti dan lekas menoleh.

"Aku bahkan tidak pernah membuat masalah, ibu saja yang melihatku sebagai masalah." Kata Gibran dengan ketus.

Mama nampak kesal dan bersungut-sungut. Suasana yang selalu terjadi tiap kali mama pulang ke rumah. Tidak nampak kasih sayang di antara ibu dan anak tersebut, hingga terkadang membuat para pembantu di rumah merasa begitu kasihan dengan Gibran.

***

Di panti tempat Cantika tinggal, Zayan sudah berdiri di depan gerbang dengan stelan yang sangat rapi. Ia tidak mungkin membuat Cantika datang ke taman sendirian, apalagi setelah Cantika pingsan dan sedang dalam kondisi sakit.

"Masuk saja ke rumah Mas Zayan!" Kata Bu Siska yang kebetulan sedang menyiram tanaman.

Zayan tersenyum malu, lalu berjalan pelan menuju teras rumah.

Panti hari itu nampak sepi karena anak-anak mengikuti perkemahan di sekolah masing-masing, hanya tinggal pengurus dan beberapa yang masih kecil  sedang bermain di halaman.

Cantika datang setelah Zayan mengirim pesan. Dengan terhuyung dan masih belum mandi bahkan rambutnya berantakan Cantika menemui Zayan. Ia begitu tidak semangat, bahkan merasa tidak perlu berpenampilan cantik untuk menemuinya.

Zayan tertawa geli melihat rambut Cantika saat itu, ia tahu Cantika tidak pernah berpura-pura di hadapannya, dan justru itu yang membuat dia suka.

"Bagaimana kondisimu? Sudah sehat?"

Cantika mengangguk sambil mengambil posisi duduk agak jauh dari Zayan. Dari sikap menjaga jarak itu saja Zayan sudah tahu bagaimana perasaan Cantika terhadap dirinya. Dia tidak seperti gadis di luar sana yang mudah ditaklukan.

"Aku minta maaf, Zayan. Aku membuatmu harus datang ke sini, dan aku tidak bisa memenuhi janjimu untuk datang ke taman kota."

"Tidak apa-apa, lagian kondisimu belum sepenuhnya sehat. Sebab itu aku datang ke sini untuk menjenguk. Aku tidak memaksamu harus memenuhi janji itu. Aku bisa mengerti."

Cantika hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.

Zayan melihat ekspresi itu sebagai cara Cantika membangun benteng. Namun sebisa mungkin Zayan tetap teguh atas keputusannya. Tidak masalah bagaimana pun hasilnya, ia akan menerima asal Cantika tahu isi hatinya.

Satu tarikan napas yang menggugupkan.

"Can, aku tahu mungkin kamu tidak nyaman dengan kedatanganku ke sini, atau bahkan dengan sikapku selama ini. Namun ada satu hal yang begitu mengganjal di hatiku, dan aku tidak bisa tenang jika belum mengeluarkannya."

Cantika tertegun sambil menoleh melihat Zayan. Cowok berkarisma itu sedang menatapnya hangat. Tatapan yang membuat Cantika semakin merasa tidak nyaman.

"Aku menyukaimu."

Deggg...
Seperti ada petir yang tiba-tiba menghentikan detak jantungnya. Ini pernyataan cinta pertama yang Cantika terima, tapi kenapa harus datang dari cowok yang tidak membuat hatinya berdesir.

"Aku tahu ini mendadak, dan pasti membuatmu tidak nyaman, tapi aku hanya ingin jujur. Aku hanya ingin tahu aku punya perasaan padamu, sehingga jika suatu saat nanti kamu siap untuk membuka hati, aku berharap kamu akan ingat dengan pernyataanku ini." Jelas Zayan dengan sedikit khawatir, ia khawatir Cantika justru akan menjauh.

Cantika mengalihkan pandangan dan beberapa kali sambil menarik napas canggung. Ia jelas bingung harus berkata apa. Melihat kecanggungan itu Zayan lekas menggeser duduknya menghadap Cantika.

"Aku tidak bermaksud membuatmu bingung, kamu juga tidak perlu menjawabnya. Aku hanya ingin kamu tahu saja. Hanya itu." Jelas Zayan sangat berharap Cantika bisa memahami maksudnya.

Cantika berusaha tersenyum meskipun pahit. Bagaimana bisa seorang cowok mengungkapkan perasaannya tanpa berharap balasan.

"Aku tidak tahu harus bagaimana, karena kamu tahu sendiri aku ingin fokus sekolah. Ada begitu banyak impian yang ingin sekali aku raih, sebab itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku tentang hal semacam ini. Dan jujur, aku bingung harus menjelaskannya padamu."

"Karena itu aku tidak butuh jawaban, aku hanya ingin kamu tahu. Itu saja."

Cantika kembali tertegun, ia pun kembali menarik napas berat.

"Aku hanya ingin menjadi teman dekatmu, yang bisa kamu andalkan. Karena aku tahu, hanya dengan cara itu kita bisa menjadi dekat, dan aku bisa melihatmu setiap saat."

Lagi-lagi Cantika hanya bisa tertegun, Zayan sungguh pandai merangkai kata. Andai saja ia punya perasaan untuk cowok itu, pasti hatinya sudah terbang.

Zayan mencoba menenangkan gemuruh di dadanya. Pernyataan Cinta yang tidak romantis, dan begitu mendadak. Padahal tadinya ia ingin merencanakan hal yang mengesankan, tapi kenyataan berkata lain.

Satu tarikan napas, Zayan berdiri dari duduknya dan berdiri di depan Cantika. Ia mengulurkan tangan sambil menatap dalam-dalam.

Cantika menatap tangan itu, lalu mengangkat wajahnya untuk membalas tatapan Zayan.

"Mulai saat ini, kamu harus berjanji, kalau ada apa-apa, jadikan aku orang pertama yang kamu panggil."

Masih diam, lagi-lagi Cantika dibuat tertegun.

"Dan aku juga akan selalu ada jika kamu membutuhkan, bahkan tanpa kamu minta, aku akan berusaha untuk ada."

Entah kenapa kalimat romantis itu justru membuat telinga Cantika terasa berdengung berisik. Ia menyadari kalimat itu justru membuat suasana hatinya tidak nyaman.

"Baiklah, aku akan pulang. Kamu harus istirahat." Kata Zayan sambil menurunkan tangannya. Ia sedikit kecewa karena Cantika tidak mau meraih tangannya.

"Jika kamu terganggu dengan semua yang kukatakan hari ini, maka lupakan saja. Anggap kamu sedang bermimpi dan tidak terjadi apa pun.".

Cantika masih membisu. Ia tidak berani angkat bicara karena bingung harus berkata apa.

"Aku pulang ya, jaga kesehatanmu. Sampai jumpa!" Kata Zayan lalu melangkah pergi.

Hingga bayangan itu hilang dari pandangan, Cantika masih membisu. Ia tidak mengerti apa tujuan Zayan sebenarnya, namun ia bisa melihat cowok itu jujur dan tidak sedang mempermainkannya.

Perlahan Cantika meraba dadanya, ia tidak menemukan degup hangat yang biasanya ia temukan saat bersama Gibran.

"Ya Tuhan, sebenarnya aku kenapa?"



Happy Reading
Maaf ya gays, lama banget baru bisa post 🙏


Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
6.3M 268K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...