My Husband is Antagonist Novel

By Arash_ptr

410K 30.1K 1.6K

Frazea itu gadis mageran Lulus SMK bukannya nyari kerja, dia malah marathon semua cerita yang ada di perpusta... More

Babi 01
Babi 02
Babi 03
Babi 04
Babi 05
Babi 06
Babi 07
Babi 08
Babi 09
Babi 10
Babi 11
Babi 12
Babi 14
Babi 15
Babi 16
Babi 17
Babi 18
Babi 19
Babi 20
Babi 21
Babi 22
Babi 23
Babi 24
Babi 25
Babi 26
Babi 27
Minta Maap🗿

Babi 13

12.6K 1K 32
By Arash_ptr

🐣Happy Reading🐣

***

Calleya menaruh Azriel dengan hati-hati di atas kasur agar bocah itu tidak terbangun. Gadis itu mengambil selembar kertas dan pulpen untuk menulis sesuatu. Calleya duduk di sofa balkon kamar Archer. Ia ingin menghirup udara segar di pagi hari.

"Yosh! Pertama gue harus ... gue harus apa njing?!"

"Duh pusing gue. Mana belom sempet foya-foya pake duit Om Archer,"

"Berpikir ayo berpikir. Arrghh isi otak gue kok tiba-tiba jadi roti sobeknya Zoro semua!"

"Hmm ..." Calleya mulai menuliskan sesuatu di kertas.

1. Kenapa Calleya suka pake rambut palsu + Softlen biru?

"Misteri pertama yang harus gue pecahin. Soal ini gue bisa tanya Megumi atau Killian. Aish tapi nanti mereka curiga," gumam Calleya lalu lanjut menulis.

2. Apa maksudnya Om Archer udah milih Calleya?

"Si Killian bikin penasaran aja si. Apa mangsudnya coba ini?" Calleya menyimpan dengan baik ucapan Killian waktu itu di otaknya.

3. Kenapa si Calleya kabur terus? Padahal dia cinta sama Om Archer?

4. Archer beneran cinta gak sih sama Calleya?

"Ya walaupun mau diliat dari belah kulon, wetan, ngalor, ngidul. Tuh Om-om kek nya cinta banget sama istrinya. Tapi gue harus tetep waspada, cinta bisa dimanipulasi dan lagi, gue masih kagak tau apa peran Archer di cerita ini,"

5. Ada hubungan apa Archer sama Calleya di masa lalu?

"Padahal semalem Aki Ares nanyanya b. Aja tapi Om Archer kayak gelisah gitu. Kalo gue tanya, Aki Ares bakal jawab gak ya?" Calleya sedikit ragu Ares akan menjawab pertanyaannya.

"Mumpung tuh Aki-aki masih ada disini, gue harus tanya!" Calleya menyudahi kegiatannya, ia rasa cukup lima pertanyaan saja yang harus ia cari jawabannya. Calleya menaruh kertas pertanyaan itu di tempat tersembunyi. Tekadnya sudah kuat, dengan wajah penuh keseriusan, ia pergi mencari Ares.

"Itu kakek-kakek kemana dah? Tadi katanya mau tidur tapi dipanggil gak nyaut-nyaut," Calleya mengetuk pintu kamar yang Ares tempati.

"Apa kakek di dapur ya? Nyamar jadi tukang kuli," Calleya segera berlalu ke dapur. Namun, Ares tidak ada disana, yang ada hanya beberapa tukang kuli bangunan tengah merenovasi dapur.

Di kamar, dapur, ruang tamu, ruang keluarga, Calleya tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Ares. Ia berjalan random tanpa tujuan. Sesekali gadis itu mengecek kaca jendela, takutnya ada Ares hinggap disana. Tak terasa Calleya sampai di kolam renang.

"Astaghfirullah itu apaan?!" Calleya hampir menjerit kala mendapati sesosok makhluk hidup sedang rebahan di pinggir lantai kolam renang.

"Kakek!" Pekik Calleya saat mendekati sosok itu.

Lelaki tua itu tertidur di atas lantai yang hanya dilapisi sarung. Ia mendengkur keras, seekor lalat terbang ke mulutnya namun lalat itu memilih putar balik karena insecure dengan kumis Ares.

"Kalo dibangunin dosa gak ya?"

"Ada apa Leya?" Tanya Ares sembari mengelap ilernya.

Calleya hampir terjungkal saking kagetnya.

"Kau terkejut ya? Astaga maafkan kakek," Ares jadi merasa tak enak.

"Kakek ngapain tidur disini?" Calleya malah bertanya.

"Hanya sedang mengenang masa lalu," jawab Ares.

Calleya tidak paham. Namun, ada yang lebih penting dari itu, "kakek, aku mau tanya" ucapnya.

"Soal yang semalam?" Tebak Ares.

"Kok Kakek tau?"

"Oh jelas! Waktu muda Kakek pernah ikutan les jadi cenayang,"

"Terserah Kakek deh,"

"Terus gimana Kek?"

"Kau yakin ingin mengetahuinya?" Ares bertanya balik. Calleya mengangguk yakin.

"Kepala mu sudah tidak sakit-sakit-an lagi kan?" Ares bertanya lagi.

"Tidak" ucap Calleya jujur.

"Baiklah. Tapi Leya, kurang afdol jika Kakek cerita tanpa kopi dan camilan,"

"Aku buatin Kek! Kakek tunggu disini. Jangan kemana-mana," Ares menatap rumit istri dari cucu pertamanya. Ia tidak tau apakah keputusannya benar atau salah.

"Archer, maafkan Kakek harus menceritakannya," gumam Ares.

Calleya kembali dengan membawa sebuah nampan berisi dua cangkir kopi dan camilan-camilan yang mudah untuk dikonsumsi oleh Ares. Gadis itu takut gigi Ares bakal ompong kalo makan camilan keras. Calleya duduk tak jauh dari Ares, kedua kakinya ia celupkan ke dalam kolam renang.

"Cepat cerita Kek!" Pinta Calleya memaksa.

"Biarkan Kakek meminum kopi dulu," balas Ares menyeruput kopi buatan Calleya.

"Jadi, harus darimana Kakek menceritakannya?" Ares menatap awan putih yang bergerak.

"Leya, kau tau arti Florist?"

"Tukang bunga Kek," jawab Calleya malas.

"Lalu kau tau mengapa kata Florist tersemat dalam namamu?"

Calleya menggeleng, ia juga penasaran kenapa Bunda Callista menamai anaknya seperti itu.

"Itu karena kau lahir tepat di depan toko penjual bunga," Ares tertawa mengingat kejadian itu.

"Hah?" Beo Calleya.

"Setelah berziarah ke makam anak dan menantuku, cucuku yang keras kepala itu ingin bertemu denganmu lagi, si makhluk kecil merah," ujar Ares setelah menceritakan kejadian lahirnya Calleya.

"Om Archer kecilnya cerewet juga ya," Calleya sedikit tidak menyangka.

"Hahaha. Justru kau lebih cerewet dari dia Leya,"

"Terus gimana Kek?" Tanya Calleya antusias.

Area memperhatikan Calleya sebentar. Aman, gadis itu tidak mengeluh sakit kepala.

"Lalu aku dan Archer sering berkunjung ke rumahmu. Aku jadi ingat bagaimana Archer begitu serius belajar cara menggendong bayi,"

Plesbeq

"Kakek! Kakek!" Seru Archer kecil kala melihat Ares keluar dari mobil. Bocah itu menunggu kepulangan Kakeknya di depan pintu.

Ares berjongkok lalu mengangkat tubuh cucunya yang sudah semakin berat.

"Tumben sekali kau menyambutku di depan pintu. Apa mau mu bocah?" Ares curiga, cucunya bersikap seperti ini pasti ada maunya.

"Hehe. Ajari aku cara menggendong makhluk kecil merah," pinta Archer kecil.

"Hah? Jangan bilang kau..."

"Ya Kakek. Aku ingin menggendong makhluk kecil merah itu,"

"Sudah ku bilang, itu namanya bayi Archer!"

Archer kecil nampak tidak peduli, ia keukeuh memanggil Calleya bayi dengan sebutan Makhluk Kecil Merah. 

"Ayo ajari aku Kek! Aku sudah membelinya!" Archer kecil sangat bersemangat. Bocah berumur delapan tahun itu meminta Ares menurunkannya, ia menarik lengan Kakeknya, membawa Ares ke ruang tamu.

"Apa yang kau beli?" Tanya Ares penasaran.

"Tadaaa. Ini dia Kek!" Archer kecil menunjukkan boneka bayi perempuan berambut gondrong.

"Astaga bocah!" Ares tak habis pikir dengan cucunya.

"Kakek tidak usah banyak bicara. Cepat ajari aku!" Pinta Archer kecil dengan penuh paksaan.

"Huh baiklah. Kau harus memegangnya seperti ini," Ares memegang leher boneka bayi itu dengan sebelah tangan lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

Archer kecil berkedip polos, " Apa dia tidak akan mati?" Tanyanya.

"Tidak, dia hanya akan meninggal,"

"Kakek!" Archer kecil geram.

"Minta bibi mu saja yang mengajarkan," suruh Ares. Lelaki itu sebenarnya bisa saja mengajari cucunya tapi Ares takut ada kesalahan. Bagaimana jika nanti Calleya bayi lehernya kecengklak gara-gara Archer? Ares meringis membayangkan hal itu.

"Kakek memang tidak berguna," tutur Archer kecil.

"Bocah sialan!" Maki Ares dalam hati.

Plesbeq end

***

"Bonekanya masih ada di rumah Kakek," ucap Ares.

"Kapan-kapan berkunjunglah ke rumah Kakek untuk melihatnya, Leya" lanjutnya.

Calleya menyeruput kopi, ia menganggukkan kepalanya.

"Lanjut part 2 Kek ceritanya," pinta Calleya.

"Nothing special. Setelah itu kalian banyak menghabiskan waktu bersama sampai umurmu delapan tahun"

Calleya diam sejenak menunggu Ares melanjutkan ceritanya. Sampai lima menit berlalu, Ares tidak berkata apa-apa.

"Sampai umur aku delapan tahun? Aku sama Om Archer berarti udah kenal ya dari aku kecil, tapi kok aku sama sekali gak inget? Kakek tadi tanya, kepala aku sakit atau enggak, Apa aku punya penyakit atau mungkin aku pernah kecelakaan?" Otak Calleya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan.

Menarik napas panjang, Ares terlihat enggan menjawab.

"Leya, maafkan Kakek. Kakek tidak bisa menjawabnya. Tolong jangan pernah berusaha mengingatnya lagi dan jangan bahas hal ini di depan Archer," tadinya Ares pikir ia bisa menceritakan semuanya, nyatanya Ares tidak sanggup.

"Kenapa Kek? Kenapa aku gak boleh tau tentang masa lalu aku sendiri?" Calleya greget. Bisa gak sih si pemilik tubuh transfer aja ingatannya. Kalo gini kan Calleya jadi pusing dan penasaran.

"Terlalu menyakitkan untuk diingat, Calleya" wajah Ares berubah sendu.

Perkataan Ares malah semakin membuat Calleya kepo setengah mati. Lihat saja nanti! Calleya akan mencari tau sendiri. Masih ada Bunda Callista yang bisa ia jadikan sumber informasi.

"Maaf Kek, aku cuma penasaran aja. Oh ya Kek, Om Archer cinta gak sih sama aku?" Calleya mengubah topik pembicaraan.

"Bukannya sudah terlihat jelas?" Ares terkekeh kecil.

Lelaki tua itu berdiri, ia mengusap puncak kepala Calleya, "Leya, cinta itu bukan sekedar hanya mengatakan i love you dan i love you too" ucapnya.

"Otak aku gak mudeng Kek," Calleya menggaruk kepalanya.

Ares hanya tertawa renyah. Tanpa menghiraukan ucapan Calleya, ia beranjak pergi masuk ke dalam.

"Setidaknya kasih gue penjelasan, Tuan Ares" gumam Calleya.

"Pusing-pusing. Apa gue kudu nonton anime genre romance? Duh jangan deh, entar kerasa banget jomblonya. Baca wattpad aja udah bikin iri," lanjut gadis itu.

Calleya menatap bayangan wajahnya di air. "Alamak! Gue lupa Azriel kan lagi tidur di kamar," gadis itu ikut masuk ke dalam.

Di dunia yang sama namun di tempat yang berbeda. Nampak sepasang manusia tidur dengan saling berpelukan. Guling yang seharusnya menjadi penengah sudah tergeletak tak bernyawa di lantai.

Perlahan sepasang mata terbuka. Melamun sebentar, Apin merasa ada yang aneh. Mengapa guling yang ia peluk rasanya semakin empuk? Mata Apin berkedip lalu lelaki itu sedikit menjauhkan wajahnya dari guling yang ia peluk.

Apin ternganga. Ternyata bukan guling melainkan Megumi.

"Kok Annet bisa ada di kamar Apin?" Gumamnya mencoba mengingat apa yang terjadi.

Begitu ingat, Apin melotot lebar. Bukan Megumi yang berada di kamarnya tapi ia yang berada di kamar Megumi.

Tangan Apin masih memeluk pinggang Megumi, "Annett..." cicitnya. Yah tapi percuma saja. Semenjak lulus sekolah, Megumi rajin bangun di siang hari. Gadis itu hanya akan bangun pagi jika sudah mendapatkan siraman rohani dari ibunya.

"Apin masih ngantuk," Apin menguap. Matanya memberat, lelaki itu kembali menyusupkan wajahnya diantara belahan dada Megumi.

"Dada Annett empuk, Apin suka" batin lelaki itu sebelum akhirnya terlelap.

***

Archer menjatuhkan kepalanya di atas meja. Ia ingin pulang ke Mansion daripada harus bekerja. Archer memiring kan kepalanya, ia menekan-nekan pulpen cetak-cetek hingga menghasilkan suara.

Bosan.

Archer bosan berada disini, ia ingin menatap wajah Calleya secara live. Foto saja tidak dapat membuatnya puas.

"Tuan, jangan lupakan meeting hari ini," ujar Adams. Meeting kali ini benar-benar penting, harus Archer sendiri yang turun tangan.

"Gürültülü!" Archer berucap menggunakan bahasa Turki.

(Berisik!)

"Anda yang berisik Tuan," jengah Adams. Konsentrasinya terganggu karena Archer terus menerus menekan-nekan pulpen cetak-cetek itu.

Adams sudah mulai terbiasa dengan sikap Tuannya. Ia juga sudah mencari beberapa rekomendasi rumah sakit jiwa yang baik penanganan maupun fasilitasnya. Jaga-jaga jika suatu hari nanti, Tuannya akan menggila. Adams teringat kejadian tadi, Tuannya datang sambil senyum-senyum sendiri memegangi pipi. Tuannya juga hampir kejedot tembok jika Adams tak menghentikannya.

Archer menatap foto Calleya di atas meja, "Leya, aku rindu," batinnya.

"Selamat pagi menjelang siang, Nona"

"Nona, demi kesejahteraan bersama, boleh saya meminta tolong?"

Archer menoleh. Siapa orang yang sedang bertelepon dengan asistennya? Panggilan 'Nona' terdengar tidak asing di telinganya.

"Baik Nona terimakasih," Adams menyudahi telponnya dan berjalan menghampiri Tuannya. Ia menaruh ponselnya di meja Archer.

"Apa yang kau lakukan?"

"Lihat saja sendiri, Tuan" Adams kembali ke tempat duduknya.

"Halo Om!" Sapa seorang gadis di seberang sana. Wajah gadis itu memenuhi layar ponsel Adams.

"Leya?" Wajah lesu Archer berubah segar.

Sepertinya keputusan Adams menghubungi istri Tuannya memang tepat.

"Dasar pria gengsi takut istri," Adams membatin.

Tidak ingin menguping pembicaraan Tuannya, Adams berpamitan pergi membuat kopi.

"Tuan, tolong ganti kuota saya," itu ucap Adams sebelum menghilang dari balik pintu.

"Om kenapa? Kangen aku ya?" Tanya Calleya dengan percaya diri. Di Mansion Archer, gadis itu sedang menonton Anime Jujutsu Kaisen tapi asisten Archer tiba-tiba menelpon.

"Ya. Aku merindukan mu," Archer memandang wajah istrinya.

"Jujur banget astaga. Oh iya, Om enggak punya kuota kah sampe harus minjem ponsel Pak Adams?"

Archer membuka ponselnya sendiri lalu memperlihatkan seberapa banyak kuota di ponselnya. Unlimited alias tak terbatas.

"Ih pamer" cibir Calleya.

"Banyak kuota kok masih minjem ponsel orang. Jangan-jangan om gak simpen nomor aku ya? Parah, nomor istri sendiri gak disimpen,"

"Sudah nuduhnya?"

Di seberang sana Calleya cengengesan. Mana mungkin Archer tidak menyimpan nomornya. Calleya hanya bingung harus berkata apa. Gadis itu jarang berteleponan, sleep call saja tidak pernah.

"Leya, aku bukannya tidak menyimpan nomormu. Aku-"

"Aku hanya takut menghubungimu,"

"Takut? Om perasaan aku gak gigit deh,"

"Aku takut mengganggu mu," Archer menundukkan kepalanya.

"Gini ya Om, Om yang nelpon mah pasti aku angkat!"

"Apa tidak mengganggu?"

"Om, istrimu ini pengangguran, tidak punya kerjaan selain hidup dan nonton anime" ngomong-ngomong soal pengangguran, Calleya pengen buka usaha. Itu baru rencananya, akan ia bicarakan nanti dengan Archer.

"Leya-" ucapan Archer terhenti karena mendengar suara bocah memanggil istrinya 'Mama Leya'.

Sialan! Anak sepupunya masih berada di Mansion.

"Kenapa Riel?" Tampak di layar ponsel Calleya sedang mengelus kepala Azriel.

"Mama Leya, ayo main" ajak Azriel di seberang sana.

Bocah itu menatap Calleya penuh harap. Bersama Calleya, Azriel merasakan kasih sayang seorang ibu yang tak pernah ia dapatkan.

Calleya tidak tega jika harus menolak permintaan Azriel.

"Om udah dulu ya, aku mau main sama Riel,"

"Tapi Leya-"

"Ayo main, main, main" Azriel menarik-narik lengan Calleya.

"Dadah Om!" Calleya melambaikan tangannya lalu memberikan Archer ciuman jauh.

Tut!

Video Call itu terputus.

"Ku kutuk kau bocah!" Archer hampir membanting ponsel Adams.

Lelaki itu mengusap kasar wajahnya. Archer tersenyum miring setelah memikirkan ide yang bagus untuk menyingkirkan Azriel dari sisi Calleya.

"Tunggu pembalasan ku bocah," ucap Archer. Ia memberikan pesan kepada seseorang untuk membereskan Azriel.

***

🦋Thanks🦋

Sabtu, 19 Agustus 2023
Pukul  23.12 WIB

Continue Reading

You'll Also Like

246K 347 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
342K 883 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
340K 19.5K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
89.1K 6K 22
Arsyakayla Attaya, biasa dipanggil Kayla seorang gadis berumur 18 tahun. Ia adalah gadis yang ramah dan lembut ia juga sangat baik dan perduli terhad...