NAGISA DAN TAKDIRNYA

Por Kalpaijo

11.7K 1.1K 1.1K

"Gimana ya rasanya pakai baju putih abu-abu?" "Gimana ya rasanya bisa punya banyak teman?" "Gimana ya rasanya... M谩s

PROLOG
2. KEPERGOK LAGI?
3. HUJAN DAN DIA LAGI?
4. RUMAH POHON & BUKU DIARY
5. PEMBULLYAN GISA
6. DIA BAIK AKU SENANG BERTEMAN DENGANNYA
7. PENOLONG GISA ADALAH ELTAIR?
8. PENYELAMAT GISA & HUJAN BERSAMA DIA
9. DARAH APA INI?
10. UPACARA, GISA DAN KAKEK BADRAN
11. GISA KEPERGOK OLEH KETIGA SISWI BINA DIRGANTARA
12. GALEN DAN GISA JUALAN CENDOl DI TAMAN SORE ITU
13. MIMPI DAN JUGA HARAPAN GISA
14. DANAU, PELANGI & BERSAMA DIA
15. GUE JANJI AKAN MELINDUNGI GIA TERUS
16. MELUKIS DIA DI TAMAN FLORA
17. DIKERUMUNI BANYAK ORANG
18. MAAF GIA, AKU GAGAL LINDUNGI GIA
19. RUMAH SAKIT

1. KETAHUAN

1K 101 51
Por Kalpaijo



"Gisa, ayo berangkat ini udah mau siang," ucap laki-laki paruh baya itu dari luar rumah.

"Iya, Kakek sebentar!" sahut Gisa dari dalam rumah dengan suara agak keras supaya kakeknya mendengar.

Gadis berbulu mata lentik itu mengendong tasnya yang berwarna pink dengan memakai kaus kuning pendek dan rambutnya dikuncir kuda. Gisa berjalan ke luar rumah lalu mengunci pintu utama rumahnya.

Setelah selesai, Gisa mengambil sepedanya yang berwarna pink itu berada di dekat jendela rumahnya, kemudian membawanya menghampiri kakeknya yang ada di depan rumah.

"Ayo Kek," kata Gisa pada kakeknya yang telah selesai mengelap-ngelap gerobak cendolnya itu.

Laki-laki paruh baya berumur 60 tahun itu adalah kakeknya Gisa, namanya kakek Badran. Dia sangat menyayagi cucunya begitupun sebaliknya.

Kakek Badran tersenyum tipis pada Gisa yang sudah ada di sampingnya. "Udah selesai, Gi?" tanya kakek Badran yang langsung diangguki oleh Gisa.

"Udah Kakek."

"Semoga hari ini dagangannya laris manis ya, Gi," ucap kakek Badran sambil mengunakan topi di kepalanya, lalu mengusap kepala Gisa dengan sayang.

"Aamiin ya Allah." Gisa tersenyum tulus pada kakeknya.

"Yaudah ayo Gi kita berangkat." Kakek Badran mulai mendorong gerobak cendolnya sambil berucap, "Bismillahirahmanirrahim." Lalu kakek dan cucunya itu pergi dari pekarangan rumahnya. Kini mereka sudah ada di pinggir jalan raya. Kakek Badran mendorong gerobak cendolnya dan di sampingnya ada Gisa sambil memboseh sepedanya dengan pelan.

Selama di perjalanan mereka tidak hanya diam saja. Gisa berbicara apa saja sampai ia bercerita pada kakeknya kalau semalam ia bermimpi dikejar-kejar monyet sampai Gisa naik ke atas pohon membuat kakeknya tertawa pelan mendengarkan cerita Gisa barusan. Sungguh malam tadi Gisa bermimpi seperti itu membuatnya takut kalau sampai itu terjadi pada dirinya secara nyata.

Gisa terus bercerita apa saja sampai akhirnya mereka tidak sadar kalau sudah sampai di tempat tujuannya untuk berjualan. Ya, di sinilah mereka sekarang, di depan gerbang sekolah SMA Bina Dirgantara, itulah tulisan nama sekolah ini yang tertempel di atas tembok besar gerbang tersebut. Jangan lupakan bahwa sekolah ini adalah sekolah elite dan paling banyak diminati oleh banyak orang.

Setiap harinya kakek Badran berjualan cendol di depan gerbang sekolah ini dan Gisa selalu membantu kakeknya berjualan.

Dia.. Nagisa Gloria, gadis berparas cantik dan sederhana yang setiap harinya selalu ikut berdagang bersama kakeknya. Gisa tidak malu sama sekali. Kalau kata Gisa mah gini 'buat apa malu ini kan pekerjaan halal'.

🌧️°•🤍•°🌨️

Kaki jenjang Gisa berjalan menginjak rumput-rumput yang mulai tumbuh itu di belakang sekolah SMA Bina Dirgantara. Ia berhenti berjalan tepat di dekat bangku kayu yang sudah tidak terpakai lagi.

Gisa membuka tasnya untuk mengambil buku dan juga pulpen. Meletakkan tasnya di tanah kemudian Gisa menaiki bangku kayu yang sudah tidak terpakai lagi. Pelan-pelan ia berdiri di atas bangku kayu itu dengan bantuan berpegangan pada tembok karena bangkunya lumayan tinggi.

Gadis itu sudah berdiri di atas bangku kayu, ia lalu mengintip di jendela kelas XII Ips 2 yang jendelanya tidak ditutup oleh gorden.

Ia memperhatikan guru di dalam kelas itu yang sedang sibuk menjelaskan materi pada murid-murid kelas XII Ips 2. Guru berkacamata itu menulis di papan tulis. Setelah selesai menulis guru tersebut duduk kembali di kursinya yang berada di depan kelas. Sedangkan para murid-murid mulai menulis materi tersebut.

Gisa menempelkan bukunya pada tembok sekolah lalu ia mulai menulis materi yang ada di papan tulis tersebut. Walaupun Gisa harus mengintip, tetapi ia bisa kelihatan aksara dipapan tulis itu karena kaca jendela ini sangat bersih dan kelihatan jelas.

Dengan hati-hati Gisa berusaha untuk tidak ketahuan oleh penghuni kelas XII Ips 2 kalau ia sedang mengintip di jendela belakang sekolah.

🌧️°•🤍•°🌨️

Galen berjalan ke arah belakang sekolah dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana abu-abunya dan baju seragamnya yang sudah berantakan. Cowok itu memang selalu tidak rapi dan suka melanggar aturan di sekolah ini.

Cowok itu celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri untuk memastikan supaya tidak ada satu pun guru yang melihatnya kalau ia sedang berkeliaran di saat jam pelajaran. Galen memang sering bolos di saat jam pelajaran dan ia juga selalu ke belakang sekolah untuk bisa tidur di sana.

Siapa yang tidak kenal dengan cowok itu, dia.. Galen Eltair Saskara cowok nakal punya SMA Bina Dirgantara. Walaupun cowok itu dicap sebagai cowok nakal, tetapi Galen disukai oleh banyak wanita di sekolahnya bahkan di luar sekolah pun karena wajahnya yang begitu tampan.

Cowok itu bertubuh tinggi dan rambutnya berwarna hitam kecoklatan. Mempunyai kulit putih dan alis tebal, tak lupa sorot matanya yang tajam dan juga hidungnya yang mancung itu membuatnya semakin manawan ditambah rahangnya yang tegas juga bibirnya merah alami.
Siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan cowok itu? Ibu-ibu pun akan langsung klepek-klepek.

Galen terus berjalan lurus, kemudian berbelok ke sebelah kiri.

Setelah sampai di belakang sekolah Galen lalu duduk di kursi kayu yang sudah tidak terpakai lagi. Kedua kakinya ia angkat ke atas meja yang ada di depannya sedangkan kedua tangannya ia lipat ke belakang untuk menahan kepalanya.

"Waktunya tidur," ucap Galen pada diri sendiri.

Ya, Galen memang sering tidur di belakang sekolah saat jam pelajaran. Ia sudah beberapa kali ditegur oleh guru-guru tetapi cowok itu tidak menurut juga.

"Gak enak banget nih posisi." Galen berdiri dari posisi tidurnya, kemudian membenarkan 3 kursi tersebut dengan lebih rapat.

Saat Galen akan tidur lagi di kursi itu sorot matanya tak sengaja menangkap sosok seorang gadis yang ada di depan lebih jauh dari keberadaan Galen saat ini. Cowok itu menegakkan tubuhnya seraya menyipitkan matanya pada sosok gadis yang berdiri di atas bangku kayu tersebut.

"Siapa itu?" gumam Galen.

Langkah Galen berjalan ke depan mendekati sosok gadis tersebut. Galen bisa melihat dari kejauhan kalau gadis itu sedang menulis dibukunya dengan posisi bukunya ditempelkan pada tembok sekolah. Galen tidak tahu gadis itu sedang menulis apa dan yang Galen lihat gadis tersebut sedang mengintip di jendela?

Tunggu.

Itu kan jendela kelas Galen, kenapa gadis itu mengintip di jendela kelas Galen?

Cowok itu semakin mempercepat langkahnya, saat sudah sampai di dekat gadis itu, Galen memperhatikan gadis tersebut dari belakang.

Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu masih berdiri di atas bangku kayu yang sudah kumuh itu, dan gadis itu masih sibuk menulis.

"Woy.. siapa lo?" ucap Galen pada gadis tersebut.

Gisa yang tengah sibuk menulis seketika membelalakkan matanya, tubuhnya bergetar, dan juga pulpen yang ia pegang erat-erat kini jatuh begitu saja. Ia menurunkan bukunya yang tertempel pada dinding sekolah.

Kemudian membalikkan tubuhnya ke belakang dan meneguk salivanya susah payah saat melihat ada seorang cowok yang berdiri dihadapannya.

Ia pun turun dari atas bangku kayu tersebut dan mengambil tas pinknya
yang tergeletak di tanah.

Gisa menunduk, ia tidak berani menatap wajah cowok yang ada dihadapannya ini.

Galen bersedekap dada sembari menatap gadis dihadapannya dengan tatapan bertanya-tanya. "Hey, siapa lo? Ngapain lo berdiri di atas bangku ini dan ngintip di jendela kelas gue?" tanya Galen membuat jantung Gisa berdetak dengan kencang. Kini seluruh tubuh Gisa bergetar hebat dan Galen bisa melihatnya.

Gisa tidak menjawabnya sama sekali karena saat ini ia sedang ketakutan.

"Hey, jawab dong jangan nunduk mulu, punya mulut nggak lo?" ucap Galen sekali lagi.

Namun, gadis itu masih terdiam dan masih menunduk. Gisa sangat takut, benar-benar takut.

Galen menghela napas kasar karena cewek di depannya ini tak kunjung membuka suara. "Liat gue," kata Galen pada Gisa.

Perlahan Gisa mendongakkan kepalanya, ia menatap wajah cowok itu dengan takut dan Gisa masih terdiam.

Sedangkan Galen menatap Gisa dari atas sampai ujung kaki lalu ia berujar, "Lo siapa? Ngapain ngintip di kelas gue?"

Gisa meneguk salivanya lagi dengan susah payah. "Ak-aku ma-mau be---"

"Apaan si lo ngomong yang jelas dong," kata Galen memotong ucapan Gisa.

Gisa kembali menunduk, menatap kakinya sendiri yang memakai sendal jepit berwarna hitam.

Cowok itu melangkah maju mendekati Gisa membuat Gisa semakin takut. "Hey, lo siapa? Ngapain ada di sini?" tanya Galen mengulang pertanyaan yang belum dijawab oleh gadis itu.

Gisa melangkah mundur dan masih menunduk. "Maaf, bukan urusan Kakak." Setelah mengucapkan kalimat tersebut Gisa membalikkan tubuhnya ke belakang dan berlari dari sana dengan kencang.

"Hey.. gue belum selesai ngomong sama lo! Main pergi-pergi aja!" teriak Galen yang tak digubris sama sekali oleh Gisa, karena Gisa sudah berlari jauh.

Galen masih berdiri di sana seraya menatap punggung gadis itu yang semakin jauh. Cowok itu menghela napas kasar. "Cewek aneh," ucapnya lalu membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana.

🌧️°•🤍•°🌨️

"Aduu mamae..  aduu mamae.. buset pedes banget gila." Jastara mengibasi wajahnya karena kepedasan memakan mie goreng pedas buatan Mbok Jumay.

Lalu Jastara meminum jeruk perasnya hingga kandas dan tak lupa es batunya pun dimakan, tetapi rasa pedasnya  tidak hilang juga.

"Lebay banget lo, Jos," ucap Zion meledek. Cowok itu duduk di depan Jastara sambil memakan mienya, tetapi mie punya Zion seperti tidak terlalu pedas, cowok itu kelihatan biasa saja saat memakan mienya berbeda dengan Jastara.

Sedangkan Galen duduk di samping Jastara sambil memakan pop mie-nya, kemudian Galen menoleh ke arah Jastara. "Mana ingusan lagi, iwww najis banget punya temen kek bochil," ujar Galen meledek.

Cowok itu membulatkan mata. "Enak aja gue dibilang bochil orang gue kepedesan juga ngeledek aja lu pada," balas Jastara seraya mengelap ingusnya menggunakan kameja sekolah.

"Dih jorok bener," ledek Zion.

"Diem aelah mulut gue panas juga. Bilang aja lo mau kan ingus gue?"

"Najis," jawab Zion seraya manaik turunkan bahunya.

Galen yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala saja kemudian memakan pop mie-nya kembali.

Jastara memukul-mukul kepalanya sendiri karena mulutnya semakin panas hingga bibirnya menjadi dower membuat Galen dan Zion menahan tawanya. Biasanya setiap Jastara memakan mie goreng di warung Mbok Jumay tidak akan terlalu pedas seperti ini, tapi kenapa hari ini pedasnya benar-benar gila?

Saat Zion akan meminum jeruk perasnya tiba-tiba saja Jastara merebut kantung plastik itu dari tangan Zion dan meminumnya hingga kandas membuat Zion melotot.

"Gak sopan banget lo Tarajossssss!" teriak Zion seraya menampol kepala Jastara.

"Sory Yon gue kepedesan anjir ...." balas Jastara sambil bilang 'huh hah huh hah' tak henti-hentinya.

"Aduu mamae.. mama tolong aku kepedesan!" teriak Jastara dramatis.

"Lebay lo anak mami!" ujar Galen dan Zion barengan, lalu mereka tertawa mengudara melihat temannya yang menderita seperti ini.

Mereka bertiga berada di warung Mbok Jumay. Warung ini adalah tempat tongkrongan mereka bertiga, dan setiap pulang sekolah mereka tidak langsung pulang ke rumah melainkan nongkrong dulu di warung Mbok Jumay sampai sore. Dan sekarang mereka masih memakai seragam sekolah.

Warung Mbok Jumay juga bersebelahan dengan sekolah mereka dan kalau setiap istrirahat di kantin penuh maka, ketiga cowok itu akan pergi ke sini.

"Mbok Jumay ini kenapa mienya pedes banget Mbok, biasanya juga nggak gini!" teriak Jastara dari luar.

Wanita dengan memakai daster bermotiv bunga-bunga itu keluar dari dalam warungnya dan menghampiri ketiga cowok itu. "Kenapa den Tara teriak-teriak?" tanya Mbok Jumay.

"Mienya pedes banget Mbok, pedes banget," kata Jastara sambil mengibasi wajahnya yang memerah dan penuh dengan keringat.

Mbok Jumay melirik ke arah Zion.
"Loh.. bukannya den Zion yang nambahin lagi sambalnya ke mienya den Tara, ya," celetuk Mbok Jumay membuat Zion membulatkan mata.

Yeh si mbok nggak bisa diajak kerja sama," batin Zion.

Jastara dan Galen kompak menatap Zion. "Jadi pelakunya lo Zion kampret yang udah bikin gue kepedesan gini jadi elo, hah?!" ucap Jastara tidak santai.

Mbok Jumay geleng-geleng kepala lalu ia pergi dari sana. Kenapa Mbok Jumay bisa tahu kalau Zion yang menambahkan lagi sambal ke dalam mie punya Jastara? Ya karena tadi yang mengambil mienya adalah Zion dan saat di dalam warung dengan jahilnya Zion menambahkan lagi sambal 10 sendok ke dalam mie goreng punya Jastara. Zion juga meminta kepada Mbok Jumay untuk tidak memberi tahu pada temannya itu kalau dia yang telah menambakan sambalnya lagi, tetapi Mbok Jumay tidak bisa diajak kerja sama.

Zion tertawa tanpa dosa. "Iya gue Jos, ini pembalasan buat lo karena waktu di kantin lo yang ngerjain gue dan sekarang gue balas lo," jawab Zion seraya tersenyum smirk kemudian memasukan mienya ke dalam mulut.

Beberapa hari lalu waktu mereka makan di kantin Zion pergi dulu ke kamar mandi sebentar dan dengan jahilnya Jastara menambahkan sambal ke dalam bakso milik Zion hingga Zion bulak-balik ke kamar mandi. Dan kenapa Zion bisa tahu kalau pelakunya adalah Jastara? Galen yang telah memberi tahunya karena waktu di kantin Galen bersama Jastara. Hari ini Zion membalasnya, ia benar-benar puas karena temannya itu kepedasan sama seperti dirinya waktu beberapa hari lalu.

"Oh jadi ceritanya lo balas dendam sama gue, gitu?"

"Yoi bro," jawab Zion tanpa dosa.

"Teman apaan lo kampret." Jastara menampeleng kepala Zion.

"Heh, beberapa hari lalu gue bulak-balik ke kamar mandi gara-gara siapa hayo? Gara-gara lo lah bayi Tarajos, dan sekarang rasain lo." Zion tertawa mengudara.

"Zion kampret awas ya lo!" Tiba-tiba cowok itu memegangi perutnya dan sepertinya ia akan---

"Aduu mamae.. perut gue sakit lagi, argghh gak tahan gue mau ee." Saat itu juga Jastara berlari terbirit-birit ke dalam warung Mbok Jumay.

Aduu mamae.. itu kebiasaan ngomong Jastara Fatih Pramudy yang sering dipanggil Tarajos oleh teman-temannya.

"Mbok Jumay Tara ikut ke kamar mandi, dimana mbok kamar mandinya?" ucap Jastara sambil memegangi pantatnya yang sudah tidak tahan

Mbok Jumay menunjuk ke sebelah kiri.
"Tuh di sana den ganteng." Jastara mengucapkan terima kasih lalu berlari ngacir ke arah kamar mandi.

"Aduu mamae ...."

Sambil berlari terbirit-birit Jastara memegangi pantatnya. "Aduh tai jangan keluar dulu woi."

"Ini semua gara-gara si Zion kampret, awas aja lo Zion Andaran!"











   Nagisa Gloria





Galen Eltair Saskara












Haiii buat kamu yang suka sama cerita ini tolong bantu aku buat share cerita ini ke teman-teman kalian yang suka baca wp ya dan juga bantu aku buat promosiin cerita ini di akun sosial media kalian. Aku sangat berterima kasih banyak kepada kalian yang ikhlas mau bantu aku buat promosiin cerita Nagisa dan Takdirnya😊🙏💗




Follow the author's Instagram @an.nuraa🩰🎀🌷

 

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

7.6K 340 6
Ayasya Rumi Rahadian, atau biasa di sapa Sasya, adalah gadis yang tumbuh besar di keluarga yang penuh cinta dan harmonis, hingga membuat Sasya pun tu...
4.5K 596 34
Tidak boleh pacaran sebelum lulus SMA!! Itu adalah aturan dari Mario pramadana kepada putri semata wayangnya, Alea queensha pramadana, namun Lea deng...
334K 16.3K 20
Kriteria lelaki idaman menurut Rekha Maheswara: satu keyakinan, bertanggung jawab, sayang keluarga, tidak banyak omong, dan bukan cowok playboy. Tahu...
237K 14.5K 34
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...