Saranjana [END]

By xyjaeva

120K 13K 824

[revisi] "Kapan gue bisa idup tenang?" "Kapan lagi coba ngungkap misteri turun-temurun sekolah?" "Gue niatnya... More

Prolog
Cogan SCTV
Chap 1 : Peraturan Tidak Tertulis
Chap 2 : Sosok Hitam Sekolah
Chap 3 : Kotak Misterius
Chap 4 : Gangguan Mistis
Chap 5 : Hantu Tengil
Chap 6 : Anak Sejarah
Chap 7 : Ketua Gang
Chap 8 : Forensik itu Asik
Chap 9 : Sebatang Kara
Chap 10 : Ikatan yang Terikat
Chap 11 : Ruqyah yang Aneh
Chap 12 : Pesan atau Pertanda?
Chap 13 : Informasi
Chap 14 : Hasil Forensik
Chap 15 : Tragedi Agustus Berdarah
Chap 16 : Ditutupnya Kasus
Chap 17 : Ruang Arsip
Chap 18 : Pengakuan Eric
Chap 19 : Hacker
Chap 20 : Pangeran Yunani
Chap 21 : Ingatan yang Kembali
Chap 22 : Sejarah Kaditula
Chap 24 : Introgasi dan Dugaan
Chap 25 : Aksi Demo XII MIPA 1
Chap 26 : Saatnya di Mulai!
Chap 27 : Lara Amerta
Chap 28 : Keturunan Sura
Chap 29 : Selamat dan Selamat Tinggal
Chap 30 : Sampai Bertemu Lagi
Epilog : Life is Still Going On
Hiraeth
Exchap : Dream
Exchap : Graduation
Exchap : Precious Friend
Exchap : Leave To Return
Vlog For Reader's

Chap 23 : Ruqyah Pembawa Duka

2.5K 336 65
By xyjaeva

Tepat pada pertengahan Oktober, ustadz yang datang ke sekolah mereka rutin setiap bulan itu datang untuk membersihkan sekolah. Dia bersama Pak Kyuhyun mengelilingi setiap sudut sekolah membacakan ayat-ayat aneh jika didengar dengan baik.

Dan lagi-lagi kesurupan masal kembali secara tiba-tiba. Tidak ada angin dan tidak ada hujan tiba-tiba kesurupan langsung terjadi. Keributan terjadi di sekolah karena hampir disetiap kelas di Saranjana mengalami kesurupan.

"Pas ing wulang purnomo."

"Saktine suro bakal ningkat."

"Keris sekti bakal ono ing tangan suro."

"Uripo langgeng ing saranjana."

Lagi-lagi mereka yang melihat hanya acuh menonton seolah-olah ini hanyalah kejadian yang lumrah terjadi. Begitupun dengan kelima human kesayangan kita yang bersedekap dada menonton kesurupan itu. Pas sekali sekarang giliran kelas mereka yang ada kesurupan.

Ada 5 orang, yang terdiri dari 3 perempuan yaitu Shuhua, Heejin, dan Yeji. Lalu 2 orang laki-laki yaitu Renjun dan Hwall. Mereka terus meronta bahkan mengucapkan kata-kata berbahasa Jawa. Mereka sempat meringis saat Renjun yang malah mengaum seperti harimau, Heejin yang tertawa seperti kuntilanak. Hwall dan Shuhua yang berlarian menghindar dari guru yang ingin memegangi mereka. Sedangkan Yeji yang meringkuk ketakutan.

Mereka satu persatu di ruqyah dan seperti biasa darah mereka juga diambil oleh ustadz yang disebut sesad oleh mereka. Dengan kasarnya mereka di tarik seperti binatang bahkan dijambak dan ditahan menggunakan kaki. Mereka sangat tidak tega melihat teman-teman mereka diperlakukan dengan kasar seperti itu, bahkan sampai luka.

"Kita harus curi darah mereka sebelum dia pergi dari sekolah. Biar kita langsung interogasi tuh orang," ucap Eric memberi instruksi.

"Nu, gue mendadak kasian pas lo juga digituin dulu," celetuk Jeno.

"Ustadznya kek babi, pulang sekolah auto remuk badan gue dia gituin. Padahal udah bapak bapak tenaganya gak ngotak kek lo."

"Itu karena Sunwoo yang emang setan dari lahir," tambah Eric.

"Gue congkel juga ginjal lo Ric."

"Langkahi mayad Jeno dulu:v" ucap Eric bersembunyi di balik Jeno sambil menjulurkan lidahnya.

"Nana, tengok Eric Jeno tuh, mereka mulai dulu. Nunu gak ada ganggu tauu," Jaemin mengangguk lalu menepuk kepala Sunwoo.

"Udah liatin itu, Jeno Eric jangan ganggu Sunwoo kalau dia lagi diem, nanti kalian yang kena amuk gue gak mau misahin."

"Dasar anak Bunda."

"Dasar anak ayah."

Jeno dan Jaemin hanya menggelengkan kepala. Jaemin melirik pada Hyunjin yang sedari tadi diam. Dia melihat ke arah mana pandangan Hyunjin, ternyata pada Yeji.

Hyunjin hanya diam memperhatikan Yeji yang begitu berantakan seperti orang gila. Dia bahkan sempat melihat bola mata gadis itu memutih, bukannya takut dia malah menatap sendu. Manik Hyunjin membulat saat pipi Yeji di tampar hingga memerah, dan anehnya guru-guru hanya diam. Sampailah darah Yeji diambil.

Entah apa yang merasukinya tiba-tiba saja tubuhnya bergerak sendiri mengambil jarum suntik itu dari tangan ustadz itu dan membuangnya sehingga membuat orang-orang terkejut, termasuk keempat temannya yang kaget melihat Hyunjin dengan beraninya memukul ustadz itu.

"Apa yang kamu lakukan Hyunjin?!" tanya Minhyuk yang terkejut dengan apa yang siswanya lakukan.

"Lo, lo gak malu apa sama gelar ustadz lo itu? Ngelakuin hal yang berhubungan sama setan kek gini? Mikirlah, ini bukan Film Qorin yang ada di bioskop, ini nyawa orang anjir," Hyunjin dengan perasaan emosi menarik kerah ustadz itu dan menggoyangkannya.

"Hyunjin lepaskan dia, kamu sudah berlaku tidak sopan dengan tamu sekolah," ucap Taeyeon selaku guru Kimia Wajib mereka.

"Pak, Bu, udah cukup. Ruqyah gak ada yang kayak gini. Ruqyah cukup membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an doang, gak ada sampai bikin pentagram kek sekte sesat atau ngambil darah siswa segala kek transfusi darah! Pembacaan ayatnya juga salah, masa iya ayat kursi pembacaannya kebalik? Ini semua salah pak!" kata Hyunjin pada para guru yang ada di kelas mereka sambil melepas tarikan kerahnya dari ustadz itu.

"Hyunjin, kamu tidak bisa melanggar apa yang sudah menjadi ketentuan yang ada di sekolah ini," ucap Taeyeong selaku guru Fisika Peminatan.

"Kalian kenapa tutup mata? Jelas ini gak benar! Sekolah kita udah bersekutu dengan syaitan! Pak Taeil, bapak selaku guru agama disini tau kan apa yang saya maksud?" Taeil, guru agama itu hanya bisa diam mendengar pernyataan yang diberikan salah satu siswanya.

"Pak Eunhyuk, bapak guru BK kita, bapak bilang bapak suka liat kami tertawa dan tersenyum bahagia. Ini bahagia pak? Malah jatuhnya kita menangis liat kawan kami sampai diambil darahnya dengan ilegal!"

"Bu Yuri, Ibu guru PKN kan? Tentu Ibu pasti tahu tentang Pasal 76 c UU 35 Tahun 2014 tentang perlindungan Anak. "Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap Anak." Dengan ini sekolah sudah melakukan pelanggaran Hak Asasi Anak. Dengan kalian yang hanya diam melihat teman-teman kami di pukul bahkan ditampar dan diperlakukan seperti hewan kalian sudah melanggar pasal ini. Bahkan kalian cuma diam ngeliat orang gila ini ngambil darah teman-teman kami dengan merobek tangannya, boleh kah? Bolehkah Bapak Ibu?!"

"Bagaimana dengan UU No 23 Tahun 2002? "Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial." Semua anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan ini apakah sekolah sudah memberikan perlindungan yang baik pada kami? Bagaimana kalian bisa diam disaat siswa-siswi kalian diperlakukan dengan tidak manusiawi seperti ini?!"

"Jangan lupa Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, "Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun) termasuk anak yang masih dalam kandungan." Kita semua rata-rata baru berumur 17 tahun pak, bu. Secara otomatis, kita masih dalam lindungan pemerintah!"

"Cukup Hyunjin!" dada Hyunjin naik turun karena berbicara panjang lebar dengan cepat. Dia lalu menatap tajam pada Minhyuk yang meneriaki namanya.

"Pak, bapak walas kita pak. Bapak tega ngeliat siswa-siswi bapak diperlakukan kayak gitu? Kita udah sama bapak selama 2 tahun pak. Bapak gak ingatkah kalau Renjun yang sering marah-marah bahkan ngalahin marahnya bapak? Dia yang traktir satu kelas di Restoran Nasi Padangnya waktu kita naik kelas 12? Gimana dengan si imut Hwall yang selalu jadi moodbooster kita semua pak? Lalu Heejin dan Shuhua yang selalu menjadi penyemangat kelas bahkan menjadikan kelas ini berwarna. Lalu... Yeji. Walaupun dia cuma diam aja di kelas tapi dia salah satu siswi yang membanggakan kelas pak. Bapak tega ngeliat siswa-siswi bapak yang akan mati?!"

"Bahkan bapak cuma diam pas Chaewon dan Yangyang mati gak dapat keadilan! Bapak cuma diam liat kami direndahin guru-guru yang lain. Mana Pak Minhyuk kami yang dulu? Mana?! Kami kecewa sama bapak!"

"Keshan Hyunjin Danendra, kamu mau mengalami masa percobaan?" suara lembut namun menusuk itu mengalihkan perhatian mereka.

Mereka sampai lupa dengan kepala sekolah, Pak Kyuhyun yang juga ada di kelas mereka.

"Kamu sudah mengacaukan sesi Ruqyah ini, untuk itu kamu akan di skors selama 1 minggu penuh," ucap Kyuhyun.

"Loh? Gak bisa gitu dong pak! Hyunjin cuma bilang pendapat dia, masa cuma gara-gara belain temen-temen langsung di skors, ini gak bisa di terima!" teriak Hanjis dengan suara paling keras.

"Hyunjin benar pak, ini udah melanggar pasal pemerintah, seharusnya sekolah sudah di tuntut sejak lama," ucap Jinyoung ikut mendukung.

"Berikan rasa kasihan ibu dan bapak pada teman kami, kalian tega ngeliat mereka udah kacau gitu pak?" tanya Felix pada guru-guru yang ada di sana.

"Jangan menyalahkan Hyunjin kalau sekolah emang bersalah pak!" teriak Lia yang sudah memendam dendam dengan sekolah.

"Mending kita bawa temen-temen kita ke pak kyai dari pada ustadz gadungan kayak dia!" teriak Eunbin.

Mendengar teriakan anak-anak beberapa guru disana merasa sedikit tersudut, namun mereka memiliki kepada sekolah sebagai tameng.

"Gak nyangka siswa siswi didikan Bapak Minhyuk benar-benar pembangkang sekali," cibir guru-guru yang melihat.

"Lihatlah mereka sangat tidak patuh pada aturan kita, mereka telah melanggar aturan tak tertulis untuk mengabaikan semua yang terlihat."

"Mereka udah pembangkang dari dulu, selalu mencari masalah."

"Setidaknya kami masih lebih baik dari kalian yang tidak melakukan apa-apa dan hanya diam melihat seolah-olah buta. Padahal Tuhan sudah memberikan penglihatan, tapi kalian sendiri yang mengabaikan pemberian Tuhan," ujar Eric yang membela kawan baiknya.

"Udah ada Yang Satu, malah bersekutu," celetuk Sunwoo.

"Nama aja guru tapi kelakuan gak mencerminkan sikap sebagai mana guru yang berpendidikan," tambah Jeno.

Junkyu, Yoshi, Minju, Karina, Eunbin membantu memindahkan teman-teman mereka yang dibiarkan terkapar tidak berdaya di lantai. Namun mereka terkejut dengan Yeji yang tiba-tiba bangun dengan mata yang masih memutih dan tertawa keras.

"Hei anak muda? Apakah kau marah karena adikmu menjadi tumbal?"

"Kau sudah terlambat anak muda, jiwanya sudah terkurung di Tawang Arcapada!"

"Lara Amerta pasti akan senang dengan tumbal yang istimewa untuknya."

"Adikmu pasti akan menjadi panglima wanita pertama untuk Lara Amerta bersama keempat anak muda pembangkang itu."

"Jawa akan di tenggelam dengan kegelapan lagi, celakalah pada kalian yang tidak tunduk pada Sura!"

Setelah mengatakan itu Yeji tertawa dan akhirnya jatuh pingsan, Hyunjin dengan sigap menangkap tubuh kecil Yeji.

"Ji, Yeji! Bangun Yeji! Lo denger gue gak? Bangun bodoh!" Hyunjin menggoyangkan tubuh Yeji, tapi Yeji tidak membuka matanya.

"Jin jangan di goyangin badannya, bisa aja dia pingsan," tegur Jeno.

Hyunjin memeriksa nadi Yeji, dia terkejut lalu menempelkan telinganya pada dada Yeji. Nafas Hyunjin tercekat, dia mengepalkan tangannya lalu berteriak dengan keras sambil memangku Yeji yang tubuhnya sudah memucat, hingga mengejutkan mereka yang ada di kelas.

"Bangun Yeji, lo gak boleh tinggalin gue. Jangan nyusul mama gue mohon, balik Ji, Balik! Jan bercanda!" namun Yeji hanya diam membisu membuat Hyunjin berteriak histeris memeluk tubuh ringkih itu.

Jaemin yang tidak tega memeluk Hyunjin yang sudah kacau. Sunwoo yang tahu hanya bisa menunduk melihat penyesalan Hyunjin yang sudah terlambat. Jeno dan Eric juga ikut mendekati Jaemin dan Hyunjin.

"Bukan menghilang seperti ini yang gue maksud. Balik Ji, maafin gue. Gue emang udah jahat sama lo, maaf jadiin lo bayang-bayang keluarga. Maaf nyebut lo anak haram, apa yang bakal gue bilang sama mama kalau lo udah nyusul dia?? Gue sayang lo, gue gak bisa benci lo, tapi posisi gue juga gak enak Ji, maaf baru bilang ini sekarang, balik Yeji..."

Soobin yang sadar dengan teriakan histeris Hyunjin matanya langsung membulat.

"Junkyu, Minju, Karina, Eunbin, tolong periksa nadi temen-temen yang lain!" mereka yang di sebut patuh.

Reaksi mereka sungguh diluar dugaan saat mengecek nadi teman-teman mereka. Junkyu memberi kode pada Soobin dengan gelengan kepalanya.
Mereka menutup mulut karena terkejut, mereka mengerti dengan kode yang diberikan Junkyu. Semua siswa siswi MIPA 1 lagi-lagi berduka atas kepergian 5 orang teman mereka.

Belum ikhlas dengan kepergian Yangyang dan Chaewon, kelima teman yang lain juga ikut menyusul mereka berdua. 23 menjadi 18 siswa. Ini perdana terjadi di MIPA 1, biasanya tidak ada satupun dari mereka yang di ruqyah kecuali Sunwoo yang diruqyah karena salah paham.

Selamat tinggal Renjun, Hwall, Yeji, Shuhua, dan Heejin. Semoga kalian tenang di alam sana. Kepergian kalian kembali menjadi luka baru bagi kita semua.

Hyunjin berdiri dan memukul rahang kepala sekolah membuat semua yang ada di kelas terkejut dengan aksi Hyunjin yang sangat berani tapi juga kurang ajar.

"Bangsat, mati aja lo brengsek! Adek gue mati bangsat! Ini gara-gara sekolah lo yang udah makan banyak korban jadi penampungan setan! Anjing lo Surasena! Lo dan keturunan lo akan membusuk di neraka, gue pastikan kalian semua di tuntut atas nama keluarga Danendra!" Taeyeong dan Taeil memegangi Hyunjin agar tidak memukul kepala sekolah.

"Nah sip, itu baru anak sulung gue," ucap Jeno melihat Hyunjin memukul kepsek dengan membabi buta.

"Astagfirullah Jen, mending lo atur dah anak lu. Gue gak ada ngajarinnya bunuh orang," ujar Jaemin memukul bahu Jeno.

"Gapapa bunda, anak ayah tahan banting."

"GOBLOK!"

"LANJUT JIN, GAS AJA TABOK! JAN BERENTI SEBELUM MATI!!"

"Sunwoo mulutnya!" ucap Jaemin menapuk mulut Sunwoo.

"Ikhlas lahir batin Jin, gue dukung sampe ketemu malaikat izrail, " ucap Eric dengan santai.

"Gak anak gak bapak gak ada yang bener."

Minhyuk membantu Kyuhyun untuk bangun dan menopang tubuh Kyuhyun, "Anda tidak apa-apa Pak?" Kyuhyun menggeleng.

"Saya tidak apa-apa, pastikan kabar ini tidak diketahui orang-orang. Jelaskan kepada orang tua mereka dan berikan sejumlah uang. Dan kamu Minhyuk, berilah pelajaran pada anak didikmu, ajarkan dia sopan santun terhadap orang yang lebih tua," Minhyuk mengangguk patuh.

"Maafkan siswa-siswi saya pak, saya akan menjelaskan pada mereka. Lebih baik kita pergi untuk mengobati luka bapak."

Semua siswa-siswi MIPA 1 terkejut mendengar dari mulut Kepala Sekolah sendiri kalau kabar ini akan di tutup media, dan apa tadi? Uang? Mudah sekali sekolah menutup kasus mereka.

"Pak, tidak cukupkah dengan anda yang bersikap acuh, kalian juga tidak memberikan penghormatan yang layak pada teman-teman kami? Pak, ini nyawa orang, dimana letak hati nurani anda sebagai pemimpin sekolah!" teriak Soobin.

"Soobin, kamu adalah mantan Ketua OSIS. Tidak seharusnya kamu melawan kepala sekolah," tegur Seulgi.

"Hanya karena saya mantan Ketos bukan berarti saya abai dengan tanggung jawab saya sebagai ketua XII MIPA 1," ucap Soobin dengan lantang.

"Kami menuntut sekolah untuk keadilan teman-teman kami yang telah direnggut dari kami. Ini telah melanggar Sila Kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan Sila Kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sekolah telah berlaku tidak adil dan melanggar Hak Asasi Kami sebagai anak yang masih dilindungi pemerintah!" teriak Soobin, dan diikuti teman-teman mereka yang lain.

"BERIKAN KEADILAN UNTUK TEMAN-TEMAN KAMI!"

"BERIKAN KEADILAN UNTUK TEMAN-TEMAN KAMI!"

"DIMANA RASA KEMANUSIAAN ANDA SEMUA?!"

"DIAM!" Minhyuk memijit pangkal hidungnya melihat sikap pembangkang mereka yang semakin menjadi-jadi.

"Kita akan membahas ini di rapat kelas nanti, untuk itu Bapak mohon kalian untuk tenang dulu."

"Tapi pak-"

"Soobin," suara berat Minhyuk membuat Soobin terdiam.

Kyuhyun yang melihat aksi demo kelas mereka hanya menatap datar, "Lakukan seperti apa yang saya katakan."

"Tapi salah satu anak itu adalah anak haram keluarga Danendra Pak, bagaimana jika Danendra menuntut kita?"

"Maka sebarkan di media tentang Jackson Danendra memiliki anak haram yang dia sembunyikan," ucap Kyuhyun meninggalkan mereka dengan guru-guru lain yang mengekor di belakang diikuti dengan ustadz tadi yang berada di samping kepala sekolah.

Jaemin menatap tajam ke arah ustadz itu yang membawa botol berisikan darah mereka, namun bukan darah kental berwarna merah. Melainkan cairan berwarna hitam pekat. Eric menyenggol Jaemin saat dia melihat arah pandangan Jaemin.

Jaemin mengangguk pelan membuat Eric berdecak sambil mengepalkan tangannya. Jaemin menepuk bahu Eric dengan pelan. Sedangkan Hyunjin yang mendengar itu hendak mengejar Kepala Sekolah jika saja tidak di tahan Sunwoo dan Jeno.

Lalu teman-teman mereka semua juga tersentak dengan apa yang dikatakan kepala sekolah, anak haram Danendra?

"Hyunjin, lo manggil Yeji adek lo. Apa diakhiran nama Yeji, huruf 'D' itu maksudnya Danendra? Yeji anak haram Danendra Jin?" pertanyaan dari Lia membuat Hyunjin memalingkan wajahnya dan mengepalkan tangan.

"Yeji bagian dari Danendra. Dia adek tiri gue," mendengar dari mulut Hyunjin langsung mengejutkan mereka.

Tidak cukup dengan fakta kematian, fakta jika Hyunjin dan Yeji itu saudara sungguh diluar dugaan.

"Gak ada yang perlu di ributkan, itu urusan Hyunjin dengan keluarganya. Gue mohon jangan ada yang cepu karena kita saling menjaga rahasia bersama. Kita gak akan nanya lebih lanjut yang lo sembunyiin ini Jin, tapi gue atas nama kita semua turut berduka cita. Gak, turut berduka cita lagi atas kepergian teman-teman kita yang kematiannya tetap diabaikan sekolah."

Perkataan panjang lebar Soobin seakan menjadi pembuka dari duka baru bagi semua siswa MIPA 1 atas apa yang telah menimpa mereka. Semester ini menjadi sangat berat karena mereka sudah kehilangan 7 anggota keluarga.

"Kita kehilangan Mami, Nenek, Abang keempat, dan 2 adek. Dari 25 anggota keluarga menjadi 18 anggota. Kita gagal lagi Han," Hanjis merangkul bahu Lia.

"Kita emang gagal Lia."

Jihoon menatap Soobin yang menundukkan kepalanya dengan tangan yang terkepal. Dirangkulnya ketua kelasnya itu dan mengelus bahunya.

"Sekarang siapa lagi yang akan menjadi korban...?

Hyunjin mendekat dan menatap jasad Yeji yang sudah tidak bernyawa.

"Na, gue telat. Dia udah pergi, kenapa gue bodoh banget sia-sia in adek yang baik sama gue? Gue tau dia gak salah, tapi hati gue udah batu dan gak bisa nerima. Maksud ucapan gue untuk pergi dan menghilang dari pandangan gue maksudnya cuma menjauh, gue gak bilang dia harus mati. Gue gak benci Yeji, gue sayang dia. Tapi gue gak bisa terus diperlakuin sebagai tameng masa depan dia, gue udah dituntut dari kecil, bahkan mati-matian belain dia tanpa sepengetahuan dia sendiri. Apa gue salah Na?" Jaemin menggeleng dan masih memeluk Hyunjin yang baru saja kehilangan adiknya.

"Ini faktor keluarga Jin, lo gak salah. Tapi gue juga gak bisa bilang lo gak salah karena perlakuan lo ke dia. Jangan habisin air mata lo sekarang Jin," Jaemin meleraikan pelukan dan memegang bahu Hyunjin lalu menatap tepat dimatanya.

"Jiwa Yeji udah di bawa ke Tawang Arcapada. Itu yang dibilang oleh setan yang ngerasuki Yeji tadi, dia udah dijadikan tumbal begitupun teman-teman yang lain."

"Kita harus bertindak cepat agar jiwa-jiwa mereka bisa bebas. Biar adek lo tenang Jin, untuk menebus kesalahan lo, kita harus bebasin dia dan semua jiwa dari jeruji ghaib itu," ucap Jaemin menatap Hyunjin dengan tatapan untuk menyakinkan Hyunjin.

Hyunjin terpana dengan kata-kata Jaemin. Dia menunduk, lalu mengangguk pelan. Eric menepuk pelan kepala Hyunjin untuk menenangkan remaja yang masih berduka itu.

"Guys, bisa satu suara bentar?" kata Soobin meminta perhatian.

"Gue mau ajak kalian sesuatu yang bisa dibilang gila, mungkin? Gue mau ajak kalian untuk melawan sekolah, atau bisa dibilang, gue mau kita semua demo."

Perkataan Soobin yang tiba-tiba membuat mereka terdiam, seketika kelas menjadi hening. Soobin menarik menghela nafas berat lalu menatap semua temannya.

"Gue gak rela dengan kepergian teman-teman. Suara kita sama sekali gak didengar dengan sama yang diatas. Kita mengalami ketidakadilan selama 3 tahun, seberapa banyak pun usaha, gak ada kemajuan. Jadi gue sebagai ketua kelas memutuskan untuk mengadakan demo. Suara gue gak bakal sampai sama yang tinggi, kita butuh suara yang lebih banyak. Dengan meyakinkan satu sekolah kalau sekolah ini sesat kita bisa minta keadilan sama kepsek, dan minta dia untuk mengembalikan jasad teman-teman kita yang gak pernah dipulangkan."

"Kapan demonya?"

"Abis ujian semester. Kita bakal ajak anak OSIS kerja sama untuk memberikan suara. Pas itu juga kita kirim bukti-bukti nyata seperti ruqyah sesat, dan perlakuan kekerasan pada siswa dan siswi di media sosial. Gue yakin dalam beberapa menit itu akan banyak diketahui orang dan akan langsung tersebar. Bukti media gak akan bisa hilang dengan mudah. Dengan begitu semua orang bisa tau apa aja yang terjadi di Saranjana. Gue sempat rundingin ini sama Jihoon, dan dia udah ada ambil bukti pas ruqyah tadi," Jihoon memberikan jempolnya.

"Jadi gimana? Ada yang setuju sama gue?"

Soobin melihat teman-temannya saling berpandangan satu sama lain lalu mengangguk.

"KITA SETUJU."

Jaemin dan Sunwoo hanya melihat sambil bersedekap dada. Tatapan mereka tertuju pada satu arah, perlahan seringai muncul di bibir mereka.



















Anjzz demo guys mo demoo, btw gimana ni sama chap sekarang. Emosi gak sama guru-gurunya?

1 kata untuk Soobin

1 kata untuk Minhyuk

1 kata untuk Kyuhyun

1 kata untuk Hyunjin

1 kata untuk Yeji

1 kata untuk semua guru

1 kata untuk semua siswa MIPA 1

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

3.5K 444 30
Diikut sertakan dalam event PENSI vol 3! ⚠️PROSES REVISI 🌊....🌊 Sore itu akan menjadi kenangan sakit yang tak akan per...
558K 18.9K 45
"Jangan terlalu membenciku, jatuh cinta baru tau rasa!" -KATHRYNXDANIEL- Kathryn, seorang gadis yang masih berusia 18 tahun itu mau tak mau harus me...
71.1K 11.3K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
18.5K 1.9K 16
ft. Lucas, Hendery, Renjun "a family that was destroyed because of one thing" -Aldebaran brothers ©zalphaco, 2022 Rank : 🎖️#1 - on chineseline 22122...