The Origin Of King Kaan

By Thingsgotlouder

596 170 92

Seorang bangsawan mendapati adiknya terpotong menjadi 2 bagian. Sebuah bencana terjadi dan menjadi duka bagi... More

01. The First Daugther
02. The First Crown Prince
03. Red
04. After All
05. The Twin Princes
06. a Ballroom That Squealed The Pride
07. Sparkling Royal Stones of Yeaston
08. Mixed Blood Prince
09. Da Vienè
10. The Days Before
11. White Day
12. Brothers From Nowhere
13. The Queen's Son
14. Havoc
15. Run Away
17. Rodrigues
18. Post-Yeaston
19. Just Because Fate Forces It
20. Kaan
21. Basinscar
22. Blue Bird, Labradorite and The First Daughter
23. Dirty Jawel and The Dungeon
24. For Traitors

16. The Softest Touch

20 4 0
By Thingsgotlouder

Para penjaga maju dan memojokkanya, Yseult terus mundur menaiki tangga dan merapat ke tembok. Ia tetap tersenyum dalam prosesnya. 

"Ku lihat, pangeran ketujuh suka sekali meledakkan sesuatu. Sekarang, biarkan aku menirumu" setelah kata terakhirnya, telapak kiri Yseult menyentuh tembok dan seketika tembok itu meledak kearah luar. Angin dari badai yang kuat langsung masuk dan mengibarkan jubah hitam Yseult yang basah. 

Soren terus menatapnya dengan sendu. Poninya tertiup kearah belakang, fitur wajah asing dan rautnya membuat Yseult getir. Sebenarnya Yseult merasa hal mengganjal dari keputusannya ini. Apalagi setelah ini tak ada tempat aman baginya maupun keluarganya, ia harus menjemput dan menyembunyikan mereka. Sementara itu, dia juga bukannya dengan pasti berubah pada Soren hanya karena perkara ini. Bagaimanapun dunia sudah tidak adil padanya dan sekarang Yseult sudah menambah ketidakadilan untuknya. Harapan Soren mungkin tidak lebih dari sekedar hidup damai dan dihargai seseorang, namun hal sederhana saja sulit ia dapatkan. Sebuah pertanyaan egois muncul. Apakah jika Yseult mengajaknya ia akan datang padanya. 

Hanya dengan saling menatap, Soren tahu Yseult sedang meminta maaf padanya. Sedikit demi sedikit ia mendekat kearah wanitanya. Pangeran ketujuh juga mulai bangkit dan menuju ke arah Yseult. 

Tak lama pikiran mengajak Soren segera sirna. Yseult tertawa kecil sembari memeluk kedua sikunya. Dia yang berencana meninggalkan Soren diakhir, mana boleh memikirkannya saat ini. Bagi Yseult, jauh lebih baik ketika Soren hidup di kerajaan sebagai pangeran, daripada hidup mengikutinya sebagai buronan. Jika diakhiri sekarang, setidaknya Soren tidak akan kecewa terlalu dalam. 

Situasi berubah, ini adalah hal yang tidak ia duga akan secepat itu datang. Dengan pasti semua rencananya hancur total, dan Yseult terpaksa berpikir cepat untuk meminimalisir kebuntungan yang akan terjadi dikemudian hari. Dan inilah ketetapan hatinya. Sihirnya memercik, sosok Yseult menghilang dan berteleportasi, kemudian berdiri diatas tembok kecil di pekarangan belakang. Zach dan penjaga yang baru sampai diujung tangga melihat kearah bawah, mendapati Yseult sudah ada disana dalam sekejap mata.

Yseult merentangkan tangannya merasakan hujan yang ganas menerpa tubuhnya. Jari dan bibirnya menggigil, dan ia tersenyum. Yseult merasakan derap langkah dan teriakan pangeran Zach yang melompat dari arah tangga melalui dinding yang hancur oleh sihir Yseult dan mendekat kearahnya. 

"Kau harus tahu satu hal, aku tidak berafiliasi dengan siapapun. Jika kau mengaitkan aku dengan kejahatan yang tidak kulakukan, aku tidak akan segan padamu, pangeran ketujuh. Rasa kemanusiaanku tidak wajar, jangan sampai aku harus menunjukkannya padamu" Yseult menghadiahi seringai jahat untuk pangeran ketujuh, hanya untuk sedikit menggodanya. Sekarang, tepat dibelakangnya adalah kebebasan. Setidaknya dia akan membuat sedikit mimpi buruk untuk seseorang yang sudah membuat hancur rencananya.

Ratusan daun semanggi dengan percikan sihir sage terbentuk dari angin dan mengarahkan tepat pada sosok Yseult. Tetapi tubuh itu sudah terlanjur melayang dan jatuh kearah belakang. Badai yang mengamuk membuat lautan juga murka. Yseult mempersembahkan diri dan menutup matanya. Namun tak lama sebuah sinar terbentuk dari arah atas bahkan ketika ia masih menutup matanya, Yseult dapat merasakan cahaya itu seolah menembus kelopaknya. Yseult mengintip dan mengarahkan tangan kirinya, barangkali Zach belum menyerah menyerangnya. 

Namun, yang Yseult lihat justru sebuah ledakan cahaya keunguan, seseorang bahkan meluncur dengan cepat kearahnya. Yseult akan menyerangnya sampai ia mengenali pakaian dan sosok itu. Soren. 

Soren turun dari tempat yang sama dengan percepatan kilat, bahkan mengalahkan waktu jatuh Yseult. Alhasil sekian detik kemudian Soren sudah dapat mencapainya. Dengan tangan yang panjang, ia meraih dan mendekatkan Yseult padanya, memeluknya, kemudian Soren memutar badannya menjadikan Yseult berada diatas sebelum mereka memasuki lautan. Yseult masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, karena dorongan kuat dari Soren, mereka jatuh sampai ke dasar. Kepala Soren terbentur karang dan darah segar bercampur air menguasai pandangan Yseult. Selain itu, badai juga dengan tanpa ampun membuat mereka terombang-ambing dalam lautan yang ganas. 


•••


Dengan seluruh kekuatannya, Yseult mengambil nafas dengan rakus. Untungnya berenang adalah seni bertahan hidup yang dasar, ia sudah mempelajari bagaimana caranya bertahan pada ombak yang kuat. Tetapi Soren berbeda dengannya, anak itu bahkan tidak bisa mengangkat pedangnya sendiri. 

Yseult memapah Soren dipunggungnya dan membaringkannya diatas pasir. Bagian dari bagunan milik kerajaan Yeaston ini berada di ujung pulau dan bertepatan pada dua tempat, yakni teluk dan selat. Saat ini Yseult dan Soren berada di sisi lain teluk. Yseult dengan keras berusaha membawa mereka kesini dan menaklukkan ombak agar tidak diseret ke tengah.

Saat ini sudah beberapa kali Yseult mencoba untuk memompa dada Soren dan melakukan pertolongan pertama pada kepalanya. Gaunnya semakin pendek dan sebagian darinya melilit kepala Soren untuk menahan pendarahannya.

Yseult tidak yakin apa yang sebelumnya terjadi. Yang ia dapatkan adalah Soren benar-benar memilihnya. Dalam situasi genting ini, tangannya masih sibuk memompa dada Soren tetapi Yseult tanpa sadar masih sempat tersenyum kecil. Untuk yang kedua kalinya, Yseult tidak menyangka perasaan dipilih akan seperti ini. Rasanya sangat hangat. Rasa asing yang begitu candu. Apalagi jika seseorang yang kurang berketerampilan seperti Soren, memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang bukan dirinya, untuk dia.

Perlahan Soren terbatuk karena aktivitas Yseult, dia mengeluarkan air yang memenuhi dadanya. Yseult mencoba menepuk kecil pipi Soren dan memastikan dia sadar. 

Mata layu dan bulu mata lentiknya perlahan terbuka. Yseult mendekat dan mulai berbicara padanya. 

"Soren, hey, bagaimana perasaanmu?" 

Pangeran keenam itu hanya menatap Yseult dalam. Gadis bersurai hijau itu kembali menelisik luka dan tubuh Soren. Apakah anak ini sedang bingung karena kepalanya terbentur– sebelumnya Yseult tidak sadar kepala Soren juga sempat erbentur karena jatuh dari pelana kuda. 

"Kenapa kau pergi" ucap Soren lembut, suaranya hampir beririsan dengan badai. Tetapi, Yseult yang memang memusatkan dirinya pada Soren dengan jelas dapat mendengarnya. 

"Jika ditunda, aku bahkan tidak akan bisa pergi sama sekali. Kerajaan pasti akan segera membunuhku setelah tahu beritanya. Kau ingat kan, Soren. Pengguna sihir rakyat tidak boleh hidup lebih lama" 

Soren tetap menatapnya, kali ini lebih tajam. Yseult hampir mengevaluasi ucapannya sebelum itu, kenapa pangeran Soren serius sekali. 

"Kau bukan pengguna sihir rakyat." Soren sangat tegas dalam mengatakan itu. 

Yseult mengerti sekarang. Soren tidak percaya pada Zach. 

"Aku memang mempelajarinya. Itu adalah kebenaran. Percuma menyembunyikan ini lebih lama, pada akhirnya mereka akan menemukan lisan Zach lebih terpercaya" Yseult tidak yakin apa harus membicarakannya, tetapi Soren benar-benar lebih memilihnya saat ini. Ia mungkin akan dicurigai bersekongkol dengan Yseult. Dan itu berbahaya untuknya. 

"Kau tidak! Kau hanya–kau bukan orang jahat, aku tahu itu" Soren bersikeras dengan pendapatnya. Tubuh bagian atasnya bahkan sampai terangkat, dia mencoba bangkit. Soren mendudukkan tubuhnya. Aliran darah segar kembali keluar dari kepala belakangnya, ia sempat menekan dahinya yang pusing. 

Ada sesuatu mendesir dihatinya, bagi Yseult Soren amat kekanakan. Dia percaya pada sembarang orang yang baru beberapa minggu dikenalnya, hanya karena ia istrinya. Perangai seperti ini jelas menunjukkan bahwa dia tidak terbiasa hidup liar di dunia yang sebenarnya. Sekilas ia jadi mengingat seseorang di rumahnya yang sekarang pasti sedang merintih kesakitan. Itu memilukan. Tetapi, Di sisi lain Yseult tetap tersentuh dengan kesetiaan dan kepercayaan Soren padanya. Ia jadi sangat merasa bersalah. Apalagi sekarang setelah ia tidak bisa menggunakan cara baik-baik untuk menyembuhkan Keegan. Kemungkinan besar, dia akan mencoba mendekati putra mahkota dengan cara yang lebih kasar. Contohnya memanfaatkan kekacauan kerajaan saat ini.

"Soren, akan kuberitahu kebenaran" Yseult mencoba lebih dekat dengannya, berbicara dari hati ke hati. "Aku tidak peduli apapun kecuali keluargaku. Ada satu hal yang harus aku lakukan, dan itu sangat merugikan kerajaan. Sebelumnya kau menerima jika aku memang ingin sesuatu darimu, tetapi itu bukan mengenai reputasi. Aku tidak peduli hal remeh seperti itu" 

Soren memperhatikannya, ia mendengarkan. 

"Apa yang akan kulakukan adalah hal yang egois. Sebaiknya kau tidak terlibat. Hiduplah dengan tenang di tempatmu yang seharusnya. Jangan hidup dengan caraku. Aku benar-benar tidak akan segan mengorbankan apapun untuk keluarga. Mau itu hidupku, hidup orang lain, atau dunia ini sekalipun" tak ada keraguan dalam ucapan Yseult. Pangeran Soren adalah salah satu korbannya. Tetapi Yseult sama sekali tidak berniat membuatnya rugi. Hanya kecewa saja mungkin. Jadi jujur sedikit mengenai itu mungkin bukan masalah. Akhirnya Soren juga tidak bisa melakukan apapun.

Bibirnya yang pucat bergetar kecil karena kedinginan. "Kenapa tidak melibatkanku? Apa aku bukan keluargamu?" 

Jantung Yseult seolah tertahan untuk berdetak. Nafasnya yang akan datang terasa begitu berat ia ambil. Yseult tidak tahu harus menjawab apa. Ia bahkan tidak bisa memikirkan apapun sekarang. Soren yang masih memperhatikannya, kali ini tidak mencoba mencari cara untuk mengelak dari tatapannya. Ia melihat Yseult secara langsung dari mata ke mata.

Justru, Yseult yang canggung. Ia membuang pandangannya pada butiran pasir di tangannya. Yseult masih tidak bisa menjawab apapun. Perlahan ia merasakan tubuh Soren mendekat dan bersandar pada bahunya. Yseult melirik ikatan pada kain diatas luka Soren, darah segar perlahan terlihat merembes kembali dan bercampur dengan air hujan. Disana bahkan tak ada tempat berteduh. Mereka tetap dalam posisi itu dan kehujanan dengan perasaan yang rumit.

"Biarkan aku membantu. Meski aku tidak berguna untukmu, aku akan mencari cara agar berguna" 

"Bukan tentang itu. Kau tidak seharusnya percaya padaku, Soren. Kau tidak mengenalku sepenuhnya. Aku bahkan bisa dengan mudah membunuhmu jika itu menguntungkan"

"Saat kau bilang akan mengorbankan apapun, yang pertama kau sebutkan adalah hidupmu. Nona, saat kau menyakiti orang lain, kau sudah menyakiti dirimu sendiri terlebih dahulu, kan? Aku ingin membantu meringankan beban mu. Tidak perlu khawatir akan menyakitiku. Aku tidak akan membiarkan dirimu terluka lebih dulu. Jika kau ingin mengorbankan aku, pastikan aku yang pertama dikorbankan. Bukan dirimu"

Kecermatan pangeran Soren sangat menakutkan untuknya. Dia tidak perlu mengatakan banyak hal padanya dan Soren bisa mengerti dirinya dengan sendirinya. Dia tidak menunjukkan banyak hal, tetapi Soren bisa menangkap apa yang selalu ia sembunyikan. Rasanya hanya sedikit perbincangan lagi sampai Soren bisa mengerti tujuan utamanya. 

Jauh sebelum hari ini. Jauh sebelum hari dimana Keegan kehilangan sebagian tubuhnya. Pembunuhan pertama adalah mimpi terburuknya. Misi pertama dalam melindungi keluarganya adalah yang paling berjasa membuat dirinya mati rasa. Meski terdengar ambigu, Yseult sadar apa yang dimaksud Soren lebih dari sekedar soal dirinya yang akan mengorbankan hidupnya lebih dulu. Tetapi dengan jelas Yseult akan menyakiti dirinya sendiri dengan melakukan kerusakan secara sadar dan menjadi satu-satunya yang bertanggung jawab. Dia gemar bekerja sendiri karena ingin menjadi satu-satunya yang memiliki beban itu. 

Kenapa Soren sangat bisa menelanjangi hatinya.

Yseult tidak bisa mendengar apapun lagi, entah kenapa ia juga merasa asing dengan sikap diamnya sendiri. Dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan. Yseult tidak pandai mengartikan perasaannya sendiri, dia saat ini hanya merasa mendadak begitu sendu. Mata yang sedalam hutan hujan perlahan turun dan menemukan lambang sihir putih pangeran Soren ditekuknya. Selama ini lambangnya tertutup oleh rambutnya yang memanjang. Tangan Yseult terangkat dan telunjuknya mendarat di lambang itu. Meski hanya pernah melihatnya secara langsung sekali, yaitu milik pangeran pertama. Yseult menemukan lambang milik pangeran Soren berbeda. Ada tiga garis merah yang seolah mengurung lambang itu. 

Merasakan tekuknya disentuh pangeran Soren menggenggam lengan Yseult dan bangkit. Matanya yang sembab membulat sempurna dan melihat kearah kejauhan–tepat dibelakang Yseult. Melihat itu, Yseult kini tersadar akan sesuatu dan ditarik keluar dari pikirannya. Jemari yang menyentuh butiran pasir bergetar kecil, lama kelamaan menjadi getaran kuat. Gempa terjadi lagi tetapi kali ini suara reruntuhan juga dapat ia dengar. Yseult panik dan segera melihat kearah lain. Dari kejauhan menara tertinggi istana utama Yeaston merendah dan seolah tenggelam, mereka dapat terlihat dari balik pegunungan. Soren menggenggam lebih erat lengan Yseult. 

"Pergilah–Pergilah pada keluargamu, nona!" Wajahnya panik.

Yseult tak menyangka akan mendengar itu, tetapi tanpa pikir panjang ia segera bangkit dan memperingatkan Soren untuk bersembunyi dan beristirahat. Disisi lain Soren menggigit bibirnya pelan dengan kedua ujungnya yanb turun. Setelah Yseult menghilang Soren menggenggam erat pasir dibawah tubuhnya dengan tangan lain dan memegang kalungnya. 

Dalam sekejap Yseult terus berteleportasi, noktah hijau yang memercik membuat ledakan kecil ketika Yseult muncul dan menapaki jalan didepan gerbang rumahnya. Bethuthia sudah menjadi lautan api. Dinding sihir putih yang menaunginya perlahan memudar dan dari arah atas istana Yeaston mulai runtuh dan turun dan hendak menenggelamkan Bethuthia. Bebatuan longsor menggelinding dan berjatuhan pada beberapa gedung juga bangunan. Debu pekat yang datar dari arah istana membuah suasana semakin kacau. Teriakan dan suara kepanikan melanda kota.

Dengan sihirnya, sekali lagi Yseult memasuki rumahnya dan menemukan tak ada siapapun disana. Namun, ia masih bisa mendengar suara Senan sedang membawa kuda dari arah lain. Dengan cepat Yseult menghampiri mereka dan menemukan Senan berusaha menenangkan kuda yang panik. 

"Ayah, ibu dan Keegan dimana?!" 

Mendengar suara familiar itu Senan segera berbalik dan berteriak. "Kamar bawah tanah! Kakak tolong jemput mereka, aku tidak bisa menenangkan kuda-kuda ini! Mereka akan kabur!"

Ada sedikit rasa gentar ketika mendengar kamar bawah tanah. Tetapi, Yseult segera berteleportasi kesana dan menemukan ayahnya sedang terduduk didepan pintu kamar Keegan dengan serangan panik. Bibirnya bergumam tidak jelas dan ia terus-menerus memukul kepalanya. Yseult segera merangkul, mengecup pelan rambutnya dan menepuk pelan punggungnya, tak lupa ia juga memanggil sang ibu untuk keluar bersama Keegan. Mereka akan lari sejauh mungkin dari Bethuthia. 

"Ibu aku disini, kita harus pergi sekarang juga" 

Tak lama, nyonya Rune membuka pintu dengan memeluk seseorang yang terbalut selimut tebal. Yseult sudah tiga tahun ini tidak melihat Keegan. Dari jarak ini ia bisa mendengar rintihan yang tertahan. Keegan bahkan masih menahan kesakitannya didepan Yseult. 

Tanpa berlama-lama, meski hatinya campur aduk dan ia merasa sangat sengsara, Yseult membawa mereka keluar dengan sihirnya lagi. Tubuhnya sudah lama ia istirahatkan, Yseult memiliki semua daya untuk membawa keluarganya minimal ke tempat Soren berada. Dengan memegangi kedua orangtuanya, Yseult memanggil Senan dan memintanya untuk melepaskan kudanya. Mereka akan berteleportasi. 

Ketika Senan datang dan memegangi tubuhnya, api hijau dengan percikan noktahnya semakin besar dan besar hingga melingkup seluruh keluarganya. Namun, ketika sudah waktunya berteleportasi apinya memadam. Yseult terdiam ketika ia merasakan sebuah tangan mecengkram kepalanya dan perlahan menariknya. Tidak mau semua keluarganya ikut tertarik, Yseult segera melepaskan mereka. Sedetik kemudian kepalanya dihantam ketanah dengan keras. Wajahnya kebas, Yseult dapat merasakan beberapa area wajahnya mengeluarkan aliran darah segar. 

Suara teriakan dan kepanikan keluarganya dapat dia dengar dengan jelas. Mereka memanggil Yseult memastikan bahwa ia masih hidup. Adapun seseorang yang mencengkram kepalanya berbisik pelan di samping telinganya. 

"Bukankah sudah kubilang jangan ikut campur? Kenapa kau suka sekali diberi pelajaran yang keras, hm?" Udara hangat itu mengepul kedalam telinganya. 

Yseult kehilangan dirinya dalam waktu-waktu itu. Tetapi, ia akan mematikan pikirannya kali ini. Berpikir hanya membuatnya lemah dan berakhir dalam kelemahan tak berujung. 

Seketika pedang pangeran Soren ia keluarkan dan berhasil menyayat pakaian pria asing itu. Lagi dan lagi dia datang hanya untuk mengacau. Yseult merasa ia bisa kesetanan sekarang. Beraninya pria itu datang didepan seluruh keluarganya. Dan kali ini sudah seharusnya ia memberi nama pria ini, agar lebih mudah mengutuknya.

Pria asing itu mundur beberapa langkah dan terkekeh. Yseult berdiri dengan menghalangi pandangan pria asing itu dari keluarganya. 

"Jangan seperti itu. Kau tahu, ketika seseorang membuatku iri, aku memilih menghancurkan mereka" pria asing itu membawa vas keramik dengan sesuatu seperti bayangan dan memecahkannya menjadi debu. 

Yseult masih dalam posisinya, ia tidak begitu memikirkan apapun saat ini. Matanya fokus hanya untuk dua arah. Melindungi orang-orang di belakangnya dan melawan seseorang di depannya. 

Pria dengan rambut hitam itu mengendik dan sebelah bibirnya terangkat, suaranya yang dalam berkata. "Baiklah, sedikit hukuman untukmu karena sudah mengganggu acaraku"

Kurang dari sedetik sebuah bilah pedang keabuan membelah angin didepannya. Yseult yang sudah bertekad tidak membiarkan dirinya berpikir banyak dengan cepat dapat menahannya. Namun, kekuatannya tidak lebih baik, ia hanya bisa mencegah bilah itu mengenainya bukan melawannya balik. Saat ini Yseult tidak benar-benar melihat bagaimana pria itu, dia hanya melihatnya sebagai kesatuan tubuh manusia, Yseult benar-benar mematikan detail lain yang tidak menguntungkannya. 

Dengan beberapa gerakan, mereka terus dalam posisi menyerang dan bertahan. Pria asing itu tidak berhenti tersenyum saat melakukannya. 

"Bagus, seperti itu. Jika saja Nyle ada dan mengajarimu, kau pasti bisa setidaknya sekali menepis pedangku!" Dalam sekali hentakan pedang pangeran Soren yang Yseult gunakan melayang jauh.

Tak ambil pusing Yseult memantik sihir rakyatnya dan membuat pedang lebih banyak dengan sihirnya. Yseult tanpa sadar menggunakan teknik pangeran pertama yang ia amati tiga tahun lalu. Sementara didepannya si pria asing masih dengan pedang tunggalnya. 

Mereka kembali saling mendekat dan menyerang. Butuh sekitar tiga pedang untuk menangkis pedang milik si pria asing, sementara dua lainnya Yseult manfaatkan untuk mencari celah pada titik butanya. Sementara si pria asing memusnahkan ketiga pedang Yseult yang bertahan, dua lainnya juga ia tepis semudah memecah dahan. Namun, yang tidak ia perhatikan adalah Yseult di belakangnya yang sudah mengumpulkan energi sihir ditangannya dan mengarahkannya pada bagian pinggang si pria asing. 

Dengan sekali lirik pria asing itu menahan tangan Yseult dan mendorong tubuhnya cukup jauh untuk menabrak dinding. Leher Yseult ia apit dengan lengannya. Suara tertawaan hadir kembali. Kali ini suara itu berhasil masuk dan menyadarkan Yseult dari mode super fokusnya. Ekspresinya berubah memanas dan memucat karena mulai kehabisan nafas. Sementara saat ini ia dipaksa melihat wajah itu dengan lebih dekat, wajah pemuda yang hangat. Matanya halus dan sendu, seolah ia tidak tidur sekian purnama, bibirnya juga terangkat getir. Memberi kesan pilu. Yseult ingat, dulu pria ini juga terlihat seperti itu. 

"Yseult-ku, sayang. Jika saja rasa kasihku masih ada, aku pasti akan menangis melihat caraku memperlakukanmu sekarang" 

Dengan seluruh kekuatannya ia gentar, tetapi Yseult berhasil mengeluarkan kegeraman dalam hatinya. "AKU TIDAK MENGENALMU! Berhenti–berhenti mengada-ada!"

Air muka pemuda itu mendingin, ia menjatuhkan senyumannya. Wajahnya ribuan kali jauh lebih menakuti sisi lemah Yseult padanya, membuka luka yang berusaha ia sembunyikan. ".. kau benar, kita tidak pernah memiliki waktu bersama. Semua itu salahnya–" 

Yseult membeku melihat bagaimana ekspresi pria itu seketika berubah kembali, ia tersenyum seperti badut jahat yang licik. Seperti setan yang berencana memasukkan semua manusia keneraka bersamanya. Mata pria itu melirik kearah samping. Dengan pasti sebuah rona cahaya keperakan melayang seperti ribuan kelopak bunga. 

"Aku akan membunuhnya untukmu. Agar gadisku bisa hidup dengan seharusnya. Bersamaku." 

Hanya setelah kalimatnya selesai, Yseult merasakan aliran darahnya mendidih dan lengan pria asing itu memancarkan debu keabuan kecil yang melayang dan memasuki seluruh inderanya. Mata Yseult menghitam dan kedua ujungnya mengeluarkan darah segar yang kental. Pria itu melempar Yseult kearah keluarganya dan bertahan dari ribuan kelopak sihir keperakan dengan ratusan sulur-sulur memanjang membentuk tangan dari bayangan hitam. Jeritan yang memekakkan telinga datang darinya. Seolah bayangan itu terisi dari ribuan jemaat pendosa yang terbakar di neraka. 

Yseult masih kesulitan bernafas, ribuan semut seolah berjalan dan berlarian di bawah kulitnya. Semut-semut itu bahkan seperti memiliki duri di tubuh mereka, gesekan dan gesekan kasar ia rasakan seiring dengan aliran darahnya. Senan merangkul Yseult dan membawanya menjauhi pertempuran. Mereka tidak bisa lebih jauh karena sebuah dinding sihir menghalangi. Yseult tidak tahu apa yang terjadi pada keluarganya tetapi ia merasakan dirinya terus meronta, menolak sentuhan, tetapi ada banyak tangan memeganginya. Dia tidak bisa seperti ini, dia tidak bisa terlihat lemah didepan orang yang ingin ia lindungi. Pandangannya menghitam meski ia tidak sedang menutup mata dan dia tidak bisa mendengarkan apapun kecuali suara gaduh dari resonansi sihir. Entah milik siapa yang lainnya. 

Dalam kepanikan dan rasa sakitnya sendiri. Sebuah tangan kecil yang kering kerontang perlahan terulur dan memegangi wajahnya, tangan itu memiliki sentuhan yang lembut. Yseult berusaha menahan rasa sakitnya. Kesadarannya datang dan pergi seperti hidupnya adalah sebuah lelucon. Mendapati tangan itu juga berusaha menenangkannya, Yseult tahu ia harus segera waras. Dia tidak boleh seperti ini didepan Keegan.



Continue Reading

You'll Also Like

616K 45.4K 46
Amber Cessia harus mendekam dipenjara selama tiga hari karena orang tuanya sudah lelah menjemputnya darisana. Namun keesokan harinya, bukan lagi petu...
1.2M 101K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
339K 19.8K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...