The Origin Of King Kaan

By Thingsgotlouder

624 174 94

[Fantasy, Action, Drama] Seorang bangsawan mendapati adiknya terpotong menjadi 2 bagian. Sebuah bencana terja... More

01. The First Daugther
02. The First Crown Prince
03. Red
04. After All
05. The Twin Princes
06. a Ballroom That Squealed The Pride
07. Sparkling Royal Stones of Yeaston
08. Mixed Blood Prince
09. Da Vienè
10. The Days Before
11. White Day
12. Brothers From Nowhere
13. The Queen's Son
14. Havoc
16. The Softest Touch
17. Rodrigues
18. Post-Yeaston
19. Just Because Fate Forces It
20. Kaan
21. Basinscar
22. Blue Bird, Labradorite and The First Daughter
23. Dirty Jawel and The Dungeon
24. For Traitors
25. Earl Rose Pouchong

15. Run Away

26 5 24
By Thingsgotlouder

Yseult meninggalkan semua hal dibelakangnya. Keberanian, harga diri, tanggung jawab. Hanya satu yang tetap ia bawa, perasaan ingin hidup. Sebelumnya, ketika masih tinggal di dalam hutan, tidak ada yang ditakutkan, ia selalu percaya bahwa ia mampu menghadapi situasi apapun. Namun sekarang, Yseult tidak yakin, bahkan jika ia mengeluarkan sihir rakyatnya bersamaan dengan 'sesuatu lain' yang ia simpan untuk mendapatkan kesembuhan Keegan, tidak akan bisa membuatnya cukup kuat. Yseult hanya keluar untuk Keegan, untuk keluarganya. Kenapa ia harus terjebak dalam situasi panas kerajaan. Raja sudah mati sekarang. Apa yang bisa lebih buruk dari itu. Harapan siapa yang tidak akan hancur melihat malapetaka itu tepat didepan matanya. 

Rintihan, reruntuhan dan asap tak ayal hilang dari pandangan Yseult saat ini. Dia berlari meninggalkan para putri dan pangeran dibelakang. Saat ia dikatakan meninggalkan tanggung jawab, Yseult meninggalkan mereka. Lagipula tidak ada yang bisa ia lakukan disana, yang ada mereka akan mati dan dia juga. Sementara Keegan akan terus tersiksa. Dia tidak boleh mati. Tidak sampai Keegan selamat. Tidak sampai keluarganya bisa hidup ditempat lain yang lebih tenang. Jika Yeaston ingin hancur, hancurlah sendiri. Tetapi, jangan pernah membawa keluarganya untuk menghancurkan diri bersama. 

Berpikir mengenai itu, Yseult seketika membelalakkan matanya. Kecemasannya tak kunjung reda, tetapi malah semakin meninggi. Kali ini ia mengkhawatirkan kediaman keluarganya di Bethuthia. Tepat dibawah lereng pegunungan tempat Istana ini. Dengan kesadaran akan hal itu, Yseult berhenti berlari dan menopang tubuh dengan tangan pada lututnya. Punggung yang naik turun serta nafas terengah tidak bisa ia lewatkan. Matanya berbayang oleh air hujan yang turun dan mengendap sebentar didepan netranya sebelum jatuh ketanah. Yseult bahkan tidak bisa merasakan perih dari suhu air dingin itu. 

Dari sudut ini ia baru menyadari sesuatu. Tangannya bergetar hebat, gaunnya lembab dan kotor. Sementara bagian perut dan dadanya masih kering. Jubah hitam itu yang melindunginya dengan baik dari hujan. Seketika Yseult tidak bisa menahan perasaan campur aduk didalam hatinya. Kenapa pria asing itu mengatakan hal seolah ia mengenalnya. Atau bahkan sebenarnya tidak sama sekali, tidak menutup kemungkinan jika pria asing itu hanya asal bicara. Namun, dipikirkan berapa kali pun itu justru jauh lebih mustahil. Dia berbahaya dan Yseult tidak tahu apapun tentangnya. Semua yang dilewatinya mati. Bahkan Raja mati sesaat setelah dia datang. 

"Nona Yseult?! Kenapa anda masih disini?" Sebuah suara memaksanya keluar dari lamunan. Yseult takut-takut melihat siapa gerangan. Ternyata itu Matheo yang menunggangi kudanya. 

Matheo turun dan memeriksa Yseult. Adapun empunya hanya diam saat ini. Dia masih tidak percaya bahkan pertahanannya turun sejauh itu. Biasanya dia akan cepat menyadari kehadiran seseorang. Suara tapak kuda malah yang paling berisik, namun ia sama sekali tidak menyadarinya. 

Setelah menemukan bahwa Yseult baik-baik saja, Matheo membawanya untuk naik ke kuda. "Saat ini semua orang mengungsi ke selat selatan. Tempat ini segera akan menjadi tanah perang. Keberadaan kita hanya akan mengganggu fokus Raja dan Ratu" 

Raja? Apakah belum ada yang tahu jika Kepala Raja sudah terpenggal? Mengingat betapa berbahayanya pria asing itu lagi, Yseult rasanya pening, matanya berputar-putar. Tidak ada rasa yang membaik bahkan meski dirinya jelas-jelas tidak terluka kali ini. Jemarinya terkepal erat pada gaun yang terkoyak. Yseult mencoba menghilangkan rasa lemah dihatinya dengan mengatur nafasnya. Seiring nafasnya Yseult mulai menyadari jika luka pada bahunya lah yang mengganggunya selama ini. Kelemahannya. Hanya dengan mengingat pria asing itu bahunya lah yang pertama kali bereaksi. 

"Hey, kau punya belati?" Ucap Yseult. Suaranya parau dan dingin. Itu adalah kalimat pertamanya setelah bertemu Matheo. 

Matheo yang sedang fokus pada jalanan hanya diam sebentar dan memberikan Yseult belatinya. 

"—apa seseorang sudah memberitahu atau menjemput puteri dan pangeran yang lain di tempat persembunyian mereka?" Lanjut Yseult.

Mendengar itu Matheo tidak bereaksi apapun. Hanya setelah ini Yseult menyadari bahwa kenapa dia bisa begitu saja menaiki kuda orang lain. Apalagi tidak ada yang pernah benar dari Matheo. Tangan kiri Yseult mulai memegangi belati itu dengan erat. Jika seseorang didepannya memiliki maksud lain, dia tidak akan segan menggoroknya dari belakang. 

Namun sebuah suara akhirnya terdengar darinya. "Hamba tidak yakin, tapi sepertinya belum ada. Para ksatria pangeran dan puteri diminta untuk berjaga di istana pembangkitan. Bagaimanapun juga ini situasi samar yang tidak begitu Raja prediksi akan sekacau ini. Nona—apakah hamba harus berbalik dan mengamankan mereka?" 

Matheo sepertinya bekerja dibawah Raja, dan kenapa ada perbedaan antara Raja dan Ratu. Padahal Ratu sudah bisa menyiapkan diri mengenai kemungkinan adanya kematian. Tetapi, ia akan memikirkan itu nanti saja. 

Yseult mengerinyitkan alisnya. "Kenapa bertanya padaku?" 

"Awalnya pangeran Soren meminta hamba menjemput anda, tetapi berubah pikiran setelah ia yakin nona pasti tidak akan memerlukan bantuan dan akan segera menemuinya. Dia akhirnya meminta saya berkeliling saja, menyelamatkan siapapun yang bisa diselamatkan" 

Yseult tersentak mendengarnya. Andai Soren tahu apa yang terjadi sebelumnya. Bisakah dia masih percaya jika Yseult bisa mengurus dirinya sendiri. Selama ini, didepan pria asing itu, hanya keberuntungan yang membawanya pada keselamatan. Bukan karena dia mampu. Rasanya begitu memalukan.

"Sebenernya kau siapa? Kenapa pangeran Soren memintamu begitu" sementara Yseult mencoba mengalihkan perhatiannya pada perasaan aneh didadanya.

"Oh? Betapa buruknya hamba dalam memperkenalkan diri. Sebenarnya saya ksatria pangeran Soren. Tetapi, karena saya juga jenderal ekspedisi, saya tidak seperti ksatria lain yang selalu bersamanya." Matheo tertawa diakhir kalimatnya. Padahal tidak ada yang lucu sama sekali. 

Kecuali jika dia menertawakan tugas gandanya. Ternyata kerajaan masih memikirkan Soren, meski memberikan ksatria sibuk padanya. 

Setelahnya Yseult segera meminta Matheo untuk berhenti. Awalnya dia agak takut ditinggal sendirian lagi, apalagi mereka mendekat kearah pria asing itu. Namun, kali ini Yseult yakin dia bisa. Dia malu pada Soren jika ternyata harus diantar. 

"Cukup sampai disini saja, pergilah dan pastikan pangeran dan puteri lain sudah mengetahui berita terbaru" 

Sementara Yseult ditinggal, Matheo segera beranjak dengan kudanya. Sesaat kaki Yseult goyah setelah tak ada siapapun didekatnya. Matanya mengintip belati yang dipegangnya erat. Bahunya adalah kelemahannya. Tubuhnya terus mengingat luka yang diberikan pria asing itu dan membuat trauma diluar maupun didalam. Sementara yang lain tidak bisa ia kendalikan, Yseult memantapkan hatinya untuk membuat luka dari pria itu tertimpa luka lain. Dengan cepat ia membuka pakaian pada bahu kirinya dan tangan lain merobek kulit tepat dibagian bekas lukanya. Yseult meringis sebentar tetapi ia merasa lebih baik, ia melanjutkan menimpa lukanya dengan luka baru pada sekeliling bahunya. Darah mengucur, tetapi ia tidak takut kehilangan lebih banyak.

Perlahan tubuhnya diselimuti api hijau, Yseult memantik sihirnya semakin hidup dan hidup. Sudah sejak lama ia mengubur sihirnya dalam-dalam, karena takut terdeteksi. Tetapi kali ini ia memutuskan untuk unjuk diri, setidaknya untuknya. Apapun untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Ia tidak bisa kehilangan dirinya sendiri saat ia bahkan belum menjadi lebih dekat dengan kesembuhan Keegan. Yseult sebelumnya sempat berlatih selama dua tahun lagi untuk menempa senjata lain. Namun, belum pernah benar-benar mengeluarkannya lagi. 

Api hijau itu menghangatkan tubuhnya, menyamarkan rasa perih pada bahunya. Yseult dengan pasti dapat merasakan nadinya berdenyut pada luka itu. Semakin tinggi denyutannya semakin ia memantrai dirinya bahwa pembuat luka itu adalah dirinya, bukan pria asing itu lagi. Jika ia harus terluka, dia bisa melakukannya sendiri lebih hebat dari siapapun. Hanya dia yang mampu membuat dirinya sendiri lemah bukan orang lain. Dengan jiwa yang lebih tenang, Yseult melangkah menuju rumah kaca milik pangeran Soren. 

Meski arah istana pembangkitan sihir sangat ribut akan pertarungan. Suara geraman, lesatan angin yang kencang bahkan ledakan sihir dimana-mana tak ada yang bisa membuat Yseult menoleh. Ia tidak peduli bahkan jika seseorang akan mati lagi. Biarlah urusan kerajaan diselesaikan oleh yang berkepentingan. Yseult cemas jika ia menengok sedikit dan berpapasan mata dengan pria asing itu, dia mungkin akan menggoyahkan kembali dirinya. 

Setelah sampai didepan pintu, sebuah rasa hangat yang lain seolah datang dan menyambut. Yseult membuka pintu tersebut, bagian atapnya sedikit hancur tetapi apapun didalamnya masih terlihat aman. Yseult menutup matanya merasakan kehangatan yang samar itu. Dia berjalan dengan instingnya dan mengikuti udara hangat itu. Sebuah aroma Jasmine mulai terhirup lembut. Ketika Yseult membuka matanya, ia berdiri tepat didepan setangkai bunga yang besar. Sekilas Yseult menduga itu adalah bunga bangkai—terutama karena bentuknya. Namun, bunga itu memiliki tangkai dan seharusnya juga beraroma kuat. Yang Yseult dapatkan adalah aroma Jasmine, tanah lembab, halus dan samar. Seolah aroma itu tidak benar-benar ada dan semua yang ia rasakan adalah fatamorgana. 

Tangan Yseult terangkat dan menyentuh sedikit bagian kelopaknya. Sesaat kemudian dia diinterupsi oleh sebuah suara polos dari belakang nya. 

"Nona istri?" Itu suara Soren.

Yseult berbalik mendapatkan Soren memunculkan sedikit wajahnya dan menatap kearah atas alias padanya dari balik semak-semak. Tanpa sadar sebuah senyum terlukis. Yseult merasa rumah kaca ini menenangkan, begitu dengan kehadiran Soren yang tiba-tiba. Ia terlihat seperti kelinci kecil yang sedang bersembunyi dari cerpelai.

Yseult mendekat dan berlutut di depan pangeran soren—didepan semak-semak. "Apa aku lama? Maaf aku tidak bisa membawa mereka bersamaku, sesuatu terjadi—tetapi tidak perlu khawatir, Matheo akan menjemput mereka, sekarang mereka akan segera tiba—" Yseult berhenti pada kalimatmya. Kemudian menarik nafasnya dalam dan melanjutkan. "Soren, terimakasih sudah menunggu"

Soren masih diam disana, ia meneliti sejenak betapa kacaunya Yseult ketika berpisah beberapa saat dengannya. Ujung kelopak matanya agak turun, Soren benar-benar menelisik wajah Yseult dengan seksama. Namun bibirnya urung untuk mengucapkan sesuatu berdasarkan reaksinya melihat Yseult. 

"Tadi kakak kedua datang, sebenarnya dia sangat sakit. Tapi, kuharap semua hal akan lebih terkondisi" 

Yseult ingat, dulu ia mencurigai pangeran kedua. Tetapi pria asing dan pangeran kedua jelas memiliki ciri fisik yang berbeda—berdasarkan pencampuran informasi dari keterangan ayahnya dan apa yang dia lihat sendiri. Namun, belum tentu bukan seseorang yang membawanya pulang saat itu. Masih ada rasa cemas dihatinya, ia takut jika seseorang yang dekat dengan kerajaan mengetahui prihal hari itu. Pada akhirnya tujuannya akan terbongkar dan ia akan lebih sulit mendekati putra mahkota. 

"Pangeran kedua sakit?"

Seketika ledakan sihir berwarna putih menghempaskan atap rumah kaca pangeran Soren. Pecahan kaca hancur dengan nyaring dan jatuh. Yseult denga sigap melindungi pangeran Soren dengan jubah hitamnya. Air hujan akhirnya masuk kedalam dan membasahi tanaman disana.

"Ini?" Yseult yakin sebelumnya ia melihat Raja dengan warna sihir ini juga. Apakah yang ia lihat sebelumnya mengenai kematian Raja ternyata tidak nyata?

Soren dengan refleks memegangi kaki Yseult dan dengan canggung berdiri setelah hujan kaca itu sirna. "Itu sihir kakak kedua, jika dia memilih bertarung—nona istri kita sebaiknya pergi ke selatan. Semua orang akan berkumpul disana" 

Hati Yseult condong. Ia mengingat kekhawatirannya mengenai keluarga. Jika istana runtuh, Bethuthia tidak akan berdiri lagi. 

Disisi lain Soren sepertinya mengerti reaksi itu. Terutama karena Yseult dengan jelas membuat gestur menyondongkan diri ke depan, menuju kearah kota Bethuthia, raut wajahnya juga seolah ingin berlarian kesana dalam kepanikan. 

"Pangeran Regis adalah seseorang yang lebih mementingkan rakyat, dan dia juga bisa menggunakan sihir lebih dari satu dalam waktu yang sama. Dia seperti kesatuan dari kakak keempat dan kelima .. bahkan lebih dari mereka" tangan Soren terulur ingin menyentuh dan menenangkan Yseult tetapi ia hanya bisa berhenti di udara. 

Yseult berbalik untuk melihat secara langsung apakah Soren berani menghiburnya dengan harapan palsu. Namun, sama seperti biasa, Yseult tidak pernah bisa melihatnya berbohong. Bahkan raut keraguan terkecil saja tidak bisa dia dapatkan. Akhirnya ia memilih memberikan kesempatan. Jika dia melihat kondisi memburuk, ia tak akan ragu mengeluarkannya sihir rakyatnya dan pergi ke Bethuthia dengan teleportasi—apalagi semenjak sihirnya sudah lama tidak digunakan Yseult memiliki banyak cadangan tenaga.

"Baiklah, kita akan menunggu disana" 

Melihat Soren memasukkan rumah kacanya pada kalungnya lagi, Yseult tiba-tiba tidak yakin dengan pilihannya. Tetapi ia menahannya dengan keras selama mereka menaiki kuda yang Matheo siapkan untuk Soren sebelum ia datang dan benar-benar pergi keluar dari gerbang istana yang lain. Kebetulan, setelah mereka keluar dari istana. Sebuah dentuman dan cahaya sihir putih meluas membentuk dinding yang mengelilingi istana. Naga besar lain yang hanya menampakkan wajahnya dilangit juga menggeram hebat seolah hendak membuat langit runtuh. Setelahnya Yseult kehilangan atensi sampai dia dan pangeran Soren menemukan tantangan lain dijalan mereka. 

Sekelompok orang berjubah kehijauan menghalangi jalan dan mengeluarkan pedang mereka. Yseult dengan cepat meraih tubuh pangeran Soren dan menjatuhkan diri kearah samping, tepat setelah sebuah pedang melayangkan hujaman kearah mereka. Soren meringis karena pelipisnya menghantam batu, ia sedikit pusing disana. Sedang Yseult tidak terjatuh, ia mendarat dan membungkukkan tubuhnya kemudian melesat bertarung dengan mereka. Soren ingin sekali membantu, tetapi bayangan kelompok itu dan Yseult tiba-tiba menjadi beberapa orang dimatanya. Alhasil ia mengedipkan matanya dan berusaha membuat pandangannya normal terlebih dahulu. 

Di sisi lain, Yseult tidak keberatan sama sekali. Meski tangannya tergores dan mengeluarkan darah tipis, ia tanpa berfikir mengayunkan pedang pangeran Soren dan melindungi mereka. Tak ada satupun dari kelompok itu yang bisa meraih Soren dibelakangnya. Pedang mereka satu persatu berterbangan jauh dan sulit digapai. Mereka bisa saja pergi untuk membawanya tetapi akan mati terlebih dahulu di pedang Yseult sedetik kemudian. Meski lebih banyak orang, bagi Yseult mereka jauh dari sedikitpun mendekati keterampilan berpedang pangeran Czar. 

Setelah ditelanjangi dari senjatanya. Mereka mundur beberapa langkah dan rona hijau mulai menjalari tubuh mereka. Yseult terhentak sedikit menyadari jika kelompok orang di depannya adalah pengguna sihir rakyat. Dia hanya tersenyum setelahnya. 

Orang-orang itu mulai mengumpulkan energi sihir mereka, membentuk jarum-jarum dan bola-bola sihir serta mengarahkan semuanya pada Yseult. Soren sempat bangkit berusaha menjauhkan Yseult darisana, tetapi sejurus kemudian Soren mendapati dirinya memeluk kudanya. Ia tidak tahu apa yang baru saja terjadi, seolah dunianya berubah seketika. Atau seseorang melakukan sesuatu padanya dengan sangat cepat. Saat berbalik, orang-orang itu sudah mati dengan kepala mereka terpotong-potong. 

Yseult, sang tersangka, berdiri kembali dari sikap kuda-kudanya, bersamaan dengannya sebuah tubuh terjatuh dengan kepala terpenggal. Yseult menghentakkan tangan, mencipratkan darah dipedangnya pada rerumputan. Dia berlebihan kali ini, Yseult merasa ia kurang ajar. Hanya karena rasa percaya dirinya hancur beberapa waktu lalu, sekarang ia dengan sengaja mendramatisir dalam melawan keronco amatiran. Tetapi, Yseult sangat memerlukan rasa dominasi ini. Ia membutuhkan bukti bahwa dia nyatanya bisa bertarung dan mampu melakukan sesuatu. Hanya saja ada banyak hal yang harus diperbaiki dari dirinya ketika menghadapi si pria asing, itu saja. 

Matanya mengerjap, Soren semakin memeluk kudanya dan membawanya begitu rapat dengan pipinya. Yseult disamping itu baru sadar jika ada Soren yang melihatnya. Dia menghadapinya dengan sedikit ragu, Soren bisa saja sangat panik mendapati istrinya yang baru ternyata bisa membunuh orang. 

"Soren, itu—aku hanya membela diri" Yseult tidak akan menyebutkan bahwa ia melindungi mereka berdua. Pria biasanya memiliki ego mendasar yang sensitif ketika ia tidak bisa diandalkan dalam melindungi wanitanya. Yseult masih memerlukan Soren dalam misinya, ia tidak akan membuat Soren kabur dulu. 

Soren membulatkan mata, pipinya masih menyatu dengan kulit kuda. Perlahan pelukannya melonggar dan ia takut-takut menuju kearah Yseult. 

"Maaf, karena aku, Nona istri sampai harus berbuat demikian. Kumohon maafkan aku yang tidak berguna—" Soren hampir saja bersujud di depan Yseult. Wanita berjubah hitam itu segera meraih Soren yang menunduk kemudian mendorongnya kecil dan mengurungnya di perut kuda, mensejajarkan tubuh dengannya. Yseult meraih pipi Soren yang sedikit lebih tinggi darinya untuk mendapatkan tatapan dari pria itu. 

"Kau bisa melindungiku kapan saja selanjutnya, dengan caramu sendiri. Hari ini, kebetulan saja masalah kita adalah sesuatu yang dasarnya adalah satu-satunya keahlian ku. Maaf jika kau harus melihat sisiku yang kurang manis" tatapan dan nada Yseult sangat seduktif. "Tapi aku yakin, selanjutnya pasti kau yang melindungiku"

Ia tidak membiarkan Soren melihat kearah lain selain dirinya. Pesan itu harus sampai dan Yseult dengan tegas akan menyampaikannya. 

Bingo. Pesan itu berhasil tersampaikan. Soren memerah, entah apa yang ada dipikirannya. Namun, kali ini tubuh Yseult memang sedikit berdempet dengannya, apalagi wajahnya dekat. Yseult harus memastikan jika pangeran Soren masih melihatnya secara romantis meski ia sudah melihat sisi non-feminimnya. Perasaan Soren padanya harus tumbuh, itu akan lebih mudah dikemudian hari untuk bisa mendapatkan segala miliknya. 

"A-aku mengerti, nona, aku mengerti" Soren lebih terlihat seperti pikirannya sudah keluar dari bumi ini. Seperti bayangan semu, Yseult seolah melihat pusaran air di netra Labradorite-nya.

Guntur secara tiba-tiba bergema. Hujan semakin deras dan kabut mulai turun. Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju selat. Kali ini Yseult yang mengendalikan kuda itu. Mereka dengan cepat bergerak melewati hutan dan mendapati dinding tinggi menjulang di perbuktian. Gempa beberapa kali terjadi dan pusaran angin yang kuat sempat membuat mereka jatuh dari kuda. Namun, itu tidaklah sia-sia, mereka sudah sampai. 

Penjaga melihat pangeran Soren dari kejauhan dan membuka pintu gerbang sebelum Yseult dan Soren menunggu. Sesampainya mereka, Yseult turun diikuti oleh pangeran Soren. Pelayan datang dan memberikan handuk pada pangeran Soren sementara gadis berambut hitam panjang itu memeras ujung-ujung jubahnya. Tak lama tangan lain membantunya, ia bahkan menawarkan diri untuk membukakan jubah basah itu untuknya. Yseult awalnya akan menerima tetapi urung setelah sadar ia memiliki luka disana, ia takut akan membuatnya khawatir dan memilih untuk menggantinya sendiri nanti. 

Mereka tampak damai sentosa dengan waktu tenang itu sampai seseorang berteriak menggema dari lantai atas. 

"TUTUP GERBANGNYA! MATA-MATA MASUK! ADA PENGGUNA SIHIR RAKYAT YANG MEMASUKI WILAYAH INI!" Dengan tergesa seseorang lari dari arah tangga. Secara mengejutkan itu Zach, pangeran ketujuh. 

Yseult bingung antara kenapa pangeran Zach bisa sampai lebih dulu darinya dan apakah kelompok yang tadi masih memiliki anggota yang mengejarnya. 

Di ujung tangga, Zach juga sepertinya bingung dengan apa yang dilihatnya. Perlahan sosoknya turun dari tangga, pedangnya ia genggam erat, rona Sage memercik dari pangkal pedang yang sedikit terangkat dari sarungnya. 

Zach menatap bingung Soren dan Yseult bergantian. Kemudian mengunci matanya pada Yseult. Mata hijau yang sedang ditatap Zach membeku diam ditempat dan tidak mengikuti sang pangeran ketujuh. Yseult agak takjub jika seseorang yang Zach maksud adalah dirinya. Ia memang mengeluarkan sihir rakyatnya beberapa waktu lalu, tapi ia yakin tak ada yang tersisa darinya. 

Perlahan Zach meraih tangan Soren yang berada di sisi Yseult. Soren yang juga bingung namun cermat dalam menilai situasi, mencoba meyakinkan Zach yang menariknya menjauh dari Yseult. 

"Dalam perjalanan kami memang bertemu sekelompok dari mereka, mungkin saja sihir mereka masih sedikit menempel pada kami" 

Zach yang tidak peduli akan penjelasan Soren tetap menariknya kebelakang. Para pelayan mundur menjauh darisana, sedang para penjaga mengikuti Zach mewaspadai Yseult dan mengunuskan pedang mereka padanya. 

Soren panik, ia mencoba untuk maju dan menghalangi Zach untuk mencurigai Yseult. Tetapi Zach membentaknya sebelum Soren akan berbicara lagi. "ADA YANG ANEH DARINYA!" 

Yseult menutup matanya agak lama kemudian melihat Zach dari ujung ekor matanya, ekspresinya tenang seperti air. "Apa maksudmu—" seketika Yseult menghadapkan dirinya langsung pada Zach. Netra pangeran ketujuh merah menyala, seperti milik Ratu, juga Czar, mereka layaknya Ruby yang bersinar. 

Pangeran Zach seolah sedang melotot, ia terlihat sensitif pada pergerakan apapun. Perlahan sebuah lingkaran putih terbentuk dari sisi netranya. 

Sedetik kemudian ledakan cahaya sihir dan daun semanggi memenuhi mata Yseult, ia terlempar cukup keras kearah dinding. Yseult terjatuh dengan tulang ekornya yang menghentak lantai, sensasi sengatan tajam menderanya hingga ujung kepala. Yseult lengah, ia tidak merasa dirinya terlempar karena cahaya ledakan itu. Yang ia sadari pantatnya sudah menyentuh tanah. 

Samar-samar Yseult mendengar Soren berteriak padanya namun beberapa orang menahannya. 

Yseult bangkit dan berusaha untuk bersembunyi terlebih dahulu. Rasanya ia bisa lumpuh, tulang ekornya benar-benar sakit, ia bahkan berjalan dengan tertatih. Dan juga masalah apalagi ini, tidak bisakah ia istirahat sejenak dan tidak dibuat gila setiap detik. 

"Kenapa bersembunyi? Sikapmu mengaku bahwa kau salah satu dari mereka, Apa ini tujuanmu menikahi kakakku?" Suara pangeran Zach perlahan mendekat. Itu luar biasa karena akhirnya Zach mengakui Soren, tetapi Yseult masih mati-matian menahan rasa sakit ditulang ekornya, ia tidak sadar akan detail itu. Yang ia pikirkan adalah kenapa saudara Soren suka sekali mencari masalah dengannya. 

"Aku yakin sekarang, mataku spesial. Dan apa yang ada didalam tubuhmu, sama seperti mereka" Zach memunculkan dirinya dari arah samping Yseult dan langsung melayangkan tangannya, namun sihirnya meledak kearah lain. Yseult memegangi lengan Zach dan menguncinya. 

"Bisakah aku dibiarkan istirahat? Ini hari yang terlalu panjang untukku" Yseult benar-benar menunjukkan kelelahan dari raut wajahnya. Ia menahan rasa sakit dari pergerakan tiba-tibanya itu.

Zach yang panik mencoba melepaskan diri namun Yseult yang lebih ahli bermain fisik seperti merundungnya karena keterampilan 'bocah' pangeran ketujuh. Kepala Zach beberapa kali tertoyor atau sendinya berputar. Sihirnya meledak kesegala arah tetapi Yseult masih bisa membelokkannya. Zach berakhir rata dengan lantai. 

"Lepaskan! Lepaskan aku! Kakak keenam, bantu aku! Dia penjahat! Dia pengguna sihir rakyat! Percayalah padaku! Mataku spesial! Aku yakin sekarang!" Zach meronta dalam keputusasaannya. 

Soren yang khawatir akan mereka berdua mendekat, "Kita bicarakan nanti, ya? Kumohon, kalian berdua tenang dulu" Namun para penjaga terlebih dahulu berlari dan hendak menyerang Yseult. 

Yseult menghela nafas panjang dan mundur beberapa langkah. Gurunya saat dihutan pernah mengatakan detail ini dari pengguna sihir putih. Terkadang keturunannya memiliki cincin perak dimata mereka, dikatakan jika cincin itu dapat melihat segalanya. Menelanjangi kebohongan dan mengungkap kebenaran. Namun, karena presentasinya yang tidak diketahui—bahkan oleh penggunanya. Kemampuan cincin perak itu tidak bisa didefinisi dan dikategorikan. Zach selama ini mungkin salah satu yang tidak tahu pasti apa yang dilihatnya itu. Tetapi, ini masuk akal untuk sekarang, jika ternyata Zach melihat hal yang 'sama' dari pengguna sihir rakyat yang menyerang istana dan Yseult.

Tidak ada jalan lain. Jika pangeran kedua atau Ratu mengetahui kemampuan ini, Yseult akan lebih sulit untuk mengendalikan situasinya. Mungkin, dia memang seharusnya melakukannya dari jalan yang lebih kasar untuk kesembuhan Keegan. Jalan yang lebih beresiko, jahat dan yang bisa menunjukkan dirinya dengan bebas. 

Rona hijau yang berbeda seperti terpantik dan menyala dengan kuat dari tubuh Yseult. Berbeda dengan hijau lembut milik Zach, sihir rakyat memiliki warna hijau yang lebih kelam. Sedang milik Yseult jauh lebih bersinar seperti zamrud. Rambutnya perlahan juga bersinar dan berubah menghijau. Yseult benar-benar bertekad menghancurkan citranya dan menjadi dirinya sendiri. Itu artinya ia akan sendirian mulai sekarang. Soren bahkan tidak akan bisa menemaninya lagi. 

Senyum simpul yang dalam menghiasi wajah dinginnya. Yseult mengedikkan bahunya. "Jika sudah ketahuan, mau bagaimana lagi" 

Continue Reading

You'll Also Like

17.2K 949 16
Seorang gadis terbangun disebuah ruang bawah tanah tanpa mengetahui bagaimana dan kenapa dia bisa berada dibawah sana.
2.6K 370 29
Samantha Averly Milano. Dia merasa Dunia ini berpusat hanya pada dirinya dan semua tentangnya. Sam hidup tidak pernah kekurangan satupun. Entah itu k...
2.8K 235 8
Rio mencintai Shabila. Rio rela memberikan hidupnya untuk Shabila. Cinta Rio untuk Shabila tak akan pernah padam bahkan jika Rio mati sekalipun. Jika...
591 96 16
══════════ ꧁꧂ ══════════ Judul : Freesia Refracta Penulis : Ucu Irna Marhamah ══════════ ꧁꧂ ══════════ "Kau yakin? Kau benar-benar bersedia menikah...