Between Jersey & Macaron (END...

By jhounebam

205 37 144

Abelle Estania, adalah seseorang yang berjuang demi menggapai mimpinya untuk masuk DBL. Bukan orang lain yang... More

Notes
Visual
Bab 1 Kejutan di Depan Rumah
Bab 2 Kesan Pertama dari Sup
Bab 3 Persaingan Sengit
Bab 4 Macaron Pelangi
Bab 5 Tim Tak Terduga
Bab 6 Wajah Sekolah
Bab 7 Rahasia Manis
Bab 8 Lemparan Bebas
Bab 10 Jus Stroberi
Bab 11 Kecewa yang Tersembunyi
Bab 12 Ini Bukan Keberuntungan
Bab 13 Untuk yang Terakhir, Sungguh
Bab 14 Ini Tak Mudah
Bab 15 Pertandingan Dimulai
Bab 16 Kenyataan yang Tak Diinginkan
Bab 17 Ketakutan Menjalar
Bab 18 Saatnya Mengakhiri Semua Ini
Bab 19 Sedikit Lagi
Bab 20 Hari Pembalasan
Bab 21 Terlalu Singkat
Bab 22 Alasan untuk Sebuah Senyum
Bab 23 Menjalankan Mimpi
Bab 24 Taman Malam
Bab 25 Ujung Gua yang Sempit
Bab 26 Biarkan Aku Pergi
Bonus Chapter
Notes <3

Bab 9 Hampir Redup

6 2 4
By jhounebam

Waktu sparing dengan sekolah sebelah tinggal satu minggu lagi. Abelle sudah melalui satu minggu penuh ujian kemarin. Energinya terkuras habis untuk belajar sampai larut malam. Abelle tidak memberitahu kepada siapapun soal obrolannya dengan Pak Abi. Mita yang melihat Abelle tiba-tiba rajin belajar senang-senang saja, dia pun tidak bertanya banyak dan membiarkan anaknya fokus.

Pada saat hari ujian datang, Abelle benar-benar pasrah. Ia mengerjakan ujian sesuai dengan apa yang ia pelajari, dan setelah selesai langsung ia lupakan lagi. Abelle tak tahu lagi apakah pertanyaan yang ia jawab benar atau salah, yang penting ia sudah menjawab semua soalnya.

Abelle berusaha menyingkirkan pikirannya yang masih nyangkut di hari-hari ujian kemarin.

Out!” Coach Jeffrey meniup peluit. Salah satu anggota tim lawan melempar bola dari luar garis lapangan.

Latihan kali ini adalah latihan untuk sparing minggu depan. Tim yang terpilih untuk sparing melawan yang tidak terpilih, sekalian mereka juga latihan kata Coach Jeffrey. Selama Abelle belajar mati-matian untuk ujian, di saat yang sama pula Abelle berlatih keras untuk sparing.

“Bintang! Sini!” Keisha berlari kesana kemari menghindari defense lawan. Begitu pula Abelle, ia berusaha mencari tempat kosong karena Bintang sudah menghentikan larinya, jadi ia tak bisa kemana-mana. Jika sudah berhenti lalu berlari lagi, maka itu akan dikenai pelanggaran travelling. Satu-satunya cara untuk bertahan adalah bertumpu pada satu kaki, alias melakukan teknik pivot.

Bintang melihat Abelle yang tidak bisa ditahan oleh defense lawan karena berlari dengan lincah. Tetapi di saat Bintang melempar bola, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Bugh! Kaki Abelle tersandung kakinya sendiri saat berlari sehingga ia jatuh. Lukanya yang sudah kering beberapa hari lalu kembali tergores.

Di saat itu pula bola terlempar, tapi Abelle tidak bisa bangun dengan cepat karena lukanya mengeluarkan darah.

“Abelle, cepetan itu bolanya!” Bintang berseru. Sayangnya, bola itu dapat dengan mudah diambil lawan karena Abelle tidak bisa berdiri dengan cepat.

“Cepetan bangun, woi!” Seruan Bintang semakin keras.

Bola akhirnya dikuasai tim lawan. Bintang dan anggota tim sparing lainnya pasrah saat melihat bola digiring menuju ring, dan akhirnya mencetak poin. Bintang mendecak kesal.

“Duh, Belle! Kenapa pake jatoh segala, sih?” Ia mendekati Abelle dengan kondisi emosi yang meluap-luap.

Sorry— aduh,” Abelle mengaduh kesakitan. Ia dibantu Keisha berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan.

“Kalo jatoh tuh langsung bangun! Kemaren ‘kan kamu bisa nahan lukanya, kenapa sekarang jadi gini, sih?”

“Bintang, tenang. Jangan emosi sama tim sendiri,” tegur coach, ia meniup peluit untuk menghentikan pertandingan sebentar.

“Chelsea, tolong ambil kotak P3K di UKS, obatin di sini aja,” perintah Coach Jeffrey.

Abelle duduk di tribun penonton, memandangi lukanya yang tergores lagi. Sekali lagi, Abelle terjatuh. Mengapa ia menjadi sangat lemah akhir-akhir ini? Apakah selama ini ia tidak memberikan yang terbaik? Padahal Abelle merasa ia sudah bekerja keras untuk pertandingan ini. Ia mengerahkan semua tenaganya demi mimpinya.

Abelle merasa ini bukanlah dirinya. Lemah dan sering terjatuh. Rasa sakit akibat luka yang tergores lagi terasa lebih nyeri dari sebelumnya. Apakah Abelle harus mundur dari pertandingan ini? Sepertinya perkataan Bintang tempo hari benar. Ia ragu bisa membawa pulang piala kemenangan jika kakinya tidak bisa berlari dengan maksimal.

“Belle, kamu udah ngasih yang terbaik, kok.” Chelsea tiba-tiba datang dengan kotak P3K di tangan.

“Jatoh itu bukan berarti lemah. Kalo kamu percaya sama diri sendiri, pasti rasa sakitnya bisa ilang dan kamu bisa lanjut main buat sparring.” Chelsea membersihkan luka dengan air dari botol minumnya.

Kedua mata Abelle berkaca-kaca karena kata-kata Chelsea saat ia mengobati lukanya. Sentuhan terakhir, Chelsea melilit lutut Abelle dengan perban dengan ikatan yang rapi dan kuat.

“Makasih, ya, Chel,” ucap Abelle pelan.

“Yuk, semangat lagi!” Chelsea membantu Abelle berdiri. Abelle mencoba untuk menggerakkan kakinya. Masih terasa nyeri tapi tidak sesakit tadi.

“Kumpul semua!” Coach Jeffrey memberi kode tepuk tangan tiga kali. Semua murid langsung mengerumuni Coach Jeffrey.

“Latihan hari ini jadi pelajaran buat kalian semua. Jatoh itu bukan kesalahan, tapi usaha lah buat cepet bangkit dan lanjutin pertandingan. Tim sparing juga harus lebih kompak satu sama lain, bentuk strategi yang paling pas buat kalian. Kayak sparing-sparing kita dulu, kita harus bawa pulang piala kali ini. Understand?”

Bintang memutar bola matanya malas mendengar coach menyinggung soal tim sparing.

Yes, coach!” seru semua orang dengan berapi-api.

Coach mengarahkan anak-anaknya untuk melakukan tos tim. Setelah itu, ekskul pun bubar. Semua orang pamit satu per satu. Abelle pun sama, ia ke tribun penonton untuk mengambil tas nya.

“Belle, kakimu serius nggak kenapa-kenapa?” Keisha bertanya khawatir.

“Iya, nggak apa-apa, kok.”

“Tapi keliatannya sakit banget … Yakin bisa main nanti, Belle?” Celine gantian bertanya.

“Bisa lah pasti. Tenang aja—”

“Heh.”

Seseorang tiba-tiba muncul di belakang mereka.

Bintang.

“Kaki jadi cacat gitu, yakin masih bisa lari?”

“Cukup deh, Bintang. Omonganmu nggak bakal bikin kaki Abelle sembuh.” Keisha maju membela temannya. Wajahnya benar-benar menunjukkan bahwa ia sangat geram dengan orang satu ini.

“Kakiku nggak bakal separah ini kalo bukan gara-gara kamu kemaren!” Abelle tiba-tiba bangun dan mendorong bahu Bintang dengan telunjuknya.

“Makanya jadi orang jangan lemah! Kalo sampe kita kalah nanti, itu salahmu!” Tak terima, Bintang menepis tangan Abelle. Kedua alisnya menyatu dan terlihat jelas amarahnya. Setelah berkata seperti itu ia balik kanan dengan sombongnya.

“Jangan dipikirin ya, Belle. Kalo kamu yakin bisa, kamu pasti bisa tetep main nanti,” hibur Celine sambil mengelus punggung Abelle.

Setelah beberapa menit Abelle menenangkan diri, ia, Keisha, dan Celine berjalan keluar sekolah bersama. Mereka melewati pak satpam dengan mengangguk menyapa.

“Eh, itu spanduk kita bukan, sih?” Keisha berseru semangat. Ia berlari lebih dulu keluar gerbang. Celine awalnya ingin ikut berlari juga, tapi ia teringat ia sedang membopong Abelle.

Abelle kebingungan melihat Keisha yang tadinya tampak semangat, kini menunjukkan raut wajah heran. Saat Abelle akhirnya bisa melihat dengan jelas spanduk itu, ia tahu kenapa Keisha bisa keheranan seperti itu.

“Loh, kok …”

Terpampang lima foto anggota tim sparing. Tapi yang membuat heran adalah, ukuran foto Bintang terlihat lebih besar daripada yang lain. Mereka bertiga memeriksanya lebih seksama lagi, dan benar, wajah Bintang berbeda sendiri.

“Kok bisa fotonya dia gede sendiri?” komentar Celine tak sudi.

Abelle menduga ada yang tidak beres di sini. Mereka berfoto bersama di tempat yang sama, dan tidak ada sesuatu yang terjadi saat itu. Orang-orang yang membantu sesi foto pun tidak ada yang mencurigakan.

Kecuali … jika hal ini terjadi sebelum sesi foto.

<><><>

Helooo! BJAM balik lagi nih! Gimana menurut kalian chapter ini? Kira-kira ada apa di balik spanduk itu ya? Yang bisa nebak jago sih!

Jangan lupa vote ⭐ dan komen 💬 yaa, thanks! ><

Continue Reading

You'll Also Like

Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 69.9K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
622K 13.3K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.2M 250K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...