Mafia Game | TXT & ENHYPEN

By bbeargyuv

2.1K 232 24

"Mafia game kali ini beda. Kalau kalah, nyawa taruhannya." More

prologue >>>
cast >>>
satu >>>
dua >>>
tiga >>>
empat >>>
lima >>>
tujuh >>>
delapan >>>
sembilan >>>
sepuluh >>>
sebelas >>>
dua belas >>>
tiga belas >>>
empat belas >>>
lima belas >>>

enam >>>

88 9 0
By bbeargyuv

Beomgyu bermain menggunakan rencana. Berbahaya, jika ada orang lain tahu. Kenapa? Gak apa-apa, biar keren aja.

Karena rencananya berbahaya, tidak mungkin dia menjalankan sendiri. Kini, dia bersama seseorang yang juga ikut permainan aneh ini.

"Gyu, lo beneran mau ngelakuin rencana ini?"

Beomgyu mengangguk. "Iya, gue yakin."

"Tapi ... kalau nanti polisi, dokter, sama yang lain tahu, gimana? Gak bahaya ta?"

"Karena berbahaya, makanya gue berani coba."

"Aneh," cibir pemuda tampan di hadapan Beomgyu.

"Dari dulu juga lo tahu kalau gue aneh," balas Beomgyu datar.

Saat akan turun ke lantai di bawah, keduanya dikejutkan oleh seseorang yang juga merupakan pemain. Mereka sangat terkejut. Takut, bruh.

"Eh? L-lo ... ngapain di sini?" tanya Beomgyu ketar-ketir.

"Sembunyi lah!"

Beomgyu melirik teman dekatnya. Memberi isyarat untuk mengeluarkan benda dari balik jas seragam keduanya.

"Kalian nyesel kalau bunuh gue sekarang."

"Kenapa?" tanya teman Beomgyu ragu-ragu.

Dia terkekeh. "Gue udah tahu rencana kalian, loh. Mau gue bocorin ke yang lain?" tanya orang tersebut dengan nada mengancam.

"JANGAANN!!!" teriak Beomgyu dan orang di dekatnya, serempak.

Pemuda itu kembali terkekeh. "Lebih baik kalian ikut rencana gue."

Mata Beomgyu memicing. Tidak akan percaya begitu saja pada orang di hadapannya. "Alasan?"





















Dia mengangkat salah satu bibirnya ke atas. Smirk yang menyeramkan. Terlebih dingin menerpa kulit mereka bertiga.

Dia mengeluarkan sesuatu dari balik jas. "Ikut atau gue bunuh kalian sekarang juga."




Beomgyu menelan saliva, begitupun teman dekatnya. "Mati, gue," rutuk Beomgyu pada dirinya sendiri.



















































Sunghoon berjalan bersama Heeseung, mengelilingi bagian sekolah lantai satu. Mulai dari ruang kelas hingga gudang.

Keduanya sepakat untuk mencari petunjuk yang memungkinkan untuk keluar dari permainan sialan ini.

"Lo nemu petunjuk, Hee?"

Heeseung menggeleng. "Belum, Hoon. Kayaknya si pembuat permainan emang asli pengen bunuh kita, deh. Gak ada petunjuk apa pun dari tadi."

Sunghoon mengangguk kecil. "Bisa jadi." Lelaki itu melihat jam tangannya. Sudah waktunya. "Hee, lo curiga sama siapa?"

Heeseung melirik Sunghoon yang tampan itu. Dia akui, pemuda Park tersebut memang ganteng. "Jujur, ya. Dari awal gue udah curiga sama lo."

"Lah? Dari tadi kita berdua, lo gak gue apa-apain, 'kan? Lo gak percaya sama gue?" Sunghoon merasa kesal. "Jujur, gue juga gak percaya sama lo." Terlihat Heeseung sedikit terkejut.

Sama seperti kecurigaan Heeseung pada dirinya, Sunghoon juga curiga pada Heeseung. Tidak. Bukan hanya pada pemuda Lee itu. Sunghoon curiga pada semua pemain di sini, kecuali seseorang.

Sunghoon menghela napas pelan. Dia berharap kalau orang yang dia percaya tersebut bisa bertahan hingga akhir permainan. Menjadi pemenang.

Setelah melihat jam di tangannya, Sunghoon menatap Heeseung. "Hee, gue rasa udah cukup. Makasih waktunya. Gue mau sembunyi dulu," ucap Sunghoon.

"Lo beneran curiga sama gue, Hoon?" Heeseung menaikkan salah satu alisnya.

Sunghoon malas memperjelas perkataannya lagi. Karena itu, dia memilih berbelok dan meninggalkan Heeseung yang masih berdiri di sana. Menatap punggung Sunghoon dari jauh.

Heeseung menarik senyum tipisnya. "Gue harap lo gak menyesal sama pilihan lo, Park Sunghoon."

Tepat selepas Sunghoon meninggalkannya, Heeseung melihat sesuatu tertempel di salah satu tiang bangunan yang ada. Matanya menyipit sebelum akhirnya memutuskan untuk mendekat ke benda yang dilihatnya.

Heeseung terkekeh kecil setelah menyadari benda apa itu. Sebuah petunjuk yang mungkin akan berguna baginya dan temannya. Namun, Heeseung masih ragu. Benarkah ini memang petunjuk yang sengaja ditinggalkan?

Terlepas dari keraguannya, Heeseung lebih bertanya-tanya pada sesuatu. Kenapa petunjuk ini dia temukan tepat setelah Sunghoon tidak lagi di dekatnya?

"Itu berarti sebuah petunjuk juga, Kak Heeseung."

Heeseung membalikkan badan. Terkejut. "Sejak kapan lo di sini?!"



















































Sunghoon belum sepenuhnya pergi dari Heeseung. Pemuda itu bersembunyi di balik sebuah tembok. Dia mengintip dan mendengarkan pembicaraan Heeseung dengan salah satu adik kelasnya.

Dasar tukang nguping.

Sok tahu banget tuh bocah batin Sunghoon saat namanya disebut-sebut. Merasa tidak mendapat faedah apapun, Sunghoon berbalik. Kembali melanjutkan langkah.

Pemuda Park itu melihat jam tangannya. Baru berjalan tiga puluh lima menit sejak babak pertama dimulai. Artinya, masih ada dua puluh lima menit tersisa. Harus ke manakah dia? Apakah sebaiknya mengisi perut yang sudah cukup keroncongan akibat cacing yang menggeliat?

"Pukul 10.30 mulai pencarian petunjuk sama Heeseung, pukul 10.47 pisah sama Heeseung, pukul 10.48 nguping, pukul 10.49 lanjut cari kegabutan. Eh anjir, sebelum itu gue ngapain, ya?" monolog Sunghoon. Dia kalau tidak ada partner ngobrol, bisa bicara sendiri sampai lupa waktu.

Sunghoon melewati tangga untuk sampai ke lantai dua. Ruangan yang pertama dia lihat adalah gudang. Kalau ditanya apakah Sunghoon akan ke sana, tentu saja tidak. Namun, sebuah suara menginterupsi langkahnya. Bukan dalam gudang, tetapi tepat di sebelah ruangan itu.

Penasaran, Sunghoon pun melangkah ke sumber suara, pelan-pelan. Sampai di sisi salah satu gudang, dia menempelkan tubuh ke dinding. Indra pendengarannya dipertajam. Hadeuh, nguping lagi.

"JAUH JAUH DARI GUE, LO, ANJIR!!" teriak seseorang yang sepertinya tengah marah.

"Heh! Gue gak ada niat jahat sama lo. Sumpah deh! Percaya sama gue!" balas orang lainnya.

"Cih, gak ada yang bisa dipercaya sekarang. Diem di situ atau gue teriak!"

"Bangke. Lah lu kira dari tadi lu ngapain? Nyinden?!"

"DIEM, KAMBING!! GAK USAH IKUTIN GUE LAGI! Iya gue tahu gue ganteng, tapi mohon maaf gue masih lurus."

"Anjing. Dikira gue homo apa?! Walaupun lu bayar berapapun juga gue gak bakal mau sama lu. Ewh."

"Oh, bocah kampret! Diem! Gak usah ikutin gue lagi! Lo gak bakat jadi sassaeng! Bye!"

"Cih, gak lagi-lagi deh gue ngikutin lu!"

Terdengar kedua orang itu berjalan dengan langkah keras, saling berbeda arah. Salah satunya menuju arah Sunghoon berada. Oh, gawat! Apakah Sunghoon harus bersembunyi?

"Loh, Sunghoon?"

Teteww, Sunghoon sudah ketahuan menguping. Dia pun menoleh ke sumber suara seraya menyengir canggung. Namun, kemudian matanya terbuka lebar.

"Jay?! Lo tadi debat sama siapa?" tanya Sunghoon.

"Sama orang gak waras. Males ah bahas tuh orang." Jay memutar bola matanya. "Eh, tadi lu nguping?"

"Gak sengaja denger, hehe."

Awalnya Sunghoon akan langsung pergi setelah berucap demikian, tapi matanya tidak sengaja menangkap salah satu tangan Jay. Sepertinya perkara ini harus ditanyakan.

"Jay," panggil Sunghoon.

"Apaan?"





























"Pisau di tangan lo ... buat apaan?" tanya Sunghoon sedikit ketar-ketir. Dia takut tiba-tiba Jay menusuknya begitu saja.

Mendengar hal itu, Jay mengangkat sedikit tangan kanannya. Pemuda bernama asli Park Jongseong itu berdecak. Oow, dia sudah ketahuan.
























rencana beomgyu apaan yaahh??😏

btw, happy new year, guys!🥳

Continue Reading

You'll Also Like

22K 5.6K 44
[COMPLETED] -TREASURE (트레저) Awalnya jumlah mereka adalah dua belas, namun salah satu diantara mereka berubah. Start: 17 Maret 2021 End: 31 Juli 2021
14.5K 2.8K 13
Sebuah kejadian yang seharusnya menjadi suatu hal yang menyenangkan, tapi kesenangan tersebut berubah menjadi rencana untuk bertahan hidup namun satu...
449K 25.9K 39
[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis cantik keturunan mafia rusia yang tidak s...