Between Jersey & Macaron (END...

By jhounebam

205 37 144

Abelle Estania, adalah seseorang yang berjuang demi menggapai mimpinya untuk masuk DBL. Bukan orang lain yang... More

Notes
Visual
Bab 1 Kejutan di Depan Rumah
Bab 2 Kesan Pertama dari Sup
Bab 3 Persaingan Sengit
Bab 4 Macaron Pelangi
Bab 5 Tim Tak Terduga
Bab 7 Rahasia Manis
Bab 8 Lemparan Bebas
Bab 9 Hampir Redup
Bab 10 Jus Stroberi
Bab 11 Kecewa yang Tersembunyi
Bab 12 Ini Bukan Keberuntungan
Bab 13 Untuk yang Terakhir, Sungguh
Bab 14 Ini Tak Mudah
Bab 15 Pertandingan Dimulai
Bab 16 Kenyataan yang Tak Diinginkan
Bab 17 Ketakutan Menjalar
Bab 18 Saatnya Mengakhiri Semua Ini
Bab 19 Sedikit Lagi
Bab 20 Hari Pembalasan
Bab 21 Terlalu Singkat
Bab 22 Alasan untuk Sebuah Senyum
Bab 23 Menjalankan Mimpi
Bab 24 Taman Malam
Bab 25 Ujung Gua yang Sempit
Bab 26 Biarkan Aku Pergi
Bonus Chapter
Notes <3

Bab 6 Wajah Sekolah

4 2 5
By jhounebam

Spidol yang mulai macet itu membuat Bu Sari sedikit frustasi. Ia mengocoknya di udara agar tinta hitamnya bisa keluar demi menuliskan soal yang belum selesai ia tulis. Bunyi berdecit memilukan telinga yang keluar dari spidol itu mulai terdengar.

“Di kelas ini apa punya spidol cadangan? Atau tintanya? Spidol ibu macet banget.”  Salah satu murid langsung menunjuk ke arah meja wali kelas. Ada sebuah tempat pensil yang berisikan beberapa spidol di sudut meja wali kelas, hampir tak terlihat karena terhalang buku. Langsung saja Bu Sari meneruskan kegiatan menulis soalnya.

“Ih, harusnya jangan dikasih tahu.”

“Gimana sih, kamu.” 

Terdengar bisik-bisik kecewa yang diarahkan ke murid tadi, Wirya, Si Ambis. Yang punya nama hanya bisa menatap dan melanjutkan mengerjakan soal.

Di saat yang sama, Abelle malah menyembunyikan wajahnya di meja. Matanya tak kuat melihat soal-soal yang begitu banyak dan sulit di hadapannya. Padahal cuaca sedang hujan deras di luar, biasanya guru jam pelajaran pertama datang sedikit terlambat. Tapi bisa-bisanya guru matematika satu ini menapakkan kaki di kelas dua menit setelah bel masuk berbunyi. Abelle semakin mengantuk dengan hawa dingin yang masuk ke ruang kelas.

Abelle mencolek Keisha yang duduk di depannya dan bergumam, “Kei, kamu ngerti nggak, sih?”

Sebagai jawaban Keisha menggelengkan kepala lesu. Abelle membuang napas, tapi setidaknya yang tidak mengerti angka-angka itu tak hanya ia seorang.

“Baik, silahkan kerjakan soal-soal ini di rumah untuk penilaian harian, pertemuan berikutnya kita bahas. Materi ini juga akan keluar di ujian akhir nanti.” Saat menoleh ke belakang, Bu Sari mendapati wajah-wajah lemas dan lesu. 

“Paham?” Bu Sari bertanya tegas, seketika semuanya langsung terbangun dari lamunannya masing-masing. Semua murid langsung menjawab paham, padahal kebanyakan kebalikannya.

Abelle menguap lebar, akhirnya pelajaran membosankan ini telah selesai. Hujan masih turun deras sampai ke jam pelajaran berikutnya, hingga menuju ke jam makan siang.

“Ke kantin, yuk, Belle,” ajak Keisha dan Celine.

Mereka bertiga pun berjalan ke kantin yang ada di lantai bawah. Lantai koridor menjadi basah karena hujan dan angin yang kencang. Pelan-pelan Abelle berjalan agar tidak terpeleset akhirnya sampai juga mereka di kantin.

“Kamu pesen apa? Aku kayaknya mie bakso sama gorengan, deh,” ucap Keisha sembari menyiapkan uang.

“Aku antri duluan, ya, udah mulai rame soalnya.” Celine menunjuk ke arah tempat seblak.

Dalam hati Abelle kebingungan, ia juga ingin makan mie bakso, tapi ia harus menghemat karena uang di dompetnya tinggal tersisa sedikit karena kejadian waktu itu. Setelah ini Abelle harus minta tambahan lagi kepada Mama.

“Aku cilok aja, deh.”

“Tumben nggak yang berat-berat?”

“Lagi nggak laper banget, sih,” Abelle beralasan.

Setelah itu mereka pun antri di tempat masing-masing. Beberapa menit kemudian, mereka bertemu lagi dan memilih meja kosong.

“Wah, ujan-ujan gini emang paling pas makan seblak,” komentar Celine sambil kepedasan.

“Eh, sparing ‘kan bentar lagi, gimana kalo kita tambahin latihan sendiri?” celetuk Abelle di tengah kegiatan makannya.

“Latihan sendiri?”

“Iya, jadi nanti janjian gitu di luar sekolah latihannya.”

“Di mana?”

“Sewa lapangan luar.”

“Wah, kayaknya seru, deh,” tambah Celine.

“Tapi kudenger, sewa lapangan bukannya agak mahal, ya?”

“Gampang, itu urusanku nanti,” balas Abelle percaya diri.

“Bener, nih? Nggak patungan aja?” tanya Keisha ragu.

“Iya, bener. Gampang, itu.”

“Eh, apa kita ajakin yang lain juga? Tim spar— eh,” Celine teringat akan keberadaan seseorang di tim itu, “jangan deh, nanti malah nggak seru,” lanjutnya. Abelle tertawa dengan suara yang dipaksakan.

“Eh, tapi tau nggak sih,” sebelum melanjutkan, Celine menenggak air putih untuk menghilangkan pedas di mulutnya, “kemaren kesel banget aku sama Intan, kayak berlebihan gitu.”

“Oh … Pas latihan passing, ya?”

“Iya! Padahal aku biasa aja, nggak ngapa-ngapain.”

“Dia ‘kan temen deketnya Bintang, sama satu lagi, si Tania. Kayaknya mereka sensitif banget sejak kita harus berhubungan sama mereka,” Keisha menambahkan. Abelle menghela napas.

“Yah, yang penting kita harus terus latihan supaya lebih unggul dari dia,” balas Abelle mengembalikan suasana semangatnya.

Setelah makanannya habis, mereka mengembalikkan piring ke penjual yang mereka datangi tadi. Abelle, Keisha, dan Celine berjalan beriringan menuju kelas. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka di lobi.

“Kak Abelle, ‘kan?” tanya seorang perempuan berkacamata itu.

“Iya, aku Abelle. Sorry, kamu siapa—”

“Ah, aku Clara, dari dokumentasi OSIS,” Clara menyapa sambil mengulurkan jabat tangan.

“Salken, ya. Ada apa nyariin aku?”

“Ini, nanti kakak ‘kan mau sparing, aku mau data siapa aja pemainnya. Ada jadwal foto hari Senin minggu depan buat ditaro di spanduk. Fotonya pake jersey, ya, kak.”

Abelle terkejut mendengar penjelasan Clara, begitu pula Keisha dan Celine. Setelah berkali-kali mengikuti sparing, baru kali ini sekolah menyediakan dana untuk membuat spanduk.

“Ya ampun, kayak artis aja. Aku jadi pengen ikut main juga …” komentar Celine sedikit kecewa.

“Eh, baru kali ini kita sparing disediain spanduk, keren,” balas Abelle sambil tersenyum lebar.

“Aku, aku! Aku juga main di sparing nanti!” Keisha langsung semangat sampai menyenggol Abelle di hadapan Clara. Clara pun tersenyum dan mencatat nama Keisha.

“Kalo sisanya siapa aja, kak?”

“Ada Vania, Chelsea, sama … Bintang, tapi aku lupa kelas mereka,” jawab Abelle datar saat menyebut nama terakhir.

“Oke, deh, nanti aku tanya di TU aja. Makasih, kak.” Clara pamit dan berjalan pergi.

Abelle, Keisha, dan Celine pun melanjutkan perjalanan ke kelas masih dengan topik spanduk tadi.

“Kayaknya sekolah kita baru sadar punya tim basket yang keren.” Celine tertawa ringan karena lelucon Abelle.

“Itu tandanya kalian harus menang lawan sekolah sebelah. Masa udah disediain spanduk, tapi kalah? Malu banget,” tambah Celine seperti menggurui.

“Kayak nggak tahu kita aja, ya nggak, Kei?” Keisha membalas menganggukkan kepala.

“Yah, semoga berhasil aja kerja sama bareng si …” Celine menahan ucapannya, membuat Abelle berdecak lidah.

“Tenang aja, kita pasti bawa pulang piala.” Parameter percaya diri Abelle mulai meninggi. Keyakinannya bulat sekali.

Sementara itu, di saat yang sama, Clara yang ingin kembali ke ruangan OSIS dipanggil oleh seseorang di balik tiang lobi. Orang itu melambaikan tangannya agar Clara mendekat padanya.

“Clara, ikut aku, yuk,” gumam orang itu. Ia lantas menarik tangan Clara dan mengajaknya ke toilet lobi yang sepi. Setelah sampai, orang itu pun mulai bicara.

“Aku juga main di sparing, jangan lupa data aku, ya.” Clara menghembuskan napas lega dan detak jantungnya mulai normal, karena selama berjalan tadi ia hanya bisa diam mengikuti orang itu.

Setelah itu, Clara menjelaskan beberapa hal lain bagi pemain terpilih untuk minggu depan. Orang itu sangat antusias mendengarnya.

<><><>

Helloo!! BJAM balik lagi dengan update an nyaa! Gimana menurut kalian chapter ini?? Ada yang bisa nebak siapa orang itu??

By the way, kalo kalian enjoy cerita ini, jangan lupa vote ⭐ dan komen 💬 yaa, thanks! ><

Continue Reading

You'll Also Like

13.4M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
54.6M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.3M 295K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 82K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...