DOT OF LIFE - FREENBECKY

By Author_lagibosan

129K 13.1K 968

Rebecca Swift menjalin cinta yang tulus, tetapi lelaki itu meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Kesed... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 3.1
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 10.1
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 22.1
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Epilog
Author Note

Chapter 18

3.3K 394 51
By Author_lagibosan

____
_______ 
_________
___________

Saat itu, Freen bersama ayah dan ibunya kembali dari makan malam. Dengan mobil yang tak terlalu bagus, orang tuanya sungguh sederhana, ayahnya hanya seorang pengajar dan ibunya memang berasal dari keluarga kaya. Namun, ibunya mengikuti ayahnya, hidup di Seoul dengan kehidupan yang secukupnya. Saat itu, tidak hujan, hanya sedikit gerimis. Freen merasa sangat senang, makan malam itu sebenarnya untuk merayakan hari spesial, ayahnya berulang tahun.

Namun, kejadian tak terduga terjadi. Seseorang dengan sedan mewah, melaju cepat tanpa kendali. Kecelakaan itu terjadi begitu cepat, Freen bahkan mengingat semuanya, serpihan yang menusuk tubuh ibu dan ayahnya, bahkan situasinya lebih mengenaskan dari pada kecelakaan lalu lintas biasanya. Tubuh ibu Freen sebagai perisainya, ibunya melindunginya. Darah dari kepala ibunya bercucuran tak henti, membasahi seluruh wajah Freen saat itu juga.

Freen tidak bisa berteriak, dia bahkan hampir tak bernapas, ibunya mendekapnya sangat erat. Freen melihat mobil di depannya, seseorang tertatih keluar dari mobil itu. Semula orang itu mendekati mobil yang dia tabrak, namun saat menyadari bahwa pengemudi tewas di tempat, lelaki itu tampaknya sangat ketakutan. Freen melihat wajah sang pengemudi. Freen mengingat semua ekspresi takut itu, walaupun darah menghujani wajahnya. Dia sungguh mengingatnya.

Lalu saat dia melihat ayahnya, dia terdiam, matanya tak sanggup untuk menyaksikan itu, tapi apa daya, semua yang dia lihat sudah tersimpan dalam benaknya. Freen sungguh tak bisa melupakan apa yang sudah dia saksikan. Wajah ayahnya tak bisa dikenali lagi, semua sepihan kaca itu sungguh merusak wajah ayah yang dia cintai, tangan ayahnya masih memegang kendali mobil dengan erat.

Hari ulang tahun ayahnya adalah hari kematian ayahnya. Hari bahagia makan di restauran mewah, ternyata sebagai momen terakhir bersama orang tuanya.

Freen melihat mobil mereka benar-benar hancur, dan saat itu Freen hampir tak bisa merasakan kakinya. Dan dengan semua itu, Freen memeluk ibunya yang sudah tak bernapas itu dengan erat, dia bahkan tak sanggup menangis, Freen merasa sangat takut. Dia sungguh takut ditinggalkan. Dia tak ingin ditinggalkan. Freen berharap, dia tak bangun lagi, dia ingin mengikuti kedua orang tuanya.

Namun, ternyata dia terbangun di rumah sakit, dengan balutan perban di kaki kanannya dan beberapa luka di wajahnya karena pecahan kaca mobil itu. Freen patah tulang. Dia harus dirawat cukup lama di rumah sakit. Neneknya datang menemuinya, dia adalah wali satu-satunya Freen.

Hampir cukup lama penyembuhan itu dilalui. Freen akhirnya bisa berjalan dengan menggunakan alat bantu, saat dia menuju lorong rumah sakit, dia menemukan banyak sekali tumpukan koran di sisi tempat menunggu. Freen mencari tanggal kecelakaan itu, dia ingin tau apakah berita itu masuk koran.

Dan benar, berita itu sempat heboh saat esoknya, Freen melihat bahwa tersangka sudah masuk penjara karena mengendarai mobil saat mabuk dan menewaskan dua orang penumpang di dalamnya. Freen memejamkan matanya, memori itu kembali lagi. Tapi masih bisa dia tahan, walaupun keringatnya sudah bercucuran.

Jisoo menemaninya selama itu, dia khawatir dengan kesehatan Freen. Lalu dengan memelas Freen meminta pada neneknya, untuk bertemu dengan tersangka, tidak tau mengapa, dia ingin memarahi tersangka itu karena telah menewaskan kedua orang tuanya. Semula, neneknya tidak memperbolehkannya. Dua kali juga begitu, sampai berulang kali. Freen akhirnya mengancam neneknya, jika saja dia tidak diperbolehkan untuk menemui tersangka itu, dia akan kabur dan meninggalkan nenek, dan membiarkan dirinya mati kelaparan di jalan.

Nenekpun akhirnya memperbolehkan, dia akan menemani Freen ke penjara.

Namun, saat Freen masuk ke dalam mobil itu, dia tiba-tiba mengingat darah yang membasahinya, ibunya, dan wajah ayahnya, dia melihat semua darah terciprat di dashboard mobil, di tempat duduk, dan juga betapa hancurnya mobil itu. Freen mengulang kembali semua itu dalam detik itu juga. Dia menutup telinganya, dia memejamkan matanya, dengan sekuat mungkin dia teriak ketakutan. Dia menunduk dan berteriak lagi, hingga akhirnya Freen pingsan karena tak sanggup lagi mengulang memori itu.

Neneknya sungguh khawatir dengan semua yang dialami oleh Freen, nyonya Kim pun datang, dan mengatakan bahwa Freen mengalami PTSD.

(post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan.

Freen pun kembali ke rumah sakit, dia belum bisa keluar dengan kendaraan itu.

Hingga akhirnya, dia meminta nyonya Kim untuk menemaninya ke penjara sebagai walinya tanpa menggunakan mobil, saat itu nyonya Kim menggunakan motor. Freen pun akhirnya sampai dan membuat janji temu.

Freen dan nyonya Kim menunggu tersangka tersebut dengan dada yang bergetar, namun, saat seseorang masuk ke dalam ruangan kecil itu. Freen menggeleng dengan cepat tanpa henti, dia berkata, "Dia bukan pengemudi itu! Dia bukan tersangkanya!" Freen berteriak dengan kuat, dia tidak mengenali siapa yang hadir di depannya. Tersangka itu tampak terkejut, dia tak menyangka jika Freen bisa mengenali dia tersangka asli atau tidak. Tapi, lelaki itu hanya diam. Dia tampak terpaksa diam.

Freen membuat heboh penjara dengan teriakan histerisnya. Dia berkata pada Nyonya Kim, bahwa dia bukanlah tersangka sebenarnya, tapi apa, Nyonya Kim hanya melihatnya sedih, dia pikir Freen masih terpengaruh dengan trauma itu. Saat itu juga, Freen tidak mempercayai nyonya Kim, karena dokter ini tidak percaya dengan perkataannya.

Freen pun pulang ke rumah sakit, dia katakan semua itu pada neneknya, dia mengatakan hal yang sama, bahwa tersangka itu bukanlah pengemudi malam itu. Neneknya percaya perkataan Freen, karena dia tau kemampuan cucunya dalam mengingat. Tapi, itu tidak mudah. Kasus telah ditutup, bukti sebatas ingatan tidaklah cukup.

Mendengar itu semua, Freen yang ditemani Jisoo, mencari media, dia berkata tentang kecelakaan itu, dia mengatakan sebenarnya. Tapi, semua orang bahkan membuat berita tentang anak pasca trauma di koran, televisi dan bahkan di radio. Semua menyiarkan cerita tentang betapa sedihnya anak yang ditinggal orang tua. Berita tentang Freen menyebar luas, foto Freen memang tidak ditampilkan, namun apa yang dia katakan, hanya dilihat dari sisi pilunya saja. Mereka tidak sedikitpun percaya dengan perkataan Freen tentang tersangka itu, sebab lelaki yang dipenjara menyerahkan diri atas kecelakaan itu.

Freen pun akhirnya menyerah, dia duduk saja dan tak banyak bicara. Namun, saat dia mencoba untuk naik mobil itu lagi, ternyata semua itu terulang lagi. Freen belum bisa terbiasa dengan semua ingatan itu.

Kesehatan mental ini semula hanya diketahui oleh nyonya Kim dan nenek saja.
_________
_______
_____
___

"Jisoo, dari mana kamu tau kondisiku? Ibumu memberitahumu?" Tanya Freen.

Jisoo menggeleng, dia berkata, "Aku mencari tau sendiri. Aku melihat lukisan itu, semuanya. Dan.." Jisoo berkata lagi, " Aku bisa mengetahui rincinya saat sudah menjadi dokter, aku mendapatkan semua laporan saat kamu di Swiss."

"Dan Rose?"

Jisoo tampak merasa bersalah, "Ketika aku mempelajari tentangmu, Rose datang dan melihat namamu di sana. Dia membaca semuanya."

Freen menghela napas lagi.

"Freen, ingatan itu masih ada?" Tanya Jisoo, dia harap jawabannya tidak, tapi dia tau Freen tidak akan bisa melupakan sesuatu.

Freen mengangguk pelan, dia berkata lagi, "Tapi aku sudah terbiasa." Freen mengingat saat di Jerman, dia meminta neneknya untuk memberinya supir pribadi. Pada supir itu, dia berkata, biarkan aku teriak, biarkan aku pingsan, jangan katakan pada nenek, jangan bawa aku kerumah sakit. Freen mengalami masa sulit itu dalam waktu yang lama, dia menghadapi semuanya sendirian, dia tidak pernah kabur dari ingatan orang tuanya tewas mengenaskan. Akhirnya dia bisa duduk di kursi penumpang, tapi tak bisa menyetir, dia tak pernah mencobanya. Baginya, bisa diam di dalam mobil saja sudah cukup.

Setelah dia tamat kuliah, Freen mulai mengunjungi kota klasik yang penduduknya banyak berjalan kaki. Freen merasa tenang saat di sana, dia bisa jalan sepuasnya, dia bisa mengalihkan pikirannya tentang Seoul yang tak percaya padanya dan tentang tragedi kematian orang tuanya.

Jisoo melihat Freen dengan sedih, dia tak sanggup menjadi Freen, itu terlalu berat. Agak ragu, dia pun memeluk Freen erat, Jisoo berkata, "Freen," Dia menyebut nama temannya dengan sedih, lalu berkata lagi, "Hidupmu terlalu berat." Jisoo menangis keras, "Freen, aku kasihan padamu." Freen yang ikut menangis, hanya mendengarkannya saja. Dia tau tak akan ada orang yang sanggup seperti dirinya. Memang ingatan kuat itu anugrah bagi orang lain, namun bagi Freen tidak.

Jisoo melepaskan pelukan itu, dia melihat Freen dan berkata, "Freen, biarkan aku membantumu." Suaranya memelas. Bahkan, Jisoo menjadi dokter psikolog karena ingin membantu Freen.

Freen tertawa kecil, dia berkata, "Jisoo, aku tidak bisa dibantu. Jika kamu ingin membuat aku melupakannya, maka buat otak ini tidak bekerja." Freen menatap temannya dengan senyuman, dia sudah terbiasa.

Jisoo pun berkata lagi, "Aku bisa, aku pasti bisa." Aku akan mencobanya.

Freen menggeleng, dia berkata, "Jisoo, aku baik-baik saja." Dia meyakinkan Jisoo dengan kata-katanya, lagi.

........

Mereka sekarang duduk, lalu Freen memecahkan suasana, dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan Jisoo.

"Kamu tau? Aku pernah melihatnya. Tersangka itu."

Mata Jisoo membesar, lalu dia berkata, "Di mana?"

"Saat aku ke Thailand, aku tak sengaja bertemunya di pesawat yang sama. Bahkan aku melihat wajahnya dengan jelas. Aku hanya sedikit marah, dan baiknya aku, aku membiarkannya saja." Freen mengingat wajah itu lagi, lelaki yang panik setelah menabrak orang tuanya.

"Kamu memberitahu nenek?" Jisoo bertanya dengan penasaran.

Freen menggeleng, dia berkata, "Tidak, Jackson." Freen bersama Jackson waktu itu. "Dia sudah menua. Tampaknya hidupnya lebih baik. Dan aku harap, dia menerima ganjarannya saat di neraka nanti." Freen tidak ingin mempermasalahkannya lagi. Dia bahkan sudah pasrah dengan semua yang terjadi.

Jisoo merasa marah, lalu dia berkata, "Bagaimanapun dia harus bertanggung jawab, Freen."

Freen menggeleng lagi, "Tidak, biarkanlah dia menikmati hidup." Lalu Freen menarik napas dalam-dalam, dia pun akhirnya bertanya, "Mengenai Rebecca, kamu yakin bisa menyembuhkannya?" Freen sebenarnya hanya ingin bertanya ini, tapi ternyata pembahasan mereka terlalu lama.

Jisoo berkata lagi, "Rebecca? oh. Kamu dekat dengannya?"

Freen mengangguk tersenyum, lalu dia berkata, "Mm. Kami pacaran." Tapi jawaban Freen tidak membuat Jisoo tersneyum. Malah, Jisoo tampak khawatir.

Jisoo pun berkata, "Freen.." Dia sedikit ragu mengatakannya, "Ini bukan tentang lukisan itu bukan?" Lukisan sepasang mata saat di Interlake Dia menjeda sebentar, "Kamu bukan menyukainya hanya karena dia buta, bukan?" Freen terkejut mendengar perkataan Jisoo. Tapi dia tidak menjawab apapun. Dia diam, dia tidak ingin mengakui itu, karena memang awal mula Freen menyukai Becca adalah mata cokelat yang tak bisa melihatnya. Tapi itu bukan berarti dia ingin Becca buta selamanya.

Jisoo berkata lagi, "Jika itu adalah alasanmu menyukainya. Freen, jangan sakiti orang lain. Jika dia menjalani sesi konsultasi ini dan sembuh. Apakah kamu yakin masih bisa menyukainya?" Jisoo sangat mengetahui betapa Freen berharap dia buta saat kejadian itu terjadi, dengan begitu dia tidak akan melihat darah, orang tua yang mati mengenaskan, dan tersangka itu. Dia bisa hidup lebih nyaman di Seoul tanpa mengitari negara lain. Dia bisa hidup bahagia dengan neneknya, keluarga satu-satunya.

Freen melihat tatapan Jisoo, Freen menatap temannya dengan kesal, dia berkata lagi, "Aku menyukai semua tentangnya, terlepas dia buta atau tidak. Aku menyukainya," Freen menjeda lagi, "Aku menyukai Becky."

"Freen, kamu sadar bahwa kamu sekarang sedang meyakinkan dirimu?" Jisoo adalah psikolog dia mengerti masalah sederhana ini.

Freen tak berbicara lagi, dia hanya diam. Dia merasa marah karena perasaannya diragui oleh orang lain, khususnya Jisoo.

________

Freen kembali, dia mencari Becca di apartemen. Dia sungguh ingin menemui Becca saat ini juga, perkataan Jisoo membuatnya kesal, dan bahkan meragukan dirinya sendiri. Freen takut dia memang seperti Jisoo katakan.

Freen melihat Becca baru saja keluar dari pintu kamar, bajunya sudah diganti, tampaknya Becca baru sudah mandi sore. Dia mendengar suara pintu terbuka, artinya Freen telah pulang dari menemui teman siang tadi.

Freen segera memeluk Becca dengan erat, seakan hidupnya tergantung pada tubuh itu. Dia tak ingin perasaaannya dipengaruhi perkataan Jisoo, baginya dia sangat menyukai Becca dengan sepenuh hati sekarang. Freen tidak akan meninggalkan Becca, baik dia bisa melihat atau tidak. Freen malah berharap, dirinya yang tak ditinggal oleh wanita ini. 

Becca sedikit terkejut dengan pelukan erat itu, dia tidak bertanya apapun, dia membiarkan dirinya dipeluk seperti itu. Becca juga mengelus punggung Freen beberapa kali, dia tak tau apa yang terjadi, tapi dia merasa Freen sangat khawatir. 

Setelah agak lama Freen akhirnya melepaskan pelukan itu, dia melihat lagi wanita di depannya, lalu tiba-tiba dia menangis, sekarang menangis dengan suara. Becca sedikit panik, dia tak pernah mendengar tangis Freen sebelumnya, lalu Becca berkata, "Freen? Apa yang terjadi?" Tangannya meraba wajah Freen, dia merasakan air mata itu berlinang begitu cepat. 

Freen belum menjawabnya, dia memeluk lagi Becca. Becca dibuat bingung oleh sikap Freen, "Freen, jangan nangis." Becca tak tega mendengar Freen yang sekarang, dia ingin Freen mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah agak lama, Freen akhirnya bisa menenangkan dirinya. Dia sungguh merasa sedih atas apa yang dikatakan Jisoo. "Becky, seseorang mengatakan hal kejam kepadaku." bahwa dia hanya menyukai Becca karena kebutaannya. Lalu Freen berkata lagi, "Dia bahkan tidak tau apapun." Bahwa dirinya perlahan mencintai Becca.

Becca pun bertanya, "Apa yang dia katakan?" 

"Sesuatu." Freen tak bisa mengatakan semua itu pada Becca, nanti wanita ini akan sedih.

Becca menghela napas, dia berkata, "Aku tidak boleh mengetahuinya?" Becca sedikit merajuk.

Freen terhibur dengan ekspresi itu, dia berkata, "Mm. Tidak boleh." 

"Lalu bagaimana aku bisa menghiburmu? Jika aku tak tau tentang apa ini?" 

"Kamu sedang menghiburku sekarang." Selalu ada untukku.

"Aku tidak melakukan apapun." Kata Becca sedikit bingung.

Freen tersenyum mendengarnya, "Kamu ingin melakukan sesuatu untuk menghiburku?"

Becca pun mengangguk, dia berkata, "Mm. Aku akan melakukan apapun."

Lalu dengan senyuman nakal Freen berbisik di telinga Becca. Wanita itu pun terkejut dan mundur selangkah, dia bahkan hampir saja berlari menjauhi Freen, lalu Becca berkata, "Freen! Itu cara menghiburmu?"

"Mm." Freen jawab tanpa ragu-ragu.

Becca terdiam dan berpikir sejenak, lalu dia perlahan menjauhi Freen sambil berkata, "Dasar mesum." Wajah Becca sungguh merah sekarang.

Freen tertawa kencang sekarang, dia pun mendekati Becca lagi, dan menggandeng tangan wanita itu, "Mau?"

Becca yang merasa udaranya sudah berubah, tidak menyedihkan lagi, segera melepaskan tangan Freen. Becca perkata, "Tidak mau!" Dia tau Freen hanya menggodanya saja.

Freen berhenti dan berkata, "Kan kita sudah pacaran!"

Becca melihat ke belakang sebentar, lalu berjalan lagi, sekarang ke dapur, mencari botol air. "Kamu menyebalkan." Tubuh Becca bereaksi berbeda dengan ucapannya. 

Freen tertawa lagi, dia berjalan mendekati Becca lagi, lalu tiba-tiba dia memeluk Becca dari belakang, dan  berkata, "Becky, aku sungguh sayang padamu." Suaranya terdengar tulus, seakan ingin meyakinkan Becca bahwa dia takkan meninggalkan Becca kapanpun itu.

Becca tersenyum, dia menyentuh tangan Freen yang melingkar di tubuhnya, dia hanya berkata, "Aku juga, Freen." Freen menyesal menemui Jisoo, karena hatinya menjadi kelabu dan sendu. 

Setelah beberapa saat, Freen berkata, "Aku sungguh-sungguh soal tadi." Freen membisikkan, ayo bercinta.

Becca pun melepaskan pelukan itu, mengambil botol air, dan secepatnya meninggalkan Freen yang tampaknya sangat senang menggoda pacarnya.

Continue Reading

You'll Also Like

121K 10.1K 27
(GxG⚠️) Jika bisa Ku ulang, mungkin harusnya Aku yang menghilang.
41.4K 5.3K 35
Everything we know between us is enough. [14/11] #54 bestfriend out of 20,1k stories [08/11] #52 highschool out of 34,6k stories [23/11] #6 romancest...
62.4K 7.5K 41
hujan selalu menakutkan, membuat kita merasakan kekuatan alam yang sesungguhnya, hujan juga selalu membawa kenangan pahit, bahkan walau hanya rintik...
44.7K 4K 34
Ngakunya sahabatan tapi kok... suka ciuman? Cerita tentang Haechan si hobi flirting dan Jaemin yang suka tantangan. "Pokoknya, Nana cuma punya Echan...