Between Jersey & Macaron (END...

By jhounebam

205 37 144

Abelle Estania, adalah seseorang yang berjuang demi menggapai mimpinya untuk masuk DBL. Bukan orang lain yang... More

Notes
Visual
Bab 1 Kejutan di Depan Rumah
Bab 2 Kesan Pertama dari Sup
Bab 3 Persaingan Sengit
Bab 4 Macaron Pelangi
Bab 6 Wajah Sekolah
Bab 7 Rahasia Manis
Bab 8 Lemparan Bebas
Bab 9 Hampir Redup
Bab 10 Jus Stroberi
Bab 11 Kecewa yang Tersembunyi
Bab 12 Ini Bukan Keberuntungan
Bab 13 Untuk yang Terakhir, Sungguh
Bab 14 Ini Tak Mudah
Bab 15 Pertandingan Dimulai
Bab 16 Kenyataan yang Tak Diinginkan
Bab 17 Ketakutan Menjalar
Bab 18 Saatnya Mengakhiri Semua Ini
Bab 19 Sedikit Lagi
Bab 20 Hari Pembalasan
Bab 21 Terlalu Singkat
Bab 22 Alasan untuk Sebuah Senyum
Bab 23 Menjalankan Mimpi
Bab 24 Taman Malam
Bab 25 Ujung Gua yang Sempit
Bab 26 Biarkan Aku Pergi
Bonus Chapter
Notes <3

Bab 5 Tim Tak Terduga

7 2 6
By jhounebam

“Ayo, ayo! Ini latihan terakhir sebelum sparing!” Coach Jeffrey berseru dari tempatnya.

Sambil mengamati anak muridnya, ia juga memberitahu apa yang harus diperbaiki dengan suara lantangnya. Entah posisi kaki yang kurang turun, langkah kaki yang memicu pelanggaran, bahkan ia bisa melihat fokus seseorang yang hampir buyar. Memang benar-benar pelatih handal sejati.

“Oke, sekarang kita coba latihan terakhir, tiga jenis passing sekaligus. Cari pasangan berdua-dua.” Mereka langsung melaksanakan titah Coach Jeffrey.

Abelle yang baru saja melempar bola sehabis latihan lay up celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Ia tidak mendengar jelas perkataan coach nya karena terlalu fokus tadi. Belum sempat bertanya, tiba-tiba Keisha langsung menyeret Abelle.

“Belle, kita berdua, ya.” Setelah Keisha menjelaskan latihan ini, barulah Abelle paham.

“Yah, terus aku sama siapa, dong?” Celine mengeluh karena latihan passing ini hanya dilakukan oleh dua orang.

“Coach, aku nggak dapet pasangan!” Suara di ujung sana membuat Abelle dan yang lain menoleh. Ternyata Intan.

“Nah, sini sama Celine.” Intan menekuk wajahnya saat coach menggiringnya untuk berpasangan dengan Celine.

“Maju dua pasangan, ganti-gantian,” kemudian Coach Jeffrey menyuruh satu-satu pasangan untuk mempraktikkan latihan passing.

Berpasang-pasang murid sudah dipanggil maju untuk dinilai dari teknik passing nya. Coach melihat dari kekuatan menahan bola, kekuatan melempar, dan kesesuaian arah passing. Beberapa kali ia menulis di atas kertas di papan jalannya. Ini adalah penentuan tim untuk sparing melawan sekolah sebelah.

Abelle terkesan melihat teman-temannya yang sudah maju lebih dulu. Mereka semua memiliki ambisi yang sama. Latihan passing dengan durasi empat menit tak henti bukanlah suatu latihan yang mudah. Apalagi coach meminta untuk sambil berjalan ke samping dengan kaki tertekuk seperti kepiting.

Kini tiba giliran Abelle dan Keisha. Mereka berdua melakukan latihan ini semaksimal mungkin. Mereka mengeluarkan aura kompetitif yang kuat meskipun mereka adalah teman dekat. Baik Abelle dan Keisha sama-sama ingin terpilih untuk menjadi pemain sparing nanti.

“Wow, wow, santai!” Keisha hampir terjengkang karena lemparan berkekuatan gajah dari kawannya itu. Melihat reaksi Keisha, Abelle hanya bisa nyengir kuda.

Setelah Coach Jeffrey meniup peluitnya, Abelle dan Keisha pun kembali ke tempat. Sekarang adalah giliran untuk dua pasangan terakhir. Coach memanggil Celine dan Intan serta Vania dan Mega. Abelle memperhatikan raut waja Celine yang memancarkan aura tidak enak.

Ready, set, go!"

Celine memulai lemparan ke arah Intan. Namun Intan malah membalasnya dengan lemparan yang sangat kuat. Celine kewalahan menerima bola itu. Celine melempar lagi dengan kekuatan standar, tapi Intan lagi-lagi membalasnya dengan berlebihan. Ada apa ini sebenarnya?

“Rileks, Intan!” Coach Jeffrey berseru dari pinggir.

Waktu berjalan hingga akhirnya kedua tim terakhir menyelesaikan latihan. Coach Jeffrey memanggil semua anak muridnya untuk berkumpul. Selama beberapa saat ia menuliskan sesuatu di papan jalannya.

“Oke, kalian udah latihan keras dari kemaren. Inget, latihan itu nggak ada yang sia-sia, mau kepilih atau nggak buat sparing nanti, kalian semua tetep sama, ngerti?” Semuanya menjawab mengerti.

Terdengar suara pacu jantung dari bagian terdalam diri Abelle. Akankah ia terpilih lagi untuk sparing kali ini? Sebenarnya Abelle sudah pernah terpilih beberapa kali untuk sparing, tapi tidak ada yang bisa menghentikan ambisinya untuk terus bermain. Ia ingin menunjukkan dirinya kepada semua orang bahwa ia memang terlahir untuk olahraga basket.

“Duh, aku deg-degan.” Terdengar bisik-bisik seperti itu di sekitar Abelle.

Coach Jeffrey akhirnya selesai berurusan dengan papan jalannya itu. “Oke, gue mau umumin pemain terpilih buat sparing.”

Semua mata terkejut, ada yang mengusap tangannya karena gugup, ada juga yang menutup wajahnya. Mereka semua gugup, termasuk Abelle. Detak jantungnya makin tak karuan.

“Keisha.” 

“AAKH!” Keisha menjerit tak percaya saat namanya disebut pertama. Ia menutup wajahnya karena malu setelah refleks berteriak.

Abelle memberikan tos kepada temannya itu.

“Chelsea.” Yang punya nama langsung menutup mulut karena kaget, berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya itu.

“Vania.” Ia bereaksi kurang lebih sama dengan dua orang sebelumnya.

Abelle mengelupas kulit di pinggir kukunya tanpa sadar. Ia semakin gugup karena namanya belum disebut.

Jeda bicara Coach Jeffrey terasa lama sekali.

“Bintang.”

What?! Abelle membatin kaget, tapi reaksinya menutup mulut tak bisa ditutupi.

“Terakhir …”

Semuanya menatap coach jangkung itu dengan seksama.

“Si …”

“Siapa, ya..?” Seruan protes langsung meluap ke udara. Coach Jeffrey tertawa karena berhasil membuat mereka tegang setengah mati.

“Abelle!” 

YES!" Abelle berteriak girang. Betapa lega hatinya saat namanya juga disebut.

Tapi tunggu.

Sepersekian detik kemudian Abelle baru tersadar bahwa ia akan berada di tim yang sama dengan Bintang.

Satu tim.

“Oke, buat yang terpilih, latihan tiga minggu ke depan harus lebih serius lagi. Kita harus bener-bener siap karena sekolah sebelah itu sekolah yang bergengsi. Kita harus bisa bawa piala pulang, understand?” Seruan khas dari Coach Jeffrey disambut seruan semangat oleh semua anggota ekskul.

Tapi di lain sisi, ini menjadi masalah bagi Abelle. Ia harus bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya.

***

“Heh.” Abelle yang sedang beristirahat sebelum kembali ke latihan khusus DBL nya menoleh ke sumber suara.

Bintang berdiri di dekatnya.

“Apa?” Abelle membalas cuek.

“Kamu undur diri bilang nggak bisa main. Minta yang lain gantiin.”

Abelle hampir tersedak liur nya sendiri mendengar kalimat itu.

Ck! Mana mungkin aku undur diri? Kamu aja sana,” balas Abelle kesal, ia berdiri dari duduknya. Abelle menatap Bintang tajam.

“Aku nggak mau satu tim sama orang kayak kamu.” Bintang menaikkan nada suaranya.

“Mending kamu yang undur diri, main lagi pas sparing class meeting nanti.”

Tetapi tiba-tiba salah satu lutut Abelle ditendang dari belakang sehingga ia jatuh tersungkur ke depan. Ia mengaduh kesakitan, mengusap lututnya. Saat ia menoleh ke belakang, berdiri Intan dan Tania, dua orang yang selalu bersama Bintang.

“Eh, kamu nggak apa-apa? Berdarah nggak?” ucap Bintang sambil tersenyum.

“Ke UKS, dulu—” Saat Bintang hendak membantu Abelle bangun, Abelle langsung menepis tangannya. Abelle bangun seperti tak terjadi apapun pada kakinya. Ia mampu berdiri dengan normal, tapi di dalam ia sedang menahan nyeri.

“Minggir.” Suaranya dalam penuh kekesalan. Abelle berjalan meninggalkan tiga orang itu.

Saat sudah cukup jauh, Abelle memeriksa lututnya. Ternyata baret dan sedikit berdarah. Saat Abelle sampai di pinggir lapangan, ia berpapasan dengan Coach Jeffrey.

“Belle, gue cariin kemana-mana— eh? Kaki lo berdarah? Kok bisa?” Perhatian Coach Jeffrey tertuju pada lutut Abelle.

“Cuma luka kecil—”

“Iya, nih, Coach, tadi Abelle kesandung. Ini aku baru minjem obat dari UKS.” Tiba-tiba Bintang muncul entah dari mana sambil membawa obat merah di tangannya. Ia berlagak sok baik di depan Coach Jeffrey.

“Oh … Tapi nggak apa-apa, ‘kan? Maksudnya masih bisa—”

“Ah, ini cuma luka kecil, diplester juga sembuh. Aku masih bisa lari, kok!” Abelle berlari di tempat untuk membuktikan ia akan tetap bermain apa pun yang terjadi.

“Oke deh kalo gitu. Ayo, lanjutin buat DBL.” Setelah coach berjalan agak jauh, Abelle berbalik menghadap Bintang.

“Nggak usah sok perhatian. Aku bakal tetep main di sparing.”

“Oke, tapi kamu tetep lawanku walaupun kita satu tim, ngerti?” 

Ck, terserah.” Abelle langsung balik kanan untuk melanjutkan latihan. Ia tak habis pikir dengan Bintang yang seperti itu, akan bermain satu tim dengannya.

Tapi apapun yang terjadi, Abelle akan tetap berusaha semaksimal mungkin agar bisa menggenggam piala di tangannya

<><><>

Hai, hai!! BJAM update lagi nihh, gimana menurut kalian chapter ini? Kayaknya bakal ada WW III gara2 Abelle sama Bintang ya 😅

Jangan lupa vote ⭐ dan komen 💬 yaa, thanks! ><

Continue Reading

You'll Also Like

637K 13.6K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
1M 32.1K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
2.1M 331K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 251K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...