DOT OF LIFE - FREENBECKY

By Author_lagibosan

129K 13.1K 968

Rebecca Swift menjalin cinta yang tulus, tetapi lelaki itu meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Kesed... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 3.1
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 10.1
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 22.1
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Epilog
Author Note

Chapter 13

3.5K 383 65
By Author_lagibosan

Kotamadya Interlake, Swiss

"Kita bisa melewati tahap ini jika kamu menjawab semua pertanyaan itu Freen." Kata wanita paruh baya dengan tatapan kasih sayang, dia menyayangi Freen seperti anaknya sendiri. Bahkan dia rela mengikuti saran dari nenek Freen untuk pindah ke daerah yang tenang ini, kota yang hampir tak ada polusi kendaraan. Neneknya sungguh khawatir akan trauma yang dialami Freen saat dulu. Nyonya Yoonha tak sanggup melihat cucunya seperti itu lagi, sangat memilukan. Neneknya ingin Freen melupakan semua kejadian itu, dan kembali ceria seperti dulu lagi.

Dokter ini hanya meminta Freen untuk menceritakan kembali semua yang terjadi, dengan begitu, menurut dokter Kim, dia bisa menemukan asal trauma Freen dan memberi solusinya. Namun, Freen hanya diam. Meskipun begitu, dokter Kim tidak bisa memaksakan pasiennya untuk mengatakan semua itu.

Nyonya Kim melakukan banyak sesi terapi, tapi tak ada yang berhasil mengatasi traumanya, hingga akhirnya nyonya Kim meminta Freen untuk melukis saja. Semula Freen bisa melukis apapun, dia mengambar dengan baik. Namun, saat foto itu di letakkan di sudut kanvas, Freen mulai begetar dan tak bisa mengendalikan dirinya, seakan semua tubuhnya masih mengingat apa yang dia lihat saat itu, juga, dirinya hanya melihat warna merah saat melihat benda di foto itu, warna lain terabaikan. Setiap kali menyelesaikan lukisan, Freen hampir seperti orang yang tak sadarkan diri.

.........

Nyonya Kim masih terus meminta Freen untuk menceritakan semua itu atau belajar untuk melupakannya. Dengan penuh kesabaran, dia juga tak pernah memarahi atau pun membentak Freen karena keras kepalanya. Dia berusaha untuk selalu menemaninya dari saat Freen di rumah sakit Seoul sampai sekarang. Bahkan, dia sering meninggalkan anaknya, Jisoo.

Freen hampir tak berbicara sedikit pun selama dia berada di samping nyonya Kim. Tidak tau apa sebabnya, tapi Freen merasa semua yang diinginkan oleh neneknya adalah hal yang mustahil.







...........






Kediaman Kim, satu hari yang lalu.

Nyonya kim tidak meminta Freen untuk menemuinya di tempat makan di luar sana. Beliau meminta Freen untuk datang ke rumahnya, dia ingin menunjukkan sesuatu pada Freen. Sementara Freen sedikit ragu, namun pada akhirnya dia mengiyakan ajakan nyonya Kim.

Suasana di meja makan dengan menu daging empuk yang tampak lezat sudah dihidangkan di depan mereka masing-masing. Keduanya masih sibuk memotong daging itu menjadi beberapa bagian, Freen belum bicara semenjak sampai. Pikirannya tidak ke mana-mana, dia hanya fokus mengiris daging tersebut dengan sangat rapi.

"Aku pikir kamu tak akan menemuiku lagi, Freen." Nyonya Kim mulai memecahkan udara kaku, dia belum memakan daging itu, tatapannya masih melihat Freen di hadapannnya. Meja makan cukup besar, muat untuk sembilan orang.

Freen belum menjawab pertanyaan nyonya Kim, dia mulai mengambil potongan daging yang rapi itu dengan garpu, Freen mengunyah dengan pelan dan sedikit mengangguk, enak. Butuh agak lama ibu Jisoo untuk bicara dengan Freen, karena tampaknya dia bahkan tak melihat nyonya Kim, sekarang dia selalu mengisi mulutnya dengan daging-daging itu, perlahan namun pasti, Freen sungguh mengabaikan dokter psikolog senior itu.

Nyonya Kim mengehela napas, dia akhirnya memulai makanan untuk makan siang itu, baginya Freen tidak pernah berubah, selalu mengabaikan perkataannya.

Freen memaksa situasi menjadi hening dalam waktu yang lama, dia tampaknya ingin menyelesaikan steak itu tanpa diganggu dengan percakapan yang merusak suasana. Matanya hanya melekat di piring putih, bahkan si otak jenius pun ikut memikirkan apa saja resep makanan yang sedang dia makan. Mereka berdua sungguh tidak mempedulikan keberadaan nyonya Kim di sana.

Setelah agak lama, Freen akhirnya selesai makan. Dia minum air putih dengan pelan, lalu meletakkannya kembali persis pada tempatnya. Freen mengambil napkin yang tersedia, dengan lembut dia bersihkan bibirnya dari sisa makanan.

Kali ini, Freen melihat nyonya Kim. Dia pun berkata, "Aku hanya ingin bertanya." Dia menjawab pertanyaan yang dokter itu sebelumnya. Tentang mengapa Rose dan Jisoo mengetahui ceritanya.

Nyonya Kim tertawa kecil, dia menjawab, "Sejak kapan kamu suka bertanya, Freen?" Benar, Freen tak pernah bertanya pada nyonya Kim tentang apapun itu, dia selalu mempunyai jawaban. Tapi, tidak tentang Jisoo atau pun Rose. Dia ingin tau. Nyonya Kim berkata lagi, "Juga, Kamu membohongi doktermu sendiri." Tiba-tiba nyonya Kim mengungkit cerita lama, sebenarnya dia ingin mengatakan ini sejak dulu, tapi Freen tak bisa dihubungi lagi. Dokter itu menatap Freen, tak ada rasa marah di sana, beliau seakan memberitahu kebenaran saja, atau mengingatkan Freen tentang itu.

Freen tak ingin membahas apapun tentang dirinya, namun tampaknya nyonya Kim belum ingin bertanya tentang apa pertanyaannya. Dia berkata, "Aku tidak berbohong." Freen ingat peristiwa itu, dia hanya membuang dan mengganti semua warna merah dalam wadah cat kecil itu dengan warna biru. Freen menghela napas lagi, dia berkata dengan pelan, "Aku tidak akan berbohong jika kamu tidak mengurungku selama itu." Dua tahun. Bagi Freen, Nyonya Kim tidak melakukan apapun selain mengawasinya dan memintanya untuk mengulang ingatan itu dengan aktivitas mengambar. Namun dia tau, itu semua karena dirinya tak pernah menjawab satu pun pertanyaan dari dokter tersebut, nyonya Kim mencari cara agar Freen berbicara tentang dirinya melalui tahap awal itu.

Nyonya Kim tampak terkejut dengan pernyataan Freen, mereka sebelumnya tak pernah mengobrol selama ini, beliau berkata, "Freen, aku tak pernah mengurungmu!" Artian mereka berbeda, Freen memiliki arti tersendiri dalam kata kurung itu.

Freen melihat nyonya Kim dan menjeda sejenak, ingatan tentang masa itu sungguh menambah beban yang dia miliki, setelah itu dia berkata dengan suara yang terdengar sakit, "Bagiku selama dua tahun itu rasanya lebih kejam dari penjara, Dokter Kim." Suaranya terdengar amat kecewa.

Nyonya Kim terpengaruh dengan perkataan Freen, alisnya mengernyit, dia tak menduga jika yang selama ini dia lakukan malah membuat Freen merasa seperti di kekang.

Perkataan Freen membuat pembicaraan terhenti cukup lama, nyonya Kim masih memikirkan apa yang harus dia katakan. Tapi, dia tak memiliki kata-kata yang cukup baik sekarang, sedangkan Freen masih melihat dokter senior itu di hadapannya, dia selalu seperti ini saat menilai orang lain, sama seperti saat kencan buta itu, Freen menilai orang dari pergerakan mata, bibir, bahkan seluruh otot muka, dia ingin tau seperti apa orang di depannya. Freen tak mengalihkan pandangannya, dia menilai dokter Kim sedang mencari kata-kata pembelaan, dan itu baginya sangat menyebalkan.

"Aku hanya ingin membantumu, Freen."

"Aku tidak merasa terbantu."

Dokter Kim merasa sedikit kecewa, karena dia sungguh ingin membantu anak temannya ini. Lalu Nyonya Kim menghela napas sebentar dan tiba-tiba dia berdiri dari kursi makan itu, dengan gerakan tubuhnya dia meminta Freen untuk mengikutinya.

Freen melihat Nyonya Kim berjalan, akhirnya dia mengikutinya. Dia tidak melihat sekitaran, dia tak memandang foto keluarga bahagia yang tercetak cukup besar itu. Freen hanya mengikuti langkah kaki nyonya Kim dengan kecepatan langkah yang sama. Dokter Kim menuju satu ruangan, tapi pintu itu tertutup dengan kunci gembok, beliau membukanya. Saat masuk ke ruangan itu, Freen sungguh terkejut, matanya tampak membesar dengan apa yang dia lihat, dia berkata, "Dokter?" Pertanyaan itu tersirat apa yang kamu lakukan dengan semua ini?

Freen memasuki ruangan yang amat luas, hampir setiap dinding putih itu di gantung lukisan yang dia buat, sangat banyak. Semuanya berwarna merah darah, Freen tak mempercayai apa yang dia saksikan sekarang. Dia pikir lukisan yang dia buat saat berada di Interlake dulu akan di bakar ataupun dibuang. Sebab, setelah dia membuat sesuatu, Nyonya Kim selalu membawa lukisan itu keluar rumah, seakan ingin membuangnya. Sekarang, dia tak menyangka kalau lukisan itu di perlihatkan seperti ini. Tunggu, Freen tak pernah menganggap apa yang dia buat sebagai lukisan, itu hanyalah gambar yang mengerikan.

Setiap lukisan di dinding itu seluruhnya berwarna yang sama, merah darah, ada yang berbentuk bunga, gunung, hewan, cahaya yang seakan keluar dari pohon, cangkir, kapal dan masih banyak lagi, semua gambar berbeda-beda, tapi warnanya sama. Semua kanvas itu terdapat satu foto di sudutnya, yaitu foto bagian dalam mobil dengan tempat duduk berwarna hitam. Di tengah ruangan itu, ada satu lukisan yang membuatnya berhasil melewati sesi itu, sebuah gambar sepasang mata berwarna ungu kebiruan. Freen berhasil membuat warna itu dengan trik yang dia gunakan, membuang warna merah dan mencampurkan biru di dalam wadah kecil itu. Foto itu dia singkirkan sesaat, dan dengan cepat dia buat sepasang mata dengan warna biru yang sangat kental.

Saat dia melihat nyonya Kim hampir kembali, akhirnya foto itu dia letakkan lagi di tempatnya, Freen membuang wadah kecil itu di samping kakinya, dia letakkan wadah cat merah yang baru untuk menggantikan apa yang dia buang tadi. Dengan sekuat tenaga, dia menghentikan dirinya untuk mengambil cat merah itu. Nyonya Kim terkejut melihat Freen berhasil menggunakan warna biru di kanvas tersebut, walaupun warna merah itu masih dominan, dia bahkan takjub dengan perkembangan tiba-tiba itu.

Nyonya Kim berkata, "Aku menyadari bahwa hanya saat itu aku tak mengawasimu melukis, Freen." Nyonya Kim dihubungi seseorang, namun tak ada yang menjawab. Tanpa beliau tau, Freen yang menghubungi dokter itu, dia hanya butuh sekitar satu atau dua menit untuk mencampurkan cat itu tanpa dilihat oleh dokter Kim.

Freen juga ingat nomor ponsel yang dia gunakan saat mengalihkan perhatian nyonya Kim dia pinjam dari seorang wisatawan di sana, hanya itu satu-satunya cara agar Nyonya Kim masuk dalam rencananya. Namun tampaknya dia tak berhasil mengembalikan ponsel tersebut pada pemiliknya.

Sejenak, Freen melihat lukisan di tengah ruangan itu, dia tersenyum saja, karena dia sungguh berhasil melakukan rencana mengelabuhi dokter psikolog itu. Saat itu Freen menyelesaikan tahap awal pertama kalinya. Bagaimanapun dokter Kim tak bisa memaksanya untuk melakukan sesi itu lagi, karena dia sudah berhasil melewatinya, walaupun sedikit curang.

"Aku pikir aku berhasil membuatmu melupakan tragedi itu," Nyonya Kim melihat lukisan itu, dia sungguh menyangka bahwa Freen tidak mengingatnya lagi, lalu dokter Kim menatap lagi ke arah Freen dan berkata, "Tapi tampaknya yang hanya bisa kamu lakukan adalah kabur, Freen." Setelah dua tahun itu, Freen memberitahu neneknya bahwa semua tahapan konsultasi itu sudah berjalan mulus, dia berkata bahwa dirinya tidak mengalami apapun, dia sungguh sudah melewati pengalaman buruk yang pernah menimpanya. Nenek pun senang, akhirnya beliau bertanya, apa yang ingin kamu lakukan? Freen berkata dia akan melanjutkan sekolah di Jerman dan dalam bersamaan Freen membuat perjanjian itu pada nenek, tentang dia ingin keliling dunia setelah pendidikannya. Dalam hari itu juga Freen meninggalkan nyonya Kim dan tak pernah bertemu dengannya lagi.

Freen tertawa keras kali ini, hanya sebentar, lalu tiba-tiba berhenti dan menatap mata dokter Kim, "Nyonya Kim," Nadanya sungguh mengerikan, dia berkata lagi, "Aku tak pernah sekalipun kabur dari semua itu." Kata-kata itu sungguh tersirat banyak hal, nyonya Kim tiba-tiba merasa sedih dengan perkataan Freen. Beliau perlahan mendekati Freen dan ingin memeluknya, tapi Freen mundur dan menghindar.

"Tolong jangan lakukan itu, kamu bukan ibuku." Kata-kata Freen sungguh menusuk hati dokter itu. Seketika Freen keluar dari ruangan tersebut dengan banyak perasaan hadir dalam dirinya. Bagi Freen, semua ingatan itu masih ada di dalam otaknya, dia tak pernah melupakan tragedi mengerikan itu dan semua merah yang dia lihat, khususnya jika dia berada di Seoul. Bagi Freen, Seoul sangat menyesakkan.












____________
























"Hijau atau pink?" Freen membuat Becca menebak warna permen isi cokelat kecil yang akan dia berikan, mereka sedang berjalan-jalan di pinggiran taman.

"Kamu bercanda?"

"Ayo jawab, jika benar aku akan berikan ini padamu." Freen sedang memegang permen kecil itu dengan telunjuk dan ibu jarinya, dia hadapkan di depan mata Becca.

Becca memang ingin lagi permen manis itu, dia pun asal jawab, "Pink." Becca menunggu hasil jawabannya.

Freen tertawa dan berkata, "Benar!" Dia bahkan langsung menyelipkan permen itu di antara bibir Becca. Lalu Freen fokus lagi ke jalan, tangan kirinya menggandeng Becca, tongkat Becca dia simpan di dalam tasnya, sekarang mereka berjalan pelan untuk mengitari taman.

Becca menikmati permen itu, dia senang jawabannya benar, semua itu tampak dari raut mukanya.

Freen pun melihat sekitaran, ada satu kursi taman yang panjang terbuat dari kayu di sana, Freen tersenyum dia ingin duduk berduaan di kursi itu dengan Becca. "Sini, Becky." Freen mengaba-aba Becca untuk mengikutinya. Akhirnya mereka duduk di kursi itu, berdekatan. Tampaknya mereka sudah terbiasa dengan kedekatan itu, tak ingin jauh.

Becca duduk saja, dia merasa senang dengan aroma Freen. Bahkan dia ingin tau parfum apa yang temannya gunakan ini, dia ingin membelinya juga. Dia berencana untuk menanyakannya nanti, saat pulang atau di apartemen, tidak sekarang.

Freen melihat sekitar, lalu dia tersenyum sebelum berkata, "Becky, pikirkan apa yang aku katakan." Dia berkata dengan pelan, "Sekarang langit sangat berwarna biru cerah, lalu ada awan yang hampir berbentuk seperti ikan paus, tapi ekornya hanya tampak setengah. Lalu, ada pepohonan yang penuh dengan dedaunan hijau, mereka tampaknya sudah benar-benar bersemi sekarang. Emm.." Freen melihat-lihat lagi, lalu tersenyum lagi, "di antara pohon dan awan, ada dua burung yang terbang ke arah kiri kita."

Becca tersenyum, dia bisa membayangkan semua itu, "Kalau di depan kita?"

Freen agak berpikir, dia tak suka melihat pemandangan di depannya, "Ada orang pacaran." Suaranya sedikit kesal, tampaknya Freen juga ingin pacaran.

Becca tertawa dengan nada bicara Freen, "Kamu tak pernah pacaran, Freen?"

Alis Freen terangkat semua, dia tak ingin membahas kemurnian dirinya, tapi apa boleh buat, dia akan berkata sejujurnya, "Mm." Sudah dijawab, singkat.

Becca masih tertawa kecil. Namun tiba-tiba Freen bertanya, "Kalau kamu?" Pertanyaan itu menghentikan tawa Becca dalam detik itu juga, dia tak ingin menceritakan pada Freen tentang dirinya. Tapi dia tetap menjawab pertanyaan itu.

"Pernah," Berpikir sejenak lalu berkata lagi, "Satu kali." Jawab Becca dengan suara sedih.

Freen menatap mata itu, dia mengetahui ada secercah kesedihan dalam jawaban Becca. Tapi rasa penasaran itu masih menghantuinya, dia pun bertanya sesuatu yang seharusnya tidak dia tanyakan, "Kamu sudah move on?" Kamu sudah bisa melupakannya?

Becca terdiam, dia tak menjawab pertanyaan Freen dengan apapun, dia hanya diam.

Freen bukanlah orang yang bodoh, dia tau jawabannya. Becca masih menyimpan seseorang di dalam hatinya. Hal ini, membuat Freen tersenyum sedih, dia mengangguk saja. Baginya kesempatan yang dia harapkan tampaknya tidak ada di dalam hidup Becca. Bagi Freen, dia tak bisa melakukan apapun jika hati Becca sudah dikuasai orang lain.

Freen tidak menunggu jawaban itu lagi, kepalanya menghadap ke atas, tampaknya Freen menahan air mata yang hampir saja ingin keluar. Freen tak ingin bersedih, dia tau harus berbuat apa. Sekarang, dia hanya akan menikmati hari dengan Becca tanpa meminta wanita itu mengetahui perasaannya. Juga, dia tidak akan lama di Seoul. Dia akan pergi lagi setelah delapan bulan ini atau mungkin lebih cepat.




Continue Reading

You'll Also Like

121K 10.2K 27
(GxG⚠️) Jika bisa Ku ulang, mungkin harusnya Aku yang menghilang.
133K 12.9K 30
(GXG⚠️) Sometimes peace comes with a lot of goodbye.
132K 8.2K 54
Freen Chankimha seorang CEO yang diam-diam merahasiakan & memendam sesuatu demi menjaga seseorang. Start : 29 Juni 2023 Finish : 22 Juli 2023 FOLL...
41.4K 5.3K 35
Everything we know between us is enough. [14/11] #54 bestfriend out of 20,1k stories [08/11] #52 highschool out of 34,6k stories [23/11] #6 romancest...