The Covenant

נכתב על ידי VanadiumZoe

38.2K 8.7K 3K

Perjanjian tidak terduga yang ditawarkan Jimin pada Sera pada hari kencan buta, pada akhirnya membawa Jimin p... עוד

CATATAN PENULIS
INTRO_EGO
1
2
3
WILDFLOWER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AUTUMN NIGHT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
FOR YOU
1
3
4
5
6
LOVE POEM
1
2
3
4
5
6
7
8
TEARS
1
2
3
4
5
DARKSIDE
1
2
3
4
5
6

2

413 142 35
נכתב על ידי VanadiumZoe

👑 🐥 👑

🌷🌷🌷

Terkadang Park Ji Min tidak bisa memahami cara berpikir orang-orang seperti Lee Chaeyeon. Terutama masalah pertemanan, sebab selama ini Jimin berpikir teman yang berkhianat akan berakhir selayak musuh, seperti dia dan Taehyung contohnya. Tetapi yang terjadi antara Sera dan Chaeyeon sangat diluar prediksi, bagaimana Chaeyeon melindungi Sera dari kejahatan Taehyung sudah cukup membuat Jimin mengernyitkan dahi.

Pasalnya, Chaeyeon berkhianat dengan cara merebut kekasih temannya. Menjadi duri dalam daging, penghianat cinta, tetapi dia juga yang menyelamatkan Sera dari deretan skandal foto-foto yang dirancang Taehyung demi kepuasaan pribadi.

Jimin juga tidak paham dengan kelakukan Taehyung, sang artis berdiri terlalu dekat pada bibir jurang yang bisa menghancurkan karirnya. Jelas, hubungan Taehyung dan Sera tidak sepadan dengan karir dan ketenaran Taehyung di dunia showbiz. Apa yang akan didapat Taehyung bila foto-foto tersebar, dia hanya akan kehilangan spotlight yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Ponsel Jimin berdering, suara Jungkook terdengar dan barulah dia ingat mereka berada di mobil berbeda.

"Apa yang terjadi?" tanya Jungkook, penasaran.

"Aku meminta Chaeyeon mengambil sisa flashdisk berisi foto-foto Taehyung dan Sera, kurasa Chaeyeon ketahuan. Taehyung itu sinting, dia akan melakukan apa saja tiap merasa dikhianati."

"Oh, aku prihatin. Sepertinya teman lama kita, butuh bantuan medis professional."

"Ya, mungkin."

Jimin tiba di apartemen Taehyung dua belas menit kemudian. Dia dan Jungkook menyeberangi lobi apartemen yang sepi buru-buru, tertahan di meja resepsionis sebab tidak memiliki akses. Kali pertama Jimin menggunakan status chaebol dan kekuatan keluarganya, untuk meyakinkan pihak terkait bahwa ada nyawa terancam di dalam apartemen Taehyung.

"Lee Chaeyeon, kerabat jauh. Dia meminta untuk dijemput sekarang, kau bisa mengecek CCTV atau buku tamu kalau Chaeyeon benar-benar berada di unit."

Urgensi akan keselamatan Chaeyeon, Jimin dan Jungkook diberi izin naik ke unit bersama pihak security dan manager apartemen. Mereka naik ke lantai 18, menelusuri selasar yang sepi, lalu berdiri menatap pintu dengan angka '18B' seraya menekan bel.

Di bel ketiga pintu akhirnya terbuka, Jimin sempat melihat keterkejutan di manik Taehyung segera setelah mereka bersitatap. Dia menatap lurus dengan seringai tipis, menyapa dalam nada bermusuhan yang menguar kuat.

"Halo, Kim Tae Hyung!"

Taehyung tersenyum miring, melihat Jimin datang dengan Jungkook dan pihak apartemen.

"Jimin, apa yang membawamu ke sini?" balas Taehyung, dingin. Sebelum serangan tak terduga, tanpa pernah dia duga, melayang ke wajahnya.

Kelebatan tangan yang terlampau cepat dan Taehyung tidak sempat menghindar, tahu-tahu tinju Jimin yang besar dan sangat keras menghantam wajahnya di tengah-tengah.

Taehyung merasa hidungnya hancur, darah mengucur dari kedua lubang hidung sementara dia terdorong ke belakang bersama daya pukulan itu. Taehyung menghela napas dari hidung yang penuh darah, mundur mengambil ancang-ancang membela diri selagi Jimin mendekat.

"Maaf, gerak refleks," ujar Jimin, kelewat santai.

Dia mengamati jari-jari Taehyung yang lebam, ada bekas darah kering di kelingking pria itu yang membuat Jimin punya alasan langsung memukul Taehyung.

"Di mana Chaeyeon?" Jimin kembali menyerang, tetapi kali ini Taehyung bereaksi sama cepat dengan gerakan tangannya.

Tinjuan Taehyung melayang tangkas di depannya, menghantam rahang bawah tetapi dengan cepat Jimin memberi balasan pukulan tepat di rahang Taehyung. Untuk empat menit pertama perkelahian itu masih imbang, sebab Jimin menurunkan keahlian beladiri agar berada di level yang sama dengan temannya itu.

Dia tahu emosi Taehyung cepat tersulut, salah besar bila adu otot di antara emosi yang bisa mengikis tenaga secepat jarum pasir. Sudut mata Jimin melirik sosok perempuan muncul di ujung selasar bersama Jungkook, saat itulah tarikan kuat Jimin di lengan Taehyung, lalu dia membanting Taehyung di menit berikutnya, bahkan sebelum Taehyung sadar apa yang terjadi.

"Sepertinya kau sulit sekali memahami kata-kataku, Taehyung. Oh, ini untuk Cho Sera!" Satu pukulan Jimin layangkan ke rahang Taehyung yang berada di antara kakinya, dikunci ketat.

"Ini untuk semua hal buruk yang pernah kau lakukan padanya!" satu pukulan kembali mendarat di rahang Taehyung, Jimin nyaris memberi pukulan cepat bertubi-tubi andai tidak ingat bahwa dulu Taehyung adalah teman baiknya.

"Dengar, Kim Tae Hyung! Urusanmu hanya denganku, jadi jangan pernah berpikir menyentuh Sera lagi atau kau akan membusuk di penjara!"

"Kau tidak tahu siapa Sera, dia merancang pembunuhan ayahnya."

"Akan kucari pelakunya," sela Jimin. "Kupastikan pelaku mendapatkan hukuman setimpal dan pelaku itu bukan calon istriku. Kau dengar?!"

"Kau—"

"Ternyata kau tidak benar-benar mengenal Cho Sera, sangat disayangkan, Taehyung. Lagi-lagi kau tidak mengenal orang-orang yang mencintaimu, kau hanya sibuk dengan dirimu sendiri, pada rasa sakit hatimu tanpa pernah melihat kesalahanmu yang lain."

"Berengsek!" Taehyung mengerjap, matanya berair, darah mengalir dari hidung, membanjiri pakaian dan mulutnya.

"Ya, ya, ya aku memang berengsek! Aku bersedia menjadi apa saja untuk melindunginya, kau paham?" Jimin tersenyum samar, tanpa merasa perlu terganggu dengan semua penghakiman Taehyung terhadap dirinya.

"Kau butuh psikiater, Taehyung. Mulailah untuk menyayangi dirimu sendiri, memaafkan semua hal yang terjadi di hidupmu. Aku tahu, kau bukan manusia seburuk itu, aku tahu bagaimana—"

Jimin melayangkan pukulan lagi, tapi tiba-tiba tangannya berhenti di depan wajah Taehyung. Dia mengambil jeda, sebelum menyapa dengan kata ganti yang tidak pernah Taehyung pikirkan akan kembali dia dengar dari Jimin.

"Aku tahu bagaimana sifat temanku yang sesungguhnya."

Jimin melihat Taehyung terpaku seperti orang dungu yang tidak bisa bernapas, saat dia berkata.

"Kau temanku yang baik, sangat baik. Sampai-sampai saat dulu umurku legal, aku membuat janji pada diriku sendiri untuk menjadi manusia sebaik dirimu di masa mendatang."

Tangan Jimin yang kebas oleh lebam, bergerak menarik Taehyung berdiri, dia menepuk bahu teman lamanya itu saat terbatuk-batuk.

"Berhentilah sebelum kau menyesal," kata Jimin. "Kecuali kau ingin kita bertemu di pengadilan untuk menyelesaikan semua urusan."

Jimin melirik Chaeyeon yang mendekatinya, gadis itu tampak kepayahan berjalan bersama luka dan lebam, lalu menyerahkan flashdisk padanya.

"Ini—" Chaeyeon melirik Taehyung yang memaki di belakang Jimin, saat flashdisk penting itu sudah berpindah tangan. "Urusan kita selesai sampai di sini, Taehyung," tambahnya.

"Bangsat kau, Chaeyeon!" maki Taehyung. "Kau akan terima—"

"DIAM, KEPARAT!" Teriakkan Jimin menggema, sebelum tendakan keras yang tidak terbaca menghantam Taehyung sampai pria itu tidak lagi bergerak. Diam di lantai yang dingin.

Jimin menarik napas panjang berulang-ulang, demi mendinginkan otak yang serasa terbakar. Dia melirik Jungkook yang segera paham, Jungkook membawa Chaeyeon keluar sementara Jimin bicara pada manager apartemen.

"Bawa dia ke rumah sakit." Perintah Jimin pada sang manager, seraya mengusap ujung dagu yang terasa agak perih.

"Manager Kang, apa kau melihat sesuatu?" tanya Jimin, memperhatikan bagaimana Haneul menatap ngeri tubuh Taehyung yang kini dibawa security.

"Ti-tidak, saya tidak melihat apa-apa, Tuan Muda Park."

"Bagus." Jimin menepuk bahu sang manager yang lamat-lamat turun. "Tolong dibersihkan," tukasnya, lalu keluar dari ruangan.

Jimin melangkah cepat menyamai Jungkook yang memapah Chaeyeon, di dalam lift dia berkata pada gadis itu.

"Kau bisa menuntut Taehyung."

"Tidak perlu, dia memukulku karena aku mencuri sesuatu darinya," ucap Chaeyeon.

"Dia pelaku kejahatan, Chaeyeon."

"Kalau aku melapor, maka pihak polisi membutuhan barang bukti. Artinya, apa yang kulakukan akan sia-sia, bila flashdisk itu menjadi barang bukti kepolisian," tukas Chaeyeon tanpa melihat Jimin, pandangannya tertuju lurus pada pintu besi yang tertutup rapat.

Jimin mendesah berat, sebab alasan Chaeyeon terdengar sangat masuk akal untuknya.

🍁🍁🍁

Chaeyeon duduk bersandar di ranjang perawatan, menutup setengah tubuh dengan selimut. Jimin membawanya ke rumah sakit Royal Blue, sekeras apa pun dia menolak. Taehyung telah menghajarnya babak belur saat ketahuan mencuri data itu, beruntung dia bisa menyelamatkan diri dengan bersembunyi di lemari.

Chaeyeon hafal seluk beluk apartemen Taehyung, mendorong meja dan lemari untuk menahan pintu sementara dia menelepon Jimin. Entah apa yang dia pikirkan sampai menelepon Jimin, dia tidak mengenal Jimin, pria itu bahkan terlihat jelas membencinya, tapi Chaeyeon percaya Jimin pasti bersedia menyelamatkannya dari Taehyung.

Dia buru-buru berpaling ke jendela saat pintu ruang dibuka dari luar, seorang perawat datang memastikan dia telah meminum semua obat di daftar dan memintanya istirahat. Perawat itu keluar, berganti sosok pria yang tidak ingin dia lihat masuk ke ruangannya.

"Aku tidak butuh dikasihani," kata Chaeyeon, menatap pria yang berdiri di ujung ranjang.

"Tenang, aku memang tidak punya banyak rasa kasihan, terhadap orang yang tidak kukenal," jawab Jimin, tenang dan tanpa senyum.

Chaeyeon mendengus kasar, pandangannya tidak sengaja tertuju pada flashdisk yang dipegang pria itu.

"Kau sudah dapat yang kau inginkan, berarti urusan kita sudah selesai, Pengacara Park."

"Ya, benar, kecuali Taehyung telah menggandakan file ini."

"Kupastikan tidak," kata Chaeyeon. "Selama ini aku yang mengelola file-file itu, Taehyung tidak tahu keseluruhan dari foto-fotonya yang kuambil. Dia tidak punya banyak waktu mengurus hal-hal remeh, dia bahkan tidak tahu apa saja isi yang ada di flashdisk."

"Baguslah." Jimin menyimpan file itu ke dalam kantong jas bagian dalam. "Terima kasih untuk semua hal yang sudah kau lakukan pada Sera."

"Tidak perlu, aku melakukannya untuk diriku sendiri." Chaeyeon melihat lurus pada Jimin. "Sera itu bodoh, dia harus disakiti dan dikhianati dulu, agar sadar apa yang dia lakukan salah."

"Dia tidak bodoh, hanya terlalu naif." Jimin ikut menimpali, lalu tanpa sadar tersenyum samar karena tiba-tiba otaknya mengingat ekspresi Sera saat sedang tertawa.

"Tolong jangan tinggalkan dia." Chaeyeon berkata terlalu mendadak. "Sera terlalu rapuh untuk membuat keputusan penting di hidupnya, dia butuh seseorang sepertimu agar bisa menjadi manusia yang lebih kuat. Aku tidak bisa menjaganya lagi setelah hari ini, percayalah dia gadis yang baik."

"Kau mau pergi kemana? Kenapa kalian tidak memperbaiki hubungan—"

"Tidak." Chaeyeon berpaling dari Jimin, menatap ke jendela yang sedikit berkabut. "Pergilah, sebentar lagi ayahku datang."

Jimin mengangguk. "Sekali lagi, aku berterima kasih. Jaga dirimu," tukas Jimin, lalu dia pergi dari sana.

Sepeninggalan Jimin, Chaeyeon masih menatap ke jendela, manik matanya berkabut sebelum setetes cairan bening jatuh dari matanya yang mengerjap. Dia mengambil ponsel, tersenyum melihat wallpaper hari kelulusan sekolah bersama Sera, sebelum menggantinya dengan bunga tulip merah.

"Ayah, tolong jemput aku di rumah sakit Royal Blue." Chaeyeon berkata pelan, pada suara berat dan khawatir di seberang sana.

"Ayah ke sana sekarang, tunggu."

"Ayah, aku merindukan Ibu. Bisakah aku ke Swiss, aku ingin tinggal dengan Ibu."

"Tentu saja, Chaeyeon. Kau boleh melakukan apa saja yang kau inginkan, sore ini kita berangkat sama-sama menemui Ibumu."

Chaeyeon tersenyum, menggenggam ponselnya lebih erat. Sudah lama dia tidak mengunjungi Ibunya, paska kedua orangtuanya bercerai. Sang ibu memilih hidup tenang di desa Grindelwald, surga dunia yang dulu sering dia bicarakan dengan Sera. Dia membutuhkan waktu lebih santai, menata hati dan pikiran, agar bisa melanjutkan hidup dengan cara lebih baik.

Lalu, bersama perasaan lebih lapang karena berhasil membebaskan temannya, walau memakai cara aneh dan tidak biasa, Chaeyeon menulis pesan terakhir pada Taehyung. Pria berengsek yang telah melukai teman baiknya terlalu banyak.

Hubungan kita selesai, ak tidak ingin melihatmu lagi—Kim Tae Hyung.

Kemudian, Chaeyeon memblokir nomor Taehyung, dia akan mengganti nomor ponselnya setelah nanti sampai di Swiss.

🍁🍁🍁

Kelelahan menjalari Sera di sepanjang sisa harinya di kantor sampai perjalanan menuju kafe, udara di penghujung musim dingin terasa terlalu beku menerpa wajahnya ketika dia keluar dari mobil. Sunoo menariknya agar buru-buru masuk ke dalam kafe, menyeberangi ruang depan yang luas dan bersih.

Seorang pelayan menghampiri, lalu mengantar mereka berdua ke ruangan VIP di lantai dua.

"Terima kasih," kata Sunoo pada pelayan itu. "Kenapa kau tegang sekali Sera, ayolah kita hanya akan menemui Luna bukan presiden," tambahnya pada Sera, tertawa kecil agar rekan kerjanya itu lebih rileks.

Sera tersenyum samar pada Sunoo saat mereka berhenti di depan pintu, mengamati sosok artis sangat cantik duduk bersama managernya. Sunoo mendorong pintu kaca, tersenyum pada Luna yang melirik gadis bersurai panjang di sebelahnya lalu keduanya sama-sama berdiri.

"Nah, akhirnya kalian datang," kata Luna, saat Sera dan Sunoo berada di depan mejanya. "Apa kabar, Cho Sera? Lama sekali kita tidak bertemu."

Sera tertegun, ruangan mewah itu terasa kaku dalam hitungan dua detik saat Luna berdiri dan menyapanya tanpa canggung.

"Halo, Im Luna."

Senyum Luna yang tidak pernah Sera harapkan terulas terlalu lebar, gadis itu tampak terlampau gembira, jauh dari yang Sera pikirkan sebelumnya tentang hubungan mereka yang aneh. Hal itu membuatnya gusar, apa lagi setelah mereka sama-sama duduk dan Sunoo menjelaskan tentang konsep pemotretan.

Im Luna tampak professional, tidak ada tanda-tanda gadis itu akan merepotkannya di kemudian hari. Ganjil, padahal Sera masih ingat bagaimana cara Luna menatapnya tempo hari, gadis itu jelas tidak menyukainya. Di acara premier film, mereka sempat bertemu meskipun tidak saling ngobrol, cara pandang Luna pun masih sama, gadis itu seolah-olah menahan ledakan untuknya.

"Konsepnya sesuai dengan image Luna selama ini, bagus sekali," kata Choshin, manager Luna.

"Aku tidak suka yang terlalu seksi, sesuai yang kalian tahu." Luna menambahkan. "Pacar lamaku suka mengatur cara berpakaian, dia tidak suka penampilan seksi dan kuno. Ah, Sera, kau pasti tahu tentang itu, 'kan?" tambah Luna tiba-tiba pada Sera.

Pertanyaan Luna serta merta membuat Sera berhenti menyesap tehnya dengan anggun, dia meletakkan cangkir ke meja bersama senyum samar, meski Luna melayakangkan pandangan muak kepadanya.

"Ya, tapi dia membebaskan memakai pakaian apa pun yang kusuka. Selama nyaman dan tidak melanggar aturan norma masyarakat, Jimin tidak keberatan," jawab Sera, tenang dan terukur.

Akhirnya Sera menemukan jawaban atas yang dipikirkannya terhadap Luna, menyadari fakta Luna tengah mencari celah untuk membuatnya tidak nyaman. Sera tidak peduli bahwasanya Sunoo tidak tahu tentang status Jimin di antara dia dan Luna, masa bodoh, sebab Luna yang memancing duluan.

Lagi pula, siapa sih yang mau buat masalah pada keluarga kaya raya seperti Jimin? Sera hanya ingin mengimbangi mantan pacar calon suami yang tidak bisa menerima kenyataan.

"Jimin sangat sibuk, tidak mengherankan dia membebaskan," kata Luna. "Atau jangan-jangan, dia memang tidak punya waktu untuk melihat lebih padamu."

"Kau benar, dia sangat sibuk, tapi yang pasti dia melamarku dan kami akan menikah akhir bulan ini. Aku sudah minta pada Ibu mertuaku untuk mengundangmu dan Taehyung. Saranku, jangan sampai kau menangis di pernikahan mantan pacarmu, Im Luna."

"Kau—"

"Karena kupastikan Park Jimin akan sangat bahagia bersamaku. Dia tidak akan punya waktu untuk merasa peduli pada mantan pacarnya, seperti dalam drama yang tengah kau mainkan.

"Well, kenyataan terkadang memang sesakit itu. Jadi, jangan lupa datang, oke?" tukas Sera.

Sera melirik Sunoo yang seolah-olah ingin memuntahkan teh yang sedang diminum bersama ledakan tawa, dia bisa merasakan kaki Sunoo menyenggol tungkainya dengan ekspresi bangga.

"Thank you, Honey!" kata Sera pada Sunoo nyaris tanpa suara, lalu kembali menikmati tehnya dengan tenang, mengabaikan Luna yang sudah merah padam dalam rasa malu dan jengkel.

Meskipun dikebanyakan drama atau novel yang Sera baca, banyak sekali mantan pacar peran utama datang ke pernikahan dan mengacau. Dia akan memastikan hal picisan itu tidak pernah terjadi di hari pernikahannya, baik Luna atau Taehyung, tidak dia biarkan menghancurkan hari penting itu.

Aku punya Jimin beserta seluruh keluarganya, tidak ada lagi yang perlu kutakutkan, gumam Sera pada dirinya sendiri.

"Kau tidak akan bisa menggantikan posisiku," kata Luna.

"Kau benar, sejak awal aku memang tidak pernah menggantikan posisi siapa pun. Tapi bisa kupastikan, posisiku sekarang, tidak akan bisa direbut oleh perempuan mana pun. Termasuk kau, Im Luna."

Aku cantik dan aku calon istri Pengacara Park yang terkenal, Sera berkata pada dirinya sendiri dengan penuh keyakinan, mengabaikan fakta kalau dia tidak bisa menghubungi Jimin seharian ini, pria itu bahkan tidak bisa menemaninya fitting.

Sera tidak peduli. Dia tetap memupuk keyakinan, membangun benteng pertahanan terhadap Luna, terhadap orang-orang yang mengikis psikisnya. Hal positif yang dia pelajari dari Jimin. 

Untuk kali pertama, Sera merasa bangga pada dirinya yang telah berhasil melindungi diri sendiri tanpa bantuan orang lain.

[ ... ]

👑 🐻 👑

Ternyata saya membutuhkan 30 part, untuk mengembalikan Sera ⬆️ menjadi Cho Sera yang biasa kita kenal 😥😥


המשך קריאה

You'll Also Like

1.7K 243 5
"Kau pikir apa? Akan bahagia menjadi istriku? Jangankan tubuhmu, bayanganmu saja sama sekali tak menarik bagiku!" ────•^🧸^•──── Gadis itu, yang teng...
354K 31.8K 16
[Complete] Yoora mencintai Jungkook. Sangat mencintainya. Yoora mampu memberikan segalanya untuk Jungkook. Segalanya yang dia miliki, bahkan kehidup...
186K 3.6K 3
☡ warn; sexual content 18+ Si tampan Kim itu begitu terobsesi dengan darah, meski ia tak memiliki trah keturunan vampire. Dan aku, telah diklaim menj...
4.2K 510 4
Kim Seokjin divonis mandul, sementara dia membutuhkan penerus untuk dapat naik ke posisi Ketua Grup. Dia memerintahkan istrinya untuk menikah dengan...