The Covenant

VanadiumZoe tarafından

38.2K 8.7K 3K

Perjanjian tidak terduga yang ditawarkan Jimin pada Sera pada hari kencan buta, pada akhirnya membawa Jimin p... Daha Fazla

CATATAN PENULIS
INTRO_EGO
1
2
3
WILDFLOWER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AUTUMN NIGHT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
FOR YOU
2
3
4
5
6
LOVE POEM
1
2
3
4
5
6
7
8
TEARS
1
2
3
4
5
DARKSIDE
1
2
3
4
5
6

1

473 135 39
VanadiumZoe tarafından

👑 🐥 👑

🌷🌷🌷

Berita tentang kasus korupsi BruteMax mulai naik ke permukaan, tivi-tivi nasional berbondong-bondong memberitakan dan menjadi headline. Selama seminggu ini surat kabar penuh wajah-wajah yang diduga terlibat korupsi, mereka datang dari kalangan pengusaha juga pejabat. Kini bergiliran tengah diperiksa kejaksaan, termasuk Park Jin Jae.

Jimin melihat berita di ruang tengah, berdiri depan tivi sambil memasang dasi, di antara aroma gula dan keju dari arah dapur. Dia telah memutuskan untuk tetap membantu Seokjin, melepas Hyunjin agar diurus oleh tim kuasa hukum perusahaan tanpa campur tangannya.

Jimin meminta namanya dicoret dari Direktur pengganti sementara selama ayahnya menjalani pemeriksaan, tapi Jimin menerima kedudukan sebagai CEO yang bertanggung jawab atas nama Hyunjin, kedudukan yang seharusnya sudah menjadi posisi Jimin sejak dua atau tiga tahun lalu.

Kedudukan itu mengamankan penerus tanpa merusak kedudukan ayahnya sebagai pemimpin utama, dia bekerja dibalik layar untuk memberikan keyakinan pada para pemegang saham dan menstabilkan harga jual. Pagi ini harga saham Hyunjin naik 0,9%, semakin membaik semenjak Jimin diumumkan sebagai CEO Hyunjin Corporation.

Dengan kedudukan dan pekerjaan yang terus bertambah, otomatis Jimin nyaris tidak punya waktu luang. Namun Jimin yang memang gila kerja, terlihat baik-baik saja bersama setumpuk deadline pekerjaannya itu.

"Oppa, sarapan dulu."

Suara Sera dari dapur dengan sepiring pancake, tidak serta merta membuat Jimin mengalihkan perhatian dari layar tv. Diberitakan ayahnya menerima uang suap dari pejabat pemerintah dan CEO VKook Bank. Jimin mengernyit, bahwasanya ayahnya tidak pernah menyebut nama kakak tirinya itu sebelumnya.

"Oppa, ayo, nanti kita telat."

"Hhmm.... Oke, tunggu."

Ponsel Jimin berdering saat dia baru hendak mendekati dapur, di depannya Sera menunjukkan selai stroberi dan sebotol sirup maple. Sebelum Sera sempat bertanya, Jimin sudah menunjuk salah satunya.

"Maple," katanya, membalikkan badan dan menerima telepon dari Namjoon.

"Pengacara Park, klien anda saat ini, Kim Seok Jin, telah ditangkap dalam operasi Suchwita dan tengah diamankan di detention center atas tuduhan pencucian uang, manipulasi data dan korupsi dari tender pesawat kepresidenan."

"Sejak kapan?" tanya Jimin, tanpa bisa menyembunyikan keterkejutan.

"Sejak hari ini."

"Oke, aku ke sana sekarang." Jimin menutup telepon. "Sera, kita berangkat."

Jimin buru-buru ke ruang depan, mengabaikan Sera yang tampak bingung di belakang.

"Sarapannya?" tanya Sera.

"Aku harus ke detention center."

"Tidak mau sarapan dulu? Pancakenya sudah jadi?"

Jimin diam saja, sibuk pakai sepatu dan menelepon asistennya.

"Tunggu sebentar!" ucap Sera, meski dia tahu Jimin tidak akan mendengarnya.

Sera segera menyambar dua kotak bekal, menjejalkan pancake sama banyak lalu menuang selai. Dia terdengar mengeluh setelah sadar salah menuang selai, dua-duanya selai stroberi, padahal Jimin request pakai sirup maple.

"Sera, bisa cepat sedikit?"

"Iya!"

Di antara kepanikan salah tuang selai, Sera menambahkan sirup maple di atasnya dan mengapit kedua kotak pakai tangan kanan. Dia menyambar tas kerja dengan tangan yang bebas dari kotak, terpincang-pincang pakai sepatu karena setengah berlari. Jimin menunggu di dalam lift dengan ekspresi tidak sabaran.

"Ini, sarapanmu." Sera menyerahkan kotak bekal. "Bisa kau makan di kantor," tukasnya.

Jimin tersenyum. "Terima kasih, sirup maple 'kan?"

"Ketuang sedikit selai stroberi, tapi sudah kutambahkan sirup maple juga."

"Aku tidak suka stroberi, Taehyung yang suka stroberi."

Mendadak suasana lift terasa lebih dingin, saat Jimin mengembalikan kotak bekal pada Sera.

"Ternyata kau masih mengingat kebiasaannya," kata Jimin, penuh tuduhan.

"Bukan begitu. Aku benar-benar tidak sengaja salah tuang, bukan karena mengingat kebiasaan Taehyung."

Denting pintu lift menjeda obrolan kaku mereka pagi itu. Jimin buru-buru keluar begitu pintu lift terbuka, tanpa memberikan tanggapan apa-apa atas pembelaan Sera.

Sepanjang perjalanan cepat membelah jalanan kota yang ramai lancar, Jimin sibuk menerima telepon Jungkook, membicarakan banyak hal yang tidak dipahami Sera. Sera sempat melirik Jimin sekali, sebelum mengecek surel tim produksi pakai ponselnya. Hari ini majalah mereka naik cetak, memakai Taehyung sebagai cover. Menurut informasi dari tim penjualan, Pre Order cetakan pertama sudah mencapai angka ratusan ribu.

Satu pesan dari Ibu mertua membuat Sera menoleh pada Jimin, mobil mereka tengah berhenti di pemberhentian lampu merah terakhir sebelum sampai di gedung HEUR Magazine.

"Oppa, ingatkan, jam lima nanti kita harus—"

Kalimat Sera berjeda, Jimin lebih dulu mengangkat tangan kanan; perintah untuk diam, sebelum dia menerima telepon. Lagi-lagi ponsel Jimin berdering, lagi-lagi pria itu sibuk menelepon sampai mereka tiba di pelataran gedung kantor.

Sera menunggu Jimin selesai menelepon, ragu-ragu ingin menyerahkan kotak bekal lagi pada Jimin. Pria itu tampak tidak bersahabat pagi ini, memandang kelewat lurus sambil melirik jam tangan saat dia belum juga turun dari mobil.

"Aku selesai jam empat, jangan telat. Hari ini—"

"Kau pulang dengan Sunghoon," sela Jimin. "Aku pulang malam, tengah malam. Kalau hari ini aku tidak sempat mengangkat telepon atau membalas pesan, berarti aku masih di detention center. Jangan berpikir yang macam-macam, oke?"

Sera mengangguk, menunda kalimatnya, membatalkan niat memberikan sarapan pada Jimin. Padahal sudah dua hari dia belajar membuat pancake dari video youtube, dia juga bertanya cara pembuatan pada Ibunya. Sera tidak bisa masak, kali pertama membuat pancake dengan hasil sempurna, tapi Jimin justru tidak bisa memakannya karena dia salah tuang topping.

"Hari ini kita harus fitting," gumam Sera, setelah turun dari mobil.

Sera memandangi mobil Jimin yang melesat cepat meninggalkannya, melirik kotak bekal sekali lagi dengan helaan napas panjang. Tenang, Jimin tidak marah padamu, dia cuma sedang buru-buru. Sera berkata pada dirinya sendiri, tetapi tetap saja dia menyalahkan kebodohannya salah menuang topping.

"Kenapa harus salah tuang segala, sih!" gumam Sera, cemberut.

"Cho Sera!" Sunoo muncul dari ujung parkiran. "Pagi-pagi melamun, mikirin apa, Sayangkuh?"

"Ah, tidak, aku hanya—" Sera melirik kotak yang dia pegang. "Ini, pancake, untukmu," katanya pada Sunoo.

"Serius?" Senyum Sunoo mengembang waktu Sera mengangguk, dia mengintip dari tutup yang dia buka sedikit. "Astaga, Sera, aku suka sekali loh selai stroberi dicampur maple. Kok, bisa pas banget, sih?"

"Oh, ya?" Sera mendadak senang. "Kalau begitu bagus, kita sarapan sama-sama di pantry."

"Yes, Gurl! Kubuatkan kopi sebagai balasannya, aku tidak suka hutang budi." Sunoo tertawa.

Sera ikut-ikutan terkikik geli, menarik napas lebih lega sebab usahanya bangun lebih pagi hari ini tidak sia-sia.

🍁🍁🍁

"Aku sedang menuju rumah Ahn Raina, seperti yang kau perintahkan."

Jeon Jungkook mengemudikan mobilnya dalam kecepatan sedang, menelepon Tuan Muda yang memberinya pekerjaan dengan gaji kelewat besar. Sahabat baiknya sejak masih jadi berandalan sekolah, hobi mereka berdua adalah 'tukang pukul' selama berkelahi dengan sekolah lain atau siswa-siswa sok kuasa di sekolah yang sama.

Seperti kebanyakan siswa di sekolah elit, Jungkook dan Jimin juga termasuk dalam daftar siswa pintar meski hobi mereka membuat kepala sekolah sakit kepala. Oh, di sekolah International memang nyaris tidak ada murid bodoh. Entah sekolahnya punya ilmu sihir, atau biaya sekolah yang mahal dapat otomatis mengasah otak-otak para murid.

Yang jelas murid Internasional dengan nilai paling rendah, bila dilempar ke sekolah umum maka mereka akan jadi juara kelas.

"Bagus. Pastikan pakai cara sopan, kita sedang membutuhkan bantuannya."

"Yes, My Lord."

"Tahan dia sampai aku tiba di sana, sekarang aku perlu mengurus Seokjin sebentar."

"Seokjin, kenapa dia?"

"Ditangkap dalam operasi Suchwita yang diketuai oleh Namjoon, ketua penyidik pemerintahan yang juga bekerja pada ayahku."

Polisi Federal Kota bekerjasama dengan pemerintah dan disahkan Hakim, mengeluarkan surat perintah penggeledahan, penyitaan dan penangkapan. Menyelidiki skema pencucian uang dan suap, Seokjin salah satu nama yang sudah berhasil digiring ditahap penangkapan.

"Ayahku juga sedang diperiksa, sialnya adalah Ayah bertemu Seokjin di Amerika dan menerima sejumlah uang dari proyek Daechwita. Dana itu bisa saja dialihkan sebagai tanda ucapan terima kasih, bersih dari pemeriksaan sebab kekakayaan ayahku bisa dibilang sah, legal dan jelas.

"Seokjin menyimpan kontrak asli proyek Daechwita, kucurigai ada dana yang digelembungkan tanpa sepengetahuan Hyunjin dan beberapa rekanan lain. Dana itu dialirkan ke VKook Bank, sebagai laba dari perusahaan Seokjin di Gwacheon.

"Jika Hyunjin buka suara tentang dana itu, maka semua orang akan terkena dampak. Tetapi bila ayahku memilih tutup mulut dan mengikuti alur yang Seokjin rancang, maka semua akan baik-baik saja," tukas Jimin.

"Dengan kata lain, Seokjin sengaja meminta bantuanmu sekaligus mencari sekutu, sebab dia memiliki kunci yang bisa membuatmu otomatis menolongnya. Nama ayahmu dan sepupumu jadi taruhan, begitu maksudmu?" ujar Jungkook.

"Iya. Yoongi sempat bilang dia punya barang bukti, aku akan mencoba menguliknya, sementara kau cari tahu sebanyak apa pun dari Raina."

"Oke, aku sudah sampai. Kukabari bila menemukan titik temu," tukas Jungkook.

Ditempat berbeda, diwaktu yang sama, Jimin baru saja tiba di parkiran Detention center. Dia memutus sambungan telepon dengan Jungkook, menyeberangi halaman menuju lobi utama.

"Pengacara Park, selamat datang."

Sambutan basa-basi itu disambut senyum samar oleh Jimin, mengamati petugas kejaksaan juga polisi tergabung di tim penyelidikan para tersangka kasus korupsi yang melibatkan perusahaan minyak milik negara.

"Tuan Lee Hyun, kurasa membawa Tuan Kim ke detention center adalah tindakan yang terlalu ekstrim," ucap Jimin.

"Kami punya bukti-buktinya, Pengacara Park," jawab Lee Hyun. "Nama Tuan Kim berada di urutan teratas, sebagai pemegang kendali kasus korupsi BruteMax."

"Aku bisa menemuinya?"

"Silakan," kata Lee Hyun pada Jimin, seraya membuka ruang introgasi di mana Seokjin duduk tenang di seberang meja.

"Tidak lebih dari tujuh menit," tukas polisi itu, sembari menutup pintu dan keluar.

"Mereka berhasil menemukannya, ternyata sulit mengelabui Namjoon," kata Seokjin lugas, melompati basa-basi.

"Apa yang tidak kau beritahukan padaku, Seokjin?" kata Jimin.

"Banyak, karena aku tidak percaya 100% padamu."

"Aku pengacaramu."

"Dan juga musuhku," sela Seokjin. "Kau dan Yoongi sama saja, kalian berdua hanya sedang mencari celah untuk menjatuhkanku."

"Mereka mendapatkan buktinya, bahkan sebelum aku sempat melakukan apa-apa."

"Ya, daftar proyek yang terlibat, termasuk Hyunjin."

Jimin tidak langsung menjawab, mengamati pupil Seokjin yang bergerak kelewat cepat.

"Jika kau tidak ingin Hyunjin terseret, kita harus bekerja sama."

"Seokjin, ayahku juga tengah diperiksa. Kau bukan hanya terlibat korupsi di BruteMax tapi juga pencucian uang dari proyek-proyek lain yang menguntungkan para politisi termasuk ayahmu di ketua partai. Saranku bersikaplah kooperatif, sehingga kita bisa memaksimalkan hukumanmu."

"Jadi, kau menyerah untuk membelaku?"

"Aku akan tetap memberikan bantuan hukum padamu," jawab Jimin. "Kau punya sesuatu yang tidak kuketahui tapi bisa menyelamatkanmu, selagi kau bekerja sama aku akan membantumu."

Seokjin menghela napas panjang. "Aku bisa membongkar skema korupsi, terutama orang-orang pemerintah dan para eksekutif industri kontruksi, tapi sayangnya aku masih ingin hidup tenang, Pengacara Park." Seokjin berhenti bicara, bertepatan pintu dibuka dari luar.

"Pengacara Park, pemeriksaan akan dilanjutkan. Anda tidak bisa berada di ruangan ini selama proses tanya jawab berlangsung, Anda tidak boleh menghalang-halangi proses hukum."

"Aku tahu," jawab Jimin, lalu menunggu pemeriksaan dari ruang kaca di sebelah.

"Tuan Kim, kami sedang memeriksa direktur keuangan," tanya Lee Hyun. "Terdapat pemasukan tidak masuk akal. Bisa kau jelaskan, dari mana datangnya dana-dana itu?"

Dari ruang kaca di sebelah, Jimin melihat Seokjin mendengus samar dari kaca tembus pandang, sebelum pengusaha itu mulai menjabarkan pembelaan. Proyek-proyek besar yg nilainya diduga digelembungkan, tapi Seokjin tidak mengakui dan menunjukkan bukti-bukti kontrak.

"Hanya karena statusku sebagai salah satu orang terkaya di negeri ini, kejaksaan meragukan jumlah kekayaanku dan menduganya sebagai hasil korupsi?"

"Tuan Kim, aset-aset mahal yang Anda miliki di Lyon dan Praha, bisa dijelaskan?"

Jimin melihat bagaimana Seokjin menangani pertanyaan-pertanyaan itu, dia meminta izin pada petugas untuk keluar dari ruangan saat ponselnya bergetar. Pesan dari Yoongi membuat Jimin mengernyit, dia menuju ruang tunggu yang kosong, segera mengeluarkan tablet dan mengecek alamat email yang diberikan Yoongi.

Ini bukti yang pernah kukatakan padamu—Min Yoongi.

Nama-nama surel yang disamarkan, dibuka satu persatu. Percakapan juga file PDF dari kontrak Jimin periksa hati-hati, jarinya berhenti bergerak pada nama Yoongi dan ayahnya. Perusahaan keduanya tercatat menandatangani kontrak pengadaan pesawat kepresidenan, tapi jumlahnya tidak membengkak, sesuai dengan data yang pernah Jimin lihat dari laporan Hyunjin.

Ternyata dugaan Jimin benar, Seokjin telah memalsukan kontrak dengan nilai yang digandakan dari kontrak asli. Kelebihan dana dialirkan ke VKook Bank sebagai laba personal dari perusahan fiktif Seokjin di Gwacheon. Artinya mereka hanya butuh dokumen asli, untuk melengkapi bukti-bukti kejahatan Seokjin.

Jimin menarik napas lega, entah kenapa dia merasa sangat lega bahwasanya Seokjin memang pelaku utama, bukan Yoongi apa lagi ayahnya. Kedua orang itu hanya ikut terseret, skema yang terlampau besar sampai sulit mensortir orang-orang yang menggunakan tangan asli.

Ponsel Jimin berdering, Yoongi menelepon.

"Kita butuh kontrak asli, buruknya adalah Seokjin jelas akan dihukum paling berat. Termasuk para kaki tangannya, kasus ini akan mempenggaruhi reputasimu, Jimin."

"Tidak ada yang aneh bila pengacara kalah di pengadilan, tapi aku akan tetap mengusahakan hukuman paling adil untuk Seokjin."

"Aku mengkhawatirkanmu."

Jimin mengernyit, sebelum dia tertawa pelan. "Boleh aku muntah sekarang? Jijik, Anjing!"

"Maksudku, aku khawatir nyawamu terancam setelah ini. Jim, sedikit banyak orang-orang yang tidak menyukai Seokjin akan berpikir kau menyimpan rahasia dari pengusaha itu. Bisa saja kau diincar setelah ini," tukas Yoongi.

"Well, aku sudah terbiasa dengan hal-hal semacam itu."

"Baguslah."

Sambungan itu diputus secara sepihak tanpa kata penutup. Jimin sudah imun menghadapi orang-orang seperti Yoongi, dia hanya mengedikkan bahu dan menyambar tablet. Bergegas pergi dari detention center, menuju rumah Ahn Raina.

🍁🍁🍁

"Selamat, Cho Sera!"

Sera terkejut di antara confetti yang menyembur di depan wajahnya, ketika dia baru masuk ke ruang rapat. Para karyawan satu persatu menjabat tangan, Sunoo bahkan memeluk penuh suka cita tapi Sera masih belum menemukan clue kejadian perkara.

"Bisa tolong jelaskan, ada apa?" tanya Sera, dia melihat Elena duduk di ujung meja, tersenyum bangga kepadanya.

"Sera, foto yang kau pilih sebagai foto sampul dari tiga pilihan sampul utama, menjadi pilihan cover terbanyak yang di-PO saat ini." Sunoo menjelaskan.

Foto sampul majalah mereka bulan ini, memberikan tiga pilihan foto sampul Taehyung dengan gaya berbeda. Sera diminta oleh Elena memilih salah satu foto untuk naik cetak, tidak disangka cover pilihan Sera menjadi yang terlaris di pembukaan PO awal. Padahal cover itu paling simple dari dua cover lainnya.

Menurut Sera, Kim Taehyung akan lebih mengintimidasi dengan rambut hitam pekat dipangkas pendek, makeup tipis, setelan polos hitam, bergaya maskulin tanpa aksesoris. Dibandingkn dua cover lainnya, Taehyung dibuat terlalu manis dan cantik, di cover satunya lagi Taehyung bahkan tampak terlalu metroseksual.

Sera tidak suka, ternyata para fans di luar sana banyak yang sependapat dengannya. Meskipun hubungannya dengan Taehyung sangat buruk, tapi Sera tidak akan pernah menyangkal betapa tampannya Kim Taehyung tanpa harus didandani yang macam-macam.

"Kurasa keberhasilan ini bukan milikku seutuhnya tapi kita semua, satu tim produksi sampul bulan ini. Selamat untuk kita semua," tambah Sera, senang dan bahagia.

Semua orang mengangguk setuju, Sunoo yang telah menyiapkan kaleng-kaleng coke meminta mereka semua untuk bersulang, termasuk Elena.

"Kerja bagus, Cho Sera." Elena berujar tulus, lalu ikut minum bersama semua orang.

Rapat dimulai tujuh menit kemudian, membahas cover majalah untuk musim semi yang akan segera tiba. Kali ini ditetapkan Im Luna menjadi model sampulnya, artis sekaligus model yang tengah menjadi perbincangan sejak go public sebagai pacar Kim Tae Hyung.

Sera tampak gusar saat membaca lembaran proposal di meja, dia berharap kali ini Elena tidak menyebut namanya sebagai penanggung jawab. Cukup Taehyung saja, jangan Luna juga. Sera memang tidak kenal Luna secara dekat, hanya sekedar tahu dan pernah bertemu beberapa kali selama hubungannya dengan Taehyung.

Mereka tidak punya masalah, menjadi seperti ada perkara janggal sejak dia punya hubungan dengan Jimin. Sera tahu betapa tegang Jimin dan Luna saat keduanya bertemu, sedikit banyak berpengaruh kepada dirinya.

Di ulang tahun Jung Hoseok tempo hari, Luna jelas tidak suka akan kehadirannya, fakta mereka berdua seperti bertukar pasangan kian memperburuk situasi yang sudah ada.

Sinting!—batin Sera, jalan hidupnya bahkan lebih aneh dari skenario drama tivi.

Sera melirik rekannya Sunoo di seberang meja, sebelum mengamati beberapa daftar wardobe di layar proyektor yang akan dipakai Luna. Ketegangan melanda Sera di sepanjang rapat, yang berubah menjadi terbebani saat Elena berkata di sesi terakhir.

"Sera, temani Sunoo menemui Im Luna membahas tema pemotretan. Beritahu juga padanya, kita akan mengadakan wawancara tentang drama Luna yang sedang tayang, bisa 'kan?"

"Baik, Ms Elena." Sera mengangguk sembari menarik napas panjang, berusaha melapangkan perasaan sebelum lunglai di kursinya.

🍁🍁🍁

"Aku sudah resign, dipaksa untuk mengundurkan diri lebih tepatnya."

Raina duduk tegap di atas sofa putih sembari bersedekap, menatap muak pada sosok Jungkook yang mendatangi rumahnya tanpa izin dan sedikit memaksa. Pria itu seperti ingin merobohkan pintu juga jendela, ketika dia menolak bertemu pada awalnya. Jungkook bahkan tidak gentar, waktu dia mengancam menghubungi pusat bantuan.

Kasus BruteMax menjadi alasan Raina akhirnya membiarkan Jungkook masuk, membatalkan menelepon pusat bantuan demi menghindari masalah agar tidak semakin runyam. Dia tahu bahwa dia bisa saja ikut terseret ke dalam masalah para elit pengusaha itu, bila polisi sampai datang ke rumahnya.

Sementara mantan bosnya sudah melindunginya sejak awal, membuat dia mengundurkan diri sebelum kasus korupsi itu merebak. Raina sangat berterima kasih Seokjin tidak melibatkannya, dia hanya karyawan biasa dengan masa kerja tiga tahun. Dia tidak menyangka, sang direktur justru menghapus namanya dari daftar karyawan sebelum orang-orang menemukannya.

"Aku benar-benar tidak punya bukti yang kau maksud, aku tidak punya akses apa pun ke dalam masalah BruteMax. Tuan Jeon, aku ini hanya karyawan kecil yang tidak masuk hitungan. Kau salah menemuiku," tukas Raina.

"Benarkah?" ucap Jungkook, tersenyum miring. "Oke, kita lupakan kasus BruteMax. Bagaimana kalau kita membahas kasus Cho Donghyun, kau pasti tahu kematian Donghyun tidak diselidiki dengan baik dan hanya dianggap sebagai kematian biasa. Padahal jelas sekali, kau menjadi orang terakhir yang bertemu Donghyun sebelum dia meninggal dunia."

"Aku sedang ada di Jepang."

"Bisa kau tunjukkan paspormu padaku?"

"Aku tidak bersedia. Kau datang tidak secara resmi dari kepolisian, bisa saja tindakanmu saat ini hanya amatiran detektif untuk menakut-nakutiku."

"Ahn Raina, bersikaplah yang baik."

"Aku sudah baik dengan membiarkanmu masuk ke rumahku, padahal kau telah bersikap tidak baik padaku. Lupa, kau hampir merobohkan pintu dan jendela?"

"Apa kau sedang melindungi Taehyung?" kata Jungkook, tiba-tiba berkata. "Taehyung punya masalah pribadi dengan Donghyun dan kau adalah simpanan aktor kawakan itu, Taehyung juga sempat punya hubungan bersama Sera, putri Cho Donghyun. Menurutmu, apakah kebetulan ini terlalu mendadak?"

Raina bergeming, Jungkook bisa melihat pupil Raina tidak berkedip selama dua detik, gadis itu bahkan tampak seperti tidak bernapas. Wajah Raina lamat-lamat berubah sepucat sofa yang dia duduki, tapi kemudian Raina buru-buru mendengus keras sementara jemarinya memegang sofa kelewat erat.

"Tidak perlu mengubah pembicaraan, Tuan Jeon. Aku dan Taehyung sama-sama tidak berada di Korea saat kejadian, pikirmu Taehyung akan melakukan tindakan bodoh menghancurkan hidup dan karirnya?" Raina beranjak dari sofa.

"Aku sibuk, silakan keluar dari rumahku," tukasnya, menunjuk pintu dengan ujung dagu, tetapi dia tersentak melihat sosok pria lain sudah memegangi bingkai pintu.

"Well, pembelaanmu sangat meyakinkan, Ahn Raina. Oh, haruskah aku memanggilmu—Nuna?"

Park Jimin berdiri di sana, menatapnya jengah selagi memasuki rumahnya tanpa permisi. Lagi-lagi orang tidak menghargai privasinya, memaksa dia mencari sesuatu yang tidak diketahuinya.

"Itu kenyataan, Pengacara Park." Raina duduk lagi di sofa. "Terkadang kenyataan memang tidak menyenangkan, tapi mau bagaimana lagi, aku memang tidak terlibat apa-apa pada kematian Donghyun termasuk BruteMax."

"Benarkah?" Jimin tersenyum samar, memperhatikan Raina yang pucat. "Faktanya Kim Seokjin memintamu untuk mengamankan kontrak itu. Kuberitahu, aku pengacara Kim Seokjin, mantan bosmu adalah tanggung jawabku. Aku butuh kontrak asli Daechwita, kau menyembunyikannya, benar 'kan?"

"Ti-tidak, aku tidak tahu apa-apa."

"Kau tahu Raina, kau melihat kontrak itu dan mengamankannya atas perintah Seokjin." Jimin duduk di sebelah Jungkook, di antara meja kaca.

Dia yang telah menganalisa reaksi Seokjin dan mengetahui status Raina dari laporan Namjoon, bahwa sekretaris Seokjin itu telah mengundurkan diri, membawa Jimin pada kesimpulan hari ini. Reaksi Raina semakin meyakinkan Jimin, bahwa gadis itu menyimpan kontrak aslinya.

"Aku membutuhkan kontrak itu untuk menyelamatkan mantan bosmu, Raina."

Raina bergeming, menumpukan tungkai kanan di kaki kiri sambil menggetukkan jari.

"Menurutmu, kenapa Seokjin memintamu mengundurkan diri sebelum kasus mencuat?" ucap Jimin. "Supaya orang-orang yang tertarik pada kasus ini melupakan kehadiranmu, sehingga barang bukti aman di tanganmu."

"Ak-aku benar-benar tidak tahu, bukan aku yang menyimpannya tapi—"

Jimin menaikkan satu alisnya yang tebal, menatap Raina lurus-lurus.

"Tuan Kim mengambil kembali kontraknya, aku tidak tahu alasannya tapi yang pasti sekarang kontrak tidak berada padaku." Raina mengambil jeda, melihat Jimin dan Jungkook bergantian.

"Tuan Kim telah menghancurkan kontrak aslinya," tukas Raina, gemetaran.

Jimin tidak lekas percaya, tetapi dia bisa melihat ketakutan di kedua biji mata Raina yang nyaris basah. Gadis itu gemetaran dan pucat, tampak tertekan pada situasi yang bisa membahayakan.

"Aku tidak sempat membaca kontrak itu, aku tidak terlibat sedikit pun. Kontrak itu diurus orang lain, manager keuangan, kurasa dia lebih tahu dariku."

Jimin tidak berkata apa-apa, manager keuangan tengah diselidiki polisi. Informasi itu terlalu basi untuknya, dia ingin tahu hal lain tapi sepertinya Raina memang tidak tahu terlalu banyak.

"Masalah Donghyun, aku memang bertemu dengannya sebelum malam kejadian. Dia pulang ke rumah hanya untuk memberiku tiket liburan. Aku diminta jalan-jalan, agak aneh memang, pada malam kejadian aku berada di tengah perjalanan menuju Tokyo."

Raina menghela napas panjang. "Ada baiknya, kau memeriksa putrinya Donghyun. Aku tidak bermaksud apa-apa, tapi Donghyun selalu bilang padaku, kalau Sera sangat membencinya."

Informasi penutup itu mengecewakan Jimin, dua menit kemudian Jimin memilih menyudahi pertemuan dan keluar dari rumah Raina bersama Jungkook. Mendadak dia agak pening, tidak ingin berpikir Sera ikut andil dalam kasus pembunuhan ayah kandung karena rasa sakit hati.

Sudah cukup, kata Jimin pada otaknya yang berdenyut.

"Kau benar-benar ingin kembali mengangkat kasus Donghyun?" tanya Jungkook, saat keduanya berdiri di depan mobil masing-masing.

"Aku tidak tahu," jawab Jimin terus terang. Dia benar-benar tidak tahu, apakah dia sungguhan tertarik pada kasus Donghyun atau hanya karena mengikuti saran Yoongi tempo hari.

"Jungkook, mungkinkah masalah Raina dan Donghyun hanya pengalihan issue sia-sia? Kematian Donghyun normal, tapi aku justru melewatkan hal penting dari kasus lain yang barangkali kulupakan."

"Jim, kau berpikir berlebihan."

"Semoga saja, tidak ada musuh yang terlewat kupikirkan."

Ponsel Jimin berdering, deretan nomor tidak dikenal memenuhi layar.

"Halo?" ucap Jimin, dia mengernyit mendengar deru napas seseorang di seberang. "Siapa?"

"I-ini aku, Pengacara Park, to-tolong aku."

"Kau—?" Jimin melirik Jungkook, sembari mengingat-ingat suara seseorang di seberang.

"Ak-aku berhasil mengambil flashdisk itu, ta-tapi dia—"

"Lee Chaeyeon?!" Jimin segera membuka pintu mobil, meminta Jungkook mengikutinya. "Kirim lokasimu sekarang, aku segera ke sana."

Sial—batin Jimin, dia telah melupakan urusannya dengan Lee Chaeyeon.

[ ... ]

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

91.3K 12.3K 45
Dari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya ke...
3.6K 1K 10
Diusia pernikahan yang hampir menginjak 5 tahun, Taehyung dan Bora belum berencana memiliki anak, tetapi kedudukan Taehyung sebagai pewaris menuntutn...
354K 31.8K 16
[Complete] Yoora mencintai Jungkook. Sangat mencintainya. Yoora mampu memberikan segalanya untuk Jungkook. Segalanya yang dia miliki, bahkan kehidup...
23.2K 171 6
PERINGATAN KERAS ;: ANAK DIBAWAH 18 TH DILARANG BACA. KUMPULAN CERITA HOROR berkonten dewasa.