Rise of Indonesian Devils In...

By RamaBagus9

13.6K 1.3K 812

Setelah perang terbesar di sepanjang sejarah manusia yang menelan jutaan nyawa. Seakan manusia tidak akan per... More

Prolog
Bab 1: Permulaan
Bab 2: Tekanan
Bab 3: Pembersihan
Bab 4: Pekerjaan Umum
Bab 5: Hitler Nikah (Lagi) & Pertempuran Jalanan
Bab 6: Sahabat
Bab 7: Perombakan
Bab 8: Tension in the Desert
Bab 9: May 1948
Bab 10: German Centurion
Bab 11: Desert Eagle
Bab 12: Insurgency
Bab 13: Peran
Bab 14: Ekonomi
Bab 16: Santai dulu ceritanya 2
OVA 1 S2: Cuti, Tensura, MC Ganda
Bab 17: Anak masa depan
Bab 18: War Addictive
Bab 19: The Crazy Time
Bab 20: The Crazy Time 2
Bab 21: Eastern Wagner
Bab 22: Desert
Bab 23: Hell of Mud
Bab 24: Hell of Mud (2)
Bab 25: Back to Work

Bab 15: Santai dulu ceritanya.

476 44 12
By RamaBagus9

15 April 1949
Jakarta, Indonesia
10.20am

Di jalanan kota Jakarta, tepatnya di halaman istana merdeka Jakarta, ribuan warga  berdemo untuk memprotes keputusan pemerintah pusat yang memotong tunjangan PNS serta meningkatkan pajak tahunan sebesar 0,05% yang dianggap memberatkan kalangan menengah kebawah. Terutama para PNS.

""Turunkan pajak! Turunkan pajak! Turunkan pajak!""

""Kami PNS meminta kembalinya tunjangan kami! Kami PNS meminta kembalinya tunjangan kami!""

Para polisi yang membawa alat pertahanan diri berupa kevlar dan perisai plastik yang kuat berjaga di beberapa tempat untuk menutup jalan sekaligus mencegah aksi anarkis yang menyebabkan kerusuhan. Para warga Indonesia yang berdemo didominasi oleh para PNS yang dikabarkan kehilangan tunjangan umum mereka akibat alokasi dana oleh pemerintah pusat.

Demo telah berlangsung dari pukul 7 pagi hingga sekarang yang masih dalam kondisi stabil dan damai. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para pengusaha kecil untuk menjajakkan dagangan mereka di jalanan yang telah dikosongkan oleh polisi untuk demo. Dengan cepat sebagian acara demo berubah menjadi festival jajanan karena jumlah pedagang makanan dan lainnya yang banyak.

Para warga lain yang tidak ikut berdemo memasuki kawasan demo untuk sekedar membeli makanan atau jajanan saja di hari-hari biasa mereka. Dijalanan terlihat jelas banyak orang yang menenteng jajanan setelah mereka keluar dari wilayah demo.

"Dibeli dibeli! Es jeruk seger adem ayem!"

"Es jeruknya manis gak pak?"

"Oh es jeruk manis dek, mau manis dari gula atau dari sirup?"

"Apa bedanya pak?"

"Oh ya jelas beda, soalnya yang dari sirup agak kental dan lebih kuat rasanya soalnya saya pake sirup jeruk buatan sendiri." 

"Oh, cobak saya beli yang pake sirup pak."

"Tapi harganya lebih mahal 2 rupiah adek."

"Gak papa, ada kualitas ada harga."

"Sip! Ditunggu es jeruk manis level 2!"

"Woi roti! Roti duren enak anj**g! Beli lah kampr**!"

"Bang!"

"Apaan?!"

"Rotinya berapa?!"

"2 rupiah!"

"Kagak jadi beli!"

"Yaudah! Pergi sono!"

"Pengen untung apa kagak?!"

"Ya pengenlah!"

"Beli 1 harga 1 rupiah!"

"Nggak ngotak kau kalo beli! 2 rupiah udah paling murah!"

"Halah di toko sebelah harga 1!"

"Yaudah beli aja ditoko sebelah!"

"Mau untung kagak?!"

"Mau lah!"

"Makannya jual murah!"

"Matamu! Yang ada aku rugi!"

"Yang penting ada pembeli bangsat!"

"Bodo amat! Kau gak usah beli sekalian! Masih banyak noh yang mau ngantri beli!"

"Kau mau ada yang beli kagak?!"

"Ya maulah!"

"Makannya 1 rupiah 1 roti!"

"Oi bangke! Kau gak lihat ini papan suci?! Harga 1 roti duren 2 rupiah!"

"Mahal!"

"Bacot! Duren mahal!"

"Turunin!"

"Udah harga murah ini!"

"Turunin!"

"Aaaaaaaakh!"

"Aaaaaaaakh!"

~~~~

Malang, Jawa Timur
10.25am

Di siang hari yang sedang hujan deras di Malang entah kenapa, Reza duduk di samping jendela dengan sebuah iPad di tangannya dan secangkir kopi di sampingnya menikmati  suasana senggang yang jarang dia alami akhir-akhir ini akibat penumpukan dokumen. 

*Surrrp

"Haaaah...... waktu santai ini jarang datang." Reza

Reza menatap ke jendela dan dia melihat banyak rintik-rintik air yang jatuh yang menimbulkan suara yang terasa mendamaikan suasana hatinya. 

"Raphael-san, terimakasih telah memberikanku kesempatan menggunakan klonku untuk menggantikan diriku dalam bekerja di kantor. Kau selama ini tidak pernah membiarkanku bersantai seperti ini apalagi saat ada banyak pekerjaan." Reza

Raphael-san menampakkan wujud Morgan Le Fay di depan Reza dengan pakaian kasual namun tetap dengan tiara kecil di kepalanya. Raphael-san duduk di hadapan Reza dengan sebuah kursi hologram yang tidak nyata.

"Sesekali saya harus memanjakan master karena saya juga sadar kalau terlalu menekan master untuk bekerja keras bukanlah hal yang bagus kalau terlalu sering dan terlalu keras." Ujar Raphael-san pertama kalinya tanpa melalui telepati.

Reza sedikit tersentak dengan hal tersebut, namun dia kembali tersenyum bangga layaknya seorang ayah yang mulai melihat anaknya yang mulai mandiri pada hal yang dulu dia sangat bergantung kepada orang tuanya.

"Kau bahkan sekarang tidak lagi bergantung pada telepati untuk berbicara dalam wujud tersebut." Reza

"Apakah master tidak merasakan sesuatu nostalgia dengan suasana ini?" Raphael-san

"Apa maksudmu?" Reza

"Dulu, sebelum kedatangan IU master selalu mengambil kesempatan untuk bermain hujan terlepas usia tubuh master yang sangat tua." Raphael-san

Flashback

<Master, sebaiknya master segera kembali ke kamp untuk beristirahat. Bermain hujan akan membuat master berpotensi mengalami sakit.>

"Aku tidak mau, aku ingin beristirahat! Dokumen-dokumen sialan itu tidak akan menghalangiku untuk bersantai!" Reza

Reza mengambil sebuah bola sepak di lapangan yang kosong dan basah. Lalu Reza mulai menaruh bola tersebut dan menendangnya sekeras mungkin ke arah lain secara acak. 

*Dash!

Bola melampung tinggi ke arah utara dan Reza menyalurkan energi sihir dalam jumlah besar ke bagian kakinya. Setelah itu Reza bergerak dengan kecepatan super mencegat bola yang dia tendang, setelah itu Reza menendangnya kembali ke lingkaran tengah lapangan, lalu Reza menggunakan akselerasi pikiran untuk meningkatkan kecepatan otaknya.

Dalam pandangan Reza, dunia seakan melambat, pada momen tersebut Reza bergerak menuju ke lingkaran tengah lapangan sebelum bola menyentuh tanah dan mengembalikan kecepatan pikirannya. Bola yang melesat dengan cepat menghantam tanah lalu sebelum memantul Reza menendang bole tersebut ke arah gawang sekuat-kuatnya.

*Dash!

Bola melesat dengan sangat cepat dan berhasil mengenai jaring-jaring gawang karena tidak ada yang menjaganya.

"Goooooollll!!!!" Reza

Flashback end

"Hahahaha..... Aku dulu sangat kekanak-kanakan bukan?" Reza

"Hihihihi, master sekarang juga masih kekanak-kanakan." Raphael-san

"Kejadian itu bahkan sudah 13 tahun lalu, saat aku baru berada di dunia ini dan masih tinggal markas militer yang pertama aku summon. Aku ingat dulu aku selalu tidur di disana di dalam sebuah tenda selama berbulan-bulan sebelum pindah ke rumah pasang yang bentuknya mirip kontainer." Reza

"Dulu master selalu mengeluh karena tidur di tenda. Karena kasur nya yang keras, hawanya  dingin saat hujan, panas saat kemarau, dan selalu terbangun di tengah malam gara-gara kebisingan jangkrik dari hutan." Raphael-san

"Mengingat masa-masa itu membuatku sadar kalau kondisi telah jauh berubah sekarang. Dulu aku sendiri tidur di berbagai tempat yang berpindah-pindah sampai tidak ada bedanya dengan suku nomaden. Terkadang aku tidur di tenda, terkadang aku tidur di kamar awak di kapal, bahkan aku pernah tidur di dalam APC yang jauh lebih nyaman daripada tendaku saat itu yang hanya ada sepasang meja, kursi, sebuah kasur, dan untuk barang-barangnya disimpan di imaginary room.

Tapi sekarang aku telah memiliki rumah yang sudah cukup untuk aku tinggali yang suasananya tidak seramai di kota namun masih bisa dijangkau oleh jalanan kota. Mungkin daerah yang aku tinggali bisa disebut perbatasan antara desa dan kota, karena suasananya tenang seperti di desa dan masih bisa pergi ke kota dengan jarak yang tidak terlalu jauh." Reza

"Oh ya master, apakah master sudah selesai mendesain senjata campuran master?" Raphael-san

"Sudah sudah, mau lihat?" Reza

"Sini aku lihat." Raphael-san

Raphael-san mengambil iPad Reza dan melihat hasil mendesain milik Reza.

"Eugh." Rahael-san

"Hei kau dasar system sialan. Aku mencurahkan semua isi imajinasiku dan mengerjakannya sepenuh hati." Reza

"Master, ini memang dikerjakan dengan sepenuh hati. Tapi master terlalu banyak mencurahkan imajinasi sehingga hasilnya lebih terasa seperti nasi goreng yang diberikan kuah kari ayam, lalu lauknya adalah biskuit bayi." Raphael-san

"Nasi goreng, dan kari ayam adalah makanan kesukaanku kau tahu? Dan biskuit bayi itu membuat kenyang karena gizinya banyak yang setara dengan cracker militer." Reza

"Akan tetapi kalau semuanya dicampur menjadi satu hidangan bagaimana rasanya?" Raphael-san

"Itu akan sangat buruk." Reza

"Sama seperti gambar master sekarang. Pesawat dengan bentuk hidung F-15 dengan badan P-38, bermesin jet ganda, dan memiliki sayap lipat Su-17? Ini adalah kombinasi pesawat terburuk dari harapan saya kepada master." Raphael-san

"Lalu apakah kau memiliki saran ataupun apa yang bisa membantu?" Reza

"Master seharusnya mempertimbangkan kelebihan desain yang dimiliki oleh setiap senjata yang master ketahui dan pertimbangkan kesesuaian desain agar tidak terjadi kecacatan desain dan kesalahan mekanisme." Raphael-san

"Baiklah, aku akan mencobanya lagi." Reza

Reza membuat desain baru lainnya dan memberikannya kepada Raphael-san.

"Eugh...." Raphael-san

"Kenapa lagi?" Reza

"BMP-3 yang memiliki turret tank Merkava dengan roda AMX-10?" Raphael-san

"Kenapa? Itu adalah desain yang bagus." Reza

"Mempertimbangkan ukuran meriam tank Merkava,maka itu menjadi bagian terbesar tank dan tidak seharusnya tank memiliki penggerak berupa roda. Dan chasis BMP-3 akan menyebabkan ketidaksesuaian karena lubang untuk meriamnya cukup kecil karena didesain sebagai kendaraan tempur amfibi." Raphael-san

"Aku akan coba lagi." Reza

Reza membuat berbagai desain dan dia menerima belasan penolakan dari Raphael-san. Reza memberikan 12 desain dan Raphael-san menolak desain Reza 19 kali karena Reza berdebat saat memaksa Raphael-san menerima desainnya. Dan dengan tegas Raphael-san menolaknya karena terlalu banyak kekurangan. Namun, setelah desain ke-13 yang berupa sebuah meriam ringan, Raphael-san menerima desain Reza karena itu bisa digunakan sebagai senjata di APC yang sangat ampuh berkat akurasinya.

Desain yang diterima Raphael-san adalah sebuah meriam Hispano-Suiza HS.404 versi 35mm yang memiliki laras smoothbore dan memiliki beberapa perubahan desain yang membuatnya memiliki sistem pengisian peluru belt atau sabuk. Setelah itu Raphael-san menyarankan Reza membuat desain IFV kelas medium dari chasis tank harimau.

Pembuatan desain untuk IFV ini juga harus melewati puluhan penolakan yang sampai 31 penolakan akibat cacat desain yang berbahaya saat beroperasi. Setelah pendesainan yang sebenarnya menghabiskan waktu 23 jam, namun hanya 23 menit di dunia luar barrier, sebuah IFV untuk TNI AD terlahir murni dari tangan Reza sendiri.

IFV tersebut menggunakan meriam HS.404 35mm yang sedikit berubah bentuk dan chasis tank harimau yang mampu membawa 7 personel bersenjata lengkap. Dilengkapi sampai eksternal firing port untuk pertahanan diri IFV selain dengan meriamnya. Pada setiap firing port terdapat sebuah senapan SS2-V5 untuk skenario peperangan kota dan lainnya. Nama IFV tersebut adalah IFV Raphael yang Reza buat karena dia kekurangan imajinasi.

Saat Raphael-san membuka barrier waktunya untuk membiarkan waktu kembali stabil bagi Reza, Reza dengan rasa kantuk yang kuat segera berjalan menuju ke kasur nya dan langsung tidur karena setengah vampir sekalipun tetap memerlukan waktu tidur meskipun tidak sebanyak manusia.

Raphael-san berjalan menuju ke kasur Reza dan duduk di bagian pinggiran kasur. Tangan mungil Raphael-san bergerak menyentuh rambut putih Reza yang mulai menghitam saat dia tertidur. 

"Kau sudah bekerja keras master." ujar Raphael-san sembari mengelus kepala Reza.

Tiba-tiba sepasang lengan melingkar di pinggang langsing Raphael-san dan menariknya untuk berbaring di pelukan Reza.

"M-m-ma-ma-master?" Raphael-san

"Haaaah...... IU...... cantik." ujar Reza saat mengigau.

"Sialan." Raphael-san

Mengabaikan perasaan kesalnya yang dirasakan oleh sisi kewanitaan Raphael-san, Raphael-san setelah itu ikut tidur dengan Reza meskipun dia tidak memerlukan tidur.

Namun tak lama kemudian Reza bangun 5 menit kemudian karena menggunakan cara tidur darurat militer yang hanya memerlukan waktu beberapa menit saja untuk memberikan istirahat yang sangat efektif kepada tubuh dan pikiran. Setelah bangun Reza hanya pergi kembali ke kursinya di samping jendela sembari melanjutkan menikmati suasana hujan yang menenangkan.

Akan tetapi setelah 5 menit menikmati suasana hujan, Reza ketiduran di kursinya.

~~~~

Di saat yang sama di sebuah halte bus, 700 meter dari rumah Reza, sebuah truk berhenti dan menurunkan penumpang mereka. Seorang perempuan yang menggunakan jaket musim dingin turun bersamaan dengan seorang perempuan lain yang pakaiannya lebih kasual.

"Sudah aku duga kalau akan hujan deras. Sebaiknya tadi kita pesan taksi saja meskipun harganya lebih mahal." ujar Isvian yang mengenakan sweater.

"Aku minta maaf untuk itu, aku kira taksi tidak akan cukup karena barang-barangku cukup banyak." IU

"Tidak apa-apa kak. Akan aku coba menelpon kakak agar dia menjemput kita disini." Isvian pergi ke bilik telepon dan menghubungi Reza.

IU melihat ke sekeliling dan dia melihat sebuah kota yang jalanannya cukup menanjak serta sangat sepi penduduk. 

"Mungkin karena hujan ini tidak ada penduduk yang keluar rumah. Lagipula siapa yang akan keluar rumah di tengah hujan deras seperti ini?" IU

*Kriiing kriiing crk

{Halo?} jawab Reza melalui telepon rumahnya.

"Kak, aku sudah sampai di halte bus. Akan tetapi disini sangat deras, apakah kau bisa menjemput kami?" Isvian

{Kami?} Reza

"Ya, aku dan kak Jieun telah sampai baru saja." Isvian

{Maaf Isvian, bukannya aku tidak mau atau apa. Tapi disini juga sangat deras sehingga aku tidak mungkin menjemput kalian dengan kendaraan karena jalanan sedang licin dan terlalu bahaya untuk pergi ke bawah.} Reza

"Apakah kakak tidak bisa menggunakan mobil kesini?" Isvian

{Sudah aku bilang aku tidak bisa menjemput dengan kendaraan karena mobilku masih berada di bengkel akibat latihan mu minggu lalu.} Reza

*Plak

Isvian menepuk dahinya sendiri.

"Aku lupa akan itu. Akan tetapi bisakah kau ke halte untuk membantu kami membawa barang-barang? Barang disini terlalu banyak untuk 2 wanita militer sekalipun." Isvian

{700 meter kesana? Untuk membawa barang?} Reza

"Ayolah kak, kami memerlukan bantuan tangan disini."Isvian

{Baiklah, tunggu disana. Aku pergi sekarang. OTW.} Reza

"Apa itu OTW?" Isvian

{On The Way.} Reza

"Oh baiklah, kami akan menunggu." Isvian menutup telepon telat 5 menit sebelum habis waktunya.

"Bagaimana?" IU

"Kakak akan segera pergi kesini. Kita cukup menunggu saja dia datang lalu dia akan membantu membawa barang-barangnya." Isvian

"Dia akan datang dari daerah atas atau dari daerah bawah?" Tanya IU yang sedikit khawatir melihat jalanan yang menanjak dan basah.

"Tenang saja, kakak memiliki kemampuannya sendiri untuk mengakali kondisi seperti ini." Ujar Isvian dengan tenang.

"Mengakali?" IU

"Kalau melalui jalan utama dan aspal tidak aman gara-gara basah, maka dia akan mencari jalan yang cukup kasar untuk memastikan keamanannya. Tenang saja kakak ipar, kakakku tidak sebodoh itu untuk melewati jalanan basah yang licin di kondisi seperti ini." Isvian membuka susu kotaknya dan menyeruputnya untuk menunggu Reza datang.

IU duduk di tempat duduk halte dan dia mengambil sebuah buku berjudulkan Panzer yang diberikan oleh Reza atau milik Reza yang tertinggal di rumah IU di Korea Selatan dan IU membawanya karena dia berencana untuk pindah tempat tinggal ke Indonesia.

Isvian melihat buku yang dibaca IU dia dia bereaksi akan sebuah tanda yang ada di buku tersebut.

"Kak Ji Eun, ini punya kakak Reza bukan?" Tanya Isvian

IU melihat bagian halaman depan buku yang terdapat simbol Reza yang berbentuk sayap dan terdapat 3 cakaran di dalam sayap tersebut yang telah diresmikan sebagai simbol Reza yang diukir di medali kepahlawanan nasionalnya yang baru. Reza mendapatkan medali kepahlawanan nasional yang baru setelah perang dunia karena Reza banyak memimpin dan terlibat langsung berbagai pertempuran penting yang membuatnya pantas mendapatkan medali istimewa itu sekali lagi.

"Ya, ini memang miliknya. Kenapa memangnya?" IU

"Kakak sudah mencari-cari buku itu sejak lama. Aku tidak menduga kalau itu berakhir di tanganmu. Sepertinya kakak meninggalkannya saat dia tinggal di Korea dulu. Dia sangat panik saat mengetahui buku kesukaannya tersebut hilang." Isvian dengan lugas membeberkan sedikit tentang sisi lain dari Reza yang terkenal tenang di mata IU.

"Dia panik? Aku penasaran apa yang membuatnya panik padahal selama ini dia selalu terlihat super datar dan tenang saat menyelesaikan masalahnya sendiri." IU

"Entahlah, namanya juga manusia. Kakak juga masih seorang manusia, jadi wajar saja kalau dia bisa panik." Isvian menyilangkan kakinya.

'Apakah kau yakin akan hal itu (Reza manusia)?' IU

Flashback

Di dalam ruangan imajiner IU, Reza dan IU duduk di bar dari Hotel del Luna yang dibangun dari ingatan IU dan Reza tentang drama tersebut di dunia mereka sebelumnya.

*Surrrp

"Rasa air disini sedikit beda dengan yang biasa aku minum." ujar Reza melihat botol minum 250 ml di tangannya.

IU juga sepertinya ikut merasakan hal yang sama seperti Reza.

"Mungkin saja di dimensi ini airnya berbeda karena terbentuk secara murni tanpa terkontaminasi polusi? Jadinya airnya terasa sedikit lebih segar dan terasa sangat ringan." IU

"Bisa jadi." Reza

IU menaruh botolnya dan dia mencondongkan badannya kepada Reza.

"Omong-omong Reza, aku ingin menanyakan sesuatu." IU

Reza menoleh kepada IU, "Apa yang ingin kau tanyakan?" 

"Apakah hanya perasaanku saja atau bukan. Kau tidak pernah tidur saat malam hari bukan?" IU

Reza yang bersandar di lengan kanannya yang menopang wajahnya terpeleset setelah mendengar perkataan IU.

"A-apa maksudmu aku tidak pernah tidur?" Reza

"Karena..... aku hanya merasakan pergerakan yang aktif saat aku tidur yang membuatku beberapa kali terbangun dan melihat ke arahmu yang tidur di sofa. Rasanya instingku mengatakan kalau kau sering bangun dan melakukan sesuatu di ruangan lain saat aku tidur. Aku hanya penasaran kenapa kau selalu seperti itu kalau instingku benar.

Aku hanya khawatir akan kondisi kesehatanmu kalau kau selalu seperti itu setiap malam. Kau bisa terserang berbagai penyakit berbahaya kalau tidak pernah istirahat. Aku tidak ingin bertahan sendirian tanpa bantuan reinkarnator lainnya yang memiliki cara untuk beradaptasi di dunia paralel ini." IU

"Tenang saja, instingmu yang telah diasah menjadi lebih kuat tidaklah salah. Karena aku memang tidak pernah tidur di rumahmu selama aku tinggal disana. Aku selalu menghabiskan malamku untuk sekedar berbincang dengan Raphael-san untuk melewati malam yang membosankan sekaligus melatih penglihatanku dalam kegelapan memanfaatkan pencahayaan di Korea yang masih buruk." Reza

"Kenapa kau melakukan itu?" IU terdengar kesal saat mengucapkannya.

"Maaf?" Reza

"Kenapa kau tidak pernah tidur selama di rumahku? Apakah karena sofanya keras? Aku saat itu masih belum memiliki kekuatan milik Jang Man Weol sehingga maaf kalau telah membuatmu tidak nyaman selama disana." Ujar IU dengan nada kesal dan sedih sekaligus.

Reza menepuk kepala IU dengan lembut.

"Tidak masalah, aku saat itu ingin tidur di kasur, hanya saja aku sadar kalau aku tidak boleh melakukannya untuk menjagamu." Reza

"Karena menjagaku?" IU

"Kau tidak akan pernah berani menampakkan sedikitpun wujudmu kepada pria manapun disaat kau diberikan cara memandang seorang laki-laki, meskipun hanya sehari saja. Setidaknya kau sudah mengerti dengan kalimat itu." Reza

"Apakah kau terangsang?" IU mulai menggoda Reza saat dia melihat kesempatan melakukannya.

Reza memerah dan mengalihkan pandangannya. Reza mengambil segelas air untuk mengalihkan perhatiannya. Reza meminum air di gelas tersebut dan IU semakin tersenyum melihatnya.

"Reza, itu adalah milikku. Kau telah mengambil ciuman pertamaku secara tidak langsung." IU

"A-apa?" Reza

Reza melihat ke gelas yang dia pegang dan benar saja terdapat sepasang bekas bibir yang terlalu kecil untuk ukuran bibir miliknya. 

"Bu-bukankah kau telah berciuman sebelumnya? Kau sudah sering berciuman di drama bukan? Jadi tidak mungkin aku yang mengambil ciuman pertamamu." Reza agak tergagap, namun dia dengan mudah mengendalikan ucapannya.

"Aku sebenarnya tidak pernah berciuman secara asli karena itu semua demi pekerjaan. Jadi aku tidak akan pernah menganggap ciuman yang aku lakukan saat bekerja sebagai ciumanku dengan seorang pria atas dasar perasaan." IU

Jantung Reza semakin berdetak cepat dan IU yang entah mengapa mengetahui perasaan Reza karena tingkat kepekaannya terhadap perasaan orang yang memang sudah sangat tinggi sejak dulu, semakin tertarik untuk menggoda Reza karena sangat langka melihat sikap Reza yang kebingungan dan malu seperti sekarang.

"Apakah kau malu? Haaa?" IU

"Be-berhentilah. Aku tidak suka kondisi seperti ini?" ujar Reza malu-malu.

"Karena kau berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sekarang? Kenapa kau tidak melawan? Wahai tuan Reza yang tampan dan selalu tenang pada setiap kondisi?" IU

IU bangun dari kursinya dan mencongdongkan badannya menuju kepada Reza sampai wajah mereka hanya berjarak sepanjang penggaris saat ini. Reza yang memalingkan wajahnya untuk melihat ke depan lagi menemukan wajah IU yang sangat dekat dengan wajahnya.

'Sial sial sial siaaaal! Aku tidak pernah berhadapan dengan kondisi seperti ini. Aku memerlukan cara untuk menghindar.' Reza

Reza memutar otaknya dan dia mendapatkan ide.

"Kenapa kau diam? Apakah kau sangat tersipu malu?" IU semakin mendekat.

Tangan Reza yang diam sedari tadi mulai bergerak. Reza menaruh tangan kanannya untuk menggenggam tangan kiri IU yang mungil yang berada di lutut miliknya. Dan tangan kirinya menyentuh pipi kanan IU yang membuat IU tersentak dan terdiam.

IU melihat tatapan serius Reza dan dia merasakan sebuah tangan yang sangat halus berada di wajahnya.

"Re-Reza? A-a-apa yang kau lakukan?" IU

Reza tidak menjawabnya dan mulai menarik tubuh IU untuk semakin mendekat dengan menarik tangan kiri IU yang digenggamnya. IU secara tanpa sadar menutup matanya dan menyiapkan wajahnya untuk apapun yang akan datang menyentuh bagian tertentu di wajah kecilnya.

Reza mulai bangun secara perlahan dari kursinya dan mendekatkan wajahnya kepada wajah IU hingga keduanya bisa merasakan nafas halus mereka masing-masing. Wajah keduanya semakin dekat dan dekat sampai hidung mancung keduanya bertemu yang menambah peningkatan hormon pada diri mereka berdua.

Setelah itu IU merasakan sepasang bibir menempel di bibir miliknya. Dirinya tidak lagi memikirkan kondisi, dia sekarang bergerak atas dasar perasaannya dan IU mendorong lidahnya untuk memasuki mulut Reza. Alih-alih merasakan sebuah mulut yang dia harapkan, IU membuka matanya dan dia melihat sebuah boneka jerapah raksasa berada di hadapannya dengan bibir boneka tersebut menempel di bibirnya.

Matanya melebar dan dia segera menarik badannya menjauh dari boneka jerapah tersebut. IU langsung menggosok-gosok bibirnya dengan bajunya karena dia merasa harus segera membersihkan bibirnya. Perasaan kesal mulai tumbuh dan IU melihat ke sekeliling untuk mencari sang pelaku utama.

Perhatian IU langsung terfokus pada sebuah jejak langkah kaki yang terdapat di lantai bar. IU langsung berlari mengikuti langkah kaki tersebut. 

*Drap drap drap drap

"Aku akan membunuhnya. Aku pasti akan membunuh sialan yang satu itu." ujar IU dengan ekspresi marah yang sangat jelas.

Jejak kaki yang dia kejar berakhir di sebuah ruangan kamar hotel dengan nomor 303. IU membuka pintu kamar dan dia melihat sebuah robot dengan bentuk seperti Reza yang tersangkut di sebuah jaring-jaring tipis berwarna biru mengkilap. IU melihat di sepatu robot tersebut menetes lumpur yang berarti jejak kaki tersebut dibuat oleh sang robot yang mirip Reza, bukan langkah kaki Reza asli karena Reza tidak sebodoh itu meninggalkan jejak kakinya.

"Yah! Ahmad Reza!" Teriak IU penuh emosi

~~~~~

Di tempat lain ruangan imajiner milik IU, Reza berjalan santai sembari menertawakan suara teriakan marah IU yang terdengar sampai ke tempatnya saat ini.

"Ahahahaha. Aku berhasil kabur dari sana dengan selamat. Aku tinggal memasuki lift di depan dan pergi keluar dari sini." ujar Reza berjalan menghadap ke belakang.

"Kau pikir bisa kabur?"

Reza terdiam dan dengan cepat menghadap ke arah depan yang terdapat seorang perempuan yang membawa senapan Winchester Model 1897 sedang berdiri tepat di depan lift.

"Ji-ji-ji eun." Ujar Reza ketakutan melihat IU yang menyebarkan aura dinginnya.

<Peringatan! Peringatan! Kemarahan individu 'Lee Ji Eun/ IU sangatlah tinggi. Host diperintahkan kabur atau mempertahankan diri.>

"Kau pikir aku bisa kabur dari sini Raphael-san?! Dia menjaga tepat di depan lift satu-satunya jalan keluar." Reza

<Master bisa kabur dari ruangan imajiner IU melalui pintu dengan membukanya. Pintu apapun akan secara otomatis mengirimkan master keluar dari ruangan imajiner. Protokol keselamatan telah aktif, segala bentuk kekuatan telah diaktifkan dan penggunaan dibebaskan kepada master.>

Reza berlari menjauh dari IU dengan kecepatan vampirnya yang 200 kali lipat lebih cepat dari Usain Bolt. Reza mendekati sebuah pintu dan saat tangannya akan memegang gagang pintu, sebuah tangan kecil memegang pergelangan tangannya. Terdapat IU yang berteleportasi ke depan pintu dan pandangannya yang tetap ke bawah dengan aura suramnya.

"Uwaah!" Reza reflek menarik tangannya dan berlari menuju ke pintu lain.

Sebelum mencapai pintu, Reza sudah melihat IU yang berteleportasi tanpa merubah pose dan ekspresinya. 

"Kenapa.... kenapa kau melakukan itu?" ujar IU dengan nada depresi.

Reza berlari ke arah lain dan dia tetap mengalami hal yang sama. Memutuskan berteleportasi ke lantai 2, Reza melihat IU yang berteleportasi di hadapannya pada waktu yang sama saat dia berteleportasi. Aksi berlarian, kejar-kejaran, dan teleportasi berlangsung selama beberapa menit dan akhirnya mereka berdua kembali ke lokasi awal yaitu di depan lift keluar.

"Kenapa.... kenapa kau melakukan itu?" ujar IU untuk ke yang sekian ratus kalinya.

Reza mulai menatap IU lebih serius saat dia bertanya. Reza melihat setetes air mata mengalir di wajah IU. Lalu IU menghadapkan wajahnya kepada Reza.

"Kenapa.....? Bisakah kita melakukannya dengan serius kali ini?" Ujar IU dengan penuh harap di suaranya.

Reza merasa hatinya luluh dan tangannya menghapus air mata yang mengalir dari mata IU. 

"Aku hanya merasa malu dan aku melakukan itu karena ingin kabur. Kau tahu kalau kita tidak boleh berciuman sebelum menikah. Aku minta maaf kalau telah membuat hatimu kecewa." Reza memeluk tubuh mungil IU yang lebih tinggi 0,05 meter dari tingginya sebelumnya.

IU melepaskan shotgunnya yang membuat Reza merasa terancam dan memegang badan bidang Reza dengan erat. 

"Permintaan maaf diterima." IU

Mereka berdua tetap dalam posisi tersebut selama  beberapa waktu dan IU akhirnya melepaskan pelukannya setelah 13 menit berpelukan. IU melihat sebuah patung dummy yang memakai pakaian Reza sedang dipeluknya barusan.

"Yah! Ahmad Reza!" IU

"Apa?!" Jawab Reza yang sedang memasak mie instan di kompor portabel.

"KENAPA KAU KABUR LAGI???!!!!" IU

"Habis kau terlalu lama memeluk, aku merasa lapar. Aku memutuskan untuk menukar badanku dengan dummy agar kau tetap merasa nyaman dan aku membuat mie instan untuk mengisi perutku yang lapar." Reza mengaduk bumbu mie miliknya dan mulai memakannya setelah bumbu tercampur rata.

*Sluuurp

"Indomie memang selalu memuaskan perut yang lapar." Reza

IU berdiri diam dengan ekspresi marah, kesal yang tercampur karena dia telah ditipu lagi oleh Reza yang memang sudah pengaturan pabriknya seperti itu. Tolong maafkan MC kami yang satu ini, kau mungkin tidak akan mendapatkan masalah seperti cinta segitiga atau resiko perselingkuhan kalau bersama Reza. Namun pengaturan pabriknya sudah cukup untuk  membuat masalah yang lebih memuakkan dibandingkan ketika ditinggalkan saat sayang-sayangnya.

Reza melihat IU yang tetap dia tak bergerak, dia menawarkan mie kepadanya.

"Kau mau?" Reza

IU berjalan dengan kesal dan duduk secara kasar di pangkuan Reza.

"Suapi." IU

"Tapi kau sud-" Reza

"Suapi!" IU

"Baik-baik tuan putri. Ini datang.... aaaaaa" Reza

Reza menyuapi IU layaknya anak kecil dan IU melihat Reza sedang lengah dalam posisi yang tidak memungkinkan Reza melawan balik kalau dia diserang oleh IU. IU secara tiba-tiba menghindari suapan Reza dan langsung menuju ke mulut Reza. IU menempelkan bibirnya secara paksa kepada bibir Reza yang membuat Reza syok.

"Mmmmm! Mmmmm!" Reza

Ciuman paksa itu berlangsung singkat dan IU mengambil suapan Reza setelah puas membalaskan rasa kesal dan frustasinya.

"Mmmm! Ini sangat enak! Ini rasa apa Reza?" IU

IU melihat Reza yang masih tertegun dan memegang bibirnya dengan tangan kirinya yang tidak memegang apapun karena Reza menggunakan kekuatan sihir telekinesis untuk mengangkat piring tanpa memegangnya. 

"Kenapa? Apakah kau malu?" IU masih berusaha menggoda.

"Itu adalah pertama kaliku dan kau memaksaku. Aku kecewa." Reza murung setelah itu.

IU panik dan berusaha menenangkan Reza. 

"Re-Reza. Aku minta maaf kalau aku telah mengecewakanmu. Aku tahu? Aku melakukanya karena aku kesal kau menjahiliku. Jadi tolong dimaafkan ya?.... Aku mohon......" IU

"Aku tidak nafsu makan sekarang. Berdirilah." Ujar Reza dengan dingin.

IU semakin panik dan dia memeluk Reza.

"Aku mohon Reza, aku minta maaf karena telah mengambil ciuman pertamamu secara paksa. Aku mohon maafkan aku dan jangan berlaku seperti ini. Aku mohon...." IU

*Sluuurp

"Oke dimaafkan, aku suka melihatmu panik seperti itu." Ujar Reza yang menyeringai sembari melanjutkan makannya. 

"Aku minta." IU menunjuk mie.

"Ini." Reza

Reza menyuapi IU dan IU tetap berada di pangkuan Reza  sembari menerima suapan Reza setelah Reza mengambil bagian makannya. Mereka berdua menghabiskan makanannya yang berupa 6 porsi mie instan mie sedap goreng. IU turun dari pangkuan Reza dan Reza mensummon sebuah sofa untuk berbaring.

"Haaaah kenyang." Reza menepuk perutnya.

Di saat Reza lebih fokus pada makanannya, dia tidak sadar kalau selama makan IU hanya menerima suapan sembari memerah karena perasaannya tumbuh lebat akibat tidak menduga kalau dia dan Reza telah melakukan adegan romansa seperti di film/drama romantis. Setelah makan IU hanya diam duduk sembari menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan rambut panjangnya. Pada saat yang sama suasana hati Reza seperti biasa saja, akibat sikap tidak pekanya yang memang perlu dipertanyakan.

"Oh ya Reza." IU memulai pembicaraan sembari menahan perasaan berbunga-bunganya.

"Hmm?" Reza

"Saat kita kejar-kejaran tadi, kenapa aku sekilas melihat sepasang taring memanjang dan matamu berubah menjadi sangat merah layaknya mata sharingan? Kau seperti vampir saat itu." IU

"Jadi kau melihatnya, yaaahhh....... sebenarnya sebelum kau datang ke dunia ini aku sudah mendapatkan darah setengah vampir untuk bertarung dan beradaptasi lebih mudah dengan pekerjaan yang benar-benar baru bagiku. Aku bisa menggunakan penglihatan malam untuk bertarung dan bertempur, dan kebutuhan tidur ku tidak lebih dari 1 jam sebagai setengah vampir akibat penguatan otak ku yang dapat melakukan perawatan dan bekerja pada saat yang bersama. 

Sehingga disaat otak manusia biasa akan melakukan perawatan diri hanya saat tidur, otakku dapat melakukan perawatan diri meskipun aku beraktivitas berkat sebagian gen vampir pada tubuhku. Namun tenang saja, karena aku aslinya manusia biasa dan setengah vampir semacam hadiah reinkarnasiku. Aku bisa tidur 8 jam kalau aku mau, jadi tidak usah khawatir." Reza

Flashback end

'Dia sebenarnya adalah setengah vampir. Aku paham kenapa Reza tidak memberitahu Isvian. Mungkin Isvian tidak akan mempercayainya dan menganggapnya membual seperti anak-anak atau bisa menyebabkan sesuatu diluar kendali kalau dia memberitahu Isvian siapa dia sebenarnya.' IU

IU dan Isvian menunggu selama lebih 30 menit lebih dan mereka bisa melihat Reza yang basah kuyup telah datang dengan membawa banyak jas hujan untuk IU dan Isvian beserta barang-barang IU yang meliputi pakaian dan beberapa barang penting.

"Kaka-........ak?" ujar Isvian yang awalnya antusias namun nadanya berubah diakhir kata.

"Kenapa kau sangat basah Reza? Padahal kau menggunakan jas hujan." IU

"Aku terpeleset dan tercebur genangan beberapa waktu lalu. Untung saja jas hujannya tidak ada yang kemasukan air." Reza

"Apakah kau baik-baik saja? Tidak ada yang terluka?" IU

"Tidak apa-apa." Reza

"Apakah kalian segera lupa kalau aku ada disini?" Isvian

Reza dan IU menatap kepada Isvian yang terdengar kesal karena dia tidak diperhatikan.

"Salah sendiri tidak bersuara. Sudahlah, biar aku bawa yang paling berat dan kalian bawa yang tidak terlalu berat." Reza

"Reza, tas yang itu yang paling berat karena aku membawa hampir semua pakaianku disana. Dan juga tas yang itu juga paling berat karena berisikan barang-barang elektronik pribadiku." IU

"Kau tidak membawa  telepon rumahmu kan?" Isvian

"Tentu saja tidak." IU

Isvian, IU sekarang mengangkat barang-barang IU lainnya dengan lebih mudah karena ada Reza yang membawa barang paling berat. Reza mengangkat tas IU yang seberat 51 kg sebagai yang paling berat seperti tidak ada apa-apanya karena Reza sudah pernah mengangkat senapan mesin Kord 6P50-3 yang seberat 80 kg dengan satu tangan saja, sambil berlari bahkan.

Mereka menuju ke rumah Reza yang satu rumah dengan Isvian. Di tengah perjalanan yang menguras tenaga akibat hujan deras tak kunjung berhenti, Isvian mengeluarkan candaan ringan.

"Melihat perbedaan usia kita dengan kakak, rasanya kita adalah putri-putrinya." Isvian

"Ahahahaha! Kau benar, aku dengan Reza selisih 20 tahun dan kau dengan Reza selisih 25 tahun." IU

"Apakah aku sekarang menjadi ayah? Berati aku harus memiliki istri bukan untuk menjadi ibu kalian?" ujar Reza yang ikut bercanda.

"Tidak! Aku adalah ibunya  dan biarkan Isvian saja yang jadi anaknya. Aku tidak tertarik menjadi anakmu." IU

"Karena usiaku dengan kak Jieun yang hanya 5 tahun, apakah kak Jieun hamil diriku saat umur 4 tahun seandainya kau adalah ibu biologisku?" ujar Isvian secara random.

""What?"" Reza/IU

"Kita harus berhenti sekarang juga. Ini jadi semakin aneh untuk dilanjutkan." Reza

"Benar, terlalu bahaya untuk dilanjutkan. Kita harus berhenti sekarang juga." IU panik.

"Aku setuju, aku minta maaf menimbulkan suasana ini." Isvian

"Tidak masalah, kau mewarisi sikap random ku dengan sangat baik meskipun kau menjadi adik angkat saat remaja." Reza

"Apakah itu bisa dianggap sebagai penghargaan?" IU

"Tergantung sudut pandangnya. Dari sisi mana kau melihatnya, dan bagaimana kondisinya." Reza

"Setuju." Isvian

~~~~~

"Reza...... Isvian...... Apakah masih jauh?" ujar IU yang kelelahan setelah berjalan di jalan menanjak dengan beban yang dibawanya selama beberapa waktu.

"Tentu saja masih jauh." ujar Isvian yang santai karena dia sudah terbiasa sejak zaman penjajahan Belanda untuk berjalan-jalan belasan hingga puluhan kilometer dengan berbagai tanjakan untuk menuju ke puncak gunung tempat makam ibunya yang mewariskan darah Belgia kepadanya.

Terlepas dia mendapatkan keistimewaan gara-gara jabatan ayahnya, secuil darah belanda dari ayahnya dan darah Belgia dari ibunya yang menjadikannya setengah Eropa berdarah Indonesia-Belanda-Belgia yang sangat diistimewakan, Isvian tetap mau menempuh jalan jauh dan terjal ke makam ibu dan leluhurnya di puncak bukit. Ditambah dengan pelatihan TNI dan pelatihan Reza membuat 700 meter jalan menanjak seperti jalan-jalan pagi biasa bagi Isvian.

"Apakah kak Jieun sudah lelah?" Isvian

"Aku tidak pernah berjalan menanjak sejauh ini seumur hidupku." IU

"Kak! Kak Jieun akan pingsan kalau dia terus berjalan!" teriak Isvian kepada Reza yang sudah agak jauh dari mereka berdua.

Reza yang mendengar suara samar-samar Isvian yang memanggilnya di antara suara hujan deras, menghadap ke belakang. Isvian membuat bahasa isyarat dengan badannya yang mengatakan kalau IU akan pingsan karena kelelahan.

"IU harus segera dibiasakan dengan tanjakan ini kalau dia ingin tinggal di rumahku." Reza

Reza mengikat pegangan tas IU yang dibawanya dengan sabuk agar bisa membawa 2 tas besar di punggungnya meskipun keduanya adalah tas jinjing. Setelah mengikat kedua tas yang dibawanya dan merubahnya menjadi seperti tas ransel, Reza berjalan menuju Isvian dan IU yang diam beristirahat.

Setelah itu Reza mengangkat IU yang terlihat pucat dengan gendongan tuan putri sembari memalingkan wajahnya agar wajahnya tidak terkena guyuran air hujan. Isvian mengambil 2 tas barang milik IU yang dibawa IU sebelumnya dan mengikuti Reza. Setelah perjalanan panjang selama 32 menitan karena harus beberapa kali berteduh untuk menjaga suhu tubuh IU agar dia tidak hipotermia saat pingsan, mereka sampai di rumah Reza dan Isvian yang cukup besar.

========================================

2 lanjut part di

Continue Reading

You'll Also Like

83.7K 3.3K 60
Apa jadinya jika Mikasa membesarkan Naruto sejak bayi? Apa jadinya jika di dalam tubuh Naruto itu buka Kyuubi? Sandaime Hokage menghanyutkan bayi Nar...
3.1K 305 12
Suatu hari ada seorang pemuda yang baru saja pulang dari tempat kuliahnya, saat sedang melintasi sebuah jalan, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan yang...
7.2K 604 18
Indonesia dari Sejarah yang berbeda dari bumi di transfer ke dunia lain dengan sistem dunia yang berbeda daripada di bumi. dunia yang kejam. dengan m...
Lady Amethyst By huuusth14

Historical Fiction

160K 12K 37
BRAKKK!!! Agnessa Ayudia Wicaksono, seorang anak konglomerat di Indonesia. Berusaha membuka matanya, tubuhnya terpental jauh dan kepalanya terbentur...