Regret ( Terbit)

By flo3025

94.9K 7.5K 1.4K

|part masih lengkap| Juara ke-2 event menulis bersama moon seed ... Mencintai seseorang yang sama sekali tida... More

00
part 1 (day 1)
part 2 (day 2)
part 3 [day 3]
part 4 [day 4]
part 5 [day 5]
part 6 [day 6]
part 7 [day 7]
part 8 [day 8]
part 9 [day 9]
part 10 [day 10]
part 11 [day 11]
part 12 [day 12]
part 13 (day 13)
part 14 (day 14)
part 15 (day 15)
part 16 [day 16]
part 17 [day 17]
part 18 (day 18)
part 19 (day 19)
part 20 (day 20)
part 21 (day 21)
part 22 (day 22)
part 23 (day 23)
part 24 (day 24)
part 25 (day 25)
part 26 (day 26)
part 27 (day 27)
part 28 (day 28)
part 29 (day 29)
part 30 (day 30)
part 31 (day 31)
part 32 (day 32)
part 33 (day 33
part 34 (day 34)
part 35 (day 35)
part 36 (day 36)
part 37 (day 37)
part 38 (day 38)
part 39 (day 39)
part 40 (day 40)
part 41 (day 41)
part 42 (day 42)
part 43 (day 43)
part 44 (day 44)
part 45 (day 45)
part 46 (day 46)
part 47 (day 47)
part 49 (day 49)
Part 50 (day 50)

part 48 (day 48)

2.2K 139 43
By flo3025

Leo dengan tergesa berlari mengejar Wasy yang sudah keluar rumah, ia menarik tangan perempuan itu.

Wasy menghentikan langkahnya, saat tangannya dicekal Leo, ia menggulir matanya menatap Leo,  Ia tak bisa berlama-lama di sini karena harus kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Chris, orang rumah sakit tak ada yang menghubunginya sedari tadi.

"Izinkan ... aku ikut dengamu untuk melihat bagaimana keadaan Chris sekarang," ucap Leo ragu, ia dengan jelas melihat tatapan tak suka Wasy, ia tahu semua ini penyebab utamanya itu dirinya, tapi apa salahnya ia ikut ke sana karena bisa saja, saat dirinya datang ke sana, Chris akan sedikit membaik.

Wasy menyentak dengan kasar tangan Leo, ia sudah muak dengan Leo karena kelakuan pria itu sudah sangat keterlaluan, andai ia tahu semuanya sudah pasti sejak awal dirinya sudah memperingatkan Chris untuk menjauhi ular berbisa seperti Leo yang akan membuat keadaan semakin buruk. Bukan hanya tentang Chris, namun Leo juga penyebab hubungannya dan Nive rusak, sampai sekarang bahkan Nive tak menghubunginya, menyesal rasanya ia tak mengantar Nive pulang.

"Untuk apa kau ikut, di sana hanya akan membuat dirimu malu saja jadi lebih baik kau di sini saja bersama dengan teman atau kekasihmu itu. Jangan pernah berharap jika aku akan mengizinkan mu datang ke sana karena dengan kedatanganmu itu hanya akan semakin membuat semuanya menjadi buruk. Kau tak perlu bersikap seakan-akan kau orang baik yang akan membuat Chris sadar kembali," ujar Wasy, bahasa formal dan sopan miliknya sudah lenyap.

"Kumohon izinkan aku untuk ikut ke sana, aku ingin meminta maaf, aku ingin melihat keadaan Chris, setelah itu aku berjanji akan langsung pulang." Leo memohon, bahkan menyatukan kedua tangannya, memohon dihadapan perempuan yang selalu tak ia sukai kehadirannya.

Wasy menghembuskan napasnya, sikap Leo yang seperti ini jauh membuatnya sebal, jika ia terus menolak Leo ikut maka pria itu akan terus memaksa sehingga membuat waktunya terbuang begitu saja.

"Baiklah," ucap Wasy pada akhirnya.

****

Setelah perdebatan panjang, di sinilah mereka, Wasy dan Leo baru saja sampai.

Wasy berjalan dengan cepat ke ruangan dimana Chris dirawat, tak peduli dengan Leo yang mengekorinya dibelakang.

Saat sampai diruang inap Chris, di sana bukan Chris yang tengah terbaring dibrankar melainkan orang lain, Wasy sangat yakin ini ruangan Chris.

"Maaf Anda siapa?" tanya seorang pria paruh baya dibelakang Wasy, membuat Wasy dan Leo mengalihkan atensinya.

"Ah maaf, saya merasa kerabat saya berada diruang ini, tapi sepertinya saya salah ruangan," ucap Wasy.

"Anakku baru menempati ruangan ini, pasien sebelumnya dinyatakan tutup usia jam sembilan tadi," celetuk pria itu.

"Ah, sepertinya saya salah ruangan, saya yakin kerabat saya baik-baik saja," ucap Wasy, walau nyatanya ia takut jika yang dikatakan pria dihadapannya ini Chris.

"Kami permisi, maaf mengganggu Anda Tuan."

Setelah mengatakan itu, Wasy dan Leo sama-sama berlari, ke ruangan yang mereka harap tak ada Chris di sana.

Jantung Wasy semakin berdetak dengan cepat, pikiran buruk mulai datang membuat Wasy kembali berlari kearah ruangan yang sangat dirinya hindari.

Wasy menghentikan langkahnya, menatap tulisan diatas pintu 'kamar mayat', ia terdiam dengan kedua kaki bergetar saat mendengar suara tangisan yang sangat ia kenal. Wasy membuka pintu dengan kasar, jantungnya seakan berhenti berdetak saat mendapati Luna tengah memeluk raga yang terbaring dibrankar.

Disana, di depan matanya, ada Mahardika dan Luna yang tampak kacau, meraung meminta keadilan pada Tuhan, dengan air mata yang tak bisa ditahan Wasy berjalan mendekat, ia menolak percaya dengan apa yang ia lihat. Tuan mudanya, terbujur kaku bahkan ia tak membuka matanya saat Luna berteriak memintanya untuk bangun.

Tuan mudanya menyerah?

Wasy berharap ada seseorang yang membangunkan dirinya dari mimpi buruk ini, ia menyentuh tangan Chris yang terasa dingin.

"Tuan ... katakan padaku mana yang sakit? Saya akan mencari obat yang Anda butuhkan sekarang juga, tapi tolong jangan seperti ini. Saya tak akan bisa menerima semua ini. Ingat Anda berjanji untuk pergi ke pantai bersama dengan saya satu minggu lagi? Tapi kenapa sekarang Anda memilih pergi? Tuan muda yang saya kenal tak mungkim menyerah begitu saja." Wasy menggenggam tangan itu, berharap ada satu keajaiban datang sekarang, ia tak siap jika harus ditinggal untuk yang ketiga kalinya oleh seseorang yang sangat dirinya sayangi.

Senyuman kecil, perkataan lembut, impian yang belum sepenuhnya tercapai itu sekarang sudah pergi.

Tangan Leo mengepal, ia ingin memeluk Raga tanpa nyawa itu, namun rasanya terlalu tak pantas jika ia melakukannya.

Air mata lolos membasahi pipinya, bayang-bayang dimana kebersamaannya dengan Chris berputar begitu saja diotaknya.

"Aku mencintaimu,"

"Aku selalu mencintaimu,"

"Jangan tinggalkan aku Leo,"

"Jika bosan katakan, aku akan berusaha membuat hubungan yang tak membosankan,"

"Bagaimana hari ini? Kau lelah?"

Leo meremat celananya, dadanya sesak, tolong katakan padanya siapapun, jika ini hanya rekayasa Chris yang ingin membalas perbuatannya.

"Chris." Leo semakin meremat celananya, bibirnya bergetar saat mengatakan nama orang yang sudah tinggal nama itu.

Tangisan, ucapan tak percaya dari orang-orang terdekat Chris sama sekali tak bisa membangunkan malaikat tanpa sayap itu.

Brugh

Wasy mendorongnya sampai ia tersungkur, perempuan itu menatap Leo dengan penuh amarah.

"Dia sudah mati sialan! Untuk apa kau menangis, harusnya kau tertawa, karena berhasil membuatnya menyerah!" Wasy berteriak dihadapan wajah Leo, tangan bergetarnya mencengkram kerah baju Leo.

"Kau lihat dia," napasnya tercekat saat ingin melanjutkan ucapannya, "dia sudah tiada, bangunkan aku, katakan ini hanya mimpi buruk," lanjutnya.

Leo hanya bisa diam, menerima dengan pasra setiap cacian yang keluar dari mulut Wasy.

"Aku ditinggalkan lagi," ucap Wasy parau, sirat akan rasa sakit yang menghantamnya begitu keras.

"Maaf," ucap Leo lirih, ia terisak, ia harus apa agar bisa menghentikan air mata dan raungan pilu orang-orang dihadapannya?

Wasy tak mampu lagi untuk bicara, ia melepas cengkramannya, terduduk lemas dilantai.

Leo memberanikan diri mendekati raga itu, ia semakin terisak saat melihat dengan jelas wajah pucat itu, bibir pucat yang selalu tersenyum itu tak akan lagi tersenyum padanya.

"Chris, ini aku ... bukankah kau akan sembuh? Aku minta maaf." Leo meremat kain putih yang menutupi tubuh kaku sang kekasih.

Betapa bajingannya Leo, membuat hidup seseorang hancur sampai tak tersisa, kilasan tatapan kecewa Chris tadi sore membuat Leo semakin merasa sesak didadanya.

"Maafkan Chris jika dia memiliki salah padamu, aku meminta maaf atas namanya, putraku pria yang baik, aku selalu membanggakannya, menyayanginya, tapi kenapa kau menyakitinya?" Luna berucap dengan suara serak, ia bahkan sampai bersimpuh dikaki Leo.

"Katakan apa yang harus aku lakukan agar kau memaafkan putraku, asal itu bisa mengembalikan putraku," ucap Luna, berhasil menyayat hati Leo.

Mahardika yang melihat itu, mengangkat tubuh istrinya agar tak berlutut di depan Leo.

Leo mengelus wajah Chris, ia berusaha menahan tangisnya agar tak pecah.

"Chris ... aku tak suka sendiri, kau berjanji akan selalu menemaniku, ini belum dua bulan, kenapa kau menyerah begitu saja, bukankah aku ini kejam? Seharusnya akulah yang minta waktu itu, bukan kamu," ucap Leo, ia mengigit bibirnya agar tak semakin menangis.

"Maaf,"

"Maaf karena aku tak menemuimu karena sakit, aku akan merebutmu kembali sebagai milikku,"

Leo terkekeh miris, ucapan Chris terus terngiang-ngiang ditelinganya, seakan Chris ada disampingnya sambil membisikan setiap kata yang selalu dominan itu katakan.

"Aku akan menjadi milikmu jika kamu bangun," ucap Leo, rasa sesal mulai menyeruak dalam hatinya.

"Maaf, maaf, aku tahu sakit dibalas maaf itu curang, hanya saja tolong bangun Chris, beri aku kesempatan, aku akan mencintaimu seperti kamu mencintaiku Chris! Kukatakan sekali lagi, bangun Chris,"

"Mau kau berteriak memakai pengeras suara ditelinganya pun dia tak akan bangun, adikku sudah tiada," sela Hendry yang entah sejak kapan datang.

Leo menggulir matanya, melihat Hendry yang tengah menatapnya dingin, tatapan hangat yang biasa diberikan padanya sudah lenyap, hanya ada tatapan dingin menusuk, Hendry tak menangis hanya saja raut wajah tanpa ekspresi itu jelas menampilkan perasaan berkecamuk, rasa bersalah, amarah, benci, dan sakit akan kehilangan sang adik kesayangan.

Bahkan di saat hidup Chris di-vivere pericolosamente pun, Hendry tak ada disamping sang adik, kakak macam apa Hendry ini?

Rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya sendiri kedasar laut, saat tahu jika Leo kekasih yang selalu Chris banggakan, dan sialnya Leo juga kekasihnya.

"Dia tak akan bangun, bahkan dia melupakan janjinya yang akan bermain hujan-hujanan denganku," ucap Hendry, terdengar tegar tapi lain dihatinya, ia bahkan rasanya tak bisa berdiri dengan benar.

Leo yang sedari tadi diam, menunduk lantai sendu. Ia bajingan, iblis sepertinya tak cocok dengan malaikat macam Chris yang baik.

Seharusnya disaat hidup Chris di-vivere pericolosamente ia bisa merengkuh dan membisikan kata-kata yang manis, namun sibajingan Leo ini malah menyakitinya.

Ya, yang tersisa saat ini hanya rasa menyesal mendalam yang mematikan. Menyesal adalah neraka dunia yang menyesakkan, karena setelah menyesal hanya kata andai yang akan terpikir oleh otak.

"Andai aku tahu Chris, selama ini aku selalu menjauhi rasa terlalu nyaman, mungkin akan dengan mudah aku menerimamu," gumam Leo, yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Kata Andai memang sangat tepat bagi Leo, karena ia benar-benar menyesali perbuatannya, jika waktu bisa diputar kembali, ia bersumpah akan mencintai Chris sama besarnya dengan cinta dominan itu padanya.

Tangis, raungan, permohonan itu terus mengisi kamar mayat, bahkan Mahardika tak mendengar perintah dokter yang menyuruhnya segera membawa mayat Chris ke rumah.

Bukan tak ingin, hanya saja ia masih belum percaya jika anaknya sudah tiada, ia berharap saat tengah ditangisi seperti ini Chris kembali membuka matanya.

____TBC

A/N Vivere Pericolosamente artinya ;

KBBI mengadopsi kata-kata dan ungkapan asing, salah satunya _Vivere Pericolosamente_ yaitu ungkapan dari bahasa Italia yang menggambarkan hidup seseorang dalam bahaya/gawat. Kalau di bahasa Indonesia artinya sama dengan peribahasa "telur di ujung tanduk"

Day 48 .... selamat tinggal Chris ...

Continue Reading

You'll Also Like

426K 26.9K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
7.1M 349K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.8M 86.5K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.3M 203K 32
Mati dalam penyesalan mendalam membuat Eva seorang Istri dan juga Ibu yang sudah memiliki 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa mendapatkan kesempa...