Yuk kirim testimoni kamu dan dapat 1 pcs Mowteaslim GRATIS di pembelian berikutnya 🥰
💕Shopee/ig : mowteaslim
💕 WhatsApp : 0896032104731
____________
"Yaudah aku mau pulang," Putus Naqiya, "Gaza sayang, Mama pulang dulu ya..."
Bayi itu menggeliat tidak nyaman di pelukan ibu kandungnya. Matanya mengerjap dan terbuka sesaat setelah menyadari dirinya akan ditinggal lagi oleh Naqiya. Sementara sang Ayah, diujung ruangan memperhatikan interaksi keduanya lekat-lekat. Ikatan anak dan ibu memang sekuat itu kah?
"Oeeekkk..." Benar saja, suara tangis Gaza terdengar seantero ruang tengah. Bayi menggemaskan itu tidak rela ibunya pergi lagi. Setidaknya jangan malam ini.
"Sayang huhu nggak mau Mama tinggal ya?" Bisiknya halus sekali sembari menimang bayinya lagi. Kelembutan seperti ini jelas telah lama tak Bara rasakan setelah segala rasa kesal Naqiya memuncak.
Bara berdehem, "Nggak papa tinggal aja nanti Mas yang urus," Ucapnya seakan dirinya mampu meng-handle semua hal. Jelas, tercetus dalam hati Naqiya pemikiran bahwa sang suami sudah tidak membutuhkan kehadirannya lagi di rumah ini 'kan?
"Oeeeeek...!!" Tangis bayinya semakin keras, seakan paham kedua ego orangtuanya saling bersitegang. "Oeeekkk...!"
"Sini sama Papa, jagoan," Panggil Bara berjalan menghampiri istrinya. "Mama mau pulang dulu, keburu kemaleman, kasian di jalan gelap," Ucapnya pada bayi itu.
Naqiya tentu mengernyit dan mendongak, "Mas nggak nganter aku?" Tanyanya. Hampir tidak pernah Bara memilih untuk tidak mengantar Naqiya kemanapun ia pergi bila Bara memiliki waktu luang begini.
Pria itu menggeleng, "Ndak," Jawabnya pendek. "Naik taksi online aja."
"Kok gitu?" Tanya Naqiya yang protes. "Mas sendiri yang minta aku kesini, udah repot-repot pulangnya juga disuruh sendiri!" Kesalnya dengan menahan suara emosi agar tak membuat Gaza semakin menangis keras.
"Kamu jangan lupa sama tujuanmu kesini buat apa," Jelasnya menggarisbawahi kalau Naqiya ke rumahnya karena masalah yang ia buat sendiri. "Udah sana, katanya mau pulang. Sini Gazanya..."
Naqiya jelas kesal. Sebenarnya pulang sendiri juga bisa dan tidak masalah. Namun malam ini? Suasana hati suaminya sepertinya tidak baik-baik saja sehingga tidak semanis biasanya. Bahkan pria itu enggan mengantarkan istrinya sendiri pulang.
"Nggak jadi," Jawab Naqiya ketus sembari menjauhkan Gaza dari tangan Bara yang siap merengkuh bayinya. "Malam ini aku tidur di rumah Mas Bara."
Tanpa Naqiya lihat, sebetulnya ujung bibir Bara menyunggingkan senyum mendengar keputusan istrinya. Memang sesekali Bara perlu tegas dan tidak menuruti kemauan istrinya yang labil ini terus menerus.
"Terserah kamu," Ucapnya biasa-biasa saja. "Rumah Mas ya rumahmu juga, Naqiya," Tegasnya.
Naqiya berdecak, "Apalah itu," Ucapnya. "Tapi aku nggak mau satu kamar, apalagi satu ranjang sama Mas Bara. Aku mau tidur berdua aja sama Gaza."
Bara jelas manusia red flag bagi Naqiya. Mencekoki istrinya sendiri dengan obat perangsang bukankah hal yang di luar nalar?
"Terserah kamu mau tidur dimana," Jawab Bara santai, "Yang jelas anaknya Mas tidur sama Mas," Titahnya tanpa menghiraukan ekspresi kesal Naqiya.
"Mas apaan sih?" Protes Naqiya. "Nggak puas selama aku nggak di rumah Mas udah tidur sama Gaza terus? Gantian dong sekarang aku yang tidur sama anakku sendiri."
Kekehan Bara terlihat sebelum pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku celana. "Ndak ada yang nyuruh kamu keluar dari rumah 'kan?" Jawabnya menantang sang istri yang kesal bukan main.
Pria itu berjalan santai disusul dengan Naqiya yang masuh menggendong bayinya. "Kamu tidur di sebelah sini," Tunjuk Bara pada kamar kosong satu lantai dengan kamar mereka. Kamar itu sekarang menjadi kamar tamu, mungkin nanti bisa menjadi kamar anak-anak apabila sudah besar.
Decakan istrinya terdengar. Wajah kesal mendominasi ekspresinya kini. Dengan berat hati juga ia menyerahkan sang bayi pada suaminya. Sementara Bara, wajahnya puas sekali melihat Naqiya yang kali ini tidak lagi dituruti kemauannya.
"Selamat istirahat, Mama," Ucap Bara menirukan suara bayi sebelum senyum kemenangan itu hadir. Naqiya akan tidur sendirian di kamar yang bahkan tak pernah tempati.
Lalu untuk apa ia bermalam di rumah ini kalau bukan demi putranya?
"Mas Bara jahat!" Desisnya kesal. "Egois nggak mau ngalah!"
"Ssttt..." Bara meletakkan jari telunjuknya ke depan bibir, "Jagoannya Mas nanti nangis denger Mamanya mencak-mencak lagi."
Naqiya yang kesal menutup kembali kamar yang tadi Bara siapkan untuknya dan menarik tangan Bara yang sudah siap melangkah ke kamarnya sendiri. "Mas Bara," Panggilnya.
"Dalem?" Tanyanya sembari menoleh ke arah Naqiya.
"Oke," Ujar Naqiya tiba-tiba. "Aku tidur di kamar kita," Putusnya dengan berat hati. Ia melihat Gaza yang begitu menggemaskan membuatnya tak tega berjauhan.
Bara tersenyum menang setelah membalikkan badan. Tak ingin istrinya melihat ekspresi kebahagiannya kini. Seranjang lagi dengan istri adalah hal yang ia tunggu.
Wanita itu mendahului langkah Bara dengan hentakan kesal kakinya. "Awas aja kalo berani macem-macem! Kesepakatannya belum aku setujui."
"Nggih," Jawab Bara meledeknya. Naqiya memang kerapkali menang, bukan, bukan karena ia cerdik, tetapi karena Bara yang lebih memilih mengalah pada sang istri. Tapi malam ini, tidak ada kesempatan Naqiya untuk menang lagi, sebab hati Bara begitu merindukan kehadirannya.
Di sinilah Bara, Naqiya serta buah hati mereka yang menjadi penengah keduanya. Naqiya jelas wanti-wanti, khawatir Bara akan memaksanya memberikan haknya malam ini 'kan? Bukankah pria itu kerap kali mengambil kesempatan di atas kesempitan.
"Langsung anteng tau malem ini bobo sama Mama," Celetuk Bara sembari mencuri-curi lirik pada istrinya. "Tadi mau ditinggal nangis-nangis. Nggak boleh gitu anak laki, ditinggal perempuan kok nangis-nangis, yo tinggal cari yang lain, cewek nggak cuma satu."
Oh, jadi Bara kode padanya?
Mencari yang lain dia bilang?
"Oh begitu..." Sahut Naqiya memahami maksud suaminya, "Sana udah cari yang lain deh, Mas nyindir aku 'kan?" Tambahnya yang semakin kesal pada Bara.
Bara terkekeh mendengarnya, "Ndak ada yang nyindir kok ada yang merasa tersindir itu gimana, Bayi?" Tanyanya pada sang putra yang sudah terlelap.
"Apaan nggak nyindir? Itu Mas nyindir aku jelas-jelas," Gerutu Naqiya. "Tau gitu nggak nginep aku, berasa anak tiri di sini."
"Apa toh, Sayang," Ucap Bara dengan tangannya yang bergerak mengelus pelipis sang istri. "Marah-marah aja loh."
"Ya aku nginep sini, Mas nyindir-nyindir aku di depan Gaza, menurut Mas wajar nggak aku marah?"
Bara lagi-lagi menahan kekehannya, "Kalo kamu nggak merasa ninggalin pasanganmu ya nggak perlu kesindir toh," Ucapnya. "Kalo kamu kesindir ya kamu merasa ninggalin Mas berarti."
Naqiya terdiam mendengar semua penuturan Bara. Pria itu ada benarnya juga, kalau Naqiya tidak meninggalkannya kenapa dirinya harus merasa tersindir dengan ucapan Bara? Bara bahkan enggan menalaknya sekalipun Naqiya meminta perpisahan itu.
"Ndak usah dipikir pisah dari Mas terus," Timpal Bara seakan mampu membaca pikiran istrinya. "Ndak papa kalo mau fokus kuliah, mau fokus benahi dirimu sementara, pikir aja itu dulu. Mas sama Gaza ndak papa di rumah berdua."
Hanya bungkam yang dapat Naqiya lakukan kala suara Bara mulai terdengar serius.
"Mas izinin karna Mas tau kamu bakal pulang lagi," Mata pria itu terpenjam sembari bibirnya bergumam. "Kamu fokus aja sama tujuanmu. Biar Mas yang pikir masa depan rumah tangga kita. Asal kamu tau tugasmu..."
Naqiya baru saja ingin membuka mulut, Bara kembali menyahut. "...tugasmu cuma nurut," Timpalnya. "Mas bakal turuti semua maumu sebagai istri selama itu baik. Dan kamu juga mesti patuh sama apa yang Mas minta sebagai suami."
Helaan napas berat Bara terdengar seiring dengan ponselnya yang berdering. Dulu mungkin akan dipikir dua kali apabila angkat telepon di saat-saat berduaan dengan istrinya begini. Sebab Naqiya tak menyukai Bara selalu mengutamakan pekerjaan sekalipun sedang menikmati waktu bersama keluarga.
Tapi, kini Bara tak menghiraukan istrinya. Dengan cepat ia berdiri dan mengangkat panggilan yang masuk itu.
"Ya, waalaikumussalam," Jawabnya. Pria itu berjalan ke luar kamar dengan kernyitan di kening. "Cabangnya bangkrut juga?!"
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
"Dan seorang istri yang taat pada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya," (Hadist Hasan Shahih no.1296).
Fresh baru update
Naqiya hamil lagi? Baca duluan aja yukkk ke...
💕 Karyakarsa = fridayukht
💕 WhatsApp = 0896032104731
💕 Instagram = fridaywattpad