Aji dan Semestanya

By HuangNami

9.7K 1.3K 276

Kalian pasti sering mendengar mengenai "kisah cinta yang berawal dari rasa benci menjadi rasa cinta, yang di... More

PENGENALAN KARAKTER + PROLOG
01 {DAY 1}
02 {DAY 2}
03 {DAY 3}
04 {DAY 4}
05 {DAY 5}
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
48
49
50 END

47

76 15 0
By HuangNami

Annyeong Cingudeul!!!

Aji sama Noval dah up nihhh, mendekati ENDING!!!

AGAKNYA, GIMANA YA ENDINGNYA????

#50Haribersamamu
#50daychallenge
#Moonseedpublisher
#day47
#chapter47
Clue Day 47
Clue day 47
#cuoveuse

Kotak pemanas bayi yang baru lahir atau inkubator.

Happy Reading

***

Masih dengan Noval dan Aji yang kini berada di taman Rumah sakit. Di dampingi beberapa suster yang sudah membawakan penyangga untuk infus Noval. Hari sudah menjelang malam. Keduanya berada pada posisi yang berbeda. Noval yang mengelus pundak Aji sembari menengadah dan menatap bulan yang masih sedikit terlihat karena tertutup awan. Sedangkan Aji yang menunduk dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya yang cukup banyak belur akibat pukulan dari Ayah Noval.

Mereka berdua saling menguatkan di situasi yang kacau ini. Batin bergejolak seolah dapat merasakan sebuah kejadian yang akan membuat keduanya terpuruk. Ah, perpisahan? Dulu, itu kata sederhana untuk Aji dan Noval, namun, entah kenapa akan terasa menakutkan jika terjadi pada mereka sekarang.

"Ji..." Panggil Noval lirih yang di balas dehem pelan dari Aji. Noval tersenyum miris. Dengan menggunakan gestur dari kepalanya, Noval meminta tiga suster di belakang mereka untuk menjauh sejenak. Lalu, Noval kembali menatap bulan.

"Bulan... Takdir ini kah yang kau beri padaku? Takdir menyedihkan yang selalu kau berikan? Kenapa, huh? Karna aku lelaki? Kita berdua lelaki dan kita tidak bisa bersama? Kenapa harus ada aturan seperti itu? Kenapa? Kami hanya mengenal cinta. Dan setauku, Cinta tak memandang apapun, entah itu gender, aturan atau apapun. Tapi, kenapa, tidak bisa?" Noval bisa merasakan Aji yang kini memeluknya sembari menangis. Ingin sekali ia menangis tanpa harus menyakiti tenggorokannya yang terus tercekat. Tapi, Aji butuh penguatan darinya.

"Kita ga bisa ngeluh, Val... Kita.. kita emang ga bisa bersama... Aku berusaha ngerti itu, tapi ga bisa! Aku sayang sama kamu, Noval Aditya.. selalu." Mereka akhirnya berpelukan walaupun sedikit sulit karena terhalang selang infus yang pendek.

Malam itu, bulan, bunga Kamboja di taman, serta kursi taman, menjadi saksi dimana dua insan yang saling mencintai, harus menerima takdir dan membuat keduanya harus berpisah. Sebuah tetes air mengenai hidung mancung Noval. Gerimis. Lihat, bahkan sebenarnya langit tak menyetujui mereka untuk berpisah, bukan?


***

"SAYA TIDAK BERSALAH!! LAKI-LAKI DI SANA YANG MEMBUAT SAYA MELAKUKAN HAL ITU!" Teriak Yunita di kursi pengadilan. Kemarin, dirinya di tangkap dan kini sedang melakukan sidang pertama untuk menentukan jalannya sidang berikutnya. Terlalu cepat? Jelas. Aji yang memintanya untuk segera memproses tiga orang yang sudah membuat kekasih manisnya terluka parah seperti itu.

Wanita gila itu, berteriak kesetanan sejak kemarin. Berteriak bahwa dirinya tak bersalah sembari menunjuk ke arah suaminya, atau mantan suaminya. Papa Zita, atau mantan suaminya juga bersalah. Pria paruh baya itu yang menyuruhnya melakukan ini dengan bayaran rujuk. Memang, Yunita masih sangat mencintai mantan suaminya itu. Jadi, saat mendengar kata rujuk, tanpa ragu Yunita menerima tawarannya tanpa mengingat resiko yang harus di tanggung.

"Bukan aku. Salahmu sendiri yang mudah terjebak dan mudah dibohongi." Mendengar jawaban bodoh dari mantan suaminya, lantas membuat Yunita kini melompat dari kursi pengakuannya dan berlari menuju mantan suaminya yang duduk di kursi tahanan dan Zita di sebelahnya.

"Kesini kamu! LAKI-LAKI SIALAN! TIDAK TAU TERIMAKASIH!" Yunita kini sudah mengambil ancang-ancang sebelum lebih mendekat ke arah Papa Zita. Setelah menangkap mantan suaminya itu, dengan segera Yunita membanting tubuh pria yang dulu sangat ia cintai. Ya, dulu. Sebelum Pria brengsek itu dengan tidak tahu malunya berkata hal bodoh yang membuatnya marah.

Para polisi wanita di sekitar langsung mengamankan Yunita dan membawanya ke sel tahanan sementara. Berada di dalam sel sendirian dan akan di pindahkan ke lapas besok pagi.

"Dengan ini, saya, Hakim ketua, menyatakan bahwa terdakwa satu, bersalah atas dugaan sebagai dalang kasus ini. Terdakwa dua, bersalah atas dugaan penculikan dan penganiayaan, dan Terdakwa tiga, bersalah atas dugaan penganiayaan terhadap satu korban yang sama. Sesuai dengan pasal 333 KUHP tentang tindak pidana Penculikan dan  Penyekapan serta pasal 353 dan 355 KUHP mengenai tindak pidana penganiayaan berat yang di rencanakan dan akan di kenai masing-masing hukuman penjara untuk terdakwa satu, sebanyak 15 tahun, Terdakwa dua 18 tahun, terdakwa tiga, dua tahun enam bulan."

Tok Tok Tok

Tiga ketuk palu hakim ketua sudah berbunyi. Putusan-putusan hakim tadi tidak dapat di terima oleh Papa Zita. Pria paruh baya itu hampir saja berlari dan menghampiri sang hakim tapi berhasil di tahan oleh aparat keamanan.


***


Aji, berjalan sambil melamun di lorong rumah sakit. Ia baru saja mengantar Noval kembali ke ruang rawatnya. Di sana sepi. Tidak ada siapapun. Entah itu orang tua Noval, maupun Nisfya yang mungkin datang tapi yang ia dapati hanya kesunyian. Ruangan yang tadinya berisik, berubah menjadi sunyi tanpa ada manusia satupun. Aji memilih untuk keluar berjalan-jalan sekitar rumah sakit untuk menenangkan diri.

Hingga tak sadar sampai di tempat untuk anak kecil. Terhenti di depan ruangan yang berisikan puluhan cuoveuse dan juga bayi-bayi yang terlihat masih merah dengan ukuran yang sangat kecil. Ruangan dengan kaca yang cukup lebar itu memudahkan Aji melihat isi di dalamnya. Bayi-bayi yang tidur dengan tenang di dalam cuoveuse dan ada pula beberapa yang menangis walau tak kencang.

Matanya fokus pada bayi-bayi di sana, tapi ingatannya menerawang jauh. Jauh sekali, ke masa lalu. Saat dirinya masih dekat dengan Mama nya, Wanita yang merupakan Ibu kandungnya itu menceritakan segala tentang Aji yang baru terlahir.

FLASHBACK

"Mamah!! Aji-Aji mau tau gimana pas Aji masih adek bayi!!" Aji kecil melompat-lompat senang sambil membawa buku memori yang berisi foto-foto bayi yang ia tahu adalah dirinya.

"Sebentar ya sayang... Mamah lagi repot, bentar.... Lagi, tunggu di kamar ya sayang, nanti Mamah nyusul." Aji kecil mengangguk patuh lalu membawa buku memori itu ke kamar. Naik ke ranjang tinggi dengan sedikit kesusahan dan menunggu dengan sabar kedatangan Mama nya ke kamar. Setelah bermenit-menit kemudian, akhirnya Mama nya datang dan hal itu langsung membuat Aji kecil tersenyum sumringah.

"Jadi, tadi Aji mau apa sayang? Mau tau gimana Aji pas masih adek bayi? Eummm dulu tuh, Kamu lahir prematur sayang... Jadi, pas udah lahir, kamu harus masuk cuoveuse dulu baru bisa ketemu Mamah. Kamu kecil banget, cuma seukuran botol Aqua. Tapi, Mamah bersyukur kamu bisa tumbuh normal kayak anak-anak lainnya." Aji kecil menikmati elusan tangan Mamahnya di kepalanya.

"Mah, plematul itu apa?"

"Prematur sayang... Belajar ngomong R ya nanti, Prematur itu, kamu udah lahir sebelum waktunya.. masih harus sebulan lagi kamu di perut Mamah tapi ternyata udah ga tahan mau main bola sama Papah ya jadi keluar duluan dari perut Mamah.." Aji kecil menatapi wajah Ayahnya yang tampak tersenyum bahagia di dalam salah satu foto sembari menggendong dirinya yang masih bayi.

"Papah sayang banget ya sama Aji? Tapi, kenapa sekarang Papah ga pernah peluk sama gendong Aji lagi? Papah udah ga sayang lagi sama Aji? Aji anak nakal ya Mamah? Makanya Papah ga mau peluk dan gendong Aji lagi?" Benar. Papahnya sudah lama tidak pernah memeluk ataupun mengajaknya bermain bersama. Pergi pagi-pagi saat Aji masih tertidur, dan pulang tengah malam.

"Engga sayang... Kamu itu anak kesayangan Papah. Ga mungkin Papah ga sayang sama kamu... Dan kamu itu anak baik kok, kamu ga nakal... Papah itu, lagi cari duit. Biar Aji nanti bisa sekolah dan beli jajan yang banyak." Aji kecil berusaha memahami perkataan Mama nya.

FLASHBACK OFF

"Bohong..."

"Kalian Bohong. Nyatanya kalian cuma cinta sama uang."

"Aji ga pernah sekalipun kalian pandang sebagai anak kalian."

"Aji di sini sebagai investasi kalian, kan?"

"Papah... Mamah... Aji kangen... Hikss... Kenapa?! Kenapa uang bisa ngebutain kalian?! Kenapa!! Aji kangen hiks... Papah.. Mamah..." Terlihat kuat di luar, padahal, Sebenarnya semua orang selalu butuh sandaran. Tidak memerlukan nasehat atau kata-kata apapun. Orang-orang yang memiliki banyak masalah hanya butuh bahu bersandar dan telinga untuk mendengar curahannya.





***



TO BE CONTINUE!!!

GIMANA CHAPTER KALI INI????

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER!!

https://www.instagram.com/p/CtfgviBBCvq/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Dukung Aji dan Semestanya di sana yaa!!!

Buka akun ig Moonseedpublisher terus cari Team Introvert, Aji dan Semestanya!! Like and komen kalian di butuhkan lohhh!!!!

Sankyuuu



Continue Reading

You'll Also Like

239K 32.6K 22
Satu tahun begitu mencekik hatinya. Meremas perasaan yang sedang bergejolak karena rasa cinta. Perpisahan dengan jarak dan waktu sebagai penghalangny...
6.6M 338K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
4.9K 1.1K 25
Takdir. Setiap insan manusia di muka bumi ini tentu memiliki takdir mereka sendiri. Apakah takdir mereka baik atau tidak, semua tergantung dari diri...
1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...