Ackerley Case

By meynadd

587 129 17

Sebuah penyerangan besar secara diam-diam terjadi di istana kerajaan Ackerley. Menewaskan beberapa anggota ke... More

Prologue
Chapter I : Attendance
Chapter II : The Night After Tea Banquet
Chapter III : A Big Responsibility
Chapter IV : Unaware
Chapter V : Two Faces At Dining Table
Chapter VI : Women Talk
Chapter VII : King Darwin's Partner
Chapter VIII : Knights Of Finlein
Chapter IX : Brother Plans
Chapter X : Yorefall City Park
Chapter XI : Run Away

Chapter XII : The Deductions

37 4 0
By meynadd

"Kau benar-benar membuatku jantungan, Vincent!" teriak sang ratu garang, sambil menudingkan telunjuk ke arah lawan bicara.

Mereka berdua tengah berada di dalam ruang kerja Jenderal kerajaan beberapa saat yang lalu. Begitu sampai di markas Lord Vincent, Ratu Virginia lantas menyeret kakak laki-lakinya ke salah satu ruang hingga segenap amarah kemudian terlepas.

"Aku bersumpah, kalau bukan kau, aku sudah menebas kepalamu dari tadi!" Raut Ratu Virginia mengeras. Sebenarnya dia tidak bersungguh-sungguh mengatakan itu, seumur hidup dia tidak pernah menebas satu kepala pun. Wanita itu menganggap ucapan itu dapat menekan sang kakak.

"Virginia, itu tidak disengaja. Mana aku tahu kalau itu kau," bela Vincent menampilkan senyumannya yang sok manis.

Sebuah tangan lantas mengenai sisi pipi kanan dengan lumayan keras, membuat wajah tampan itu terlempar ke sisi sebaliknya.

"Tutup mulutmu, Vincent!" semprot Ratu Virginia yang cukup membungkam seorang pria berambut oren kegelapan di depannya.

"Demi Tuhan. Aku tidak akan melakukan hal ini tepat di depan para prajuritmu karena itu akan membuat reputasimu sebagai Jenderal bisa jatuh."

Sebelah tangan wanita itu berdenyut-denyut usai menampar kakaknya dan terasa gatal seakan ingin dilesatkan kembali.

Vincent memalingkan muka sambil berdecak. Sang adik justru mendominasi percakapan sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Yang bisa dia lakukan adalah diam dan mendengarkan sampai sesi marah-marah berhenti.

Kalau saja para prajurit melihat jenderal mereka diperlakukan rendah seperti itu oleh sang ratu apalagi ratu mereka adalah saudara kandung dari pimpinan mereka sendiri, Vincent jelas tidak punya akal lagi untuk menaruh muka di mana.

"Angkat wajahmu, Vincent. Sekarang aku bicara sebagai ratumu bukan adikmu. Jangan buat aku terhina karena lancang memalingkan pandangan dariku," tegas Ratu Virginia sambil menaikkan dagu. Membuat gestur tubuh terlihat sangat anggun.

Vincent mendesis, kemudian mendongakkan wajah ke arah wanita berambut keriting keorenan di hadapannya. Netra hijau mereka lekas bertemu, saling melemparkan tatapan yang kian mencekik.

Beberapa detik terlewat, Vincent menyeringai kemudian terkekeh pelan lalu berakhir pada ledakan tawa, menggaung-gaung di sepenjuru ruang sepuluh meter persegi ini. Pria itu berjalan mengitari meja kayu oak dan mendaratkan tubuh di sebuah kursi flanel warna biru tua.

Suara tawa itu pun berhenti.

"Di mataku kau tetap adik kecilku, Virginia. Sampai kapanpun aku tidak pernah menganggapmu sebagai ratu, ingat itu. Dan otoristasmu tidak akan dapat mengubah prinsipku."

Ratu Virginia mendesah berat. Mulai lagi sikap superior itu. Insting seorang kakak benar-benar mengganggunya. Terutama budaya patriarki yang terus saja mendarah daging dalam diri Vincent.

"Baiklah. Jadi apa yang membawamu jauh-jauh kemari?" Pria itu langsung mengganti topik, mengingat apa yang sedang adiknya lakukan sampai pulang kampung ke Nearvist.

Sang ratu mendekat ke arah meja oak lalu menghentakkan kedua tangan di atasnya, nyaris membuat sang jenderal terperanjat. "Apa yang sedang kau rencanakan sampai mencampuri urusanku, Vincent?"

"Apa maksudmu?"

Kini Ratu Virginia memicing tajam. "Yang terjadi beberapa saat lalu sudah mengindikasi bahwa kau sedang melacak keberadaan Scorpious. Bukankah sudah kukatakan untuk tidak ikut campur sebelumnya?"

Vincent berdecak kembali. Namun, enggan membalas. Sehingga Ratu Virginia punya kesempatan untuk memegang kendali.

"Ya, setelah dipikir-pikir mungkin ada untungnya bagiku bila kau turut membantu. Mengingat Scorpious bergerak secara kontinu dan begitu abstrak tentu menyulitkan penangkapan. Kau sudah mendengar berita di Yorefall kan?" ujarnya sembari mondar-mandir di depan sang kakak.

Vincent mendengus sebal kemudian mengangguk.

Pergerakan wanita itu lekas berhenti tepat di depan meja kerja di tengah mereka.

"Nah, menurutku mereka secara tidak langsung membentuk suatu pola acak. Finlein dengan pembunuhan tiga investor dan Yorefall dengan pembunuhan dua warga sipil dan satu kesatria. Ditambah lagi dengan pembunuhan raja, pangeran, dan empat bangsawan," lanjut sang ratu sambil menggerakkan jari dari satu titik ke titik lain.

Sisi bibir pria itu terangkat, menatap sang adik lekat-lekat. Dia mencondongkan tubuh sedikit ke depan dari kursi flanel birunya.

"Menarik. Tapi deduksimu tidak cukup sampai situ. Coba berikan aku satu kesimpulan yang mendukung atas semua rangkaian pembunuhan itu," tantang Vincent.

Dia tahu adiknya handal dalam hal ini. Oleh karena itu, dia ingin melihat lebih jauh sampai mana kemampuan sang adik membawa mereka ke dalam sebuah petunjuk.

Ratu Virginia menunduk, kerutan kening terlihat sangat jelas pertanda dia sedang berpikir keras. Kemudian terduduk di sebuah kursi di dekat meja oak, berhadapan dengan kursi sang jenderal.

Ruangan nuansa abad pertengahan dengan sentuhan desain modern ala abad 19, didominasi warna biru dan cokelat tua malah terasa suram dan sunyi begitu dua orang dewasa di dalamnya larut dalam pikiran masing-masing.

Selama tiga puluh detik ke depan, akhirnya salah satu dari mereka berkata spontan.

"Dari semua rangkaian pembunuhan, kesimpulannya adalah Scorpious berusaha melibatkanku untuk memecahkan kasus-kasus itu agar aku tidak menyadari bahwa aku lah yang menjadi target mereka selanjutnya."

"Seperti halnya yang mereka lakukan pada mendiang suami dan putraku. Mereka menjebak ke dalam situasi serius hingga tanpa disadari nyawa Raja Darwin dan Pangeran Charles terancam dalam waktu bersamaan."

"Itu cukup masuk akal, Virginia. Lalu tindakan apa yang akan kau lakukan? Kudengar seluruh rakyat Ackerley mengharapkan dirimu." Vincent lantas menggiringnya untuk terus berteori.

Sementara Ratu Virginia memijat kening dengan gusar, sungguh dia pusing sekali sampai beban di kepala semakin berat.

"Aku tidak tahu."

Vincent menyeringai. Dia lantas mengambil alih percakapan.

"Sudah kubilang, kau terlalu gegabah dalam memutuskan sesuatu. Harus kuakui semua otoritasmu mengubah perspektif orang-orang. Tapi, di satu sisi kau tertinggal sepuluh langkah dariku. Dan kau begitu lamban dalam menangani kasus B.O.L ini."

Wanita itu mengangkat alis. Merasa tersinggung dengan ucapan frontal dari kakaknya. Daripada mencecar hinaan untuk membalas omongan pria itu, dia lebih baik mendengar apa yang dikatakan sang kakak selanjutnya.

"Aku khawatir padamu. Kau begitu rentan, Virginia. Itulah kenapa aku melacak Scorpious bersama seluruh Tim Kesatria agar kasus ini tidak membahayakan dirimu." Vincent berterus terang dengan nada begitu lembut.

Ratu Virginia lantas melunak. Netra hijau di seberangnya memancarkan belas kasih hingga dirinya menghela napas dalam. Dia tahu bahwa dia tidak akan bisa menyelesaikan kasus itu sendiri sehingga dengan mudah meleburkan rasa amarahnya.

"Baiklah, Vincent."

"Bagus, adikku. Mari kita lanjutkan deduksi ini," ucapnya antusias seraya menepuk kedua tangannya. Sang jenderal bangkit dari kursi flanel biru tua, berjalan mengitari meja oak dan berhenti tepat di samping kursi adiknya.

"Sebelum itu, langkah apa yang sudah kau lakukan?"

Sang ratu mendongak dengan anggun, menatap kepala di atasnya. "Aku sudah meminta setiap wanita bangsawan untuk membantuku dalam penyelidikan. Mengumpulkan data-data dan informasi yang sekiranya bisa menunjukkan latar belakang dan motif dari B.O.L ini. Namun, belum ada laporan. Kurasa pencarian mereka mandek karena sibuk mengurusi wilayah mereka masing-masing. Lalu ... ada sesuatu yang menggangguku."

Vincent merapat lebih dekat, duduk di sisi gagang kursi kayu dan membiarkan kenyamanan adiknya terenggut. Ratu Virginia memutar kedua bola matanya.

"Beri aku sedikit ruang kalau kau ingin tahu lebih banyak," tegasnya dengan penuh wibawa.

"Ahh. Baiklah adikku tersayang." Kemudian pria berambut ikal keorenan gelap itu bergeser dari gagang kursi sambil menyengir sok manis.

"Entah kenapa ketika aku di Yorefall, tiba-tiba aku memikirkan kalau Raja Frans ada sangkut pautnya dengan ini semua."

Vincent mendelik heran. "Raja Frans? Yang benar saja, Virginia. Beliau begitu berjasa kepadaku dan untuk pertama kali aku diangkat sebagai Panglima Kesatria memimpin Tim Finlein tahun 1770 sampai akhirnya aku berada di posisi sekarang ini. Jangan terlalu cepat menyimpulkan dan menyangkut pautkan beliau, Virginia!"

Untuk ke sekian kali, Ratu Virginia bosan mendengar Vincent begitu memuja-muja dan membela raja tersebut. Padahal kalau dia tahu apa yang telah Raja Frans Wallenscoot sembunyikan sebelum meninggal, mungkin dia akan meludah-ludah tepat di bawah kedua kakinya sendiri.

Ratu Virginia menggeleng-geleng.

"Bukan menyangkut pautkan apalagi menyimpulkan. Aku hanya berasumsi, Vincent. Dari dulu kita tidak tahu eksekusi seperti apa yang diberikan bila seseorang berbuat kriminal. Bahkan kasus pelaku kriminal saja dirahasiakan. Dan aku bisa memahami kenapa Scorpious ingin menjatuhkan pemerintah karena semua balik lagi kepada raja itu sendiri."

"Raja Frans tentu berbuat sesuatu sehingga melecut bara api pada diri mereka untuk membalas dendam."

Kedua rahang Vincent terjatuh, nyaris menganga lebar. Bibirnya bergumam seolah-olah mengatakan, tidak mungkin.

Ratu Virginia tersenyum tipis, kemudian bangkit dari kursi. Menatapnya dengan intens. "Soal pemikiran, kau tertinggal sepuluh kaki di belakangku, Vincent. Kau harus lebih ingat sejarah dari padaku. Kau seorang Jendral Kesatria Militer Kerajaan. Ingat itu."

Sang jenderal mendengus. Merasa tersinggung karena ledekannya tadi dibalas telak oleh sang ratu. Tidak seperti adiknya yang diam saja, dia justru melawan.

"Oh ya? Sayangnya deduksimu belum tepat sasaran, Virginia. Kau tidak memiliki bukti kuat yang bisa menjelaskan motif dari kelompok gelap itu."

"Memang belum. Itulah alasan lain aku datang kemari." Ratu Virginia tersenyum puas. Sudah waktunya dia mengeluarkan rencana cadangannya.

***

***

Di lain tempat dan di waktu yang sama, seorang pria beruban tengah mengobrak-abrik kertas-kertas dokumen di dalam lemari kayu hingga lembar demi lembar berceceran ke lantai.

Setelah dilanda kecemasan sehari semalam dan dibayang-bayang dua amanah yang wajib dijalankan ; amanah dari Raja Darwin untuk tetap mendampingi setiap tindak tanduk sang ratu dan amanah dari Ratu Virginia untuk tetap tinggal di istana dan mengambil alih urusan kerajaan untuk sementara waktu.

Sungguh membuat hati Louis bimbang yang mana yang harus dia kerjakan.

Louis pun sangat khawatir apabila sang ratu celaka dalam perjalanan ke Nearvist. Membayangkan Scorpious menguntit dan mengikutinya dari belakang membuat jantung pria beruban itu memompa lebih cepat.

Dan bertanya-tanya, apa jadinya Ackerley ini tanpa adanya sesosok pemimpin? Siapa yang akan menjalankan pemerintahan mengingat tidak ada satupun yang dapat memimpin sebaik Ratu Virginia lakukan?

Dan untuk mengusir kebimbangannya itu di sinilah dia sekarang. Ruang kerja sang ratu. Dia harus memenuhi amanah dari ratunya. Dan pria itu sedikit membuka kelegaan terhadap ucapan Ratu Virginia agar tidak perlu khawatir akan keamanannya. Louis yakin Lord Vincent pasti membawa sang ratu kembali ke istana dengan pengawalan ketat dari para prajurit.

Tangan lantas terulur untuk mengambil dokumen pajak negara di antara beberapa dokumen kerajaan, kemudian lekas memungut kertas-kertas yang berserakan di lantai usai membongkar isi lemari.

Ketika Louis mengumpulkan kertas lalu meletakkannya di masing-masing map, dia malah menemukan sebuah map dokumen yang terhimpit di paling bawah dengan cap stempel berwarna merah gelap bertuliskan "Rahasia Negara" dan tampak map itu mengusam hingga kertas-kertas di dalamnya menguning.

Louis mengernyit.

Begitu dia membuka map perlahan, kedua netra lekas membola saat sebuah judul menyentaknya ; Daftar Para Kriminal dan Latar Belakang Kasus Ackerley Tahun 1754-1785 oleh Raja Frans Wallenscoot.


Continue Reading

You'll Also Like

Edelweis By - La

Historical Fiction

76.1K 9.9K 40
Flowers are the music of the land. From the lips of the earth spoken without a sound. Then I know that happiness is simple. - Persephone; goddess of...
5.9M 471K 68
Olivia, seorang mahasiswi tingkat tiga meninggal akibat tertabrak mobil saat dalam perjalanan pulang ke rumah untuk merayakan ulang tahun adik nya...
71.6K 11K 43
Zhu Yinan berasal dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Gu Shangjun disisi lain adalah Jenderal yang dulu berada di pasukan yang sama dengan Zhu Yinan...
26.3K 5.7K 9
Sebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika...