ALDEN&ZEA (TERBIT)

SyfaAcha tarafından

6M 394K 81K

This is the story of two authors ............... [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] BUKAN PLAGIAT!! ⚠PLAGIAT HARAP MEN... Daha Fazla

PROLOG
Chapter 1 : Anniversary
Chapter 2 : Promise
Chapter 3 : Zea and Markas
Chapter 4 : Perjodohan
Chapter 5 : Tawuran
Chapter 6 : Flashback
Chapter 7 : Pertemuan
CAST
Chapter 8 : H-1
Chapter 9 : Fiting Baju
Chapter 10 : Sah?
Chapter 11 : New Home
Chapter 12 : Jealous?
GC
Chapter 13 : Ditinggal Sendiri
Chapter 14 : Goresan Luka
Chapter 15 : Tangis Zea dan Alden yang Egois
Chapter 16 : Terbongkar
Chapter 17 : Trauma?
Chapter 18 : Skandal
Chapter 19 : Dikeluarkan?
Chapter 20 : Shackles of life
Chapter 21 : Rumah Sakit
Chapter 22 : Back School
Chapter 23 : Kembalinya Ara
Chapter 24 : Zea and Eira
Chapter 25 : Rayyan Algrafa
Chapter 26 : Rasa Sakit
Chapter 27: Sedikit Rasa?
Chapter 28: Tersebarnya Video
Chapter 29: Bunuh Diri?
Cahpter 30 : Resmi
Chapter 31: Luka Yang Tak Pernah Reda
Chapter 32: Memilih
Chapter 33: Kembali Memilih
Chapter 34: Marah?
Chapter 35: Eira dan Ara
Chapter 36: Putus
Chapter 37: Terungkap
Chapter 39: I'm not ok, but its oke
Chapter 40: IGD
Chapter 41: Cemburu
Chapter 42: Butuh Pelukan
Chapter 43: Bertemu di Cafe
Chapter 44: Sebuah Kenangan
Chapter 45: Kembali Berkorban dan Semua Terbongkar
Info:
Chapter 46: Mulai Renggang
Chapter 47: Pelampiasan dan Club
Chapter 48: Kata Maaf
Chapter 49: Mama
Chapter 50: Bully
Chapter 51 : Zea dan Hujan
INFO PREE-ORDER ALDENZEA
Chapter 53: Detik Detik Eira
Chapter 54. Telah Pulang
Chapter 55 : Tidak Seorang Pun Yang Percaya
Chapter 56 : Nyatanya Zea Tetap Pembunuh
Chapter 57 : Zea sudah menyerah
Chapter 58 : Surat Cerai
Chapter 59 : Pamit
Chapter 60 : SELESAI (Ending)

Chapter 38: Alden, Zea dan Eira

88.7K 7.9K 5.1K
SyfaAcha tarafından

JANGAN JADI SIDERS. BUDAYAKAN VOTE AND COMENT.

TERIMAKASIH BANYAK BUAT ANTUSIAS KALIAN BACA CERITA ALDEN&ZEA❤️

KALIAN VOTE DAN SPAM KOMEN SETIAP PRAGRAF, IT'S MY DREAM!!!😌😏❤️

SELAMAT MEMBACA!

~o0o~

Flashback on.

Dua orang pria itu terus memantau sepasang suami istri yang sedang menikmati makannya disana. Bisa mereka tebak sebentar lagi hujan bakal turun dan aksi keduanya akan segera dilaksanakan.

Bagas sedari tadi menggaruk tubuhnya karna nyamuk yang terus saja menggigitnya. Sedangkan Raja yang berada disampingnya itu terus fokus pada kedua manusia disana.

"Apaan sih monyet gue lagi fokus!" sentak Raja saat Bagas terus saja mengganggu dirinya.

"Banyak nyamuk, anjir!"

"Sabar, ini bentar lagi kelar. Lo emang gak mau uang?" ujar Raja masih fokus pada Zea dan Alden yang berada disana.

"Yeah," sorak Bagas tertahan. Hujan sudah turun dan aksinya sekarang akan dilaksanakan apa yang di perintahkan bosnya.

"Ikutin," ucap Raja saat melihat Zea yang hanya sendirian dan mulai pergi dari sana. Mereka sudah memakai pakaian serba hitam berniat tidak ada yang tau wajah mereka.

"LEPASIN GUE!" sentak Zea saat dua preman tak dikenal menarik tubuhnya.

Raja dan Bagas saling menatap satu sama lain. Itu bukan mereka, tetapi dua pria lain yang juga sama halnya mengganggu Zea. Bahkan bisa mereka lihat bahwasa nya mereka melecehkan Zea.

"Gimana sekarang?" tanya Bagas. Ternyata tugas mereka sudah ada yang melaksanakannya, jadi mereka tidak capek-capek harus menyeret cewek itu lagi. Namun mereka menginginkan tubuh Zea.

Raja merogoh saku celananya dan menelpon orang yang menyuruhnya.

"Bos, ada orang lain yang melecehkan perempuan ini. Kita harus gimana?" tanya Raja saat sambungan telpon itu tersambung.

Ara yang berada di sebrang sana tersenyum smirk. Ternyata ini lebih mudah dari dugaannya. Rencananya bakal berjalan lancar.

"Vidio dan foto, setelah itu pergi dari sana."

"Baik bos."

Tut.

Flashback off.

~o0o~

"SAMPAH!" ucap Alden di depan muka Riska. Cowok itu langsung menggenggam kuat tangan Zea menarik cewek itu pergi dari kerumunan itu.

Eira hanya menatap kepergian mereka dengan pandangan yang sulit di artikan. Pikiran tentang pernikahan Zea dan Alden kini semakin membuat dirinya takut. Apakah bener mereka membohonginya.

Eira mengikuti Alden, cewek itu akan membuktikan sendiri bahwa yang Ara katakan itu salah, tidak mungkin kedua manusia itu membohongi nya, apalagi Zea yang sudah sangat ia percaya.

Pandangan siswa-sisiwi yang ada di koridor tidak Eira pedulikan, cewek itu terus fokus pada Alden yang terus menarik Zea. Zea hanya berjalan mengikuti Alden, mengikuti kemana cowok itu akan membawanya.

"Gue belain lo karna lo istri gue. Salah gue belain istri gue sendiri?"

Deg..

Hancur, hancur sudah harapannya. Ternyata benar apa yang Ara katakan, jika Alden dan Zea telah membohonginya. Ia sungguh tidak menyangka.

Bruk..

Sebetol minuman terjatuh begitu saja dari tangan Zea. Tidak menyangka jika kedua manusia itu dengan teganya membohonginya. Air mata yang terbendung di kelopak matanya dengan cepat cewek itu hapus.

Eira melangkah pergi dari sana, cewek itu sudah tidak bisa melihat wajah kedua manusia itu. Dia bener-bener kecewa.

Sedangkan Alden terus berlari mengejar Eira. Alden harus menjelaskan semuanya pada Eira.  Zea juga sama halnya, ia juga harus menjelaskan semuanya pada sahabatnya itu.

"Ei?" Alden mencekal tangan Eira membuat cewek itu berhenti dari langkahnya. Mereka sekarang berada di koridor.

Sebelum berbalik menghadap Alden, Eira menyempatkan menghapus air matanya.

"Ei, ini enggak seperti yang kamu pikirkan. Aku sam-" ucap Alden terpotong saat Eira menggeleng kepalanya cepat.

"Gue kecewa."

"Ei, aku bisa jelasin."

Zea menggenggam lembut tangan Eira saat dirinya sudah berada disana. Eira menatap hangat kedua mata yang memancarkan kekecewaan itu.

"Ra, gue sama Alden itu-" ucapan Zea terhenti. Cewek itu tidak tau apa yang harus ia katakan.

Eira melepas tangan Zea dari tangannya. "Tega banget lo berdua giniin gue." Eira menatap kedua manusia itu bergantian. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya.

Zea menggeleng cepat. "Ra, gue terpaksa."

"Tau gak, Ze?" Eira ternsenyum penuh arti saat mengingat dirinya rela mengorbankan tubuhnya untuk menyelamatkan Zea. Dan ini pembalasan Zea terhadapnya.

"Gue kecewa."

"Aku sama Zea nikah karna terpaksa, Ei." ucap Alden.

"Kenapa kalian gak jujur sama gue? Gue salah apa sih sama kalian sampe kalian giniin gue? Hati gue sakit, Al."

Alden menggeleng cepat. "Lo gak salah, Ei." Alden menyentuh kedua bahu bergetar cewek itu.

"Gak usah sentuh gue! Gue benci sama lo!" Eira menepis kasar tangan Alden.

"Gak salah gue putusin lo kemaren," ucap Eira berbalik dan pergi dari sana.

Alden menarik Eira, ia harus meluruskan semuanya. "Denger dulu penjelasan aku, Ei."

"GAK ADA YANG PERLU DI JELASKAN LAGI!"

"LO BERDUA PENGKHIANAT! GUE BENCI LO BERDUA!" Eira menunjuk kasa wajah mereka bergantian.

"Dan lo!" ucap Eira pada Zea.

"LO BILANG GUE SAHABAT LO KAN? APA GINI SIFAT SEORANG SAHABAT? KALO LO SUKA DAN CINTA SAMA ALDEN, SEHARUSNYA LO NGOMONG SAMA GUE JANGAN NIKAH DIBELAKANG GUE, ANJING!" pekik Eira tak terkontrol.

Semua murid yang mendengar ucapan Eira membuat mereka mengalihkan padangan pada ketiga manusia yang sedang berdebat itu. Belum lagi ada beberapa yang merekam mereka.

"LO NIKAH SAMA PACAR GUE!"

Semua orang disana membulatkan matanya terkejut, tidak percaya apa yang barusan mereka dengar. Inti Straccks yang baru saja tiba disana sama halnya terkejut.

"Gak nyangka gue sama Zea."

"Padahal Eira gak pernah jahat sama dia, kenapa dia malah nikah sama pacar sahabatnya sendiri."

"Zea jahat banget sih."

"Gak heran sih, orang si Alden sesempurna itu."

"Padahal cowok diluar sana masih banyak, kenapa dia malah rebut cowok orang."

Begitu lah ocehan para murid yang menyaksikan keributan itu.

"Ra, Maafin gue," Zea meraih kedua tangan Eira.

Brukk..

Eira mendorong kuat Zea hingga terjatuh. Semua orang disana terkejut. Karna memang Zea dan Eira itu tidak pernah bertengkar seperti ini.

Alden dengan cepat membantu Zea berdiri. Tangan Zea mengeluarkan darah.

"Lo gak papa?" tanya Alden.

"Al, gue salah," lirih Zea merasa bersalah. Ia tidak bisa apa-apa, ini semua atas perintah papanya.

"Gak, lo gak salah. Kita sama-sama terpaksa nerima perjodohan ini," ucap Alden.

Alden menatap Eira. Memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap kembali Eira yang berada didepannya. "Zea gak salah. Disini gue yang salah. Kalo lo mau marah, marah sama gue jangan sama Zea!"

Lagi dan lagi semua orang dibuat terkejut. Baru kali ini mereka melihat Alden membentak Eira. Bahkan Alden menggunakan kata lo-gue.

Eira tersenyum smirk mendengar ucapan Alden barusan. "Lo bela dia, Al?"

"Gue bukan bela dia, Ei. Dia emang gak salah!"

Edgar yang berdiri tidak jauh dari sana dibuat khawatir dengan keadaan Eira. Cewek itu tidak boleh stress kalau tidak itu akan berakibat buruk pada kandungannya.

"Ra, udah, semua orang ngeliatin lo." ucap Edgar saat sudah berada di samping Eira. Eira tidak menghiraukan ucapan Edgar. Pandangan cewek itu masih pada Alden.

Eira mendekat kearah Alden. "Sakit Al ditinggal nikah kek gini. Sakit," suara cewek itu melemah.

"Berarti ini udah berakhir ya, Al? Dua tahun ini cuma sampe disini doang?" ucap Eira. Dada cewek itu begitu sesak sekarang.

Alden terdiam, ia tidak tau apa yang harus ia ucapkan pada cewek didepannya itu. Jujur, ia masih mencintai Eira.

Ara yang berada tidak jauh dari sana tersenyum penuh kemenangan. Ini yang ia inginkan.

"Gue gak nyangka lo berdua bakal nikah kek gini. Apalagi Zea sahabat baik gue sendiri."

"Ayok akhiri." ucap Eira pada Alden.

Zea yang mendengar itu tidak setuju. Alden itu adalah satu satunya kebahagiaan Eira, Zea tidak ingin Eira melepaskan kebahagiaannya.

"Ra, lo gak boleh gini. Lo gak bisa pisah sama Alden, Ra. Lo masih cinta sama dia," ucap Zea cepat.

"Lo masih cinta kan sama Alden? Iya kan? Jadi jangan gini, Ra. Lo berdua harus nyatu," lanjutnya.

"Lo sendiri gimana? Lo gak cinta sama Alden?" tanya Eira. Zea terdiam seribu bahasa. Alden yang melihat Zea terdiam seperti itu langsung mantap Eira.

"Gak mungkin Zea suka sama gue, Ei. Dia tau gua cuma suka sama lo," ucap Alden memberitahu.

'Gue suka, Den.' batin Zea.

"Gue gak bisa. Gue gak mau diduain. Lo tau kan gue paling benci itu." ucap Eira.

"Gue bakal cerai sama Alden," ucapan Zea mampu membuat Alden manatap cewek itu.

"Ze?" panggil Alden.

"Gue bakal cerai secepatnya. Gue janji, Ra." ucap Zea.

Eira tertawa penuh arti mendengar penuturan Zea. "Lo pikir setelah lo cerai sama Alden hati gue sembuh gitu aja? Enggak Ze. Sampai kapan pun kejadian ini bakal gue ingat. Dan sekarang gue bakal benci sama lo."

Eira mendorong kuat Zea hingga kepala cewek itu tidak sengaja terbentur dinding hal asil mengeluarkan darah. Alden yang melihat itu seketika jadi panik. Cowok itu berniat ingin membantu namun dia urungkan ketika suara Eira kembali terdengar.

"Jangan bantu dia. Atau kita berakhir."

Zea menatap Alden yang hanya diam tanpa berniat membantunya.

'Lo bohong, Den. Lo gak suka sama gue.' batin Zea.

Zea menyentuh kepalanya yang mengeluarkan darah. Rasa pusing menghampirinya.

"Lo munafik. Lo jahat Ze."

"Lo tau kan kebahagiaan gue cuma di lo sama Alden. Lo bilang gak akan rebut kebahagiaan gue, tapi apa ini Ze. Lo rebut Alden dari gue." ucap Eira.

Zea menggeleng lemah.

Orang yang berada disana hanya menyaksikan itu. Bahkan sahabat Alden hanya melihat, mereka masih belum mengerti dengan keadaan sekarang. Sedangkan Zergan hanya memutar bola matanya malas.

"Drama," gumamnya dan langsung pergi dari sana.

"M-Maafin gue, Ra," hanya itu yang dapat Zea keluarkan.

"ZEA!!" pekik Bella yang baru saja sampai disana. Tadi dirinya dan Ariadne berada di kantin, mereka tidak sengaja mendengar dari beberapa siswa jika Eira dan Zea bertengkar, oleh karena itu mereka kesini.

"Zea berdarah," ucap Bella melihat darah disana.

"Ra, lo kenapa?" tanya Ariadne yang melihat Eira menangis seperti itu.

Eira tidak menanggapi Ariadne, ia lebih memilih melihat cewek yang sekarang begitu ia benci. "Lo berdua bener-bener berhasil buat gue sakit."

"Persahabatan kita sampe disini. Gue gak mau temenan sama cewek yang udah rebut pacar gue." ucap Eira.

"Bener ya kata orang-orang. Lo itu cuma bisa rebut apa yang orang lain punya! Bahkan lo rela rebut Alden dari gue! Dasar murahan!" sentak Eira.

Cukup, ini bukan Eira. Tidak mungkin Eira seperti ini. Eira yang Alden kenal itu tidak seperti ini, kemana Eira yang baik? Kemana?

"Ei, lo apaan sih! Gue bilang Zea gak salah! Dia cuma nurutin perintah orang tuanya! LO DENGER GAK SIH!"

"OKEY, GUA AKUIN KALO GUE SAMA ZEA UDAH NIKAH! ITU CUMA PERJODOHAN KONYOL KEDUA ORANG TUA GUE SAMA ZEA! ZEA HANYA BERBAKTI SAMA ORANG TUA NYA! LO JANGAN EGOIS, EI!" pekik Alden murka.

Eira menatap Alden tidak percaya, barusan saja cowok itu membentaknya. "EGOIS? LO TAU GAK SEBERAPA HANCUR NYA GUA TAU LO BERDUA UDAH NIKAH! DUA TAHUN GUE SAMA LO DAN LO MALAH NIKAH SAMA ZEA! GUE BERHAK MARAH, AL!"

"Lo berhak marah! Lo cukup marah sama gue jangan sama Zea!" sentak Alden.

"Al, udah. Eira bener, gue murahan." ucap Zea disela sela merasakan nyeri di kepalanya.

Eira tersenyum mendengar itu. "Lo senang kan liat gue sama Alden gini? Lo seneng kan?"

"Zee, barusan Alden belain lo. Barusan juga Alden bentak gue." ucap Eira. Cewek itu menyatukan kedua telapak tangannya, ia bertepuk tangan.

"Gue akuin lo hebat. Lo baru kenal aja dia bisa belain lo gitu. Gue salut sama lo, Zee."

"LO KENAPA SIH, HAH! ZEA SAHABAT LO!"

"SAHABAT? GAK ADA SAHABAT YANG REBUT PACAR SAHABAT NYA SENDIRI, AL!" sentak Eira.

"LO KENAP-"

"Den, udah. Jangan bikin keadaan tambah panas. Biarin Eira keluarin semua unek-unek nya." ucap Arka melerai mereka.

"ZEA PINGSAN!" teriak Bella heboh. Zea memejamkan matanya. Dirinya pingsang. Kepalanya begitu pusing.

"Zea! Ze?" teriak Alden saat menoleh kesamping melihat Zea pingsang.

"Zea! Bangun.. buka mata lo!" cowok itu masih berusaha membangunkan Zea. Ia menepuk wajah cewek itu tapi masih tidak sadarkan diri.

Eira hanya melihat betapa Alden khawatir terhadap Zea. Dulu kekhawatiran itu hanya Alden tentukan kepadanya, dan sekarang.

Eira tidak sanggup melihat Alden begitu perhatian pada Zea. Eira menghapus air matanya dan langsung pergi dari sana. Arka melihat Eira khawatir.

"Bawa ke uks," ucap Abercio memberitahu.

Alden mengangguk dan langsung mengendong Zea ala bridal style.

"BUBAR-BUBAR!" pekik Nevan dan Alvin mengusir murid murid disana. Semua murid yang disana langsung pergi mengerjakan urusan nya masing-masing. Mereka tidak ingin berurusan dengan geng Straccks itu, mereka masih ingin hidup lama.

Semua orang mengikuti Alden yang menggendong Zea ke UKS. Namun berbeda dengan Arka, cowok itu mengikuti Eira, ia khawatir dengan cewek itu.

"Mau kemana?" tanya Edgar pada Arka.

"Gue harus bicara sama Eira." ucap Arka dan langsung pergi dari sana. Edgar hanya menatap kepergian Arka, tadi ia berniat ingin berbicara dengan Eira, karna Arka duluan maka sudah lah. Mungkin dengan Arka cewek itu bisa tenang. Edgar tidak berlama lagi disana, cowok itu menyusul Alden ke UKS.

~o0o~

"Lo gak papa?" tanya Arka saat dirinya sudah berada di samping Eira. Cewek itu terus saja menangis membuat hati Arka sakit. Ia tidak ingin melihat cewek menangis, siapa pun itu.

Kini Arka dan Eira berada di rofftop. Duduk di kurisi sana dengan Eira mengusap kasar wajahnya. Angin sepoi-sepoi membuat rambutnya berterbangan.

"Are you okey?"

Pertanyaan dari Arka justru membuat Eira semakin menangis. Eira menggeleng. Arka kembali mendekap tubuh Eira untuk menenangkannya.

"Gue gak kuat, Ka. Sakit rasanya mereka bohongin gue gini. Mereka nikah dibelakang gue," sesak yang ia rasakan membuat dadanya begitu sakit.

"Kebahagiaan gue cuma Alden. Tapi sekarang kenapa gini? Gue salah apa sampe mereka giniin gue, Arka. Gue pengen mati aja." lirih Eira. Mengingat kejadian yang menimpa dirinya beberapa hari ini membuat Eira stres. Belum lagi Ara yang menyiksanya.

Arka menatap Eira tepat pada wajahnya. Ia menghapus pipi Eira yang basah dengan lembut.

"Lo boleh marah. Lo boleh nangis. Kalo lo capek istirahat jangan nyerah," ujar Arka. "Siapa sih yang gak marah pacar nya tiba-tiba nikah gitu aja. Tapi, lo juga harus tau kenapa mereka lakuin ini, Ra. Gue yakin mereka juga gak mau ini terjadi."

"Tapi ini sakit, Ka."

"Lo pasti bisa lewatin ini semua. Jangan nyerah, ya," Arka menggenggam tangan Eira lembut.

"Sini." Arka menarik Eira dalam dekapannya. Menenangkan cewek itu, ia tau betapa hancur nya cewek itu sekarang.

"Jangan nangis lagi, ya. Lo tau kan gue paling benci kalian berempat nangis."

~o0o~

"Dok! tolong temen saya," ucap Alden sedikit khawatir seusai sampai di UKS.

"Saya periksa dulu. Kalian semua tunggu diluar dulu," perintah dokter di UKS sekolah. Mereka semua menurutinya.

Alden mondar-mandir ke kanan dan kekiri khawatir. Nevan yang melihat Alden seperti itu menjadi pusing.

"Den, lo bisa diam gak! Pusing gue liat lo jalan kek gitu," ucap Nevan. Mereka semua menatap Alden. Mereka sebenarnya begitu penasaran dengan kejadian hari ini, namun mereka tidak bisa menanyakan sekarang. Zea lebih penting sekarang.

Alden hanya menurut saja, cowok itu berdiri bersandar di dinding sana.

Bella sudah menangis, gadis itu begitu khawatir dengan Zea. Ariadne menenangkan Bella agar gadis itu sedikit tenang.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka semua masuk ke UKS. "Zea gapapa kan, Dok?" tanya Alden.

"Gue gapapa," sahut Zea yang sudah sadar.

Dokter itu tersenyum. "Zea gapapa. Kepalanya sudah saya jahit. Darahnya juga sudah berhenti keluar. Obat nya sudah saya kasih langsung pada Zea."

"Saya permisi dulu," pamit dokter itu setelah Alden menjawab.

"Lo beneran gapapa? Mana yang sakit? Kepala lo gimana?" tanya Alden disebelah Zea dengan nafas tidak normal.

"Gue gapapa, Den."

"Zea kalo sakit bilang aja ya. Nanti Bella beliin obat," ucap Bella.

"Emang Bella punya uang?" tanya Zea terkekeh pelan.

"Nanti minta sama kak Zergan," ucap Bella terkekeh pelan.

"Alah lo bocil, gak punya uang sok-soan mau beli obat." ledek Alvin.

"Bella punya uang ya, Alvin. Alvin diam deh," kesal gadis itu.

Zergan yang baru saja masuk ke UKS langsung mendaratkan bokongnya di kursi sana.

"Ngomong kek lo batu," geram Abercio. Zergan hanya memutar bola matanya malas.

"Ngomong- ngomong kenapa lo berdua bisa nikah?" tanya Nevan. Mereka semua mengangguk, pertanyaan itu sudah sedari tadi memenuhi pikiran mereka.

"Nanti gue ceritain." ucap Alden.

"Nanti juga gue ceritain," ucap Zea saat melihat wajah Ariadne yang menunggu jawaban.

Bel masuk kelas mengalihkan mereka semua. Mereka harus masuk kelas sekarang, namun tidak untuk para cowok, mereka akan bolos sekarang.

"Ke warung Mak Jing?" tanya Edgar.

"Yoi bro. Ngapain belajar. Gue juga bakal lulus, temen-temen gue pada pinter," ucap Alvin merangkul Abercio yang berada disampingnya.

"Gue bolos," semua orang menatap Zergan. Tumben sekali cowok itu bolos.

"Tumben."

Bella menghampiri Zergan. "Kak Zergan bolos?" tanya Bella. Zergan mengangguk mantap.

"Kak Zergan gak boleh bolos. Nanti kalo goblok gimana?!" celetuk Bella. Mereka semua menatap Bella. Tidak dengan Alvin yang sudah mulai was-was.

Zergan mengubah wajahnya menjadi datar, sangat datar. "Siapa yang ngajarin?"

Alvin keringat dingin. Habis sudah dirinya.

"Alvin yang ngajarin. Katanya kalo kak Zergan bolos, itu artinya kak Zergan goblok." ujar Bella tanpa dosa.

Zergan dengan cepat menatap tajam Alvin yang bersembunyi dibelakang Abercio.

"Gak usah dengerin dia." Zergan menarik Bella pergi dari sana.

"Parah lo," ucap Edgar.

"Den, lo gimana?" tanya Nevan.

"Gue mau ketemu Eira dulu. Kalian duluan aja ke warung," ucap Alden. Mereka hanya mengangguk, temennya itu harus menjelaskan semuanya pada Eira.

"Ayok sayang kita keluar," ucap Abercio menggandeng tangan Ariadne. Ariadne melepas tangan cowok itu dan langsung keluar.

"Gapapa tangan, nanti gandengan lagi ya," ucap Abercio mengelus tangannya sendiri.

"Goblok!" sentak Edgar dan langsung keluar dari sana diikuti oleh temennya.

"Eira gimana, Al?" tanya Zea. Dirinya sangat merasa bersalah.

"Gue juga gak tau. Nanti gue bicara sama Eira," ucap Alden.

"Ze?" panggil Alden. Zea menatap Alden.

"Ucapan lo tadi, lo serius?" tanya Alden.

"Yang mana?" tanya Zea bingung.

"Cerai."

Zea menatap langit UKS. Entah lah ia tidak tau.

"Kenapa?" tanya Zea. Alden menatap kesal Zea, bukan menjawab pertanyaan nya cewek itu malah kembali bertanya.

"Lupain."

"Gue bakal ketemu Eira sekarang. Lo gapapa kan gue tinggal sendiri?" tanya Alden.

Zea tersenyum hambar. "Biasa nya juga gue sendiri."

Alden diam beberapa saat mendengar ucapan Zea. "Bentar lagi gue balik."

~o0o~

GIMANA NIH SAMA HUBUNGAN ALDEN EIRA?

SIAPA KIRA-KIRA YANG BAKALAN NYERAH! AKU PENASARANNN!!

TERUS PANTAU CERITA INI YA. BAKAL BANYAK KEJUTANNYA LOH!!

NEXT? SPAM NEXT SEBANYAK-BANYAKNYA DISINI!!🔥

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

575K 57.3K 22
[KEIVAZRO SERIES III, BISA DIBACA TERPISAH DENGAN YANG LAINNYA YA!!] INI CERITA AWAL MULA SEBELUM TERBENTUKNYA (HARDES) Mohon dibaca teliti biar ngga...
1.2K 192 55
"Sejak awal seharusnya kita sadar, bahwa kita hanya dipertemukan, bukan untuk dipersatukan, apalagi untuk selamanya." - Camaraderie ●●● Berawal dari...
935K 91.4K 50
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.8M 175K 62
JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan...