Kalo ada typo tandain ya.
Silahkan membaca semua!!
Follow ig: pineapple_vii
Tiktok: pineapple_vii
Warning⚠️
Bakal aku revisi cerita ini lusa tanpa harus unpublish, jadi untuk kalian yang memang masih baca chapter awal gausah khawatir.
||32. Extra chapter
Arasya melihat ke sekitarnya ini mimpi ia sadar itu, sekarang dirinya berdiri di depan dua orang gadis yang sedang adu mulut, salah satu diantara mereka mendorong gadis berkacamata itu kuat sehingga membuatnya jatuh terduduk.
"Kalau lo gak bisa bunuh dia! Gue gak bakal mau deketin lo sama abang gue!" ancam gadis berambut pirang dengan banyak aksesoris menghiasi tubuhnya.
"Itu udah termasuk tindak kriminal Vi!" seru gadis yang terduduk di tanah, kacamatanya bahkan entah jatuh kemana sehingga memperlihatkan mata indah itu yang sayangnya harus tertutupi kaca mata bulat.
Gadis berambut pirang itu menyilangkan tangannya menatap remeh gadis dibawahnya, "Dengar ya cupu, lo tuh cuman gadis tolol yang gak bakal bisa dapetin perhatian abang gue meskipun lo berusaha gimanapun caranya lo bakal tetep dipandang jelek."
Tertawa di atas penderitaan orang emang terdengar jahat, tapi untuk gadis yang ingin menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya itu bukan termasuk tindak kejahatan menurutnya.
"Kasihan ya, udah kalah sama sepupu sendiri, gak disayang sama kedua abangnya dan sekarang lo ngemis cinta sama abang gue yang bahkan seleranya bukan lo," sungguh ucapan gadis itu sangat menohok, membuat Arasya hanya mampu menunduk tanpa ada niatan untuk bangun dari duduknya.
Gadis dengan poni Dora yang hampir menutupi matanya itu menunduk bingung, di satu sisi ia tidak mau mencelakai orang lain, tapi di sisi lainnya ia ingin dekat dengan lelaki yang dia sukai.
"Se-suka apapun aku sama Sam aku gak bakal mau kalau disuruh buat celakain orang apalagi orang itu gak aku kenal," ucap Arasya berani.
Gadis berambut pirang itu tertawa congkak, "Lo jangan terlalu naif ya," ejeknya.
Arasya mengembuskan nafas sejenak, "Terserah kamu mau bilang apa, tapi aku gak bakal mau turutin ucapan kamu."
"Arasya..Arasya.. lo masuk Mipa biar bisa saingan sama sepupu lo itu kan? Lo menganggap jika lo bisa mengalahkan sepupu lo lewat prestasi akademik, abang gue bakal tertarik sama lo, right?" tanyanya membuat Arasya spontan menegakan badannya.
Bagaimana bisa gadis yang berdiri didepannya bisa tahu akan hal itu, pikirnya.
"Padahal lo gak pinter-pinter banget," ejeknya lagi.
"Aku-"
Ucapan nya terpotong saat si gadis pirang berucap, "Lakuin permintaan gue, dan lo bakal deket sama abang gue bahkan kalian bisa berpacaran, bahkan tunangan," ucapnya dengan tersenyum miring di akhir kalimat.
Ctash!
Kacamata Arasya sengaja diinjak pelan oleh si gadis pirang, sehingga terbelah menjadi dua dengan kacanya yang sudah pecah.
Tapi si pemilik kacamata tidak menghiraukannya, bahkan tidak sadar kalau kacamatanya sudah hancur, karena ia malah memikirkan kalimat terakhir yang diucapkan oleh si gadis pirang.
"Tu-tunangan," ucapnya terbata-bata.
"Yap, gue adalah adik kesayangannya dan kalau gue minta A dia bakal kabulin meskipun itu adalah harus pacaran sama lo," ucapnya seolah memberikan harapan yang besar untuk Arasya, tapi pada kenyataannya gadis pirang itu hanya memanfaatkan kepolosan Arasya.
"Teruslah menghayal gadis cupu, gue mana mau abang gue punya pacar modelan kayak lo," ucapnya dalam hati sambil menatap sinis gadis cupu yang sangat mudah ia peralat.
"Tawaran yang menarik bukan, dan kalaupun lo bisa celakain dia lo gak bakal tertangkap pihak polisi karena di sana gak ada Cctv, atau lo bisa suruh preman atau yang lainnya buat celakain dia tanpa harus kotorin tangan lo, tapi ingat jangan bawa-bawa nama gue!" tekannya pada gadis itu.
"Dan ingat ini, gadis yang bakal lo celakain itu adalah pacar dari rival abang gue, dan dengan ini mungkin lo bisa membantu abang gue buat ngalahin musuhnya," lanjutnya seperti memprovokasi seseorang untuk berbuat jahat dengan dalih kalau itu untuk kebaikan bersama.
Melihat tidak ada tanggapan dari gadis cupu itu, si gadis pirang hanya mengatakan, "Gue bakal kasih waktu sampai besok, karena tawaran ini juga ada batas waktunya," setelahnya ia pergi masuk kedalam mobilnya.
"Gadis naif," gumamnya sambil memperlihatkan senyum liciknya sebelum ia melajukan mobilnya pergi.
Arasya yang sedari tadi mendengarkan obrolan kedua gadis itu, tiba-tiba merasa tubuhnya ditarik paksa dari arah belakang. Lalu matanya mulai terbuka dan mengerjap pelan sambil memandang ke sekitar, ini kamarnya. Dan saat melihat ke arah jam dinding ternyata ini sudah masuk tengah malam.
Arasya menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang sambil tangannya memijat pangkal hidungnya, ia ingat mimpi itu, tapi tunggu...
Arasya mengepalkan tangannya kuat setelah menyimpulkan bahwa mimpinya ini sebuah petunjuk kalau jiwa yang sebelumnya menempati tubuh ini bukanlah dalang dari kecelakaan itu, tapi..
OVI
Gadis yang terobsesi pada Rayyan dan ingin sekali menyingkirkan dirinya yang berstatus sebagai kekasih Rayyan.
Entah kenapa Arasya yakin akan hal itu, meskipun orang lain pasti tidak akan percaya kalau ia menuduh orang lain tanpa membawa bukti, dan hanya mengandalkan mimpinya yang bisa saja hanya bunga tidur.
"Kalau beneran dia pelakunya gue gak bakal kasih waktu buat dia menghirup udara bebas," geram Arasya.
Ia pun bergegas keluar dari kamarnya tanpa mengganti piyama tidurnya, berlari ke arah garasi rumah untuk mengambil motornya.
Suasana malam yang sepi dan udara yang dingin tidak menghentikan gadis itu melajukan motornya dengan kecepatan penuh, gadis itu bersyukur karena semua anggota keluarganya pasti sudah terlelap tidur dan ia tidak harus memberikan alasan-alasan yang tidak masuk akal untuk bisa keluar rumah.
"Gue bakal cari lo dan habisin lo sekarang," tekadnya dan melampiaskan rasa kesalnya dengan mengendarai motor Scoopy nya dengan kecepatan tinggi, ditambah jalanan yang sepi.
Tujuan pertama Arasya adalah club, tempat orang-orang melepaskan penat dari kegiatan seharian atau sekedar untuk mencari hiburan di malam hari.
Arasya sepertinya tidak sadar kalau ia sedang diikuti oleh seseorang yang menggunakan motor Kawasaki Ninja H2R yang mungkin jika Arasya melirik sekilas ke spion motornya ia bisa tahu siapa pemilik motor mahal itu.
Setelah memarkirkan motornya di parkiran club, gadis itu berjalan ke arah pintu masuk sambil memperlihatkan KTP nya kepada petugas yang berjaga di depan pintu masuk.
Arasya yang sudah dipersilahkan untuk masuk, harus mundur lagi karena tangannya ditarik oleh seseorang yang berdiri di belakangnya.
"Lo siapa anjing!" sentak Arasya pada lelaki yang masih memakai helm dengan kaca yang sangat gelap, entah karena ia ingin sekali bertemu Ovi atau apa, gadis itu sampai tidak menyadari kalau yang berdiri didepannya ini adalah pacarnya sendiri.
"Siapa yang ngajarin ngomong kasar hm?" tanyanya dengan mensejajarkan wajah mereka tapi terhalang helm yang masih dipakai oleh Rayyan.
Arasya mencoba memberontak dengan menarik-narik tangannya yang digenggam erat oleh lelaki yang tidak ia kenal. "Siapa sih lo sok kenal, gue ada urusan. Gak ada waktu buat ladenin orang gak jelas!"
"Baby kamu tidak mengenaliku?" tanyanya tidak habis pikir biasanya yang lebih peka itu adalah gadisnya.
Lelaki itu pun membuka helmnya, membuat Arasya mengernyit bingung, "Ar! Kamu kenapa bisa ada disini ha? Mau selingkuh?" todong-nya.
"Seharusnya aku yang tanya gitu sama kamu, kamu kesini buat apa? mana cuma pakai piyama tipis kayak gini," ucap Rayyan memasang raut wajah tidak suka melihat pakaian gadisnya.
"Tapi ini urgent, aku tahu Samuel gak ada hubungannya sama kecelakaan itu tapi Ovi dia dalangnya," kata Arasya.
"Kamu tahu darimana?"
"Mimpi.." jawabnya menggantung karena Arasya yakin Rayyan tidak akan percaya.
"Tapi entah kenapa aku merasa itu petunjuk buat aku," lanjutnya yakin.
"Aku percaya."
Eh!
"Aku juga punya bukti kalau dia adalah dalangnya," timpal lelaki itu membuat Arasya menutup mulutnya terkejut.
"Beneran?!"
"Ya! Kamu mau aku hancurin kepalanya? Atau kamu mau jantung nya? Bola matanya? Ginjalnya atau-" ucapan lelaki itu terpotong karena gadisnya yang tiba-tiba berteriak menyuruhnya untuk berhenti.
"STOP!"
"Why?"
Padahal ia ingin memberikan itu untuk gadisnya sebagai hadiah. Sedikit creepy memang.
"Sejak kapan kamu jadi psychopat hah!" seru Arasya memberikan tatapan menyelidik untuk Rayyan.
"Cukup buat dia sakit mental itu udah cukup, biar dia yang mengakhiri hidupnya sendiri," lanjut gadis itu yang dibalas senyum licik oleh lelaki didepannya.
"Gak seru dong," ucapnya menggoda gadisnya.
"Gundul-mu gak seru!" sentaknya kesal.
Rayyan terkekeh geli mendengarnya. "Pulang aja yuk, kasur di apartemen udah nungguin kita," ajaknya seraya merangkul pinggang gadisnya, lebih tepatnya menarik paksa karena Arasya tidak ingin pergi dulu sebelum niatnya terealisasikan.
"Eh! Tapi aku harus ketemu sama Ovi," ucapnya cepat seraya menahan tubuhnya agar tidak terseret, tapi tetap saja terseret.
Rayyan melirik ke arah gadisnya sebentar. "Dia gak ada didalam," jawabnya singkat.
"Kok kamu bisa tahu? Terus dia sekarang ada dimana?" tanya gadis itu beruntun.
"Sini aku bisikin biar gak ada yang denger selain kita," ucap Rayyan pelan dan dengan polosnya Arasya mendekatkan telinganya pada lelaki itu.
"Dia udah ada di neraka," bisik Rayyan membuat Arasya merinding untuk beberapa saat.
Tapi apa yang ia dengar tadi?
"Jangan bilang kalau kamu.." Arasya sengaja menggantungkan kalimatnya.
"It's true, I killed him."
"Why did you kill him?"
"Because I don't want my girl to be hurt again by her who is just a pest," sungguh ucapan lelaki itu membuat Arasya baper di waktu yang tidak tepat.
"You are scary me," gadis itu tidak berbohong saat mengatakan hal itu.
"Don't be afraid of me baby," Rayyan menggelengkan kepalanya pelan.
Setelahnya..
"Your'e Mine," gumam lelaki itu lalu melabuhkan bibirnya pada gadisnya, menekan leher belakang gadis itu untuk memperdalam ciuman mereka.
Arasya dibuat kewalahan, karena ciuman itu sangat menuntut seolah tidak memperbolehkannya untuk menarik oksigen padahal pasokan udara dalam paru-parunya hanya tinggal sedikit.
TBC.
Nb: sudah direvisi
See you bye bye gaes✨
Semoga puas sama endingnya ya, dan untuk cerita ini aku gak baka buat sequel nya.