[ON GOING] Butterfly

By peachpoow

800 14 4

"Kau tau kan jika kupu-kupu itu rapuh saat kau sentuh." Gadis itu memandang ke langit luas, menatap bintang y... More

DISCLAIMER
Cast
PROLOG
1. Her
2. Abandoned Place
3. A Thing
4. It Changes
5. Who Are You?
6. He Knows
7. New Place
8. Rival
9. New Journey
11. Forgotten
12. Newcomer
13. Sick
14. Missing You
15. Shining Star
16. Confuse

10. A Model

14 1 0
By peachpoow

"Okay good, keep going."

"Good job, pose."

Suara dari flash kamera yang menyala memenuhi seisi ruangan. Beberapa orang terlihat sibuk mengurus properti, sebagian lainnya sibuk menata busana dan juga make up, namun tak sedikit pula yang fokus pada satu objek yang kini tengah berpose di satu sudut ruangan dengan background putih, menatap seorang pria disana dengan penuh kekaguman luar biasa.

Sementara sang fotografer sibuk mengarahkan gaya, ada seorang stylist juga yang tengah stand by berjaga-jaga kalau modelnya perlu berganti busana. Semua mata tak hentinya menatap seorang pria bertubuh jenjang, memberikan apresiasi luar biasa untuk ketampanannya. Ya tentu saja, dengan wajah itu ia bisa membuat semua orang gila.

"Okay, break 20 menit." Sang fotografer berseru.

Semua orang kembali disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Photoshoot ini belum selesai, masih banyak konsep yang belum dicoba sehingga beberapa orang langsung mempersiapkan untuk tema selanjutnya. Melalui arahan dari seorang art director, tampaknya kegiatan hari ini berjalan cukup lancar, walau sesekali orang-orang disana kedapatan mencuri pandang ke arah pria tampan yang menjadi peran utama hari ini.

"Jadi gimana? Suka sama hasilnya?" Sang fotografer menunjukkan beberapa hasil foto ke Nam Jin melalui laptonya.

"Good job bro, wajah emang ga pernah bohong ya? Hahaha" Suara tawa Jin menggema memenuhi seisi ruangan, "tentu aja skill fotografernya juga keren dong."

Pria itu -Nam Jin merasa sangat puas, walaupun Ethan mengatakan padanya bahwa dirinya belum pernah sama sekali melakukan hal ini, namun hasilnya benar-benar diluar dugaan. Saat pemotretan tadi pria itu tampak dengan cepat bisa menyesuaikan diri, bahkan dengan lincah bisa mengikuti arahan untuk berpose.

Selagi beristirahat, Ethan menunggu dengan duduk di tempat yang disediakan untuknya. Beberapa kali ia terlihat menyesap ice americano juga. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan, menatap setiap orang yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Pria itu mungkin merasa sedikit bosan, tidak ada seorangpun yang mengajaknya bicara, tidak ada yang ia kenal, dan tidak ada Sea Jane yang bisa ia pandang.

"Udah aku bilang kan dia emang ganteng banget."

"Eh serius? Kayaknya baru kali ini aku ngelihat orang kayak gitu, auranya ituloh..."

"Model baru ya? Keren banget kalau kata aku dia bakalan langsung terkenal."

Beberapa orang terdengar saling berbisik, namun masih dapat didengar. Tentu saja itu bukan hal yang negatif melihat bagaimana orang-orang disana memuji Ethan. Keberadaan pria itu mampu mengalihkan fokus. Ini pertama kalinya ia muncul secara publik seperti ini. Walau di dalam ruangan itu tidak banyak, namun teteap saja semuanya adalah orang baru.

Awalnya semua tampak tidak ramah, ia datang bersama Jin yang belum lama terkena skandal, pria itu sudah cukup dikenal lewat kanal youtube miliknya, tentu saja pasti ada orang yang tidak suka, namun namanya pekerjaan harus profesional. Lagipula, studio ini kebetulan milik teman Jin, setidaknya identitas mereka akan cukup aman.

"Okay, break selesai ya kita mulai pemotretan 5 menit lagi." Seru Keano -sang fotografer.

Buru-buru seorang stylist menghampiri Ethan, menyuruhnya untuk segera ganti baju. Pria itu menurut, berjalan ke arah ruang ganti. Kini ia terlihat memakai kemeja berwarna nude, konsep kedua ini lebih menonjolkan earth-tone color. Keano kembali mengambil kamera miliknya, sambil sesekali mengarahkan Ethan untuk bergaya.

"Oke good, chin up."

Sekali lagi, Ethan mampu membuat semua orang terpana. Dilihat dari sudut manapun, ia memang seperti terlahir untuk menjadi model. Wajahnya, proporsi tubuhnya, ekspresinya, pria itu punya.

Photoshoot kali ini berjalan dengan sangat lancar. Jin berpikir mungkin akan sulit bagi Ethan, nyatanya ia belajar dengan sangat cepat. Apa mungkin makhluk seperti itu memang punya kelebihan seperti ini? Ah, tampaknya tidak adil jika wajah dan otaknya sama-sama tampan.

"Okay, terima kasih untuk kerja keras kalian semua." Keano berseru.

Beberapa crew terlihat langsung membersihkan set, menaruh properti kembali ke tempat semula. Lainnya terlihat merapikan wardrobe. Semua orang lelah, meski begitu semuanya tetap tampak bahagia. Tentu saja, kapan lagi mereka cuci mata dan menyaksikan ketampanan seorang pria yang tidak biasa.

Ini memang studio foto dimana sudah banyak model datang. Tapi bukan itu poinnya, sebelumnya, tidak ada satupun model yang memiliki aura seperti Ethan. Mereka tampan, namun Ethan berkali-kali lipat lebih menarik, entah mengapa.

Sang model sudah berganti baju, ia kini hanya tengah duduk santai sembari membaca sebuah buku. Bahkan walau ia hanya diam dan bernapas saja sudah terlihat seperti pahatan yang sempurna.

"Thank you so much, bro." Itu suara Nam Jin yang tengah mengobrol dengan Keano.

"Darimana bisa dapet model kayak dia? Keren loh, dari agensi ya?" Celetuk Keano.

"My friend." Ucap Nam Jin merasa bangga karena temannya itu dipuji. "Oh ya by the way, kita harus pergi nih, nanti foto-fotonya kirim lewat gdrive aja ya." Jin berpamitan.

Beberapa crew yang telah selesai dari kegiatannya kini malah diam menatap Ethan, seolah ia adalah santapan makan malam. Tampaknya pesona pria itu tidak main-main, bahkan yang laki-laki saja menatapnya seperti orang gila, Jin benar-benar merinding.

Jin memberi isyarat pada Ethan untuk segera pergi. Dua insan itu berjalan menuju parkiran mobil, suasana tampak sepi, wajar saja ini sudah malam hari. Keduanya segera memasuki mobil dengan Nam Jin yang berada di kursi pengemudi.

"Kak, aku rasa kita perlu bersenang-senang dulu sebelum pulang." Ucap Jin dengan senyuman penuh arti.

Mobil itu melaju tenang diantara hiruk pikuk jalanan malam yang masih menyisakan begitu banyak manusia yang beraktivitas. Ethan menatap jalanan dengan pandangan kosong. Ia belum pernah merasakan hal seperti ini. Di kehidupaannya yang sebelumnya, ia tak terlalu ingat, namun yang jelas ia hidup dengan bersembunyi, tidak pernah menikmati keramaian sama sekali. Pria di kursi penumpang itu terdengar menghela dalam, namun pada akhirnya ia menyunggingkan sebuah senyuman.


***

Bel pintu apartemen Sea berbunyi, tidak hanya sekali. Ini sudah jam setengah satu dini hari, Sea yang sudah kepalang kesal menyeret dirinya untuk bangun dan berniat memukul siapapun itu yang berada di balik pintu saat ini. Kesadarannya belum kembali sempurna, gadis itu baru saja hendak tertidur pulas jika bukan karena orang gila yang menganggu kegiatannya.

Dengan enggan gadis itu membuka pintu, membawa dirinya dalam keterkejutan yang luar biasa. Sea mendapati Nam Jin tengah susah payah membawa Ethan dalam gendongannya. Ah...sepertinya pria itu mabuk, seberapa banyak ia minum?

"Kak, bisa tolong bantu aku? Kak Ethan mabuk berat, bisa bawa dia ke kamarku, setidaknya ia harus cuci muka dan ganti baju." Nam Jin berbicara tanpa jeda.

Ya, Sea sangat tau pria yang bersama Ethan itu kini sedang mabuk berat, bahkan tanpa perlu dijelaskan sekalipun. Gadis itu diam sejenak berusaha mencerna ucapan Jin barusan. Ia yang baru bangun dan bahkan kesadaran dirinya juga belum kembali sepenuhnya, tiba-tiba dua pria datang dengan keadaan seperti ini. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya untuk memukul siapapun itu yang menganggu tidur lelapnya, namun melihat Ethan datang seperti ini tampaknya ia tak akan tega. Oh, tapi mungkin Sea akan memukul Nam Jin.

"Kak, maaf sebelumnya tapi aku buru-buru harus pergi karena ada urusan lain." Nam Jin langsung melempar tubuh Ethan yang setengah tidak berdaya, hingga pria itu kini berada di pelukan Sea. Haruskah Sea berterima kasih atau membunuh Nam Jin saat ini? Entahlah, yang jelas kesadarannya telah 100% kembali.

Sosok Jin sudah lenyap dari hadapan Sea, entah urusan penting apa yang mengharuskannya pergi selarut ini, lagi pula itu bukan urusan Sea, bukan? Dengan susah payah, gadis itu membawa Ethan ke apartemen Jin -lebih tepatnya menyeret tubuh pria itu. Ia memasukkan beberapa kata sandi, bukan 123456 lagi, Jin sudah menggantinya karena Sea terus saja mengomeli pria itu, tentu saja dengan sepengetahuan Sea.

Gadis itu menaruh tubuh pria yang lebih besar darinya ke sofa, "Aisssh berat sekali." Sesekali ia mengeluh.

Ditatapnya pria yang kini tak berdaya itu tengah memejamkan matanya. Seperti terhipnotis, Sea masih terdiam sambil menatap lekat ciptaan Tuhan yang indah itu. Pahatan wajahnya sangat sempurna, bahkan dalam keadaan seperti inipun ia masih terlihat sangat mempesona. Pipi Sea mendadak memerah, dan suhu tubuhnya naik. Ia menampar dirinya sendiri beberapa kali karena telah lancang seperti ini.

"Sea Jane sadarlah!"

Mengapa gadis itu tiba-tiba salah tingkah? Sial. Ia merutuki dirinya sendiri, seperti gadis murahan yang mudah terpikat dengan lelaki tampan. Mengapa ia menjadi seperti ini? Sejak kapan? Ingin rasanya ia menghilang, seperti tidak punya harga diri saja. Sea Jane bodoh.

Setelah terdiam beberapa saat untuk meluruskan pikirannya, Sea kembali teringat apa yang diucapkan Nam Jin saat menyerahkan Ethan padanya. Sial, bagaimana bisa ia mengucapkan itu dengan tenang? Bagaimanapun juga wujud Ethan tetaplah pria, bukan? Tetap memiliki anatomi manusia -terutama laki-laki pada umumnya kan? Damn.

"Sea Jane gila." Gadis itu menjambak rambutnya sendiri. Ini adalah perang batin.

"Biarin aja dia kayak gini, toh besok juga bakal sadar. Ngapain repot-repot ganti baju segala? Nam Jin pasti udah hilang akal."

"Okay, biarin aja dia begini."

Pergelutan batin luar biasa itu akhirnya tetap dimenangkan oleh akal sehatnya. Sea hanya akan memastikan bahwa Ethan tidur dengan nyaman walau di sofa, gadis itu sudah tak mampu lagi membawanya menuju kamar tidur, terlalu berat. Ia membalikkan tubuh, hendak beranjak kembali ke apartemen miliknya sendiri, namun pandangannya menoleh kembali, menuju sosok yang akhir-akhir ini menganggunya entah di kehidupan nyata atau dalam mimpi, memberi sensasi asing yang tak pernah Sea rasakan. Lagi, akal sehatnya seperti menghilang.

Perlahan, ia kembali mendekat. Sea berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Ethan yang tengah terlelap. Ditatapnya objek itu cukup lama, dalam diam dan ketenangan.

"Lucu ya, kok bisa makhluk kayak kamu mabuk juga."

"Aku pikir kamu bakalan tahan alkohol."

Tanpa sadar, tangan gadis itu menyentuh dahi Ethan, menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangannya untuk menatap pria itu secara sempurna. Sea mengukir sebuah senyuman, matanya tak sekalipun berpaling. Tangannya perlahan menyentuh pipi Ethan, dingin.

DEG

Jantung gadis itu berpacu terlalu cepat tiba-tiba. Perasaan apa ini? Ia tersadar, buru-buru menarik tangannya yang tidak sopan untuk menjauh. Namun terlambat, tangan kecil itu ditahan oleh Ethan yang tiba-tiba membuka matanya. Menyaksikan dengan jelas bahwa Sea masih mematung disana, dihadapannya.

Hanya ada sedikit jarak diantara keduanya. Hening, tampak tidak ada yang membuka suara. Hanya suara dentingan jarum jam menyapa diantara dua netra yang masih mengunci satu sama lain dengan kuat. Dapat Sea rasakan hembusan napas Ethan menyapu wajahnya dengan lembut. Mungkin Ethan juga merasakan hal yang sama?

"Maaf aku ga bermaksud....tadi Jin bilang....jangan salah paham.....aku akan keluar sekarang." Ucapan Sea terbata.

Gadis itu mencoba menarik dirinya, melepaskan tangan yang tengah dengan erat memegang pergelangannya. Susah payah untuk mengembalikan akal sehat yang seenaknya hilang.

Eh, apa ini? Kuat sekali?

Sepersekian detik kemudian, tangan Ethan beralih menarik tengkuk leher Sea. Menuntun gadis itu untuk mendekat kepadanya. Manik mata Ethan bergerak perlahan, dari mata turun ke bibir Sea. Pria itu memangkas jarak dengan cepat, menempelkan bibirnya ke bibir ranum milik Sea tanpa aba-aba. Yang diperlakukan demikian tidak melawan, terlalu terkejut sampai otaknya tidak bisa berpikir apapun.

10 detik

Ethan menarik dirinya, memberi jeda antara ia dan Sea. Ini bukan yang pertama kali bagi Sea, gadis itu aktris, tentu saja karena pekerjaannya ia beberapa kali melakukan adegan ini dengan lawan mainnya. Tapi yang satu ini beda, tidak ada skenario, tidak ada arahan Sea harus bersikap seperti apa. Yang dapat ia lakukan sekarang hanya mematung dan menatap pria dihadapannya tak percaya. Untuk sesaat, gadis itu kehilangan akal sehatnya, lagi dan lagi. Dan hanya di hadapan pria ini.





_________________________________________________







Continue Reading

You'll Also Like

788K 29.3K 97
𝐀 π’πŒπ€π‹π‹ 𝐅𝐀𝐂𝐓: you are going to die. does this worry you? βͺ tua s1 ⎯⎯⎯ 4 ❫ Β© π™΅π™Έπš…π™΄π™·πš‡πšπ™Άπšπ™΄π™΄πš…π™΄πš‚...
167K 7.8K 103
In the vast and perilous world of One Piece, where the seas are teeming with pirates, marines, and untold mysteries, a young man is given a second ch...
154K 11.1K 61
BOOK #2 They say love heals scars, but Seokmin's scars were lessons-bitter reminders that twisted him into a creature of darkness. His life was a ser...
207K 9.4K 59
Orm Kornnaphat's feelings for Lingling Sirilak have undergone a transformation over time. Initially, at the age of 11, Orm held an unromantic, platon...